Anda di halaman 1dari 5

Susu Sapi Bukan untuk Manusia

Posted on 27 Juni 2010 by protuslanx


1 Votes

Protuslanx menemukan artikel menarik ini di forumnya Vivanews.com. Cukup menarik! Protuslanx
malah jadi bingung sekarang, apakah susu sapi sebaiknya tidak dikonsumsi lagi. Mudah-mudahan dari
dinas BPOM (Badan Pengawasan Obat dan Makanan) RI bisa lebih intens di forum-forum seperti ini
untuk memberi penjelasan yang akurat kepada masyarakat.

Mungkin artikel ini sudah banyak diposting di internet. Namun, tidak ada salahnya kalau Protuslanx
mengutip sumbernya untuk menyebarluaskan informasi ini kepada masyarakat luas.

Prof. Dr. Hiromi Shinya (http://www.iswatertheanswer.com)

Tidak ada makhluk di dunia ini yang ketika sudah dewasa masih minum susu, kecuali manusia. Lihatlah
sapi, kambing, kerbau, atau apa pun: begitu sudah tidak anak-anak lagi tidak akan minum susu.
Mengapa manusia seperti menyalahi perilaku yang alami seperti itu?

Itu gara-gara pabrik susu yang terus mengiklankan produknya, ujar Prof. Dr. Hiromi Shinya, penulis
buku yang sangat laris: The Miracle of Enzyme (Keajaiban Enzim) yang sudah terbit dalam bahasa
Indonesia dengan judul yang sama. Padahal, katanya, susu sapi adalah makanan/minuman paling buruk
untuk manusia. Manusia seharusnya hanya minum susu manusia. Sebagaimana anak sapi yang juga
hanya minum susu sapi. Mana ada anak sapi minum susu manusia, katanya.

Mengapa susu paling jelek untuk manusia? Bahkan, katanya, bisa menjadi penyebab osteoporosis.
Jawabnya: Karena susu itu benda cair sehingga ketika masuk mulut langsung mengalir ke
kerongkongan. Tidak sempat berinteraksi dengan enzim yang diproduksi mulut kita.

Akibat tidak bercampur enzim, tugas usus semakin berat. Begitu sampai di usus, susu tersebut langsung
menggumpal dan sulit sekali dicerna. Untuk bisa mencernanya, tubuh terpaksa mengeluarkan cadangan

enzim induk yang seharusnya lebih baik dihemat. Enzim induk itu mestinya untuk pertumbuhan tubuh,
termasuk pertumbuhan tulang. Namun, karena enzim induk terlalu banyak dipakai untuk membantu
mencerna susu, peminum susu akan lebih mudah terkena osteoporosis.

Profesor Hiromi tentu tidak hanya mencari sensasi. Dia ahli usus terkemuka di dunia. Dialah dokter
pertama di dunia yang melakukan operasi polip dan tumor di usus tanpa harus membedah perut. Dia
kini sudah berumur 70 tahun. Berarti dia sudah sangat berpengalaman menjalani praktik kedokteran.
Dia sudah memeriksa keadaan usus bagian dalam lebih dari 300.000 manusia Amerika dan Jepang. Dia
memang orang Amerika kelahiran Jepang yang selama karirnya sebagai dokter terus mondar-mandir di
antara dua negara itu.

Setiap memeriksa usus pasiennya, Prof. Hiromi sekalian melakukan penelitian. Yakni, untuk mengetahui
kaitan wujud dalamnya usus dengan kebiasaan makan dan minum pasiennya. Dia menjadi hafal pasien
yang ususnya berantakan pasti yang makan atau minumnya tidak bermutu. Dan, yang dia sebut tidak
bermutu itu antara lain susu dan daging.

Dia melihat alangkah mengerikannya bentuk usus orang yang biasa makan makanan/minuman yang
jelek: benjol-benjol, luka-luka, bisul-bisul, bercak-bercak hitam, dan menyempit di sana-sini seperti
diikat dengan karet gelang. Jelek di situ berarti tidak memenuhi syarat yang diinginkan usus. Sedangkan
usus orang yang makanannya sehat/baik, digambarkannya sangat bagus, bintik-bintik rata, kemerahan,
dan segar.

http://www.pacamat.com

Karena tugas usus adalah menyerap makanan, tugas itu tidak bisa dia lakukan kalau makanan yang
masuk tidak memenuhi syarat si usus. Bukan saja ususnya kecapean, juga sari makanan yang diserap
pun tidak banyak. Akibatnya, pertumbuhan sel-sel tubuh kurang baik, daya tahan tubuh sangat jelek, sel
radikal bebas bermunculan, penyakit timbul, dan kulit cepat menua. Bahkan, makanan yang tidak
berserat seperti daging, bisa menyisakan kotoran yang menempel di dinding usus: menjadi tinja stagnan
yang kemudian membusuk dan menimbulkan penyakit lagi.

Karena itu, Prof Hiromi tidak merekomendasikan daging sebagai makanan. Dia hanya menganjurkan
makan daging itu cukup 15 persen dari seluruh makanan yang masuk ke perut. Dia mengambil contoh
yang sangat menarik, meski di bagian ini rasanya, keilmiahannya kurang bisa dipertanggung jawabkan.
Misalnya, dia minta kita menyadari berapakah jumlah gigi taring kita, yang tugasnya mengoyak-ngoyak
makanan seperti daging: hanya 15 persen dari seluruh gigi kita. Itu berarti bahwa alam hanya
menyediakan infrastruktur untuk makan daging 15 persen dari seluruh makanan yang kita perlukan.

Dia juga menyebut contoh harimau yang hanya makan daging. Larinya memang kencang, tapi hanya
untuk menit-menit awal. Ketika diajak lomba lari oleh mangsanya, harimau akan cepat kehabisan
tenaga. Berbeda dengan kuda yang tidak makan daging. Ketahanan larinya lebih hebat.

Di samping pemilihan makanan, Prof Hiromi mempersoalkan cara makan. Makanan itu, katanya, harus
dikunyah minimal 30 kali. Bahkan, untuk makanan yang agak keras harus sampai 70 kali. Bukan saja bisa
lebih lembut, yang lebih penting agar di mulut makanan bisa bercampur dengan enzim secara
sempurna. Demikian juga kebiasaan minum setelah makan bukanlah kebiasaan yang baik. Minum itu,
tulisnya, sebaiknya setengah jam sebelum makan. Agar air sudah sempat diserap usus lebih dulu.

Bagaimana kalau makanannya seret masuk tenggorokan? Nah, ini dia, ketahuan. Berarti mengunyahnya
kurang dari 30 kali ! Dia juga menganjurkan agar setelah makan sebaiknya jangan tidur sebelum 4 atau 5
jam kemudian. Tidur itu, tulisnya, harus dalam keadaan perut kosong. Kalau semua teorinya diterapkan,
orang bukan saja lebih sehat, tapi juga panjang umur, awet muda, dan tidak akan gembrot.

Yang paling mendasar dari teorinya adalah: Setiap tubuh manusia sudah diberi modal oleh alam
bernama enzim-induk dalam jumlah tertentu yang tersimpan di dalam lumbung enzim-induk. Enziminduk ini setiap hari dikeluarkan dari lumbung-nya untuk diubah menjadi berbagai macam enzim
sesuai keperluan hari itu. Semakin jelek kualitas makanan yang masuk ke perut, semakin boros
menguras lumbung enzim-induk. Mati, menurut dia, adalah habisnya enzim di lumbung masing-masing.

Maka untuk bisa berumur panjang, awet muda, tidak pernah sakit, dan langsing haruslah menghemat
enzim-induk itu. Bahkan, kalau bisa ditambah dengan cara selalu makan makanan segar. Ada yang
menarik dalam hal makanan segar ini. Semua makanan (mentah maupun yang sudah dimasak) yang
sudah lama terkena udara akan mengalami oksidasi. Dia memberi contoh besi yang kalau lama dibiarkan
di udara terbuka mengalami karatan. Bahan makanan pun demikian.

Apalagi kalau makanan itu digoreng dengan minyak. Minyaknya sendiri sudah persoalan, apalagi kalau
minyak itu sudah teroksidasi. Karena itu, kalau makan makanan yang digoreng saja sudah kurang baik,
akan lebih parah kalau makanan itu sudah lama dibiarkan di udara terbuka. Minyak yang telah
teroksidasi, katanya, sangat bahaya bagi usus. Maksudnya, tubuh mengolah makanan seperti itu
memerlukan enzim yang banyak.

http://www.ecoliblog.com

Apa saja makanan yang direkomendasikan ? Sayur, biji-bijian, dan buah. Jangan terlalu banyak makan
makanan yang berprotein. Protein yang melebihi keperluan tubuh ternyata tidak bisa disimpan. Protein
itu harus dibuang. Membuangnya pun memerlukan kekuatan yang ujung-ujungnya juga berasal dari
lumbung enzim. Untuk apa makan berlebih kalau untuk mengolah makanan itu harus menguras enzim
dan untuk membuang kelebihannya juga harus menguras lumbung enzim.

Prof. Hiromi sendiri secara konsekuen menjalani prinsip hidup seperti itu dengan sungguh-sungguh.
Hasilnya, umurnya sudah 70 tahun, tapi belum pernah sakit. Penampilannya seperti 15 tahun lebih
muda. Tentu sesekali dia juga makan makanan yang di luar itu. Sebab, sesekali saja tidak apa-apa.
Menurunnya kualitas usus terjadi karena makanan jelek itu masuk ke dalamnya secara terus-menerus
atau terlalu sering.

Terhadap pasiennya, Prof Hiromi juga menerapkan pengobatan seperti itu. Pasien-pasien penyakit
usus, termasuk kanker usus, banyak dia selesaikan dengan pengobatan alamiah tersebut.. Pasiennya
yang sudah gawat dia minta mengikuti cara hidup sehat seperti itu dan hasilnya sangat memuaskan.
Dokter, katanya, banyak melihat pasien hanya dari satu sisi di bidang sakitnya itu. Jarang dokter yang
mau melihatnya melalui sistem tubuh secara keseluruhan. Dokter jantung hanya fokus ke jantung.
Padahal, penyebab pokoknya bisa jadi justru di usus. Demikian juga dokter-dokter spesialis lain.
Pendidikan dokter spesialislah yang menghancurkan ilmu kedokteran yang sesungguhnya.

Yang menggembirakan dari buku Prof. Hiromi ini adalah: orang itu harus makan makanan yang enak.
Dengan makan enak, hatinya senang. Kalau hatinya sudah senang dan pikirannya gembira, terjadilah
mekanisme dalam tubuh yang bisa membuat enzim-induk bertambah.

Jadi, ya menurut Protuslanx lebih baik konsumsi susu kedelai saja, juga sebaiknya kita lebih banyak
minum air putih saja (minimal seliter sehari) biar tubuh jadi lebih bersih :)

Sumber: David Koperboy (?) di http://forum.vivanews.com (terimakasih!)

Anda mungkin juga menyukai