DKDK
DKDK
PENDAHULUAN
Status gizi balita merupakan hal terpenting yang harus diketahui oleh kita, khususnya
para orang tua. perlunya perhatian lebih dalam tumbuh kembang di usia balita di
dasarkan fakta bahwa kurang gizi yang terjadi pada masa emas ini, bersifat
irreversibel (tidak dapat pulih). Data tahun 2007 memperlihatkan 4 juta balita
indonesia kekurangan gizi, 700 ribu diantaranya mengalami gizi buruk.
Sementara yang mendapat program makanan tambahan hanya 39 ribu anak.
The United Nations Childrens Fund (UNICEF) pada tanggal 12 September 2008,
menyatakan malnutrisi sebagai penyebab lebih dari 1/3 dari 9,2 juta kematian pada anak-anak
dibawah usia 5 tahun di dunia. UNICEF juga memberitakan tentang terdapatnya kemunduran
signifikan dalam kematian anak secara global di tahun 2007, tetapi tetap terdapat rentang
yang sangat jauh antara negara-negara kaya dan miskin, khususnya di Afrika dan Asia
Tenggara.
Berdasarkan perkembangan masalah gizi, pada tahun 2005 sekitar 5 juta anak balita
menderita gizi kurang (berat badan menurut umur), 1,5 juta diantaranya menderita gizi buruk.
Dari anak yang menderita gizi buruk tersebut ada 150.000 menderita gizi buruk tingkat berat.
Prevalensi nasional Gizi Buruk pada Balita pada tahun 2007 yang diukur berdasarkan BB/U
adalah 5,4%, dan Gizi Kurang pada Balita adalah 13,0%. Prevalensi nasional untuk gizi
buruk dan kurang adalah 18,4%. Bila dibandingkan dengan target pencapaian program
perbaikan gizi pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) tahun 2015 sebesar
20% dan target MDG untuk Indonesia sebesar 18,5%, maka secara nasional target-target
tersebut sudah terlampaui. Namun pencapaian tersebut belum merata di 33 provinsi.
Sebanyak 19 provinsi mempunyai prevalensi Gizi Buruk dan Gizi Kurang diatas prevalensi
nasional, yaitu Nanggroe Aceh Darussalam (26,5%), Sumatera Utara (22,7%), Sumatera
Barat (20,2%), Riau (21,4%), Jambi (18,9%), Nusa Tenggara Barat (24,8%), Nusa Tenggara
Timur (33,6), Kalimantan Barat (22,5%), Kalimantan Tengah (24,2%), Kalimantan Selatan
(26,6%), Kalimantan Timur (19,2%), Sulawesi Tengah (27,6%), Sulawesi Tenggara (22,7%),
Gorontalo (25,4%), Sulawesi Barat (16,4%), Maluku (27,8%), Maluku Utara (22,8%), Papua
Barat (23,2%)dan Papua (21,2).
untuk Diagnosis
Komunitas di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan meruya selata II pada periode ini adalah:
Data epidemiologi
Jumlah status gizi kurang pada balita di wilayah kerja Posyandu Kenanga II
sebanyak 12 kasus pada bulan september tahun 2014, menempati urutan pertama
dibandingkan
posyandu
Kembangan.
120
100
80
60
garis hijau
40
garis kuning
20
garis merah
Total
33%
posyandu risanti
posyandu delima
posyandu kenanga I
posyandu kenanga II
4%
posyandu rosmerah
33%
posyandu kemuning
balita Kenanga II
4(7%)
8(14%)
Garis Hijau
Garis Kuning
Garis Merah
45(79%)
Status gizi pada balita merupakan salah satu dari 6 upaya wajib pokok Puskesmas
meruya selata II, yaitu:
o Promosi kesehatan (penyuluhan dan pemberian makan tambahan pada
posyandu)
Pemberian makan tambahan salah satu upaya agar para ibu mengetahui variasi
makanan selingan untuk para balita mereka.
o Pemantauan antropometri balita setiap sebulan sekali untuk para balita yang
status gizinya baik dan satu minggu sekali untuk para balita yang memiliki
status gizi kurang dan buruk
o Pemberian 1 dus susu untuk para balita dengan status gizi kurang dan buruk
untuk sebulan sekali.
o Pemberian vitamin A untuk para balita di posyandu
Terdapat kesenjangan dari tolok ukur jumlah status gizi kurang pada balita pada
wilayah kerja Puskesmas Kelurahan meruya selatan II dengan hasil yang dicapai pada
tahun 2014, yaitu mencapai 21% sedangkan.
Tujuan
Tujuan Umum
Diturunkannya prevalensi jumlah balita dengan status gizi kurang
3
Tujuan khusus
1. Diketahuinya masalah utama di wilayah kerja puskesmas Meruya Selatan
II periode 9 Oktober 2014 8 November 2014
2. Diketahuinya masalah-masalah penyebab yang menyebabkan tingginya
insiden status gizi dibawah garis kuning di wilayah kerja puskesmas
Meruya Selatan II
3. Diketahuinya intervensi sebagai alternatif pemecahan masalah yang dapat
dilakukan dalam jangka pendek dan memiliki daya ungkit yang besar
dalam menunjang tujuan jangka menengah dan jangka panjang yang
diharapkan
4. Diketahuinya hasil dari intervensi yang dilakukan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Gizi
Menurut Supariasa, gizi adalah proses organisme dengan mengkonsumsi makanan
secara normal melalui proses pencernaan, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme
dan pengeluaran zat yang tidak diperlukan untuk mempertahankan hidup, pertumbuhan dan
fungsi normal organ-organ dalam tubuh, serta menghasilkan energi.
II.2. Zat Gizi
Zat gizi adalah bahan dasar yang menyusun bahan makanan. Zat gizi yang dikenal
ada lima, yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral. Makanan setelah
dikonsumsi mengalami proses pencernaan di dalam alat pencernaan. Zat tersebut selanjutnya
diserap melalui dinding usus dan masuk ke dalam cairan tubuh.
Susunan hidangan di Indonesia dikenal empat sehat terdiri dari bahan makanan
pokok, lauk-pauk, sayur, dan buah. Bila hidangan tersebut ditambah dengan susu dalam
jumlah yang cukup dikenal dengan lima sempurna. Slogan empat sehat lima sempurna
dikenal sejak tahun 1950 yang menggambarkan susunan hidangan yang dapat memberikan
kesehatan yang baik. Pada tahun 1992 diselenggarakan kongres gizi internasional di Roma
yang membahas tentang pentingnya gizi seimbang. Salah satu rekomendasi kongres adalah
anjuran kepada setiap negara meyusun Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS). Pedoman
Umum Gizi Seimbang di Indonesia pertama kali diperkenalkan dalam Widyakarya Pangan
dan Gizi V (1993), yang pada dasarnya lebih menyempurnakan slogan empat sehat lima
sempurna terdiri dari 13 pesan dasar, yaitu
1. Makanlah aneka ragam makanan;
2. Makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan energi;
3. Makanlah makanan sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan energi;
4. Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kecukupan energi;
5. Gunakan garam beryodium;
6. Makanlah makanan sumber zat besi;
7. Berikan ASI (Air Susu Ibu);
5
Bayi umur 0 4 bulan yang cukup mengkonsumsi hanya Air Susu Ibu (ASI) saja.
Bagi bayi berumur 0 4 bulan, ASI merupakan satu-satunya makanan tunggal yang penting
dalam proses tumbuh kembang dirinya secara wajar dan sehat.
Sejak dari masa janin, bayi, balita, remaja, dewasa dan lansia (lanjut usia), manusia
membutuhkan zat-zat yang berguna untuk membantu fungsi semua organ agar dapat berjalan
dengan baik, apakah zat itu karbohidrat, protein, lemak, vitamin, garam mineral dan air.
Karbohidrat, protein, dan lemak dibutuhkan sebagai sumber tenaga atau energi untuk bekerja.
Kalori yang dihasilkan untuk setiap 1 gram karbohidrat adalah sebesar 4 gramkalori, sedang
1 gram protein menghasilkan 4 gramkalori dan untuk setiap 1 gram lemak dapat
menghasilkan kalori sebesar 9 gram kalori. Vitamin dan mineral dibutuhkan sebagai pengatur
tubuh dengan jalan memperlancar proses oksidasi, memelihara fungsi normal otot dan syaraf,
vitalitas jaringan dan menunjang fungsi-fungsi tertentu. Selain itu, di dalam proses-proses
tersebut juga dibutuhkan air dan oksigen dari udara. Peranan air sangat penting sebagai
medium atau pelarut dari grtah-getah tubuh, peredaran darah dan proses proses dalam tubuh
lainnya.
Terjadinya gizi buruk pada anak bukan saja disebabkan oleh rendahnya intake
makanan terhadap kebutuhan makanan anak, tetapi kebanyakan orangtua tidak tahu
melakukan penilaian status gizi pada anaknya, sepertinya masyarakat atau keluarga hanya
tahu bahwa anak harus diberikan makan seperti halnya orang dewasa harus makan tiap
harinya.
II.3.1.Penilaian Status Gizi
Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status gizi
masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang
dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi.
3) Biokimia
Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara
laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yag
digunakan antara lain : darah, urine, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati
dan otot.
4) Biofisik
Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan
melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dan
jaringan.
b. Penilaian Status Gizi Secara Tidak Langsung
Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi menjadi tiga penilaian yaitu, survei
konsumsi makanan, statistik vital dan faktor ekologi.
1. Survei Konsumsi Makanan
Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara tidak langsung
dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi.
2. Statistik Vital
Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan menganalisis data
beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka
kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan
dengan gizi.
3. Faktor Ekologi
Malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik,
biologis, dan lingkungan budaya. Jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung
dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi dan lain-lain.
II.3.2. Klasifikasi Status Gizi
Untuk mengetahui klasifikasi status gizi diperlukan ada batasan-batasan yang disebut dengan
ambang batas. Batasan setiap negara relatif berbeda, hal ini tergantung dari kesepakatan para
ahli gizi di negara tersebut, berdasarkan hasil penelitian empiris dan keadaan klinis.
a. Klasifikasi Gomez (1956)
Indeks yang digunakan adalah berat badan menurut umur (BB/U). Sebagai baku patokan
digunakan persentil 50.
Tabel Klasifikasi KEP menurut Gomez
Kategori (Derajat KEP)
BB/U ( % )
0 =Normal
> 90 %
1 = Ringan
89 75 %
2 = Sedang
74 60 %
3 = Berat
< 60 %
b. Klasifikasi Jelliffe
Indeks yang digunakan oleh Jellife adalah berat badan menurut umur.
Tabel 2.2 Klasifikasi KEP Menurut Jelliffe
Kategori BB/ U
( % Baku )
KEP I
90 80
KEP II
80 70
KEP III
70 60
KEP IV
< 60
10
Kategori
Gizi Lebih
Gizi Baik
Gizi Sedang
Gizi Kurang
Gizi Buruk
BB/TB
BB/U
TB/U
Status Gizi
Normal
Rendah
Rendah
11
Normal
Normal
Normal
Baik
Normal
Tinggi
Tinggi
Jangkung, Masih
Baik
Rendah
Rendah
Tinggi
Buruk
Rendah
Rendah
Normal
Buruk, Kurang
Rendah
Normal
Tinggi
Kurang
Tinggi
Tinggi
Rendah
Lebih, Obesitas
Tinggi
Tinggi
Normal
Lebih, Tidak
Obesitas
Tinggi
Normal
Rendah
12
Diusia sekolah, anak-anak bergizi buruk dan gizi kurang tidak akan dapat berfikir cerdas
karena sel-sel otaknya tidak tumbuh maksimal.Permasalahan gizi menurut Supariasa (2002)
menyebutkan bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi permasalahan gizi, yaitu :
a. Faktor Penyebab Langsung dari Masalah Gizi
1) Asupan makan
Apabila ketidak cukupan zat besi terlalu lama maka persediaan atau jaringan akan
digunakan untuk memenuhi ketidak cukupan itu. Apabila jika ini berlangsung lama maka
terjadi penurunan berat badan. Terjadinya perubahan yang dapat di deteksi dengan
pemeriksaan laboratorium. Terjadinya perubahan fungsi yang ditandai dengan tanda yang
khas, terjadi perubahan anatomi yang bisa dilihat dari munculnya tanda yang klasik.
2) Penyakit infeksi/status kesehatan
Proses riwayat alamiyah oleh karena penyakit yang diterapkan pada masalah gizi melalui
berbagai tahap yaitu diawali dengan terjadinya interaksi antara penjamu, sumber penyakit
dan lingkungan. Ketidak seimbangan faktorini, misalnya ketidak cukupan zat gizi maka,
simpanan zat gizi akan berkurang dan lama kelamaan simpanan akan menjadi habis.
Apabila keadaan ini dibiarkan maka akan terjadi perubahan faali dan metabolis dan
akhirnya akan memasuki ambang klinis. Proses itu menyebabkan terjadinya penyakit.
Tingkat kesakitannya dimulai dari sakit ringan sampai dengan sakit tingkat berat. Dari
kondisi ini akhirnya ada 4 kemungkinan yaitu, mati, sakit kronis, cacat dan sembuh
apabila ditanggulangi intensif.
b. Faktor Penyebab Tidak Langsung Masalah Gizi
1) Pengetahuan gizi
Pengetahuan gizi memegang peranan penting dalam penyediaan pangan yang baik untuk
mencapai keadaan gizi yang baik pula. Pengetahuan gizi didukung oleh pendidikan gizi
yang cukup. Pentingnya pengethuan gizi didasarkan pada kenyataan yaitu :
1.Tingkat pengetahuan gizi sangat penting peranannya dalam usaha peningkatan status
gizi.
2. Setiap orang akan cukup gizi jika makanan yang dimakan cukup untuk pertumbuhan
pemeliharaan dan energi tubuh.
13
3. Ilmu gizi yang dipelajari dapat meningkatkan pengetahuan gizi seseorang dimana ilmu
gizi tersebut dapat memberikan fakta-fakta yang perlu sehingga dapat menggunakan
pangan dengan baik bagi perbaikan gizi.
Kurang pengetahuan dan salah konsepsi tentang kebutuhan pangan dan nilai pangan
dalah umum dijumpai disetiap negara didunia. Penyebab penting dari gangguan gizi
adalah kurangnya pengetahuan tentang gizi dan kemampuan untuk menerapkan informasiinformasi tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Pengetahuan serta kesukaan ibu terhadap jenis makanan tertentu sanagat
berpengaruh terhadap hidangan yang disajikan,pada kenyataan sehari-hari sering dijumpai
anak yang kurang mempunyai selera makan.
2) Pendidikan gizi
Pendidkan adalah suatu alat yang dapat dipakai untuk memperbaiki dirinya dalm
melangsungkan kehidupan masyarakat. Semakin tinggi pendidikan seseorang akan
semakin tinggi pula tingkat poengetahuan akan kesehatan dan gizi keluarganya sehingga
mempengaruhi kualitas dan kuantitas zat gizi yang dikonsumsi oleh anggota keluarganya.
3) Pekerjaan
Status pekerjaan ibu digunakan untuk mengetahui penggunaan waktu sehari-hari ibu
balita, karena mengetahui status pekerjaan (ibu bekerja atau tidak) akan dapat dijadiakan
sebagai latar belakang penelitian perilaku dan sikap ibu tersebut
4) Ketersediaan pangan
Kemiskinan dan kekurangan persediaan pangan yang bergizi merupakan faktor penting
dalam masalah kurang gizi. Keterbatasan apapun yang diakibatkan kemiskinan dan
kekurangan pangan kecuali dlam keadaan tertentu, penggunaan yang lebih baik dari
pangan yang tersedia dapat dilakukan penduduk yang memehami penggunaanya untuk
membantu peningkatan status gizi, sehingga membantu penduduk untuk balajar cara
menanam, menyimpan dan menggunakan pangan untuk memperbaiki konsumsi makanan.
5) Pelayanan kesehatan
14
Pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan adalah tersedianya air bersih dan sarana
pelayanan kesehtan dasar yang terjangkau oleh setiap keluarga yang membutuhkan
pelayanan kesehatan adalah akses atau keterjangkauan anak dan keluarga tahap upaya
pencegahan penyakit dan pemeliharaan kesehatan seperti : pemeriksaan kehamilan,
pertolongan persalinan, penimbangan anak, imunisasi penyuluhan kesehatan, serta sarana
kesehatan yang baik seperti posyandu, puskesmas, bidan, dan dokter rumah sakit serta air
bersih.
agar dapat bertumbuh dan berkembang dengan sebaik-baiknya secara fisik, mental, dan
sosial. Pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan adalah tersedianya air bersih dan
sarana pelayanan kesehatan dasar yang terjangkau oleh setiap keluarga yang membutuhkan.
Ketiga faktor penyebab tidak langsung tersebut berkaitan dengan tingkat pendidikan,
pengetahuan dan keterampilan keluarga. Semakin tinggi pendidikan, pengetahuan, dan
keterampilan, terdapat kemungkinan semakin baik tingkat ketahanan pangan keluarga,
semakin baik pola pengasuhan anak, dan semakin banyak keluarga memanfaatkan pelayanan
kesehatan yang ada, demikian juga sebaliknya.
Berbagai faktor langsung dan tidak langsung diatas, berkaitan dengan pokok masalah
yang ada di masyarakat dan akar masalah yang bersifat nasional. Pokok masalah di
masyarakat antara lain berupa ketidakberdayaan masyarakat dan keluarga mengatasi masalah
kerawanan ketahanan pangan keluarga, ketidaktahuan pengasuhan anak yang baik, serta
ketidakmampuan memanfaatkan pelayanan kesehatan yang tersedia. Meningkatnya jumlah
anak yang bergizi buruk sejalan dengan meningkatnya jumlah keluarga miskin akibat krisis
ekonomi, politik, dan kesehatan lansia.
16
BAB III
IDENTIFIKASI MASALAH
Status Kesehatan : Tingginya jumlah balita dengan berat badan di bawah garis kuning
menurut Kartu Menuju Sehat (KMS) di Posyandu Kenanga II
1) Genetik :
Tidak ada masalah genetik yang berkaitan dengan status gizi balita
3) Lifestyle :
4) Lingkungan :
1) Fisik:
17
Letak pasar atau tempat belanja yang jauh dari tempat tinggal
2) Non Fisik:
Daya beli ibu yang kurang baik untuk membeli bahan makanan
Fisik :
selain
Non Fisik :
untuk
terjun
GENETIK
Koordinator
program
posyandu
merangkap
beberapa
program
Puskesmas
lain
wawancara
Tingginya
prevalensi
gizi
program
(dari
koordinator
posyandu
didapatkan
LINGKUNGAN
Selatan II
MEDICAL CARE
SERVICES
LIFESTYL
E
hasil
dengan
ke
18
dokter puskesmas, dan perawat puskesmas selaku koordinator posyandu. Hasil diskusi
dan wawancara tersebut didapatkan prioritas masalahnya adalah lifestyle. Lifestyle
yang menjadi permasalahan utama berupa kurangnya pengetahuan serta kesadaran
orang tua terhadap pentingnya pemberiaan makanan yang bergizi pada balita.
c. Lingkungan
Karena jarak pasar yang jauh masih dapat dijangkau dengan alat transportasi umum
meskipun harus berjalan kaki jauh untuk menjangkaunya.
19
BAB IV
IDENTIFIKASI MASALAH PENYEBAB DAN ALTERNATIF
PEMECAHAN MASALAH
20
21
BAB V
PERENCANAAN INTERVENSI
Kegiatan/ Intervensi
Tujuan
Pendek
mgg)
(6 Menengah(1 Panjang
th)
(5 th)
22
Man
Penyuluhan
tentang Peningkatan
pentingnya pemberian pengetahuan
nutrisi yang baik pada para
ibu
anak balita
dalam
pemberian
dan
penyajian
makan pada
anak balita
Money
Material
Methods
Penurunan
angka
insiden
balita gizi
kurang pada
balita
di
Posyandu
Kenanga II
Tidak
adanya
insiden
gizi
kurang
pada
balita di
Posyandu
Kenanga
II
Tujuan
Target
& Sasaran
Penyu Meningkatkan
luhan pengetahuan ibu
balita
gizi
kurang
Ibu
Balita
Gizi
Kurang
Biaya
Tempat
(Besar &
Sumber)
Rp
50.000,
00
(pribadi)
5
Novemb
er 2014
Posyan
du
Kenang
a II
Feny
Laras
Deo
Keterangan
Pretest
dan Post
test
Kenaikan
berat
badan
setelah 10
hari
intervensi
dan
pos
gizi
Menilai
kemampuang
para ibu dalam
penyajian
makanan bergizi
agar
terjadi
peningkatan
berat
badan
balita
Kegiatan
Minggu
1
Perencanaan
Mencari masalah
sesuai data
23
Penetapan
indikator
Rencana
Intervensi
2
Pengorganisasian Koordinasi
dengan
kepala
puskesmas,
bagian KIA dan
kader gizi
Pelaksanaan
Kegiatan Survei
Penyuluhan Lisan
Pre test dan Post
test
Penimbangan
Pengawasan
Pelaksaan
Test dan Po
Pre
Penimbangan
Berat Badan
5
Evaluasi
24
BAB VI
PELAKSANAAN INTERVENSI
Puskesmas
Koas
Bidan
Kader
Pemberian Pengetahuan
Mengenai Pemberian dan
Penyajian Makanan Bergizi
Ya
Peningkatan
Berat Badan
Peningkatan Pengetahuan
Mengenai
Makanan
bergizi
Peningkatan Kesadaran
Pentingnya Pemberian
Makanan Bergizi
Tidak
Infeks
Gangguan Tumbuh
Kembang
VI.3 Monitoring
VI.3.1. Jadwal Monitoring dan Pelaksana
26
BAB VII
HASIL INTERVENSI
27
BAB VIII
EVALUASI KEGIATAN
28
BAB IX
KESIMPULAN
29
BAB X
SARAN
30