Anda di halaman 1dari 6

1

PENDAHULUAN
Keratitis adalah peradangan pada kornea, membran transparan yang
menyelimuti bagian berwarna dari mata (iris) dan pupil. Keratitis dapat terjadi
pada anak-anak maupun dewasa.1
Kornea merupakan salah satu media refraksi penglihatan dan berperan
besar dalam pembiasan cahaya diretina. Oleh karena itu, setiap kelainan pada
kornea termasuk infeksi dapat menyebabkan terganggunya penglihatan. Bakteri,
jamur dan virus pada umumnya tidak dapat menyerang kornea yang sehat. Namun
ada beberapa kondisi yang membuka peluang untuk terinfeksinya kornea.
Contohnya, luka atau trauma pada mata dapat menyebabkan kornea terinfeksi.
Mata yang sangat kering juga dapat menurunkan mekanisme pertahanan kornea.2
Beberapa faktor resiko yang dapat meningkatkan kejadian terjadinya
keratitis antara lain: perawatan lensa kontak yang buruk, penggunaan lensa kontak
yang berlebihan, herpes genital atau infeksi virus lain, kekebalan tubuh yang
menurun karena penyakit lain, higienis mata yang buruk, kekurangan vitamin A
dan defisiensi air mata.3
Keratitis yang disebabkan oleh bakteri atau mikroba adalah jenis keratitis
yang paling parah komplikasinya. 10-15% kasus mengakibatkan hilangnya
penglihatan permanen. Di Amerika Serikat kira-kira 25.000 penduduk Amerika
setiap tahun menderita penyakit ini. Secara global, insidensi keratitis bakteri
bervariasi secara luas, dimana negara dengan industrialisasi yang rendah
menunjukkan angka pemakai soft lens yang rendah sehingga bila dihubungkan
dengan pemakai soft lens dan terjadinya infeksi menunjukkan hasil penderita yang

rendah juga. Keratitis bakteri adalah gangguan penglihatan yang mengancam.


Ciri-ciri khusus keratitis bakteri adalah perjalanannya yang cepat. Destruksi
corneal lengkap bisa terjadi dalam 24 48 jam oleh beberapa agen bakteri yang
virulen. Ulkus kornea, pembentukan abses stroma, edema kornea dan inflamasi
segmen anterior adalah karakteristik dari penyakit ini.4
Kortikosteroid merupakan obat yang mempunyai khasiat dan indikasi
klinis yang sangat luas. Kortikosteroid sering disebut sebagai life saving drug.
Manfaat dari preparat ini cukup besar tetapi karena efek samping yang tidak
diharapkan cukup banyak, maka dalam penggunaannya dibatasi karena dapat
mempengaruhi volume dan tekanan darah, kadar gula darah, otot dan resistensi
tubuh.5 Berikut akan dilaporkan sebuah kasus keratitis dengan pengobatan
Kortikosteroid yang dirawat di Bagian Mata RS Prof. Dr. R. D. Kandou Manado.

LAPORAN KASUS

Seorang penderita laki-laki, usia 18 tahun, suku Minahasa, bangsa


Indonesia, agama Kristen Protestan, pekerjaan mahasiswa, alamat Perkamil
Lingkungan 1, datang berobat di Poliklinik Mata RSU Prof. dr. R. D. Kandou
pada tanggal 29 Agustus 2011 dengan keluhan utama nyeri pada kedua mata.
Nyeri pada kedua mata dialami penderita sejak satu minggu yang lalu.
Penderita juga mengeluhkan kedua mata merah sejak satu minggu yang lalu dan
makin menghebat. Penderita merasa silau jika melihat cahaya. Sebelumnya
penderita menggunakan lensa kontak pada kedua matanya. Sekarang mata kanan
dan mata kiri mengalami punurunan visus.
Dari pemeriksaan visus dengan menggunakan Snellen chart didapatkan
visus oculus dekstra (VOD): 6/9, light sense dan light projection OD baik, visus
oculus sinistra (VOS): 6/9, light sense dan light projection OS baik. Dari inspeksi
umum ditemukan blefarospasme, pada oculus sinistra (OS) dan oculus dextra
(OD). Pada ODS ditemukan: injeksi siliar. Kornea: infiltrat halus bertitik-titik
pada permukaan kornea. Pupil mengecil dan iris mengalami spasme, sedangkan
refleks fundus normal. Pasien didiagnosis dengan keratitis punctata superfisialis
dan diobati dengan asam mefenamat 3x500 mg tablet, tobroson 4xgtt I ODS,
rephitel 3xgtt I ODS, dan farmabex c 1x1 tablet. Pasien dianjurkan untuk
menghindari cahaya.

DISKUSI
Kortikosteroid digunakan pada aksi anti inflamasi. Aspek dari proses
inflamasi seperti hiperemia, infiltrasi seluler, vaskularisasi dan proliferasi
fibroblastik ditekan. Steroid menghambat respons inflamasi untuk merangsang
agen-agen mekanis, kimia atau imunologi alami. Kortikosteroid efektif digunakan
pada kondisi inflamasi akut pada bagian-bagian mata, termasuk kornea.6
Kornea tidak mengandung vaskularisasi sehingga mekanisme kornea
dimodifikasi oleh pengenalan antigen yang lemah. Keadaan ini dapat berubah,
saat rangsangan dari netrofil, toksin, protease atau mikroorganisme masuk ke
kornea maka akan menyebabkan pelepasan zat pro-inflamasi. Hal ini
menghasilkan vaskularisasi pada kornea dan diikuti pertumbuhan pembuluh limfe
pada kornea. Reaksi imunologik di kornea dan konjungtiva kadang-kadang
disertai dengan kegiatan imunologik dalam nodus limfe yang masuk ke limbus,
kornea perifer dan sklera. Hal inilah yang menyebabkan sindrom iskhemik kornea
perifer, yang dapat mengakibatkan kelainan serius.6,7
Mekanisme dari aksi anti inflamasi ditujukan untuk menjadi potensi dari
vasokonstriksi epinefrin, stabilisasi dari membran lisosom, retardasi pergerakan
makrofag, pencegahan dari pelepasan kinin, inhibisi dari limfosit dan fungsi
neutrofil, inhibisi dari sintesis prostaglandin dan pada penggunaan jangka panjang
menurunkan produksi antibodi. Pengurangan scar (bekas luka dalam bentuk
jaringan ikat) dengan kornea yang lebih jernih setelah pemberian kortikosteroid
adalah hasil dari inhibisi proliferasi fibroblast dan vaskularisasi.7

Telah diketahui bahwa adanya injeksi siliar pada mata memberikan gejala
penglihatan menurun. Pada kasus ini didapatkan penurunan penglihatan pada
pemeriksaan visus sedangkan pada pemeriksaan slit lamp memberikan gambaran
seperti infiltrat halus bertitik-titik pada permukaan kornea. Dengan demikian
keratitis yang terjadi pada kasus ini adalah keratitis punctata superfisialis.8
Penggunaan kortikosteroid dalam pengobatan keratitis punctata harus
disesuaikan dengan tingkat peradangan mata. Dosis kortikosteroid diturunkan
secara perlahan-lahan (tapering off) atau dihentikan sampai peradangan
berkurang. Penggunaan kortikosteroid yang tidak tepat bisa menyebabkan
terjadinya peningkatan tekanan intra okuler (TIO) dengan kerusakan saraf optik.
Selain itu, bisa menyebabkan terjadi kehilangan tajam penglihatan (visus),
perforasi dari bola mata, eksaserbasi infeksi mata akibat virus dan jamur.8,9
Pengobatan terhadap keratitis punctata ditujukan untuk mengurangi
peradangan dan mencegah terjadinya infeksi sekunder serta komplikasi berat pada
mata pasien. Pengobatan terhadap keratitis punctata difokuskan dengan pemberian
anti inflamasi yang tepat, antibiotik pencegah infeksi sekunder dan menghindari
cahaya, diharapkan agar pemulihan epitelisasi kornea berlangsung cepat.9
Kesembuhan pada pasien ini sangat dipengaruhi kepatuhan pasien
terhadap pengobatan. Jika kepatuhan pasien kurang maka prognosisnya akan
jelek.

DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas, sidarta. Ilmu penyakit mata. Edisi ketiga. hal 147 158. Balai penerbit
FKUI. 2005.
2. Voughan Daniel, Asbury Taylor: General opthalmology (Eleven edition), Los
Altos. 1986. Lange medical publication.
3. Anatomy of cornea. Diakses dari: http://www.netdoctor.co.uk/_000486.htm.
Akses terakhir Agustus 2011.
4. Keratitisinterstitial.Diaksesdari:http://emedicine.medscape.com/article/286885overview. Akses terakhir September 2011.
5. Ganiswarna G Sulistia. Farmakologi dan terapi. Edisi keempat. Jakarta : Balai
penerbit FKUI, 1995 ; 484-500.
6. Keratitis bacterial. Diakses dari: http://www.eyerounds.org. Akses terakhir
Agustus 2011.
7. Keratitisandtreatment.Diaksesdari:http://www.brienholdenvision.org/research/s
cience/projects/263-microbial-keratitis-epidemiology.html.

Akses

terakhir

Agustus 2011.
8. Beberapa kelainan kornea yang berhubungan dengan proses imunologik.
Diaksesdari:http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/07kelainankornea087.pdf/07
kelainankornea087.html. Akses terakhir September 2011.
9. Tanzil M, Salamun, Ilyas S. Sari ilmu penyakit mata. Edisi keempat. hal 52
53. Balai Penerbit FKUI. 2008.

Anda mungkin juga menyukai

  • Treme Nza
    Treme Nza
    Dokumen2 halaman
    Treme Nza
    DwijayantiLestariRaychard
    Belum ada peringkat
  • Lapkas Mata
    Lapkas Mata
    Dokumen6 halaman
    Lapkas Mata
    DwijayantiLestariRaychard
    Belum ada peringkat
  • Lapkas Mata
    Lapkas Mata
    Dokumen1 halaman
    Lapkas Mata
    DwijayantiLestariRaychard
    Belum ada peringkat
  • Skdi 2013
    Skdi 2013
    Dokumen102 halaman
    Skdi 2013
    Faradila Hakim
    67% (3)
  • Skdi 2013
    Skdi 2013
    Dokumen102 halaman
    Skdi 2013
    Faradila Hakim
    67% (3)
  • Skdi 2013
    Skdi 2013
    Dokumen102 halaman
    Skdi 2013
    Faradila Hakim
    67% (3)