PADA SENGON
Penulis
Penyunting
ISBN
Penerbit :
Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan
Gedung Manggala Wanabakti Blok I Lantai XI
Jl. Jenderal Gatot Subroto, Jakarta 10270
Telp. (021) 5730398, 5734333; Fax. (021) 5720189
Cetakan pertama :
Desember 2011
ii
iii
buku
yang
diterbitkan
pasti
memberikan
mendorong
penelitinya
untuk
menulis
buku
semacam ini.
Kepala Badan,
vi
ledakan
yang
dikemudian
hari
berpotensi
vii
Semoga penerbitan buku ini akan diikuti penerbitanpenerbitan buku lainnya di bidang hutan tanaman sebagai
kontribusi komunitas litbang bagi pembangunan hutan
tanaman.
.
Kepala Pusat,
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT
atas selesainya penulisan buku Penyakit Karat Tumor pada
Sengon. Buku ini merupakan hasil kegiatan penelitian di
lapangan maupun di laboratorium dari penulis sebagai
Peneliti Perlindungan Hutan di Pusat Penelitian Dan
Pengembangan Peningkatan Produktivitas Hutan.
Penulisan
buku
ini
bertujuan
untuk
memberi
pengendaliannya
kepada
kalangan
peneliti,
Bogor,
Desember
2011
Penulis
ix
DAFTAR ISI
SAMBUTAN KEPALA BADAN LITBANG KEHUTANAN ...
SAMBUTAN KEPALA PUSAT LITBANG
PENINGKATAN PRODUKTIVITAS HUTAN
v
vii
PENDAHULUAN .......................................................
II.
35
35
37
40
V. PENUTUP ................................................................. 51
DAFTAR PUSTAKA ......................................................... 52
xi
1
PENDAHULUAN
Pembangunan
hutan
tanaman
merupakan
suatu
Pembangunan
tanaman
umumnya
dan
menghindarkan
hutan
tanaman
dari
mengenali
dan
mengevaluasi
semua
sumber
pengelolaan
hutan.
Para
ahli
kehutanan
penyakit
karat
tumor.
Dalam
sebuah
ini,
jika
dibiarkan
akan
berdampak
pada
KOTAK 1.1
PASAR SENGON SANGAT CERAH
Penantian H. Undang Syaefudin terbayar sudah, Mei
2008 ia memanen sengon setelah menunggu 5 tahun.
Populasi setiap hektar 600 pohon yang menjulang 16 20 m
dan berdiameter 25 cm. Pekebun di Ciawi, Kabupaten
Tasikmalaya, Jawa Barat itu sumringah lantaran rekeningnya
kian gemuk. Ia mengantongi Rp. 211.750.000 dari penjualan
3
kayu sengon. Nilai itu berasal dari penjualan 270m kayu
gelondongan berdiameter 19 cm. Harganya Rp. 650.000
3
3
per m . Pekebun berusia 46 tahun itu juga menjual 50 m
3
palet dengan harga Rp. 725.000 per m . Dengan biaya
perawatan setiap tahun rata-rata Rp. 1.200.000 per hektar,
Undang menangguk laba bersih Rp. 193.750.000. Itulah
sebabnya menjelang musim hujan ini, ia mempersiapkan
lahan 12 ha untuk penanaman sengon. Bila Undang
memanen semua pohon sengon alias tebang habis,
sementara Dian Hadiyanto memilih menjarangkan. Pekebun
di Kawalu, Tasikmalaya itu mengelola 4 ha masing-masing
ber-populasi 600 pohon sengon. Pada Juni 2008, ia
menjarangkan 150 pohon per ha sehingga tersisa 450 pohon
3
sengon per/ha. Pria 35 tahun itu memanen 250 m dari ratarata tinggi pohon 19 20 m dan diameter 25 cm dengan
3
harga Rp. 450.000 per m , maka Dian mengantongi Rp.
112.500.000. Sisa pohon akan dipanen 2 tahun mendatang.
3
Dian memprediksi memanen 300 m dari 450 pohon berumur
7 tahun pada 2010.
Jika harga jual tetap, ia bakal memperoleh Rp. 135
juta atau Rp. 540 juta dari lahan 4 ha. Di sentra sengon
Pandeglang, Provinsi Banten ada Asep Halimi yang
mewujudkan impian menghajikan 11 kerabatnya berangkat
ke Mekah bersama. Pekebun di Citeureup, Kabupaten
Pandeglang itu mampu mebiayai mereka lantaran baru saja
memanen 10 ha sengon senilai Rp. 322 juta.
Sengonisasi, sebelum pekebun ramai-ramai membudidayakan anggota famili Mimosaceae itu, Departemen
Kehutanan meluncurkan program sengonisasi pada 1989.
Tujuannya untuk menyelamatkan dan melestarikan hutan
serta lahan. Dari target 300.000 ha, realisasi penanaman
hanya 35.039 ha. Pekebun yang mendapat benih gratis
dalam program itu memanen sengon pada 1997 1998
ketika pohon berumur 7 8 tahun. Ikin Sodikin, pekebun di
Kotamadya Banjar, Jawa Barat, memanen 5-500 pohon pada
tahun 1997 hasil program sengonisasi. Ia memperoleh
dalam
menentukan
perkembangan
dan
intensitas
penyakit
karat
dalam
dimensi
pada
sengon
dan
cara
pencegahan
serta
10
Hutan Rakyat Sengon
2
SENGON DAN
POTENSINYA
Sejarah penanaman sengon
Teysman pada tahun 1871 menemukan sengon di
pedalaman Pulau Banda, kemudian dibawa ke Kebun Raya
Bogor. Dari Kebun Raya Bogor inilah kemudian sengon
tersebar ke berbagai daerah mulai dari Jawa, Sumatera,
Kalimantan, Sulawesi dan Irian Jaya (Santoso, 1992). Nama
botanis: (Paraserianthes falcataria (L) Nielsen); syn. Albizia
falcata (L.) Backer, Albizia moluccana (Miq.), Falcataria
moluccana (Miq.) Berneby and J.W Grimes; subfamili
Mimosoideae; famili Fabaceae. Nama daerah :Albizia, bae,
bai, jeungjing, jeungjing laut, jing laut, rare, salawaku,
salawaku merah, salawaku putih, salawoku, sekat, sengon
laut, sengon sabrang, sika, sika bot, sikas, tawa sela, wai,
wahagom, wiekkie. Nama lain : Batai (Malaysia Barat,
Sabah,
Philipina,
Inggris,
Amerika
Serikat,
Perancis,
11
cm.
Tanaman
sengon
bersifat
multifungsi
dan
sengon
tidak
memerlukan
persyaratan
12
maka
perlu
dilakukan
pemeliharaan
untuk
penyiraman,
penyiangan,
pemupukkan,
13
Potensi sengon
Saat ini sengon banyak diusahakan di kawasan hutan
tanaman, perkebunan maupun di kebun-kebun milik rakyat
(hutan rakyat) di Pulau Jawa dan di luar Pulau Jawa.
Dari hasil
listing
Sensus
Pertanian
2003
(ST03),
14
Di Jawa populasi
15
16
Produksi kayu
(m3)
7.404,40
6.475,48
3.048,45
1.362,00
1.456,00
17
18
KOTAK 2.1
JADI JUTAWAN LEWAT SENGON
Bisnis kayu sengon (Albazia falcataria) cukup marak selama
beberapa tahun terakhir. Kebutuhan akan kayu sengon
memunculkan sejumlah petani sengon yang kemudian menjadi
jutawan bahkan milyader. Kepada Warta Kota sejumlah pengusaha
kayu yang dimintai konfirmasi membenarkan laporan Trubus,
majalah pertanian yang menyebutkan bahwa sejumlah petani di
Jawa telah berkembang menjadi jutawan karena kayu asal Maluku
itu. Sebab sejak tahun 2008 harga kayu sengon mengalami lonjakan
karena tingginya permintaan kayu sengon yang telah diolah dari
dalam dan luar negeri.
Seorang warga Jakarta yang memiliki lahan sengon di Jawa
Barat, Jawa Tengah dan Yogyakarta mengatakan, untuk tanah
seluas satu hektar seorang petani dapat menanam sekitar 200
batang sengon. Sejak 2008 harga satu batang sengon berusia lima
tahun ke atas bisa mencapai Rp. 800.000 Rp. 1 juta per batang.
Kalau hasil panen mencapai 1.000 1.500 batang anda bisa
bayangkan jumlah yang diterima pada saat panen, kata Nico warga
Ciputat. Untuk biaya atau modal, sejumlah petani sengon
mengatakan, untuk lahan seluas satu hektar seorang petani sengon
menghabiskan dana sekitar Rp. 75 juta Rp. 100 juta. Biaya itu
menyangkut sewa tanah, bibit, pupuk, pagar dan tenaga kerja
selama dua tahun. Untuk lahan milik sendiri biaya akan menjadi
lebih murah.
Peluang ekonomi yang menjanjikan itu juga ditangkap oleh
pemimpin Pondok Pesantren Al Amin, Sukabumi, KH. Abdul Basith.
Bahkan strategisnya sengon sebagai kayu yang memiliki fungsi
untuk memulihkan lingkungan yang gundul, KH Abdil Basith kini
mengembangkan pesantren khusus yang dinamai Pesantren
Konservasi. Selama dua tahun terakhir KH. Abul Basith yang pernah
mewakili kalangan pesantren pemerhati lingkungan hidup bertemu
Pangeran Charles dari Kerajaan Inggris itu rajin berkampanye di
Sukabumi dan sekitarnya, tentang besarnya manfaat menanam
sengon. Dengan dukungan perusahaan air kemasan Danone Aqua
dan pejabat terkait setempat, KH. Abdul Basith juga mendampingi
petani, khususnya di sekitar lahan kritis Gunung Salak untuk
bertanam sengon. Kalau saat ini sebuah keluarga muda miliki putra
atau putri yang duduk di kelas 1 SD, maka lima tahun lagi dia cukup
menjual sebatang pohon sengon untuk biaya masuk SMP.
Sumber: (Warta Kota,Willy Pramudya)
19
KOTAK 2.2
LAMPUNG BERPOTENSI JADI SENTRA POHON SENGON
Sekitar 3 juta ton pohon sengon ditanam di hutan se Provinsi
Lampung pada 2009. Dengan bertambahnya penanaman pohon
sengon, Provinsi Lampung berpotensi menjadi sentra pohon sengon
di luar Pulau Jawa. Sebelumnya hanya sekitar satu juta pohon
sengon yang tertanam di Lampung. Tahun ini penanaman pohon
sengon ditambah menjadi 3,39 juta ton, kata Kepala Dinas
Kehutanan Provinsi Lampung, Arinal Djunaedi, pada rapat
koordinasi pengelolaan hutan dalam rangka pengembangan hutan
rakyat, di Hotel Bukit Randu, Bandae Lampung, semalam. Menurut
Arinal lima tahu ke depan, pohon sengon tersebut siap panen dan
memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Dengan jumlah pohon 2.500
batang per hektar dan investasi Rp. 35 juta hingga Rp. 40 juta,
setelah lima tahun keuntungan petani Rp. 660 juta dengan asumsi
3
harga kayu sengon Rp. 500.000 per m , kara Arinal. Penanaman
sengon lanjut Arinal perlu jaminan pasar. Oleh karena itu,
pengembangan sengon di Lampung bekerja sama dengan
Kelompok Tani dan Nelayan Andalan (KTNA). Selain itu, juga
bergabung dengan tiga perusahaan sebagai penampung hasil
sengon petani, yakni PT. Dinamika Maju Bersama (DMB), PT.
Andatu, dan CV. Kota Agung. Tujuannya agar petani tidak trauma
pada gerakan sengonisasi masa lalu yang sering dirugikan, ujar
Arinal. Sedikitnya 56% hutan di Lampung mengalami kerusakan.
Dampaknya fungsi dari segi ekonomi, ekologi, dan sosial menjadi
terganggu. Untuk itu, perlu ditingkatkan lagi Gerakan Lampung Hijau
Mananam Seribu Pohon. Jika program penanaman seribu pohon
berhasil, lima sampai tujuh tahun ke depan dapat dimanfaatkan
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sementara itu
Dirjen Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial Departemen
Kehutanan, Indriastuti mengatakan, sejalan dengan pesatnya
pembangunan di Lampung, maka kebutuhan bahan baku industri
kayu juga semakin meningkat. Di lain pihak, ketersediaan bahan
baku kayu semakin sulit, akibatnya hutan semakin rusak. Menurut
Indri, saat ini luas lahan kritis di dalam dan di luar kawasan hutan di
Lampung cenderung meningkat, yakni mencapai 509.844 ha dan
potensial kritis 998.161 ha. Kondisi ini terjadi akibat perambahan
hutan, kebakaran hutan dan lahan, ungkapnya. Untuk itu lanjut Indri,
pemerintah terus berupaya melakukan rehabilitasi hutan.
Kemampuan pendanaan masih sangat terbatas, selama kurun
waktu lima tahun hanya mampu merehabilitasi 101.162 ha, katanya.
Pembangunan hutan rakyat sengon sudah dilakukan di Negararatu,
Kotabumi, Payung Dadi (Lamteng), Tegineneng Pesawaran, Kota
Agung, Tanggamus, Jabon-Branti, Tanjung Bintang (LamSel).
Kemudian Pugung Raharjo (LampTim), Sekampung (LampTim) dan
Unit II Tulang Bawang.
Sumber: (Suara Karya, Dina Kristiana 26 Juni 2009)
20
3
PENYAKIT KARAT
TUMOR PADA SENGON
Terjadinya wabah karat tumor
Ada
satu
masalah
yang
dihadapi
dalam
tahun
2005
penyakit
karat
tumor
menyerang
21
kebun
dalam
lingkungan
PT.
Perkebunan
Jatirono
dan
UUS
Malangsari
(Kabupaten
Ciamis
dan
Tasikmalaya
penyakit
tumor
22
KOTAK 3.1
JUTAAN POHON ALBASIA TERSERANG
KARAT TUMOR
Sekitar 1,2 juta pohon albasia atau sengon di
Kabupaten Ciamis terserang jamur karat tumor atau gall
rust. Akibat serangan karat tumor yang berupa cendawan
tersebut, menjadikan sebagian tanaman tidak dapat
diselamatkan.
Yang
kami
khawatirkan
adalah
penyebarannya yang sangat cepat, karena penyebarannya
melalui angin. Untuk pohon yang sudah besar, masih bisa
diselamatkan dalam arti ditebang dan kayunya tetap
dimanfaatkan. Sebaliknya yang kecil atau bibit, dicabut dan
diganti tanaman baru, tutur Kepala Dinas Kehutanan dan
Perkebunan (Dishut) Kabupaten Ciamis, Nurhastuti. Dia
memperkirakan karat tumor menyerang pohon albasia
tersebut,
berasal
dari
luar
Jawa
Barat
yakni
Provinsi Jawa Tengah. Hal itu didasarkan dari sebagian
bibit albasia yang didatangkan dari tempat tersebut
terserang jamur. Saat ini lanjutnya, serangan jamur albasia
tersebut sudah menyebar hingga 12 Kecamatan di Ciamis
bagian Utara. Misalnya di kecamatan Panumbangan,
Sukamantri, Panjalu, Lumbung, Kawali, Panawangan,
Cihaurbeuti, Rancah, Jatinegara, Radjadesa, Cipaku dan
sekitarnya. Total lahan yang terserang seluas 300 hektar.
Dia juga berharap tanaman yang sudah besar dan sudah
masanya, perlu secepatnya ditebang. Langkah tersebut
akan dapat mengurangi sebaran cendawan. Untuk
mengatasi penyebaran, dia juga menjelaskan tidak boleh
dibakar, sebaliknya harus dikubur. Camat Sukamantri,
Adang Darajat mengakui bahwa sebagian pohon albasia di
wilayahnya terserang karat tumor. Tanaman yang terserang
tidak hanya yang berukuran kecil atau bibit, tetapi juga yang
sudah berukuran besar. Kami berharap pihak yang
berwenang dapat segera mengambil langkah untuk
mengatasi serangan tersebut. Kalau dibiarkan maka akan
semakin banyak yang terserang jamur, apalagi salah satu
penyebabnya melalui udara.
Sumber: (Pikiran Rakyat)
23
KOTAK 3.2
TUMOR ANCAM BELASAN RIBU HEKTAR SENGON
Petani desa hutan di Kabupaten Wonosobo resah
setelah penyakit karat tumor menyerang sengon atau
albasia. Tingkat kerusakan yang ditimbulkan penyakit
itupun beragam. Para petani kian gelisah karena sudah
menanam banyak albasia (Paraserianthes falcataria).
Bahkan luasnya mencapai 19.619,45 ha dan tersebar di 13
kecamatan. Kepala desa Pungangan, kecamatan
Mojotengah, Warseno (38) mengatakan karat puru kali
pertama di desa Wonokromo, saat itu tanda-tanda
serangan tidak cepat diketahui. Warga baru tahu setelah
tumor tersebut berukuran separo kepalan orang dewasa,
ujarnya. Dia juga mengaku tanaman miliknya terserang
penyakit serupa. Ketika itu 2 dari 100 batang albasia yang
berumur satu tahun tiba-tiba melengkung. Ternyata setelah
diamati, ada tumor yang menempel di percabangan batang
pokok kayu, tumor sudah mengeras. Penyakit ini juga cepat
menyebar bahkan dalam sepekan telah mengganggu
pertumbuhan albasia. Terlebih jika petani tidak rajin
memantau albasia yang berumur 1 2 tahun. Para petani
juga mengatakan kesulitan membasmi penyakit tersebut.
Penggunaan fungisida juga dirasakan kurang efektif.
Kasi Pembinaan Sarana Produksi Endang Lis, Shut
menjelaskan, sebenarnya hama yang patut diwaspadai
adalah penggerek batang sengon (Xystrocera festiva).
Sebab banyak demplot penggergajian yang melaporkan,
kualitas kayu petani menurun. Sebab hama penggerek itu
menghasilkan lobang di bagian batang. Untuk parasit karat
puru, bila sejak dini sudah mengamati, petani secara cepat
bisa mencegahnya agar tidak menyebar ke tanaman
lainnya. Pada umumnya, parasit tersebut pada tanaman
muda, menempel pada sekitar batang baik di pucuk
maupun cabang.
Sumber: (Suara Merdeka, 28 April 2008)
24
fungi
karat
umumnya
masuk
dalam
divisi
apabila
memarasit
jaringan
hidup.
Pada
U.
Telia
(Menghasilkan teliospora)
Basidiospora
(menginfeksi tanaman)
25
dan
kondisi
berkabut/gelap
juga
mempercepat
inang.
Teliospora
harus
berkecambah
26
KOTAK 3.3
JAMUR KARAT TUMOR SERANG MAGELANG
Jamur karat puru atau karat tumor menyerang tanaman
albasia atau sengon milik warga di empat kecamatan di
Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Data luas serangan
secara keseluruhan baru kami kumpulkan, tetapi yang di
Kecamatan Pakis sementara ini mencakup seratus hektar, kata
Kepala Seksi Perlindungan dan Pengawasan Hutan Dinas
Pertanian Pemerintah Kabupaten Magelang, Darmanto, di
Magelang, Selasa (26/5). Empat dari 21 kecamatan di
Kabupaten Magelang yang telah mengalami serangan karat
puru adalah Pakis, Kaliangkrik, Sawangan dan Grabag.
Menurut Darmanto Jamur tersebut menyerang 11 desa di
Kecamatan Pakis. Mulai tahun ini kami menemukan serangan
jamur itu, sampai sekarang belum ada obatnya. Kemungkinan,
lanjut Darmanto, kondisi udara yang relative lembab menjadi
salah satu penyebab merebaknya serangan karat puru
terhadap albasia. Jamur itu menyerang bagian batang dan
ranting albasia sedangkan penyebarannya antara lain melalui
angina dan air. Kalau sudah kena, maka tanaman mati,
sebaiknya daerah yang sudah terkena untuk sementara waktu
tidak ditanam albasia, kata Darmanto. Ia juga mengaku, sulit
untuk meminta warga di daerah untuk tidak menanam albasia
terlebih dahulu selama beberapa waktu. Tanaman yang sudah
kena sebaiknya dipotong lalu dibakar atau dipendam, terang
Darmanto. Pihaknya dalam berbagai kesempatan telah
menyampaikan informasi tentang serangan jamur itu antara lain
kepada pihak petugas penyuluh pertanian, perangkat desa, dan
pegiat berbagai organisasi kemasyarakatan.. Masyarakat juga
telah diminta untuk memilih bibit albasia yang berkualitas agar
terbebas dari kemungkinan serangan jamur karat puru, kata
Darmanto
Sumber : (Surya Live - Sugeng Wibowo,2009)
27
28
pembengkakan
berubah
menjadi
benjolan-
tajuk
daun
menggulung
berubah
bentuk
30
Daun mengeriting
31
32
33
34
4
MANAJEMEN
PENYAKIT KARAT TUMOR
PADA TANAMAN SENGON
Konsep Terjadinya Penyakit Pada Tanaman
Suatu tanaman menjadi sakit ketika tanaman terserang
patogen (penyakit) atau ketika terpengaruh oleh faktor
abiotik. Secara sederhana perkembangan penyakit pada
tanaman dapat digambarkan sebagai segitiga penyakit
berikut.
Patogen
Inang
Lingkungan
Segitiga penyakit
35
36
dan
lingkungan
maka
saat
ini
banyak
semacam
ini
menyebabkan
tanaman
mudah
epidemi
penyakit
merupakan
hasil
diusahakan
penyakitnya
dengan
(1)
pencegahan
menjaga
agar
pengendalian
tidak
terjadi
37
(pada
biji,
anakan,
tanaman
muda
yang
terserang).
3. Cara bertanam yang tepat (tindakan silvikultur). Misalnya
dengan penyesuaian kerapatan atau jarak tanam.
Berkaitan dengan praktek silvikultur sengon dalam
hubungannya dengan manajemen penyakit karat tumor,
beberapa hal dapat dilakukan seperti berikut ini:
38
2. Pertanaman sengon
Mengingat hampir seluruh pulau Jawa telah terinfestasi
spora jamur karat U. tepperianum, maka penanaman sengon
baru hanya dianjuran pada lokasi di bawah 300 m d.p.l.
Penanaman sebaiknya tidak dilakukan pada lokasi-lokasi
yang mempunyai sejarah epidemi. Penanaman sengon
sebaiknya tidak dilakukan secara monokultur melainkan
secara campuran. Tanaman campuran sebaiknya di pilih
dari
jenis-jenis
yang
bukan
keluarga
Leguminoceae.
dapat
dan
segera
sinar
dilakukan.
matahari
yang
Pengaturan
masuk
pada
melalui
diprioritaskan
penjarangan
untuk
tanaman.
mengeluarkan
Penjarangan
tanaman
yang
39
40
: belerang =
1:1
belerang : garam
= 10:1
kapur
= 10:1
: garam
2.
41
4.
Perlakuan
dilakukan
setiap
dua
minggu
sekali,
42
43
Untuk
mencegah
pertumbuhan
mikroorganisme
menghilangkan
satu
mempengaruhi
metabolisme
Pertumbuhan
adalah
atau
lebih
kondisi
mikroorganisme
pertambahan
yang
tersebut.
jumlah
sel
dari
komponen-komponen
penyusunnya.
dimungkinkan
untuk
menemukan
metode
44
KOTAK 4.1
KAPUR UNTUK TUMOR
Kapur dan garam ternyata efektif mengendalikan karat
tumor pada sengon, itu dibuktikan dalam riset Pusat Penelitian
dan Pengembangan Hutan Tanaman Bogor, di perkebunan PT.
Glenmore, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Sepuluh kg
kapur dan 1 kg garam dapur dilarutkan dalam 10 liter air.
Setelah tercampur sempurna, larutan dilaburkan pada batang
sengon. Aplikasi itu ampuh menekan pertumbuhan tumor
96,67%. Hasil itu diperoleh setelah 2 kali perlakuan dengan
interval 2 pekan terhadap 64 pohon uji. Sebelum pengolesan,
peneliti membersihkan tumor pada setiap pohon terserang,
caranya tumor yang menempel dipangkas. Tumor yang
terkumpul dikubur dalam tanah dengan kedalaman 1 2 meter
agar tidak menular. Selanjutnya larutan campuran kapur dan
garam dilaburkan atau disemprotkan di bagian batang utama
sengon. Untuk pelaburan sebaiknya konsentrasi larutan lebih
pekat. Sebelum disemprotkan, larutan disaring terlebih dahulu.
Setelah pelaburan, ternyata tumor tak muncul lagi. Padahal
lazimnya karat tumor datang lagi meski benjolan telah dibuang.
Pilihan lain, belerang dicampur kapur dengan perbandingan 1 :
1. Campuran kemudian dilarutkan dalam 10 liter air. Laburkan
atau semprotkan di batang utama sengon. Cara itu ampuh
menekan penyebaran tumor 96,06%. Metode pelaburan hanya
efektif untuk tanaman berumur 0 3 tahun. Setelah itu
pertumbuhan sengon yang menjulang tidak memungkinkan
perlakuan dilaksanakan. (Dra. Illa Anggraeni, peneliti
Perlindungan Hutan, Pusat Litbang Hutan Tanaman, Bogor).
Sumber: (Trubus 475- Juni 2009)
45
KOTAK 4.2
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN
PENYAKIT KARAT PURU
(Siaran Pers Nomor : S.256/PIK-1?2009)
Dewasa ini penyakit karat puru/karat tumor pada tanaman
sengon telah menyerang semua provinsi di Pulau Jawas dan
sebagian Pulau Bali. Akibat epidemi penyakit ini telah
mengancam kelangsungan produksi dan pendapatan petani
hutan rakyat di Jawa serta mengakibatkan gangguan serius
terhadap penyediaan bahan baku dan kelangsungan industri
kehutanan berbasis kayu sengon (plywood, rough sawnwood).
Epidemi penyakit Karat puru/karat tumor (gall rust) yang
merusak seluruh bagian tanaman sengon (Paraserianthes
falcataria) disebabkan oleh fungi (Uromycladium tepperianum).
Upaya serius untuk pencegahan dan pengendalian penyakit
karat puru ini perlu dilakukan secara terpadu oleh Badan
Litbang Kehutanan, Ditjen BPK, Ditjen RLPS, Pusdiklat
Kehutanan, Pusbinluh, Pusinfo, Perum Perhutani, PT Inhutani 1
V, APHI, APKINDO, dsb. Upaya pencegahan dan
pengendalian dilakukan mencakup 3 (tiga) tahapan :
1. Praepidemi : yaitu dengan cara promotif meliputi
sosialisasi/diseminasi.
Penyuluhan
cara-cara
pencegahan, serta preventif dengan menghindari
tanaman monokultur. Cara ini meliputi kegiatan
silvikultur antara lain : pengaturan jarak tanam,
pemupukan yang tepat, pemangkasan, pengendalian
gulma secara selektif, menggunakan pola tanam
multikultur.
2. Epidemi : yaitu dengan cara eradikasi: tebang pohon
yang berpenyakit; isolasi : penjarangan pohon; terapi:
dengan pengobatan campuran belerang, kapur dan
garam dengan komposisi belerang 1 kg + kapur 1 kg
(1:1) + air 10/20 liter diaduk hingga rata. Bagian
tanaman yang terserang dibersihkan dari gallnya
kemudian disemprot/dioles larutan belerang kapur.
3. Pasca Epidemi : dengan cara rehabilitasi, pemuliaan
pohon (benih, bibit unggul tahan penyakit), dan
konversi jenis tanaman.
Jakarta, 18 Mei 2009
Kepala Pusat Informasi Kehutanan
46
Mekanisme
suatu
senyawa
antimikroba
dalam
2.
3.
4.
47
mengatasi
terjadinya
gumpalan
pada
tertentu
belerang
dapat
juga
menyebabkan
buah-buahan
yang
dalam
keadaan
istirahat
48
selain
sebagai
fungisida
juga
mempunyai
menggambarkan
kerja
suatu
bahan
yang
49
50
5
PENUTUP
Serangan
perlu
dilakukan
sesegera
mungkin.
Aplikasi
51
DAFTAR PUSTAKA
Agrios, G.N. 2005. Plant Pathology. 5th eds. Elsevier
Academic Press. USA.
Anggraeni, I. dan E. Santoso. 2003. Penyakit karat puru
pada sengon (Paraserianthes falcataria) di Pulau
Seram. Buletin Penelitian Hutan. No. 636/2003.
Puslitbang Hutan dan Konservasi Alam Bogor.
Anggraeni, I. 2008. Penyakit karat tumor (gall rust) pada
tanaman sengon (Paraserianthes falcataria) di RPH
Pandantoyo, BKPH Pare, KPH Kediri. Workshop
Serangan Karat Tumor pada Sengon. Balai Besar
Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman
Hutan. Yogyakarta 19 November 2008.
Anggraeni, I. 2008. Penyakit karat puru pada sengon
(Paraserianthes
falcataria)
dan
teknik
pengendaliannya. Booklet. Pusat Litbang Hutan
Tanaman. Bogor.
Anggraeni, I., B. Dendang dan N. E. Lelana. 2010.
Pengendalian penyakit karat tumor (Uromycladium
tepperianum (Sacc.) Mc. Alpin) pada sengon
(Falcataria mollucana (Miq.) Barneby & J.W.
Grimes) di Panjalu Kabupaten Ciamis Jawa Barat.
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman 7 (5): 273-278.
Departemen Kehutanan Republik Indonesia. Pencegahan
dan pengendalian karat puru. Siaran pers No.
S256/PIK 2009. 18 Mei 2009.
Departemen Kehutanan dan Badan Pusat Statistik. 2003.
Potensi Hutan Rakyat Indonesia 2003. Jakarta
Dick, M. 1985. Uromycladium rusts of Acacia. Forest
Pathology in New Zealand No. 15. New Zealand
52
53
54
55
Tabel 2.2.
RT Usaha BMU
Jumlah
Jumlah
Jml Phn
Jumlah
Jumlah
Jml Phn
RTK
Pohon
Siap Tebang
RT Usaha
Pohon
Siap Tebang
JAWA
a.
Absolut
b.
Persentase
Thd total
1 983 192
50 075 525
19 579 689
355 424
28 701
783
85,63
83,69
79,55
87,44
83,97
Siap tebang
c.
39,10
Rata-rata
25,25
9,87
332 780
9 758 776
5 033 539
14,37
16,31
20,45
14 205 763
77,91
49,49
80,75
39,97
51 051
5 481 076
4 027 273
12,56
16,03
22,09
LUAR JAWA
a.
Absolut
b.
Persentase
Thd total
Siap tebang
c.
Rata-rata
51,58
29,33
15,13
73,48
107,36
78,89
INDONESIA
34 182
a.
Absolut
b.
Persentase
Thd total
2 315 972
59 834 301
24 613 228
406 475
859
18 233 036
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
Siap tebang
c.
Rata-rata
Sumber:Dephut&BPS(2003).
41,14
25,84
10,63
53,34
84,10
44,86
BIODATA PENULIS
Dra. Illa Anggraeni dilahirkan di Malang, tanggal 7
April 1958. Menamatkan Sekolah Dasar di Mardi
Yuana di Sukabumi pada tahun 1970, Sekolah
Menengah Pertama Negeri I di Bogor pada tahun
1973, dan Sekolah Mengah Atas Negeri II di Bogor
pada tahun 1976. Gelar Sarjana Strata Satu (Dra.)
diperoleh pada tahun 1983 pada Fakultas Biologi
Universitas
Jenderal
Soedirman
(UNSOED)
Purwokerto. Pada tahun 1984 1991 menjadi guru
mata pelajaran Biologi Di SMAK Tunas Harapan Bogor. Juli tahun 1991
penulis diterima menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) di Badan
Penelitian dan Pengembangan Kehutanan dengan jabatan fungsional
calon peneliti Bidang Perlindungan Hutan. Tahun 1996 Asisten Peneliti
Muda, tahun 1998 Ajun Peneliti Muda, tahun 2000 Ajun Peneliti Madya,
tahun 2002 Peneliti Muda, tahun 2004 Peneliti Madya Gol.IV/b, tahun
2007 Peneliti Madya Gol.IV/c, tahun 2011 Peneliti Utama. Pada tahun
2003 2011 menjabat Ketua Kelompok Peneliti Perlindungan Hutan di
Pusat Penelitian dan Pengembangan Peningkatan Produktivitas Hutan
Bogor (Pusprohut). Penulis mendapat Penghargaan Satya Lancana Karya
Satya 10 tahun pada tahun 2007 dan Satya Lancana Karya Satya 20
tahun pada tahun 2011.