Anatomi
Anatomi
Iris lanjutan badan siliaris kedepan
merupakan diafragma yang membagi bola
mata menjadi 2 segmen : segmen anterior &
segmen Posterior
Ditengahnya berlubang : pupil
Iris membagi 2 : bilik mata depan ( camera
oculi anterior = COA) & bilik mata belakang (
camera oculi posterior = COP )
Definisi
hifema adalah suatu keadaan dimana
ditemukan darah dalam bilik mata depan
yang terjadi akibat trauma tajam maupun
tumpul yang merobek pembuluh darah iris
atau badan siliar
Etiologi
Penyebab hifema adalah :
Gaya-gaya akibat kontusif sering merobek pembuluhpembuluh iris dan merusak sudut kamera okuli anterior
biasanya pada trauma tumpul atau trauma tembus.
Perdarahan spontan dapat terjadi pada mata dengan rubeosis
iridis, tumor pada iris, retino blastoma, dan kelainan darah.
Perdarahan pasca bedah, bisa juga terjadi pada pasca bedah
katarak kadang-kadang pembuluh darah baru yang terbentuk
pada kornea dan limbus pada luka bekas operasi bedah
katarak dapat pecah sehingga timbul hifema
Klasifikasi
Berdasarkan waktu terjadinya hifema, maka dapat dibagi menjadi 2
bagian yaitu :
1. Primer
Perdarahan yang terjadi segera sesudah trauma
2. Sekunder
Biasanya timbul setelah 5-7 hari sesudah trauma. Perdarahan lebih
hebat dari yang primer. Oleh karena itu seorang dengan hifema harus
dirawa sedikitnya 5 hari. Perdarahan ulang terjadi pada 16 sampai 20%
kasus dalam 2 sampai 3 hari. Perdarahan sekunder ini terjadi oleh
karena resorbsi dari bekuan darah yang terjadi terlalu cepat, sehingga
pembuluh darah tidak dapat waktu cukup untuk regenerasi kembali.
Lanjutan.......
Hifema juga bisa terjadi sekunder oleh akibat dari :
Patofisiologi
Sumber perdarahan tersering pada hifema adalah iris. Ada 2
mekanisme yang dapat menyebabkan perdarahan disekitar iris:
Gejala klinis
Adanya riwayat trauma
Rasa sakit yang hebat disertai rasa menekan
kepala
Penurunan penglihatan (derajat penurunan
bervariasi tergantung jumlah darah yg
mengisi COA
Bila duduk terlihat di bagian bawah bilik mata
depan atau dapat menempati seluruh ruang
bilik mata depan
Anamnesis
Pemeriksaan Oftalmologi
Melihat adanya darah yang menggenangi COA.
Terdapat batas yang cukup tegas antara bagian COA
yang terisi darah dan yang tidak..
Pemeriksaan visus dan tekanan intra okular.
Pemeriksaan bagian dalam mata dengan lup,
oftalmoskop, atau slitlamp untuk melihat keadaan
struktur jaringan intra okular
Peningkatan tekanan intra okular umumnya terjadi
dalam 24 jam pertama dan butuh penatalaksanaan
segera untuk mencegah komplikasi atrofi papil saraf
optik yang dapat mengakibatkan hilangnya
penglihatan.
Lanjutan.........
Pemeriksaan Penunjang
CT scan orbita
Ultrasound biomicroscopic (UBM)
Tonometri, untuk memeriksa tekanan intra
okuler.
Diagnosis
Diagnosis hifema ditegakkan melalui
anamnesis dan pemeriksaan oftalmologi
Adanya riwayat trauma disertai keluhan sakit
pada mata dan penglihatan yang menurun.
Frekuensi
Grade 1
< COA
58%
Grade 2
- COA
20%
Grade 3
> COA
14%
Grade 4
SELURUH COA
8%
Komplikasi
Sinekia
Imbibisi kornea
Peningkatan TIO
Pendarahan okular posterior
Keadaan
Komplikasi
Penatalaksanaan
Pasien hifema disarankan untuk tirah baring dan
mengurangi aktivitas. Pasien diistirahatkan dengan
posisi kepala yang agak ditinggikan sekitar 30-60
derajat dan kedua mata ditutup untuk memberikan
istirahat pada mata.
Penatalaksanaan medikamentosa yang dapat diberikan
untuk pasien hifema yaitu :
Untuk mengurangi rasa sakit dapat digunakan
analgesik asetaminofen.
Lanjutan.........
Pemberian sikoplegik seperti atropin 1% tetes mata
bermanfaat untuk mencegah kontraksi badan siliar
agar tidak terjadi perdarahan ulang.
Lanjutan.........
Lanjutan..........
Pada dasarnya pengobatan hifema ditujukan untuk
Menghentikan perdarahan dan mencegah
perdarahan ulang
Mengeluarkan darah dari COA
Mengendalikan tekanan intra okular
Mencegah terjadinya imbibisi kornea
Mengobati uveitis akibat hifema
Menemukan penyulit sedini mungkin
Prognosis
Prognosis hifema ditentukan berdasarkan
Kerusakan struktur okular lainnya, misalnya
ruptur koroid atau perlukaan macula
Ada tidaknya perdarahan sekunder
Ada tidaknya komplikasi seperti glaucoma,
imbibisi kornea, atau atrofi optik
Kesimpulan
Daftar pustaka