TINJAUAN PUSTAKA
A. Trauma Tajam
Trauma tajam adalah sebuah trauma yang diakibatkan oleh senjata atau bendabenda yang memiliki tepi yang tajam atau runcing (seperti pisau, gunting dan
kaca). Putus atau rusaknya kontinuitas jaringan disebabkan karena trauma akibat
alat/senjata yang bermata tajam dan atau berujung runcing. Benda-benda yang
dapat mengakibatkan luka seperti ini adalah benda yang memiliki sisi tajam, baik
berupa garis maupun runcing, yang bervariasi dari alat-alat seperti golok, pisau,
dan sebagainya hingga keping kaca, gelas, logam, sembilu bahkan tepi kertas atau
rumput2,3.
Luka akibat benda tajam pada umumnya mudah dibedakan dari luka yang
disebabkan oleh benda tumpul dan oleh senjata api. Pada kematian yang
disebabkan oleh benda tajam pada umumnya disebabkan karena peristiwa
pembunuhan, bunuh diri atau kecelakaan. Luka yang disebabkan oleh benda tajam
dapat dibedakan dari luka yang disebabkan oleh benda lainnya, yaitu keadaan
sekitar luka yang tenang, tidak ada luka lecet atau luka memar, tepi luka yang rata,
dan dari sudut-sudutnya yang runcing, serta tidak adanya jembatan jaringan3,4.
Trauma tajam ialah suatu ruda paksa yang mengakibatkan luka pada
permukaan tubuh oleh benda-benda tajam. Ciri-ciri umum dari luka benda tajam
adalah sebagai berikut2,4:
1) Garis batas luka biasanya teratur, tepinya rata dan sudutnya runcing.
2) Bila ditautkan akan mejadi rapat (karena benda tersebut hanya memisahkan,
tidak menghancurkan jaringan) dan membentuk garis lurus dari sedikit
lengkung.
3) Tepi luka rata dan tidak ada jembatan jaringan.
4) Daerah di sekitar garis batas luka tidak ada memar.
Trauma tajam dikenal dalam tiga bentuk pula yaitu luka iris atau luka sayat
(vulnus scissum), luka tusuk (vulnus punctum) dan luka bacok (vulnus caesum)2,4.
Tabel 1. Perbedaan luka akibat benda tumpul dan benda tajam2,4.
Trauma
Tumpul
Tajam
Bentuk luka
Tidak teratur
Teratur
Tepi luka
Tidak rata
Rata
Jembatan jaringan
Ada
Tidak ada
Rambut
Ikut terpotong
Dasar luka
Tidak teratur
Sekitar luka
Di dalam Ilmu Kedokteran Kehakiman luka akibat benda tajam yang dapat
dijumpai terdapat dalam dua bentuk, yaitu luka iris dan luka tusuk, dan di dalam
dunia kriminal luka-luka tersebut biasanya disebabkan oleh pisau. Bentuk luka
yang disebabkan oleh pisau yang mengenai tubuh korban, dipengaruhi oleh
faktor-faktor berikut3,4:
1) Sifat-sifat dari pisau: bentuk, ketajaman dari ujung, dan ketajaman dari kedua
tepinya, bermata satu atau bermata dua.
2) Bagaimana pisau itu mengenai dan masuk ke dalam tubuh. Jarang pisau
masuk ke dalam tubuh dan keluar lagi dengan sudut serta arah yang sama,
dengan demikian setiap luka tusuk merupakan perpaduan antara tusukan
dengan irisan. Oleh karena itu, ukuran luka dimana pisau itu masuk ke dalam
tubuh akan lebih besar dari ukuran lebar dari pisau itu sendiri.
3) Tempat luka. Kulit memiliki elastisitas yang besar dan besarnya ketegangan
kulit tidak sama pada seluruh tubuh. Pada daerah dimana serat-serat elastiknya
sejajar, yaitu pada lipatan-lipatan kulit, maka tusukan yang sejajar dengan
lipatan tersebut akan mengakibatkan luka yang tertutup, sempit dan berbentuk
celah. Akan tetapi bila tusukan pisau itu melintasi serta memotong lipatan
kulit, maka luka yang terjadi akibat tusukan pisau tersebut akan terbuka lebar.
Tabel 2. Ciri-ciri luka akibat kekerasan benda tajam pada kasus pembunuhan,
bunuh diri, atau kecelakaan3,4.
Pembunuhan
Bunuh diri
Kecelakaan
Lokasi luka
Sembarang
Terpilih
Terpapar
Jumlah luka
Banyak
Banyak
Tunggal/banyak
Pakaian
Terkena
Tidak terkena
Terkena
Luka tangkis
ada
Tidak ada
Tidak ada
Luka percobaan
Tidak ada
ada
Tidak ada
Cedera sekunder
Mungkin ada
Tidak ada
Mungkin ada
akibat perlawanan korban dan umumnya ditemukan pada telapak dan punggung
tangan, jari-jari tangan, punggung lengan bawah, dan tungkai. Pemeriksaan pada
baju yang terkena pisau bertujuan untuk melihat interaksi antara pisau-kain-tubuh,
yaitu melihat letak atau lokasi kelainan, bentuk robekan, adanya partikel besi
(reaksi biru berlin dilanjutkan dengan pemeriksaan spektroskopi), serat kain dan
pemeriksaan terhadap bercak darahnya3,4.
Bunuh diri yang menggunakan benda tajam biasanya diarahkan pada tempat
yang cepat mematikan, misalnya leher, dada kiri, pergelangan tangan, perut, dan
lipat paha. Bunuh diri dengan senjata tajam tentu saja akan menghasilkan lukaluka pada tempat yang terjangkau oleh tangan korban serta biasanya tidak
menembus pakaian karena umumnya korban menyingkap pakaian terlebih dahulu.
Luka percobaan khas ditemukan pada kasus bunuh diri yang menggunakan senjata
tajam, sehubungan dengan kondisi kejiwaan korban. Luka percobaan tersebut
dapat berupa luka sayat atau luka tusuk yang dilakukan berulang dan biasanya
sejajar2,4.
Yang dimaksud kecelakaan pada tabel 2 di atas adalah kekerasan tajam yang
terjadi tanpa unsur kesengajaan misalnya kecelakaan industri dan kecelakaan pada
kegiatan sehari-hari. Luka akibat benda tajam pada umumnya mudah dibedakan
dari luka yang disebabkan oleh benda tumpul dan dari luka tembakan senjata api.
Pada kematian yang disebabkan oleh benda tajam, walaupun tetap harus
dipikirkan kemungkinan karena suatu kecelakaan; tetapi pada umumnya karena
suatu peristiwa pembunuhan atau peristiwa bunuh diri. Luka akibat kekerasan
benda tajam dapat berupa luka iris atau luka sayat, luka tusuk, dan luka bacok3,5.
Gambar 2.1. Tekanan ringan benda tajam (pisau) sambil digeser pada permukaan
kulit menghasilkan luka iris3.
Gambar 2.2. Contoh luka iris pada lengan bawah bagian depan.
b. Karakteristik Luka Iris
Ciri utama luka iris dibanding luka akibat benda tajam lainnya adalah
panjangnya melebihi kedalamannya, sebab terjadi akibat tekanan ringan benda
tajam sewaktu digeserkan pada permukaan kulit, seperti pada gambar di bawah
ini. Dengan demikian panjang dan dalam luka iris sama sekali tidak
menginformasikan ukuran benda tajam penyebab. Luka iris berukuran 3 cm bisa
saja diakibatkan oleh pisau dapur berukuran 6 cm, pisau cukur berukuran 2 cm,
atau bahkan sepotong pecahan kaca3,4.
Gambar 2.3. Luka iris pada wajah, tampak panjang luka melebihi kedalamannya5.
Ujung luka iris seringkali superfisial, kemudian agak dalam di tengah, dan
kembali superfisial pada ujung lainnya. Benda tajam yang mengenai kulit secara
oblik akan membentuk bevel luka. Jika sudutnya jauh lebih ekstrim maka luka
akan memiliki flap. Bila irisan benda tajam mengenai permukaan kulit yang tidak
rata maka dengan sekali geser akan terbentuk banyak luka dengan tepi terputusputus disebut wrinkle wound3,5.
Gambar 2.4. Wrinkle wound, pisau tergeser pada permukaan kulit yang tidak rata3.
Luka iris menyerupai laserasi (luka robek), sehingga kerap sulit dibedakan.
Luka robek yang merupakan luka akibat kekerasan benda tumpul umumnya
bertepi tidak rata dan memiliki jembatan jaringan disertai abrasi atau kontusio di
10
sekitarnya. Sebaliknya, luka iris tepinya teratur, sekelilingnya bersih dan tidak
memiliki jembatan jaringan. Akan tetapi luka iris oleh permukaan yang tidak
terlalu tajam dan ireguler kadang menghasilkan luka yang juga disertai abrasi dan
kontusio, walaupun memang tidak ditemukan jembatan jaringan3,5.
Gambar 2.5. Bandingkan luka iris (A) dan luka robek (B). Adanya jembatan
jaringan membantu membedakan keduanya1,3.
Luka iris umumnya terjadi pada bagian tubuh yang mudah terpapar misalnya
kepala, leher, dan lengan. Pada kasus bunuh diri atau percobaan bunuh diri, luka
iris umumnya ditemukan pada area fatal dan mudah dijangkau misalnya
permukaan radial pergelangan tangan kontralateral. Sedangkan pada kasus
pembunuhan umumnya di daerah leher3,5.
Luka iris pada leher umumnya merupakan akibat upaya pembunuhan. Sangat
jarang akibat kecelakaan atau bunuh diri. Ada dua gambaran luka iris pada kasus
pembunuhan, bergantung dari arah mana pelaku melukai. Umumnya, leher korban
diiris dari arah belakang, kepala dipegang, leher dipaparkan, lalu pisau diiriskan
melintang hingga mencapai tenggorokan. Luka iris bisa mencapai tepi bawah
telinga hingga ke sisi sebelah (patologi)3,6.
11
Gambar 2.6. Luka iris leher pada sebuah kasus pembunuhan dari arah belakang.
A. Irisan bermula dari tepi bawah telinga menuju ke bawah hingga
mencapai midline leher, lalu kembali ke sisi leher sebelah. B. Tepi
terminal luka terletak lebih rendah dibanding tepi awal3.
Luka iris pada kasus pembunuhan dari arah depan umumnya pendek dan
membentuk sudut tertentu. Bila pelaku menggunakan tangan kanan maka luka iris
umumnya di sisi kiri leher korban, bila luka juga terjadi pada sisi kanan maka
biasanya jumlahnya lebih sedikit. Luka melintang cenderung teletak medial dan
mengalami sedikit perluasan ke kiri atau ke kanan4,6.
12
Gambar 2.7. Luka iris leher pada sebuah kasus pembunuhan dari arah depan3.
c. Luka Iris Khusus
Hesitation wound (luka percobaan) merupakan luka iris yang mengawali
perlukaan yang lebih fatal pada upaya bunuh diri, biasanya akibat rangsangan
nyeri atau timbul keraguan selama upaya tersebut. Luka percobaan sangat
supefisial bahkan menyerupai ketebalan selembar kertas4,7.
Gambar 2.8. Tampak luka percobaan di sekeliling luka iris utama pada upaya
bunuh diri3.
13
Defense wound (luka tangkis) adalah luka iris akibat upaya perlawanan korban
terhadap pelaku bersenjata tajam. Luka tangkis umumnya berlokasi di telapak
tangan akibat upaya memegang dan menahan senjata pelaku, di lengan atas dan
sisi ulnar lengan bawah akibat menangkis serangan pelaku. Pada kasus tertentu
luka tangkis dapat ditemukan di kaki atau tungkai akibat upaya korban
menendang. Tangkisan dilakukan korban untuk melindingi area vitalnya4,6.
Gambar 2.9. Luka tangkis pada telapak tangan akibat upaya menggenggam
senjata tajam3.
2. Luka Tusuk (Stab Wound)
Luka tusuk disebabkan oleh benda tajam dengan posisi menusuk atau korban
yang terjatuh di atas benda tajam. Bila pisau yang digunakan bermata satu, maka
salah satu sudut akan tajam, sedangkan sisi lainnya tumpul atau hancur. Jika pisau
bermata dua, maka kedua sudutnya tajam. Luka tusuk ialah luka akibat alat yang
14
berujung runcing dan bermata tajam atau tumpul yang terjadi dengan suatu
tekanan tegak lurus atau serong pada permukaan tubuh4,6.
Efek yang terjadi pada luka tusuk tergantung dari lokasinya pada tubuh. Luka
dapat terjadi pada dada, abdomen tulang belakang, leher, kepala dan ekstremitas.
Contoh alat yang dapat menimbulkan luka tusuk, antara lain belati, bayonet, keris,
clurit, kikir, tanduk kerbau, obeng, dan lain-lain. Ciri luka tusuk (misalnya senjata
pisau/bayonet) adalah tepi luka rata, dalam luka lebih besar dari panjang luka,
sudut luka tajam, sisi tumpul pisau menyebabkan sudut luka kurang tajam, sering
ada memar/echymosis di sekitarnya4,6.
Penampakan luar luka tusuk tidak sepenuhnya tergantung dari bentuk senjata.
Jaringan elastis dermis, bagian kulit yang lebih dalam, mempunyai efek yang
sesuai dengan bentuk senjata. Harus dipahami bahwa jaringan elastis terbentuk
dari garis lengkung pada seluruh area tubuh. Jika tusukan terjadi tegak lurus garis
tersebut, maka lukanya akan lebar dan pendek. Sedangkan bila tusukan terjadi
paralel dengan garis tersebut, luka yang terjadi sempit dan panjang5,6.
Menikam atau menusuk biasanya dengan pisau, sering terjadi pada kasus
pembunuhan dan pembantaian5,6.
a. Definisi Luka Tusuk
Luka tusuk merupakan jejas pada tubuh yang diakibatkan oleh penusukan
benda yang memiliki ujung tajam tajam pada tubuh. Benda tajam yang dimaksud
seperti pisau, pedang, gunting, alat pahat, bayonet, dan benda yang memiliki
ujung tajam lainnya. Bahkan benda lebih tumpul seperti obeng juga dapat
menyebabkan luka tusuk. Luka tusuk dapat dibedakan dengan luka iris
15
berdasarkan panjang dan kedalaman luka. Jika dilakukan pengukuran, Luka akibat
tusukan memiliki kedalaman luka lebih panjang dibanding panjangnya,
sebaliknya pada luka iris5,7.
Gambar 2.10. Luka Tusuk. Panah biru gelap menunjukkan sisi dengan sudut
lancip, sedangkan di sisi yang berlawanan dengan sudut tumpul5.
b. Karakteristik Luka Tusuk
1) Panjang dan kedalaman luka
Pada luka tusuk, panjang luka pada kulit dapat sama, lebih kecil ataupun lebih
besar dibandingkan dengan lebar pisau. Kebanyakan luka tusuk akan
menganga bukan karena sifat benda yang masuk tetapi sebagai akibat
elastisitas dari kulit5,6.
Pada bagian tertentu pada tubuh, dimana terdapat dasar berupa tulang atau
serat otot, luka itu mungkin nampak berbentuk seperti kurva. Panjang luka
penting diukur dengan cara merapatkan kedua tepi luka sebab itu akan
mewakili lebar alat. Panjang luka di permukaan kulit tampak lebih kecil dari
lebar alat, apalagi bila luka melintang terhadap otot. Bila luka masuk dan
keluar melalui alur yang sama maka lebar luka sama dengan lebar alat. Tetapi
sering yang terjadi lebar luka melebihi lebar alat kerena tarikan ke samping
16
waktu menusuk dan waktu menarik. Demikian juga bila alat/pisau yang masuk
kejaringan dengan posisi yang miring5,6.
Pemakaian istilah luka penetrasi ditunjukkan untuk menjelaskan dimana
dalaman luka yang diakibatkan oleh benda itu melebihi lebar luka yang
tampak pada permukaan kulit. Dalamnya luka sulit ditentukan pada daerah
tanpa tulang seperti di daerah abdomen oleh karena elastisitas dinding perut
tersebut. Panjang saluran luka atau kedalaman luka dapat mengindikasikan
panjang minimum dari senjata yang digunakan, jika bagian pangkal senjata
masuk kedalam tubuh. Umumnya dalam luka lebih pendek dari panjang
senjata, karena jarang ditusukan sampai ke pangkal senjata6,7.
Gambar 2.11. Pisau bermata satu yang ditusukan dengan kedalaman yang
berbeda9.
2) Bentuk luka
Terdapat beberapa hal yang mempengaruhi bentuk luka yaitu bentuk dan
ukuran senjata yang digunakan, arah dorongan, gerakan senjata pada luka,
gerakan korban yang ditusuk, dan keadaan elastisitas kulit. Bentuk luka
merupakan gambaran yang penting dari luka tusuk karena karena hal itu akan
sangat membantu dalam membedakan berbagai jenis senjata yang mungkin
17
telah dikumpulkan oleh polisi dan dibawa untuk diperiksa. Daerah tepi luka
dapat memberikan informasi ketajaman senjata yang digunakan. Senjata yang
tumpul misalnya akan membuat tepi luka mengalami abrasi. Pinggir luka
dapat menunjukan bagian yang tajam (sudut lancip) dan tumpul (sudut
tumpul) dari pisau berpinggir tajam satu sisi. Pisau dengan kedua sisi tajam
akan menghasilkan luka dengan dua pinggir tajam4,7
18
19
Gambar 2.16. Menunjukkan jenis obeng philips dan bentuk luka yang
ditimbulkan8.
Selain kekhususan senjata yang digunakan, sifat keelastisan kulit dan arah
tusukan terhadap serabut elastis juga memengaruhi bentuk luka. Apabila arah
tusukan membentuk sudut yang tegak lurus dengan distribusi serabut elastis tubuh
yang sesuai dengan Langers line. Hal ini akan menyebabkan tepi luka akan
melebar dan cetakan luka tidak sesuai dengan senjata yang digunakan6,7.
Gambar 2.17. Luka multipel dengan berbagai bentuk akibat efek langers line7.
20
Terdapat beberapa faktor yang memengaruhi bentuk luka tusuk, salah satunya
adalah reaksi korban saat ditusuk atau saat pisau keluar, hal tersebut dapat
menyebabkan lukanya menjadi tidak begitu khas. Atau manipulasi yang dilakukan
pada saat penusukan juga akan memengaruhi. Beberapa pola luka yang dapat
ditemukan6,7:
a) Tusukan masuk, yang kemudian dikeluarkan sebagian, dan kemudian
ditusukkan kembali melalui saluran yang berbeda. Pada keadaan tersebut luka
tidak sesuai dengan gambaran biasanya dan lebih dari satu saluran dapat
ditemui pada jaringan yang lebih dalam maupun pada organ.
b) Tusukan masuk kemudian dikeluarkan dengan mengarahkan ke salah satu
sudut, sehingga luka yang terbentuk lebih lebar dan memberikan luka pada
permukaan kulit seperti ekor.
c) Tusukan masuk kemuadian saat masih di dalam ditusukkan ke arah lain,
sehingga saluran luka menjadi lebih luas. Luka luar yang terlihat juga lebih
luas dibandingkan dengan lebar senjata yang digunakan.
d) Tusukan masuk yang kemudian dikeluarkan dengan mengggunakan titik
terdalam sebagai landasan, sehingga saluran luka sempit pada titik terdalam
dan terlebar pada bagian superfisial. Sehingga luka luar lebih besar
dibandingkan lebar senjata yang digunakan.
e) Tusukan diputar saat masuk, keluar, maupun keduanya. Sudut luka berbentuk
ireguler dan besar.
Harus diingat bahwa posisi tubuh korban saat ditusuk berbeda dengan pada
saat autopsi. Posisi membungkuk, berputar, dan mengangkat tangan dapat
21
disebabkan oleh senjata yang lebih pendek dibandingkan apa yang didapatkan
pada saat autopsi. Manipulasi tubuh untuk memperlihatkan posisi saat ditusuk
sulit atau bahkan tidak mungkin mengingat berat dan adanya kaku mayat. Poin
lain yang perlu dipertimbangkan adalah adanya kompresi dari beberapa anggota
tubuh pada saat penusukan. Pemeriksa yang sudah berpengalaman biasanya raguragu untuk menentukan jenis senjata yang digunakan6,7.
Karakteristik dari alat tusuk6,7:
a) Panjang, lebar, dan ketebalan pisau.
b) Satu atau dua sisi.
c) Derajat dari ujung yang lancip.
d) Bentuk belakang pada pisau satu sudut (bergerigi atau kotak).
e) Bentuk dari pelindung pangkal yang berdekatan dengan mata pisau.
f) Adanya alur, bergerigi atau cabang dari mata pisau.
g) Ketajaman dari sudut dan khususnya ujung dari mata pisau.
Karakteristik luka tusuk, dapat menerangkan tentang6,7:
a) Dimensi senjata.
b) Tipe senjata.
c) Kelancipan senjata.
d) Gerakan pisau pada luka.
e) Kedalaman luka.
f) Arah luka.
g) Banyaknya tenaga yang digunakan.
22
Gambar 2.18. Luka multipel yang merupakan tanda percobaan bunuh diri5
Bentuk lain dari luka oleh karena instrumen yang tajam adalah luka
perlawanan. Luka jenis ini dapat ditemukan di jari-jari, tangan, dan lengan
bawah (jarang ditempat lain) dari korban sebagaimana ia berusaha melindungi
dirinya dari ayunan senjata, contohnya dengan menggenggam bilah dari instrumen
tajam7,8.
23
24
1) Jumlah luka.
2) Lokasi luka.
3) Arah luka.
4) Ukuran luka (panjang, lebar dan dalam).
5) Memperkirakan luka sebagai penyebab kematian korban atau bukan.
6) Memperkirakan cara terjadinya luka apakah kasus pembunuhan, bunuh diri,
atau kecelakaan.
Lokasi luka dijelaskan dengan menghubungkan daerah-daerah
yang
berdekatan dengan garis anatomi tubuh dan posisi jaringan tertentu, misalnya
garis tengah tubuh, ketiak, puting susu, pusat, persendian dan lain-lain7,8.
Bentuk luka sebaiknya dibuat dalam bentuk sketsa atau difoto untuk
menggambarkan kerusakan permukaan kulit, jaringan dibawahnya, dan bila perlu
organ dalam (viseral). Diukur secara tepat (dalam ukuran millimeter atau
centimeter) tidak boleh dalam ukuran kira-kira saja7,9.
Pisau yang ditusukkan pada dinding dada dengan kekuatan tertentu akan
mengenai tulang rawan dada, tulang iga, dan bahkan sternum. Karakteristik
senjata paling baik dilihat melalui trauma pada tulang. Biasanya senjata yang
tidak begitu kuat dapat rusak atau patah pada ujungnya yang akan tertancap pada
tulang. Sehingga dapat dicocokkan, ujung pisau yang tertancap pada tulang
dengan pasangannya8,9.
Petunjuk dari luka tusuk sering dianggap sebagai suatu masalah pembunuhan
terutama sebagai persidangan, yang mengarah pada saat rekontruksi kejadian.
Kejadian-kejadian penusukan sering bergerak dan dinamis sehingga korban jarang
25
26
28
Luka-luka pada tubuh korban dalam kasus bunuh diri dapat ditemukan pada
daerah leher, daerah dada (letak jantung) dan daerah perut (letak lambung), dan
biasanya luka yang didapatkan adalah luka tusuk. Selain luka tusuk tersebut, akan
ditemukan pula luka-luka percobaan. Pada kasus bunuh diri, tidak akan dijumpai
luka-luka yang menunjukkan adanya tanda-tanda perlawanan. Pada tangan korban
tidak jarang ditemukan pisau yang tergenggam dengan sangat kuat, ini disebabkan
oleh kekakuan yang seketika (cadaveric spasm) pada otot-otot tangan korban
yang menggenggam pisau. Kekakuan yang seketika ini, mencerminkan adanya
faktor stress emosional dan intravitalitas. Dengan pisau yang ditemukan pada
genggaman erat tangan korban dapat hampir dipastikan bahwa korban telah
melakukan bunuh diri7,9.
3. Luka Bacok (Chop Wound)
Luka bacok adalah luka akibat benda atau alat yang berat dengan mata tajam
atau agak tumpul yang terjadi dengan suatu ayunan disertai tenaga yang cukup
besar. Luka bacok memiliki gambaran mirip luka iris, yaitu kedua sudut lancip
dan dalam luka tidak melebihi panjang luka. Ciri luka bacok8,9:
1) Luka biasanya besar.
2) Pinggir luka rata.
3) Sudut luka tajam.
4) Hampir selalu menimbulkan kerusakan pada tulang, dapat memutuskan bagian
tubuh yang terkena bacokan.
5) Kadang-kadang pada tepi luka terdapat memar, aberasi.
29
30
Seseorang tidak bisa menghubungkan secara pasti antara luka dan senjata
yang digunakan secara pasti kecuali ujung senjata tersebut tertinggal pada luka
atau patah. Apabila senjatanya ditemukan, ujung senjata dapat dicocokkan. Setiap
senjata yang dicurigai merupakan senjata pembunuh harus diperiksa apakah
terdapat darah ataupun jaringan yang tertinggal. Setiap darah dan jaringan dapat
dites DNA sehingga mendapat kecocokan dengan korban8,9.
Dalam melakukan pemeriksaan terhadap korban yang menderita luka akibat
kekerasan, pada hakikatnya dokter diwajibkan untuk dapat memberikan kejelasan
mengenai jenis luka yang terjadi, jenis kekerasan/senjata atau benda yang
menyebabkan luka, dan derajat luka8,9.
31