Anda di halaman 1dari 42

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN DOMAIN AFEKTIF

PADA MATAPELAJARAN PKn


DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
Oleh :
Umi Chotimah

ABSTRAK
Penelitian ini berjudul : Pengembangan instrumen Penilaian Domain Afektif Pada
Matapelajaran PKn di Sekolah Menengah Pertama, yang bertujuan untuk
mengembangkan dang menghasilkan model penilaian domain afektif untuk mengukur
kemampuan afektif siswa SMP pada matapelajaran PKn. Metode yang digunakan adalah
metode penelitian dan pengembangan (Reseach and Development). Yang menjadi subjek
penelitian ini adalah siswa kelas VII dari tiga SMP Negeri di kota Palembang. Teknik
Sampling yang digunakan adalah simple random sampling. Teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah tes dalam hal ini menggunakan skala likert, skala thurstone dan
semantik differential. Data dianalisis dengan dengan menggunakan analisis data kualitatif.
Simpulannya bahwa pengembangan dan penerapan instrumen penilaian domain afektif
pada matapelajaran PKn SMP akan efektif mencapai tujuan apabila pengembangan
tersebut memperhatikan segi teknis dan substansinya. Dari segi teknis, mulai dari
menyusun kisi-kisi instrumwn, menulis kaliamat atau bahasa yang jelas, singkat, tidak
bermakna ganda dan tidak menimbulkan ambiguity, adanya urutan dan keseimbangan
jumlah item favorable dan unfovorable, disamping itu dari segi substansi materi pelajaran
yang vbersifat afektif fan relevan untuk mengukur aspek afektif, apakah berupa nilai, sikap,
moral dan lain-lain.
Kata kunci : skala likert, skala thurstone dan semantik differential

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kemampuan lulusan dari suatu jenjang pendidikan merupakan hasil dari
implementasi kurikulum, yang di dalamnya mengandung kemampuan ketiga
domain tujuan pendidikan, yaitu domain kognitif, afektif dan psikomotor, atau
kemampuan berpikir, keterampilan melakukan pekerjaan dan perilaku. Setiap
matapelajaran sebenarnya memuat ketiga domain tersebut, akan tetapi yang
membedakan matapelajaran yang satu dengan lainnya, adalah dominasi dari
masing-masing komponen tersebut. Artinya ada satu matapelajaran yang dominan
untuk mencapai tujuan kognitif, ada yang afektif, atau psikomotor. Akan tetapi
dimungkinkan juga ada yang dominan pada kedua domain, namun kurang pada
domain yang lain.
1

Salah satu matapelajaran yang kecenderungan pada salah satu domain


(dalam hal ini domain afektif) diantaranya adalah matapelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn). PKn merupakan salah satu matapelajaran wajib yang
diberikan mulai dari jenjang SD/MI/SDLB sampai Perguruan Tinggi. PKn sebagai
matapelajaran wajib bagi semua siswa di semua jenjang pendidikan, sebab PKn
membawa missi menjadikan warganegara Indonesia menjadi warga negara yang
baik. Matapelajaran PKn merupakan matapelajaran yang memfokuskan pada
pembentukan warganegara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak
dan kewajibannya untuk menjadi warganegara Indonesia yang cerdas, terampil,
dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.
Saat ini peserta didik dihadapkan dengan tantangan berat yaitu kehidupan
masyarakat

global

selalu

mengalami

perubahan

setiap

saat.

Karenanya

matapelajaran PKn dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman,


dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki
kehidupan bermasyarakat yang dinamis. Melalui PKn, peserta didik diharapkan
tidak hanya mampu menguasai aspek kognitif (pengetahuan), namun juga mampu
mengembangkan aspek afektif (nilai dan sikap), serta aspek psikomotor
(keterampilan sosial) secara menyeluruh.
Untuk mengetahui apakah peserta didik telah mencapai tujuan
pembelajaran yang diharapkan tentunya harus didukung oleh instrumen penilaian
yang sesuai dengan karakteristik tujuan (termasuk standar kompetensi maupun
kompetensi dasar) berkala dan berkesinambungan. Di samping itu bukan hanya
menilai secara parsial, melainkan secara menyeluruh yang meliputi proses dan hasil
belajar yang mencakup wawasan pengetahuan, sikap dan keterampilan sosial yang
dicapai siswa. Oleh karenanya penilaian merupakan bagian keseluruhan dari proses
pembelajaran sehingga hasil penilaian dapat menggambarkan kemampuan atau
prestasi belajar peserta didik secara menyeluruh dan sesungguhnya.
Kenyataan di lapangan berdasarkan hasil wawancara kepada beberapa guru
PKn di SMP, diketahui bahwa pada umumnya mereka menilai hasil belajar siswa
dengan menggunakan tes dan lebih menekankan pada aspek penguasaan
pengetahuan (aspek kognitif) yang menekankan pada aspek pengulangan materi
dengan cara mengingat/menghafal sejumlah konsep, walaupun sesungguhnya
2

mereka menyadari bahwa untuk menilai aspek afektif dan psikomotor tidaklah
relevan jika hanya menggunakan tes.
Selanjutnya juga melalui wawancara kepada beberapa guru PKn di SMP,
ternyata mereka menyadari betul sesungguhnya masalah afektif dirasakan penting,
akan tetapi pada kenyaataannya dapat dikatakan hampir sebagian besar guru tidak
menilai domain afektif dengan menggunakan instrumen yang relevan untuk
mengukur domain afektif, yang ada hanyalah penilaian yang dilakukan tanpa acuan
yang jelas dan dianggap sudah menilai secara tak terstruktur dan terencana. Hal ini
disebabkan merancang pencapaian tujuan pembelajaran afektif tidaklah semudah
seperti pembelajaran kognitif dan psikomotor.
Fakta ini didukung terlihat juga dari hasil penelitain Sunarno (1992) yang
menyatakan menyimpulkan bahwa :
"Proses belajar mengajar belum mencapai tujuan PMP yang diharapkan".
Guru baru memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang nilai-nilai
Pancasila kepada pelajar. Guru belum membina dan memandu pelajar
untuk menghayati dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila itu dalam
kehidupannya. Guru pembina PMP masih banyak menekankan aspek
pengetahuan pelajar tentang nilai-nilai Pancasila. Guru belum membina
sikap dan tingkah laku pelajar secara nyata sehingga siswa belum tergugah
hati nuraninya untuk mengamalkannya.
Lebih lanjut dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Puspa Djuwita (1993) bahwa
"pola mengajar yang dilakukan guru lebih bersifat pemberian pengetahuan
tentang Pancasila dan lebih berorientasi pada pencapaian hasil berupa
nombor daripada pembinaan moral, disamping itu suasana dan situasi
pengajaran kurang mengarah pada pembentukan sikap pelajar. Dengan
demikian tujuan PMP belum sepenuhnya tercapai.
Penelitian lain disebutkan oleh Sax dalam Zainul (1997: 2) menyebutkan :
...apabila penilaian hanya menekankan pada aspek pengetahuan sebagai
hasil belajar peserta didik dan mengabaikan aspek sikap dan
keterampilan peserta didik maka secara kejiwaan berdampak negatif bagi
perkembangan dan kemajuan belajarnya, yakni menginvasi hak pribadi
peserta didik, menimbulkan rasa cemas dan mengganggu proses belajar,
pengkatagorikan peserta didik secara permanen, menghukum peserta
didik yang cerdas dan kreatif, menimbulkan diskriminasi dan hanya
dapat mengukur hasil belajar yang sangat terbatas.

Sebagian besar guru PKn mengungkapkan bahwa pelaksanaan penilaian


PKn banyak dilakukan untuk mengukur hasil belajar, penilaian terhadap aspek
afektif sangat kurang dan hanya sebatas pada pembuatan tugas-tugas dan pekerjaan
rumah. Ranah yang dinilai terbatas pada aspek kognitif level rendah, lebih banyak
akibatnya mereka hanya menggunakan tes untuk mengukur aspek kognitif, dan
itupun hanya menekankan pada aspek pengulangan materi/hafalan sejumlah konsep.
Oleh karenanya urgensi penelitian ini adalah dalam rangka memberikan solusi bagi
guru-guru PKn di SMP dalam mengukur pencapaian tujuan PKn domain afektif.
Dengan demikian dapat mencapai hakekat tujuan PKn jika dilihat di dalam
kurikulum PKn yang secara umum tidak lain adalah menghasilkan seorang
warganegara yang mempunyai civic intellegence, civic responsibility dan civic
participation, yang pada akhirnya tujuan

PKn adalah menjadikan lulusannya

sebagai warganegara yang baik (good citizenship), yang mempunyai sikap dan
perilaku yang baik sulit dicapai jika semata-mata hanya mengukur domain kognitif
saja.
Berdasarkan hasil analisis, wawancara dengan beberapa guru PKn yang
mengajar di SMP maupun beberapa hasil penelitian yang berkenaan dengan
penilaian domaian afektif pada matapelajaran PKn di SMP, maka peneliti
bermaksud menerapkan instrumen penilaian domain afektif pada matapelajaran
PKn di SMP.
Penilaian sebagai bagian integral dari pembelajaran hendaknya tidak
dilakukan sesaat, tetapi harus dilakukan secara berkala, berkesinambungan, dan
menyeluruh yang meliputi semua komponen proses dan hasil belajar siswa.
Berkaitan dengan kesulitan guru dalam menilai kemampuan afektif pada
matapelajaran PKn di SMP itulah, maka peneliti merasakan perlunya dilakukan
perancangan dan pengembangan instrumen penilaian domain afektif secara khusus.
Oleh karena itu penelitian ini berjudul Pengembangan Instrumen Penilaian
Domain Afektif pada Matapelajaran PKn di Sekolah Menengah Pertama.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah : bagaimanakah model instrumen penilaian domain afektif yang dapat
4

digunakan untuk mengukur kemampuan afektif siswa Sekolah Menengah Pertama


pada matapelajaran PKn ?

1.3 Tujuan Penelitian


Penelitian ini bertujuan mengembangkan dan menghasilkan model
penilaian domain afektif untuk mengukur kemampuan afektif siswa SMP pada
matapelajaran PKn di Sekolah Menengah Pertama.
Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk : mendapatkan gambaran
mengenai model instrumen penilaian kemampuan afektif siswa pada matapelajaran
PKn di SMP Negeri untuk selanjutnya diharapkan dapat digunakan guru SMP
dalam pembelajaran PKn. Adapun pada standar kompetensi (SK) yang digunakan
dalam penelitian ini adalah Menampilkan partisipasi dalam usaha pembelaan Negara,
dan kompetesi dasar (KD) :

Menampilkan peran serta dalam usaha pembelaan Negara.

1.4 Manfaat Penelitian


Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi guru, sekolah,
mahasiswa.
1.4.1

Bagi guru, khususnya guru matapelajaran PKn kiranya dapat menjadi


contoh/model dalam menilai kemampuan afektif siswa yang dikaitkan
dengan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD), sehingga
hasil belajar siswa dapat dinilai secara lebih komprehensif lagi (tidak hanya
dinilai dari aspek kognitif saja seperti yang selama ini sering digunakan
oleh guru PKn).

1.4.2

Bagi Sekolah, khususnya jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP), dapat


menjadi informasi yang baik dalam memberikan pemahaman kepada guruguru PKn lainnya, maupun guru-guru bidang studi lain yang berkenaan
dengan penilaian afektif.

1.4.3

Bagi siswa SMP, sebagai pengetahuan dan pemahaman bagi siswa bahwa
penilaian hasil belajar yang mereka peroleh sesungguhnya bukan hanya
berasal dari penilaian domain kognitif (aspek pengetahuan saja).

1.4.4

Bagi mahasiswa, khususnya mahasiswa program studi PKn, merupakan


bekal kemampuan bagi mereka sebagai calon guru PKn dalam membuat
5

instrumen penilaian afektif, sehingga kelak nanti dapat diimplementasikan


dalam menilai kemampuan afektif siswa.

KAJIAN PUSTAKA
2.1 Penilaian Domain Afektif
Sistem pembelajaran yang baik akan menghasilkan kualitas belajar yang
baik. Kualitas pembelajaran ini diantaranya dapat dilihat dari hasil evaluasinya.
Untuk mengetahui apakah tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan apakah
sudah tercapai atau belum, maka dilakukanlah evaluasi. Evaluasi pembelajaran
dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan
suatu objek dengan menggunakan instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan
suatu tolak ukur untuk memperoleh suatu kesimpulan. Sesuai pendapat Grondlund
dan Linn (1990) mengatakan bahwa evaluasi pembelajran adalah suatu proses
mengumpulkan, menganalisis dan menginterpretasi informasi secaras sistematik
untuk menetapkan sejauh mana ketercapaian tujuan pembelajaran.
Agar proses pembelajaran dapat terkonsepsikan dengan baik, maka seorang
guru dituntut untuk mampu menyusun dan merumuskan tujuan pembelajaran
secara jelas dan tegas. Ada tiga domain tujuan pembelajaran menurut Benjamin S.
Bloom dan Krathwohl dan Masia yaitu domain kognitif, afektif dan psikomotor.
Mengingat untuk mengetahui ketercapaian tujuan tersebut adalah melalui evaluasi,
maka berarti evaluasi pun dilakukan untuk mengukur ketercapaian ketiga domain
tersebut. Dalam implementasinya, evaluasi tersebut memerlukan yang namanya
instrumen. Dengan kata lain jika seorang guru/dosen akan melakukan evaluasi,
maka terlebih dahulu guru/dosen tersebut harus menyusun instrumen evaluasi.
Salah satu matapelajaran yang ada di dalam Kurikulum di Indonesia adalah
matapelajaran PKn. PKn juga mengandung tiga tujuan tersebut, namun dalam
kenyataannya guru jarang menggunakan instrumen evaluasi yang mengukur
domain afektif, yang paling sering digunakan guru adalah instrumen evaluasi
domain kognitif dan sedikit sekali yang mengukur domain psikomotor.
Penilaian hasil belajar merupakan proses pengambilan keputusan tentang
kemajuan belajar siswa yang dilakukan oleh guru berdasarkan informasi yang
diperoleh melalui pengukuran proses dan hasil belajar siswa.
6

Ketepatan dalam penilaian sangat tergantung kepada aspek yang hendak


diukur. Apabila aspek yang hendak dikembangkan melalui matapelajaran PKn
adalah menekankan pada domain afektif, maka sudah seharusnyalah bahwa
penilaian domain afektif dilakukan. Dengan demikian penilaian hasil belajar PKn
tidak hanya mengukur hasil belajar yang berupa aspek pengetahuan saja, melainkan
juga mengukur proses pembelajaran yang dilakukannya agar siswa menjadi
seorang yang mempunyai nilai-nilai serta etika yang baik, baik di sekolah, di
rumah, maupun di masyarakat.
Penilaian hasil belajar PKn tidak sekedar memberikan informasi kepada
semua pihak; guru, siswa, orang tua, dan pengelola sekolah, tetapi pada dasarnya
lebih menekankan pada kualitas informasi yang dihasilkan. Pelaksanaan penilaian
tidak hanya dilakukan secara formal berupa tes hasil penguasaan pengetahuan saja
sebagai suatu produk, lebih dari itu cara penilaian lain dilakukan secara bersamaan
berdasarkan tujuan dan situasi kondisinya (Martorella, 1985 : 230; Jarolimek, 1993
: 454-455; Farris, 1994 : 146; Fraenkel, 1985 : 57; Schuncke, 1988 : 115).
Menurut Popham (1995), ranah afektif menentukan keberhasilan belajar
seseorang. Jika seseorang tidak memiliki minat pada pelajaran tertentu, maka
orang tersebut akan sulit untuk mencapai keberhasilan belajar secara optimal.
Seseorang yang berminat dalam suatu mata pelajaran diharapkan akan mencapai
hasil pembelajaran yang optimal. Oleh karena itu semua pendidik harus mampu
membangkitkan minat semua peserta didik untuk mencapai kompetensi yang telah
ditentukan. Selain itu ikatan emosional sering diperlukan untuk membangun
semangat kebersamaan, semangat persatuan, semangat nasionalisme, rasa sosial,
dan sebagainya. Untuk itu semua dalam merancang program pembelajaran, satuan
pendidikan harus memperhatikan ranah afektif.
Berbeda dengan instrumen evaluasi domain kognitif dan psikomotor,
instrumen evaluasi domain afektif perlu dirancang sedemikian rupa sehingga dapat
mengukur kemampyan yang berkenaan dengan perasaan, emosi, sikap/derajad
penerimaan atau penolakan suatu objek.
Menurut Krathwol, domain afektif meliputi lima tingkatan kawasan afektif
yaitu kawasan yang berkaitan aspek-aspek emosional, seperti perasaan, minat,
sikap, kepatuhan terhadap moral dan sebagainya, di dalamnya mencakup:
7

penerimaan (receiving/attending), sambutan (responding), penilaian (valuing),


pengorganisasian (organization), dan karakterisasi (characterization).
Anderson (dalam Robert K. Gable), menyebutkan aspek-aspek afektif
meliputi attitude/sikap, self concept/self esteem, interest, value/beliefs as to what
should be desired.
Tujuan dilaksanakannya evaluasi hasil belajar afektif adalah untuk
mengetahui capaian hasil belajar dalam hal penguasaan domain afektif dari
kompetensi yang diharapkan dikuasai oleh setiap peserta didik setelah kegiatan
pembelajaran berlangsung. Bahkan menurut Popham (1995), bahwa ranah afektif
menentukan keberhasilan belajar seseorang. Orang yang tidak memiliki minat pada
matapelajaran tertentu sulit untuk mencapai keberhasilan belajar secara optimal.
Adapun teknik pengukuran dan evaluasi belajar domain afektif lebih tepat
dengan menggunakan teknik non testing. Teknik non testing adalah teknik evaluasi
yang menggunakan instrumen bukan tes sebagai alat ukurnya. Yang termasuk
teknik ini adalah observasi/pengamatan yang dapat berbentuk rating scale,
anecdotal record atau rekaman, interview, questionaire, dan inventori.
Menurut Andersen (1980), ada dua metode yang dapat digunakan untuk
mengukur ranah afektif, yaitu metode observasi dan metode laporan diri.
Penggunaaan metode observasi berdasarlan pada asumsi bahwa karakteristik afektif
dapat dilihat dari perilaku atau perbuatan yang ditampilkan dan/atau reaksi
psikologi.
Menurut Andersen (1981:4) bahwa pemikiran atau perilaku harus memiliki
dua kriteria untuk diklasifikasikan sebagai ranah afektif.

Pertama, perilaku

melibatkan perasaan dan emosi seseorang. Kedua, perilaku harus tipikal perilaku
seseorang. Kriteria lain yang termasuk ranah afektif adalah intensitas, arah, dan
target. Intensitas menyatakan derajat atau kekuatan dari perasaan. Beberapa
perasaan lebih kuat dari yang lain, misalnya cinta lebih kuat dari senang atau suka.
Sebagian orang kemungkinan memiliki perasaan yang lebih kuat dibanding yang
lain. Arah perasaan berkaitan dengan orientasi positif atau negatif dari perasaan
yang menunjukkan apakah perasaan itu baik atau buruk.
Selanjutnya Andersen menyebutkan bahwa ada lima tipe karakteristik
afektif yang penting, yaitu sikap, minat, konsep diri, nilai, dan moral.
8

Karakteristik sikap yaitu suatu kencendrungan untuk bertindak secara suka


atau tidak suka terhadap suatu objek. Sikap dapat dibentuk melalui cara mengamati
dan menirukan sesuatu yang positif, kemudian melalui penguatan serta menerima
informasi verbal. Perubahan sikap dapat diamati dalam proses pembelajaran, tujuan
yang ingin dicapai, keteguhan, dan konsistensi terhadap sesuatu. Penilaian sikap
adalah penilaian yang dilakukan untuk mengetahui sikap peserta didik terhadap
mata pelajaran, kondisi pembelajaran, pendidik, dan sebagainya.
Menurut Fishbein dan Ajzen (1975) sikap adalah suatu predisposisi yang
dipelajari untuk merespon secara positif atau negatif terhadap suatu objek, situasi,
konsep, atau orang. Sikap peserta didik terhadap objek misalnya sikap terhadap
sekolah atau terhadap mata pelajaran. Sikap peserta didik ini penting untuk
ditingkatkan (Popham, 1995). Sikap peserta didik terhadap mata pelajaran,
misalnya bahasa Inggris, harus lebih positif setelah peserta didik mengikuti
pembelajaran bahasa Inggris dibanding sebelum mengikuti pembelajaran.
Perubahan ini merupakan salah satu indikator keberhasilan pendidik dalam
melaksanakan proses pembelajaran. Untuk itu pendidik harus membuat rencana
pembelajaran termasuk pengalaman belajar peserta didik yang membuat sikap
peserta didik terhadap mata pelajaran menjadi lebih positif.
Kedua, yaitu minat. Menurut Getzel (1966), minat adalah suatu disposisi
yang terorganisir melalui pengalaman yang mendorong seseorang untuk
memperoleh objek khusus, aktivitas, pemahaman, dan keterampilan untuk tujuan
perhatian atau pencapaian. Sedangkan menurut kamus besar bahasa Indonesia
(1990: 583), minat atau keinginan adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap
sesuatu. Hal penting pada minat adalah intensitasnya. Secara umum minat
termasuk karakteristik afektif yang memiliki intensitas tinggi.
Ketiga adalah konsep diri. Menurut Smith, konsep diri adalah evaluasi yang
dilakukan individu terhadap kemampuan dan kelemahan yang dimiliki. Target,
arah, dan intensitas konsep diri pada dasarnya seperti ranah afektif yang lain.
Target konsep diri biasanya orang tetapi bisa juga institusi seperti sekolah. Arah
konsep diri bisa positif atau negatif, dan intensitasnya bisa dinyatakan dalam suatu
daerah kontinum, yaitu mulai dari rendah sampai tinggi. Konsep diri ini penting
untuk menentukan jenjang karir peserta didik, yaitu dengan mengetahui kekuatan
9

dan kelemahan diri sendiri, dapat dipilih alternatif karir yang tepat bagi peserta
didik. Selain itu informasi konsep diri penting bagi sekolah untuk memberikan
motivasi belajar peserta didik dengan tepat.
Keempat yaitu nilai. Menurut Rokeah (1968) merupakan suatu keyakinan
tentang perbuatan, tindakan, atau perilaku yang dianggap baik dan yang dianggap
buruk. Selanjutnya dijelaskan bahwa sikap mengacu pada suatu organisasi
sejumlah keyakinan sekitar objek spesifik atau situasi, sedangkan nilai mengacu
pada keyakinan. Nilai cenderung menjadi ide, target nilai dapat juga berupa sesuatu
seperti sikap dan perilaku. Arah nilai dapat positif dan dapat negatif. Selanjutnya
intensitas nilai dapat dikatakan tinggi atau rendah tergantung pada situasi dan nilai
yang diacu. Tyler (1973:7), menyebutkan nilai ialah suatu objek, aktivitas, atau ide
yang dinyatakan oleh individu dalam mengarahkan minat, sikap, dan kepuasan.
Kelima yaitu moral. Masalah moral banyak dibahas oleh Piaget dan
Kohlberg banyak membahas tentang perkembangan moral anak. Namun ada sedikit
perbedaan dari keduanya, kalau Kohlberg mengabaikan masalah hubungan antara
judgement moral dan tindakan moral. Ia hanya mempelajari prinsip moral
seseorang melalui penafsiran respon verbal terhadap dilema hipotetikal atau
dugaan, bukan pada bagaimana sesungguhnya seseorang bertindak.

Moral

berkenaan dengan perasaan salah atau benar terhadap kebahagiaan orang lain atau
perasaan terhadap tindakan yang dilakukan diri sendiri. Misalnya menipu orang
lain, membohongi orang lain, atau melukai orang lain baik fisik maupun psikis.
Moral juga sering dikaitkan dengan keyakinan agama seseorang, yaitu keyakinan
akan perbuatan yang berdosa dan berpahala. Jadi moral berkaitan dengan prinsip,
nilai, dan keyakinan seseorang.

2.2 Instrumen Penilaian Domain Afektif


Penilaian domain afektif biasanya menggunakan skala penilaian. Skala
penilaian adalah skala penilaian untuk mengukur penampilan atau perilaku orang
lain oleh seseorang melalui pernyataan perilaku individu pada suatu kategori yang
bermakna nilai. Kategori diberi bila rentangan, biasanya mulai dari yang tertinggi
sampai terendah. Rentangan tersebut dapat berupa huruf, angka, kategori, misalnya
tinggi, sedang, baik, kurang dan sebagainya.
10

Instrumen yang dapat digunakan untuk mengukur domain afektif,


diantaranya dengan menggunakan skala sikap, observasi, angket, wawancara dan
lain-lain. Dalam penelitian ini instrumen yang dikembangkan adalah skala sikap.
Skala sikap biasanya digunakan untuk mengukur sikap seseorang terhadap objek
tertentu. Hasilnya berupa kategori sikap, yakni mendukung (positif), menolak
(negatif) dan netral. Skala sikap terdiri dari beberapa jenis, yaitu skal Skala Likert,
Skala Guttman, Skala Thurstone, Skala Semantik Differensial, Rating Scale,
observasi. Dalam penelitian ini instrumen yang dikembanngkan hanyalah
instrumen yang berupa skala, yaitu skala Likert, Thurstone dan Semantik
Differensial.

2.2.1 Skala Likert


Skala likert merupakan skala pengukuran sikap yang diciptakan oleh Rensis
Likert tahun 1932 untuk mengukur referensi intensitas sikap seseorang terhadap
suatu objek tertentu. Item-item dalam skala likert terdiferensiasi dari sikap-sikap
yang favorable hingga sikap-sikap yang unfavorable dan memiliki range of
response diantara kedua sikap tersebut dalam satu kontinum. Skala likert ialah
skala yang dapat di pergunakan untuk mengukur sikap,pendapat,dan persepsi
seseorang atau sekelompok orang tentang suatu gejala atau fenomena pendidikan.
Skala ini memuat item yang diperkirakan sama dalam sikap atau beban nilainya,
subjek merespon dengan berbagai tingkat intensitas berdasarkan rentang skala
antara dua sudut yang berlawanan, misalnya : Setuju - Tidak Setuju, Suka Tak
Suka, Menerima-Menolak. Model skala ini banyak digunakan dalam kegiatan
penelitian, karena lebih mudah mengembangkannya dan interval skalanya sama

2.2.2 Skala Thurstone


Skala thurstone ialah skala yang disusun dengan memilih butir yang
berbentuk skala interval. Setiap butir memiliki kunci skor dan jika diurut, kunci
skor menghasilkan nilai yang berjarak sama. Skala thurstone dibuat dalam bentuk
sejumlah (40-50) pertanyaan yang relevan dengan variabel yang hendak
diukurkemudian sejumlah ahli (20-40) orang yang menilai relevansi pertanyaan itu
dengan konten atau konstruk variabel yang hendak diukur. Nilai 1 pada skala
11

diatas menyatakan sangat tidak relevan, sedangkan nilai 11 menyatakan sangat


relevan.

2.2.3 Semantik Differensial


Skala differensial yaitu skala untuk mengukur sikap,tetapi bentuknya bukan
pilihan ganda atau checklis, tetapi tersusun dalam satu garis kontinum dimana
jawaban yang sangat positif terletak dibagian kanan garis,dan jawaban negatif
disebelah kiri garis, atau sebaliknya. Data yang diperoleh melalui pengukuran
dengan skala mantik differensial adalah data interval. Skala ini digunakan untuk
mengukur sikap atau karakteristik tertentu yang dimiliki seseorang.
2.3 Matapelajaran PKn di SMP
Dari

sepuluh

matapelajaran

dalam

kurikum

SMP,

matapelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan salah satu matapelajaran wajib,


bahkan wajib di sumua jenjang pendidikan mulai dari SD/MI sampai dengan
perguruan tinggi. Hal ini mengingat matapelajaraan ini merupakan matapelajaran
yang membawa missi menjadikan warganegara Indonesia menjadi warga negara
yang baik. Matapelajaran PKn merupakan matapelajaran yang memfokuskan pada
pembentukan warganegara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak
dan kewajibannya untuk menjadi warganegara Indonesia yang cerdas, terampil,
dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.
Sebagaimana disebutkan di dalam Peraturan Menteri No 22 Tahun 2006
tentang Standar Isi bahwa: "Objektif Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :
1. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu sivik
2. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggungjawab, dan bertindak secara
cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta antirasuah
3. Berkembang secara positif dan demokratik untuk membentuk diri
berdasarkan watak-watak masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama
dengan bangsa-bangsa lain.
4. Berinteraksi dengan bangsa-bafngsa lain dalam percaturan dunia secara
langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi maklumat
dan komunikasi.

12

Dalam pelaksanaannya, sejak Indonesia merdeka sampai dengan sekarang


matapelajaran PKn telah mengalami perkembangan yang sangat fluktuatif, baik
dari itu label mahupun substansinya.
Pada tahun 1957 dalam kurikulum SMA walaupun belum ada
matapelajaran "civics", sudah ada mata pelajaran Tatanegara yang di dalamnya
antara lain di bahas masalah kewarganegaraan terhad pada syarat dan status formal
sivik. Secara umum missi utama daripada matapelajaran ini adalah dalam rangka
"nation and character building" dimana sekolah dianggap sebagai "socio-political
institution" (Somantri: 2001). Selanjutnya Somantri (1969:7), mengatakan bahawa
Sebagaimana dikemukakan oleh Somantri bahawa dalam Kurikulum SMP dan
SMA tahun 1962 sudah mula diperkenalkan mata pelajaran "Civics" yang
berisikan materi dan pengalaman belajar yang digali dan dipilih daripada sejarah,
geografi, ilmu ekomomi, ilmu politik , pidato-pidato kenegaraan Presiden,
pengisytiharan hak azasi manusia, dan pengetahuan tentang Pertubuhan BangsaBangsa. Dalam Kurikulum Sekolah Dasar (SD) tahun 1968 diperkenalkan mata
pelajaran Pendidikan Kewargaan Negara (PKN) yang di dalamnya tercakup materi
dan pengalaman belajar mengenai sejarah dan ilmu bumi Indonesia dan "civics"
yang diartikan sebagai Pengetahuan Kewargaan Negara (Dep. P dan K : 1968a).
Sedangkan di Kurikulum SD tahun 1968, konsep PKN diidentikan dengan
Pendidikan IPS terkorelasi. Namun dalam Kurikulum SMP dan SMA tahun 1968
diperkenalkan mata pelajaran Pendidikan Kewargaan Negara yang berisikan
materi dan pengalaman belajar mengenai sejarah Indonesia dan perlembagaan,
termasuk Undang-Undang Dasar 1945 (UUD '45) (Dep. P dan K: 1968b, 1968c).
Sementara itu, dalam Kurikulum SPG tahun 1969, juga diperkenalkan mata
pelajaran Pendidikan Kewargaan Negara yang berisikan materi dan pengalaman
belajar mengenai sejarah Indonesia, perlembagaan, pengetahuan kemasyarakatan,
dan hak azasi manusia (Departemen P dan K: 1969). Kemudian dalam Kurikulum
Projek Perintis Sekolah Pembangunan (PPSP) digunakan beberapa istilah, yakni
Pendi dikan Kewargaan Negara, Pengajian Sosial, dan Civics dan Hukum. Untuk
SD 8 tahun PPSP digunakan istilah Pendidikan Kewargaan Negara yang dikemas
sebagai mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) bersepadu analog dengan
model "integrated social studies"nya Taba (1967), yang mengorganisasikan materi
13

dan pengalaman belajarnya atas dasar prinsip "spiral of concept development"


dan" spiral development of Generalization", yang secara popular kemudiannya
dikenali di Indonesia sebagai pendekatan spiral (PPSP IKIP Bandung: 1973a).
Sedangkan untuk SM 4 tahun digunakan istilah Pendidikan Kewargaan Negara
sebagai mata pelajaran Inti untuk semua siswa kelas 9 dan 10, dan istilah "civics
dan Hukum" untuk kelas 10, 11, 12 sebagai mata pelajaran utama (major) yang
berisikan materi dan pengalaman belajar yang berkenaan dengan politik,
kenegaraan dan hukum (PPSP IKIP Bandung: 1973b).
Pengalaman tersebut di atas menunjukkan bahawa sampai dengan tahun
1975, di Indonesia kelihatannya terdapat kerancuan dan ketidakstabilan dalam
konseptualisasi "civics", pendidikan Kewargaan negara, dan pendidikan IPS. Hal
itu tampak dalam penggunaan ketiga istilah itu secara bertukar-pakai. Selanjutnya,
dalam Kurikulum tahun 1975 untuk semua jenjang persekolahan yang
dilaksanakan secara berperingkat mulai tahun 1976 dan kemudian disempurnakan
pada tahun 1984, sebagai pengganti matapelajaran Pendidikan Kewargaan Negara
mula diperkenalkan mata pelajaran Pendidikan Moral Pancasila (PMP) yang
berisikan materi dan pengalaman belajar mengenai Pedoman Penghayatan dan
Pengamalan Pancasila (P4) atau "Eka Prasetia Pancakarsa". Mata pelajaran PMP
ini bersifat wajib mulai dari kelas I SD sampai dengan kelas III SMA/Sekolah
Vokasional dan keberadaannya terus dipertahankan dalam Kurikulum tahun 1984,
yang pada dasarnya merupakan penyempurnaan Kurikulum tahun 1975. Dengan
berlakunya Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Pokok-Pokok Sistem
Pendidikan Nasional (UUSPN), yang antara lain Perkara 39, menggariskan adanya
Pendidikan Pancasila dan Pendidikan Kewarganegaraan sebagai bahan kajian
wajib kurikulum semua jalur, jenis, dan jenjang pendidikan.
Selanjutnya tahun 1994 (Depdikbud: 1994) diperkenalkan matapelajaran
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) yang berisikan materi dan
pengalaman belajar yang disusun secara spiral atas dasar butir-butir nilai yang
secara konseptual terkandung dalam Pancasila. Dengan pendekatan tersebut, silasila Pancasila dengan jabaran nilainya diseleksi dan disusun secara artikulatif antar
catur wulan dalam satu kelas, antar kelas dalam satu jenjang, dan antar jenjang
persekolahan (Depdikbud: 1993). Kemudian tahun 2004 berlaku lagi perubahan
14

menjadi kurikulum Pendidikan Kewarganegaraan, dengan sebutan namun


kurikulumnya Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), akan tetapi pada tahun
2006 berubah lagi menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dengan
nama yang sama iaitu Pendidikan Kewarganegaan (PKn).
Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan agar peserta didik
memiliki kemampuan sebagai berikut.
1. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu
kewarganegaraan
2. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara
cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta antikorupsi
3. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri
berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup
bersama dengan bangsa-bangsa lainnya
4. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara
langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi
dan komunikasi.
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Variabel Penelitian
Yang menjadi variabel dalam penelitian ini pengembangan instrumen
penilaian domain afektif pada matapelajaran PKn di SMP. Jenis penelitian yang
diajukan ini adalah penelitian pengembangan, yaitu penelitian yang berusaha
merancang dan menerapkan suatu instrumen penilaian domain afektif dengan
menggunakan spesifikasi tertentu. Prototipe dikembangkan itu adalah instrumen
penilaian domain afektif pada matapelajaran PKn di SMP.
Prosedur penelitian dan pengembangan seringkali mengacu kepada bentuk
siklus di mana berdasarkan kajian temuan penelitian kemudian dikembangkan
suatu produk. Suatu produk dikembangkan dan diuji coba dalam suatu situasi dan
kondisi tertentu kemudian dilakukan revisi terhadap hasil uji coba tersebut sampai
pada akhirnya diperoleh suatu model yang dapat digunakan untuk memperbaiki
output. Menurut Borg & Gall (1989: 775 -776), siklus penelitian dan
pengembangan terdiri dari sepuluh tahapan, yaitu:

15

(1)

Penelitian dan pengumpulan informasi (research and information collecting),


yakni studi pendahuluan, pengumpulan data awal termasuk di dalamnya
kegiatan membaca literatur, mengkaji landasan teoritis dan hasil-hasil
penelitian terdahulu yang relevan, observasi, dan persiapan laporan,

(2)

Perencanaan (planning). Menyusun rencana penelitian, meliputi kemampuankemampuan yang diperlukan dalam pelaksanaan penelitian, merumuskan
tujuan yang hendak dicapai, menentukan urutan kegiatan, dan uji kelayakan
dalam lingkup terbatas.

(3)

Pengembangan model awal (develop preliminary form of product). Kegiatan


menyiapkan perlengkapan dan instrumen evaluasi.

(4)

Uji coba terbatas terhadap model awal (preliminary field testing). Uji coba
yang melibatkan satu kelas subjek uji coba. Dalam kegiatan ini siswa di beri
instrumen evaluasi domain afektif.

(5)

Hasil tes dianalisis uji validitas dan uji reliabilitasnya

(6)

Uji coba lapangan (main field testing). Melakukan uji coba yang lebih luas,
melibatkan dua kelas dari dua sekolah

(7)

Revisi model hasil uji coba lapangan (operational field testing).


Memperbaiki/menyempurnakan model awal hasil uji coba lapangan,

(8)

Uji coba lapangan secara operasional (operational field testing). Pelaksanaanya melibatkan sekolah dan subjek yang lebih banyak lagi. Dalam kegiatan
ini dilakukan pengamatan, angket, dan wawancara. Hasilnya dianalisis untuk
menentukan apakah model layak atau belum,

(9)

Revisi model akhir (final product revision). Penyempurnaan model


dilakukan berdasarkan hasil uji coba lapangan secara operasional.

(10) Diseminasi

dan

implementasi

(dissemination

and

implementation).

Melaporkan hasilnya kepada berbagai pihak, baik melalui pertemuan


profesional, jurnal maupun publikasi lainnya.
Berdasarkan tahapan penelitian yang dikembangkan oleh Borg & Gall,
maka dalam penelitian ini dilakukan penyederhanaan tahapan menjadi tiga tahap,
hal ini dilakukan mengingat pertimbangan waktu dan biaya yang dibutuhkan

16

tidaklah sederhana, yaitu: studi pendahuluan, pengembangan, dan pengujian


model.
(1) Studi Pendahuluan
(2) Pada tahap studi pendahuluan meliputi kegiatan mengkaji literatur,
mengkaji hasil-hasil penelitian yang relevan, dan melakukan penelitian prasurvey terhadap proses pembelajaran Pendidikan PKn, serta menyusun
rancangan model atau model awal.
(3) Pengembangan model, setelah tersusun model awal selanjutnya melakukan
pengembangan instrumen
(4) Penerapan model, dilakukan melalui uji coba kelayakan dan analisis hasil
Ke-tiga tahapan dalam penelitian dan pengembangan tersebut di atas dapat
digambarkan dalam bagan 1 di bawah ini.
Tahap ke -1

STUDI
PENDAHULUAN

Kajian Literatur
Hasil-hasil Penelian
yang relevan
Penelitian Pra-survey:
- Rancangan model
penilaian
- Kondisi Guru
- Pendapat guru tentang
instrumen
pembelajaran PKN.

Tahap ke-2

PENGEMBANGAN
INSTRUMEN

PENGUJIAN INSTRUMEN

Model Revisi I

INSTRUMEN AWAL

Uji Coba Terbatas:


Rancangan Model
Implementasi

Uji Coba Lebih Luas:


Rancangan instrumen l
Implementasi
Kesimpulan Uji Coba

Model Revisi I

Revisi Model

Rancangan Model
atau
Model Awal

Uji Kelayakan:
- Analisis
Kualitas
instrumen
- Penilaian

- Analisis Kualitas
instrumen
- Penarikan kesimpulan

Model Revisi I

Model
Akhir

Bagan 1
Tahapan Penelitian dan Pengembangan Model
17

3.2 Lokasi dan Subjek Penelitian


Lokasi penelitian merupakan tempat berlangsungnya di sekolah; yaitu
sebanyak tiga SMP Negeri di kota Palembang Sumatera Selatan yang dipilih
secara acak sedangkan yang menjadi subjek penelitian ialah siswa kelas VII.
Alasan pemilihan siswa SMP karena siswa SMP masih berada dalam usia
peralihan dari masa kanak-kanak ke masa awal remaja (pubertas), dimana anak
pada usia tersebut berada dalam kondisi yang labil, dengan demikian diharapkan
jawaban siswa benar-benar merupakan jawaban yang jujur.

3.3 Teknik Pengumpulan Data


Adapun teknik pengumpulan data data dalam penelitian ini adalah dengan
dokumentasi dan tes.
(1) Pengembangan instrumen evaluasi domain afektif, yaitu mengembangkan
instrumen domain afektif yang relevan dengan tututan KTSP SMP
matapelajaran PKn.
(2) Tes, yaitu untuk memperoleh data tentang hasil penilaiaian kemampuan siswa
dengan menggunakan instrumen penilaian afektif yang telah dikembangkan
sebelumnya.
3.4 Sumber Data
Yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah : siswa kelas VII
dari tiga SMP Negeri yang ada di Palembang, yang telah dipilih secara acak
diantara 55 SMPN yang ada di kota Palembang.
3.5 Instrumen Penelitian
Dalam pengumpulan data digunakan instrumen yang berupa pedoman
studi dokumentasi dan tes.
(1) Studi dokumentasi, dilakukan untuk memperoleh data tentang sekolah, guru,
siswa, rancangan pembelajaran, model penilaian mata pelajaran PKn yang
selama ini dilakukan oleh guru.
(2) Angket (skala sikap) digunakan untuk mengumpulkan data tentang
kemampuan dan pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran PKn dengan
menggunakan instrumen penilaian afektif yang telah dikembangkan.
18

3.6 Prosedur Pengolahan dan Analisis Data


Pengolahan dan analisis data hasil penelitian menggunakan teknik analisis
deskriptif kualitatif. Prosedur pengolahan dan analisis data pengujian instrumen
dilakukan melalui uji validitas dan reliabilitas. Uji Kelayakan model dilakukan
melalui analisis kualitas, sedangkan uji efektivitas dilakukan melalui tes. Analisis
kualitas model dengan cara mengkaji ulang model awal yang telah dikembangkan
melalui diskusi peneliti dengan guru dan teman sejawat yang memahami teknik
pengukuran.

HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Data Hasil
Penelitian ini dilakukan di beberapa SMP Negeri di kota Palembang, yaitu
SMPN 10, 17 dan 45 Palembang. Pemilihan sekolah tersebut dilakukan secara
simple random sampling sebagai sampel. Adapun data mengenai kondisi guru dan
siswa dari masing dari masing-masing sekolah tersebut adalah sebagai berikut :
Berikut ini akan disajikan secara umum mengenai keadaan masing-masing
sekolah yang menjadi sampel dalam penelitian, yang meliputi kondisi guru, kondisi
siswa dan kondisi sarana dan prasarana yang dimiliki oleh sekolah masing-masing.
4.1.1 Gambaran umum mengenai SMP Negeri 10 Palembang
SMPN 10 Palembang berlokasi di Jalan Rudus Sekip Ujung Palembang.
Keadaan fisik sekolah di SMP Negeri 10 Palembang meliputi luas tanah sekolah
5.000 m3, setiap ukuran ruangan 2.221 m2, luas lapangan olahraga atau voli
berjumlah 404m3, sekolah ini dilaksanakan kegiatan belajar mengajar pada pagi
hari saja tidak untuk siang hari atau sore kecuali kegiatan ekstrakurikulernya.
SMP N 10 Palembang memiliki jumlah guru sebanyak 68 guru yang terdiri
dari 61 guru tetap / PNS dan 7 guru honor, jumlah karyawan lainnya sebanyak 12
orang karyawan. Selain itu, setiap kelas jumlah siswa-siswinya rata-rata berjumlah
40 siswa, jumlah keseluruhan siswanya yaitu 877 orang dan jumlah kelas
berjumlah 21 kelas. Interaksi yang terjadi di sekolah ini sangat baik, hubungan
guru dan siswa terjalin dengan natural, mereka menjalin komunikasi yang cukup
baik, interaksi antara siswa sendiri.
19

Urusan administrasi sekolah dilakukan oleh bagian tata usaha. Ruangan


kerja bagian tata usaha SMP Negeri 10 Palembang ini terletak tepat didepan pintu
gerbang masuk sekolah dan berdampingan dengan ruang kepala sekolah. Ruang
tata usaha ini dikepalai oleh seorang kepala tata usaha dan 4 pegawai tata usaha
yang membantu kepala tata usaha dan 2 pegawai yang mengurusi masalah
komputerisasi.
Adapun fasilitas yang terdapat di sekolah ini terdiri dari ruang kepala
sekolah, ruang TU, ruang guru, ruang multi media, ruang komputer, ruang
perpustakaan, ruang UKS dan ruang Bimbingan Konseling, ruang penyimpanan
alat olahraga, laboratorium, ruang kelas, mushollah, kantin sekolah, koperasi, dan
ruang penjaga sekolah.
4.1.2 Gambaran Umum SMPN 17 Palembang
SMPN 17 Palembang merupakan salah satu SMP negeri di Palembang yang
berstandar nasional. Lokasinya terletak di Jl. Padang Selasa Bukit Lama, Ilir Barat
I Palembang. Keadaan fisik sekolah di SMP Negeri 17 Palembang meliputi luas
tanah sekolah 8.327 m3, dengan luas bangunan 1.847 m2.
SMPN 17 Palembang memiliki jumlah guru sebanyak 69 orang guru yang
terdiri dari 63 orang guru tetap/PNS, 6 orang guru tidak tetap (GTT) dan 1 PNS
DPK 1 orang. Jumlah pegawai adalah 10 orang, yang terdiri dari 4 orang Tata
Usaha (TU) tetap, 5 orang TU tidak tetap dan 1 orang pustakawan. Jumlah kelas di
SMPN 17 ini adalah sebanyak 22 kelas, yang terdiri dari kelas VII dan VIII
masing-masing terdiri dari 7 kelas, sedangkan kelas IX berjumlah 8 kelas. Dari
keseluruhan kelas, jumlah siswanya adalah 840 orang, yang terdiri dari kelas VII
adalah 280 orang siswa yang terdiri dari 144 orang laki-laki dan 136 orang
perempuan, kelas VIII adalah 280 orang siswa yang terdiri dari 146 orang laki-laki
dan 134 orang perempuan, dan kelas IX berjumlah 280 orang siswa yang terdiri
dari 153 orang laki-laki dan 127 orang perempuan.
4.1.3 Gambaran Umum Tentang SMP Negeri 45 Palembang
SMP Negeri 45 Palembang berdiri pada tanggal 8 Februari 1988. Dasar
pendirian adalah Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI melalui
20

Kanwil Depdikbud Propinsi Sumatera Selatan. Kegiatan belajar mengajar pertama


kali di mulai pada kepimpinan Bapak Sudiono sebagai kepala sekolah pada saat itu.
SMP Negeri 45 Palembang terletak di jalan Demang Lebar Daun Sungai
Sahang Lorok Pakjo Kecamatan Ilir Barat 1 Palembang. Lokasinya strategis,
berdekatan dengan Perpustakaan Daerah Sumatera Selatan. Bangunan yang
ditempati SMP Negeri 45 Palembang memiliki luas tanah 6.989 M.
Pada mulanya SMP Negeri 45 Palembang mempunyai 8 ruang, 3 ruangan
kelas, ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang perpustakaan, ruang UKS, dan
ruang keterampilan. Pada awal tahun berdirinya SMP Negeri 45 Palembang jumlah
siswanya 135 orang, terdiri dari 67 laki-laki dan 78 perempuan.
Pada saat ini tenaga pendidik yang ada di SMP Negeri 45 Palembang
berjumlah 54 orang, tata usaha 4 orang, dan 8 orang tenaga honorer. Sekolah ini
terdiri dari 21 kelas, masing-masing kelas VII, VIII dan IX terdiri dari 7 kelas.
Ruang lainnya adalah ruang kepala sekolahm guru, TU, OSIS, UKS, perpustakaan,
laboratorium, Bimbingan Konseling, komputer, mushollah, dan lain-lain.
Jumlah seluruh guru di SMP Negeri 45 Palembang pada tahun ajaran
2010/2011 adalah sebanyak 54 orang, yang terdiri dari 20 orang guru laki-laki dan
34 orang guru perempuan. Sedangkan jumlah siswa yang tercatat di SMP Negeri
45 Palembang pada tahun ajaran 2010/2011 berjumlah 724 Orang. Masing-masing
adalah kelas VII berjumlah 269 orang, yang terdiri dari 142 orang siswa laki-laki
dan 127 orang siswa perempuan, kelas VIII terdiri dari 230 orang siswa, yang
terdiri 99 orang siswa laki-laki dan 131 orang siswa perempuan, sedangkan kelas
IX berjumlah 225 orang yang terdiri dari 108 orang siswa laki-laki dan 117 orang
siswa perempuan.

4.2 Data Hasil Penilaian Instrumen Domain Afektif


Setelah

dirancang

instrumen

penilaian

domain

afektif

dengan

mengggunakan skala sikap : likert, thurstone dan semantik differensial, maka


dilakukan ujicoba kepada responden dalam hal ini adalah siswa kelas VII dari
SMPN 10, 17 dan 45 Palembang, sesuai dengan tujuan penelitian ini adalah
mengembangkan model instrumen penilaian afektif untuk mengukur sikap afektif
siswa melalui instrumen penilaian afektif.

Data yang ditampilkan di bagian


21

terdahulu adalah data yang diperoleh berdasarkan instrumen penilaian domain


afektif yang telah menggunakan model revisi (instrumen model awal dan instrumen
revisi, terlampir) Berikut ini adalah hasil instrumen yang sudah diujicoba dan
direvisi dan telah diuji validitas dan reliabilitasnya.
Instrumen afektif yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari tiga
instrumen skala likert, skala thurstone, dan semantik. Data hasil skala likert dibuat
berdasarkan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) adalah sebagai
berikut :
1.

Standar Kompetensi : Memahami pelaksanaan demokrasi dalam berbagai


aspek kehidupan. Dengan Kompetensi Dasar : a) Memahami Memahami
pelaksanaan demokrasi dalam berbagai aspek kehidupan, Menunjukkan
sikap positif terhadap pelaksanaan demokrasi dalam berbagai kehidupan.

2.

Standar

Kompetensi

Memahami

kehidupan

rakyat

dan

sistem

pemerintahan di Indonesia, dengan Kompetensi Dasar : Menunjukkan sikap


positif terhadap kedaulatan rakyat dan sistem pemerintahan Indonesia.
3.

Indikator :

Siswa dapat menunjukkan sikap positif terhadap pelaksnaan demokrasi dalam


kehidupan pribadi.

Siswa dapat menunjukkan sikap positif terhadap pelaksanaan demokrasi dalam


kehidupan keluarga

Siswa dapat menunjukkan sikap positif terhadap pelaksanaan demokrasi dalam


kehidupan sekolah.

Siswa dapat menunjukkan sikap positif terhadap pelaksanaan demokrasi dalam


kehidupan masyarakat.

Siswa dapat menunjukkan sikap positif terhadap pelaksanaan

demokrasi

dalam kehidupan Negara.

Siswa dapat menunjukkan sikap positif terhadap kedaulatan rakyat dan sistem
pemerintahan dalam kehidupan pribadi.

Siswa dapat menunjukkan sikap positif terhadap kedaulatan rakyat dan sistem
pemerintahan dalam kehidupan keluarga.

Siswa dapat menunjukkan sikap positif terhadap kedaulatan rakyat dan sistem
pemerintahan dalam kehidupan masyarakat.
22

Siswa dapat menunjukkan sikap positif terhadap kedaulatan rakyat dan sistem
pemerinthan dalam kehidupan Negara.
Data yang ditampilkan dalam hasil penelitian ini adalah data yang diperoleh

berdasarkan instrumen penilaian domain afektif yang telah direvisi berdasarkan


masukan yang diberikan oleh teman sejawat.
Adapun revisi dari teman sejawat terhadap instrumen awal yang telah
dibuat adalah sebagai berikut :

Sebelum item instrumen dibuat, perlu dibuat kisi-kisi sebagai acuan dalam
menulis instrumen

Hindari kata-kata sering, selalu, sebab kata-kata tersebut menggiring siswa


untuk menjawab yang baik-baik saja

Bila item-nya menanyakan tentang tempat, sebaiknya perlu di spesifik-kan


temdalam lingkungan apa, misalnya keluarga, sekolah atau masyarakayat dan
lain-lain

Hindari item yang mengacu pada banyak peristiwa masa lalu dibandingkan
pada saat ini.

Hindari item yang dapat diinterpretasikan sebagai fakta padahal bukan.

Hindari item yang dapat diinterpretasikan lebih dari satu cara.

Hindari item yang tidak relevan dengan konteks psikologis atau konstruk yang
belum terbangun.

Hindari item yang jawabannya hampir sama oleh setiap orang atau item
yang tidak akan dipilih oleh seorangpun.

Susun item dengan bahasa yang sederhana, jelas, dan langsung.

Buat item pendek, tidak lebih dari 20 kata.

Satu item hanya berisi satu ide/pokok pikiran.

Hindari terjadinya double negatif.

Hindari item yang menyebabkan ambiguity pada responden

Beberapa item pertanyaan kurang relevan dengan tingkat usia responden.

23

Berdasarkan masukan dan saran dari teman sejawat tersebut, diperolehlah


data sebagaimana dapat dilihat pada tabel 1 sampai dengan 9 di bawah ini.
4.2.1 Data Sikap Siswa Menggunakan Skala Likert
Adapun jumlah item yang dibuat untuk skala likert secara berturut-turut
dari siswa SMPN 10, 17 dan 45 Palembang yang terdiri dari 20 item pertanyaan
dengan menggunakan empat option. Berikut ini akan Instrumen skala likert
tersebut sebagai berikut :
TABEL 1
PENILAIAN AFEKTIF SISWA SMPN 10 PALEMBANG
DENGAN SKALA LIKERT
No

Nama Siswa

Skor untuk Butir item nomor:


1

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

JML RAT A2

Kategori
minat atau
sikap

M. Rafli Ramadhan

73

3,7

Dela Paramita

75

3,8

sangat baik
sangat baik

Shintya Lanova

75

3,8

sangat baik

Farah Dita Humaira

64

3,2

baik

Ivan Juli Andy

65

3,3

sangat baik

Sadana

68

3,4

sangat baik

Cindy Efsiara

67

3,4

sangat baik

T ry Septiani

76

3,8

sangat baik

Nanda Rizka A

79

4,0

sangat baik

10 Rian . R

63

3,2

baik

11 Saddam Abimanyu

74

3,7

sangat baik

12 Fajri Ramadhan

60

3,0

baik

13 Mahendra

62

3,1

baik

14 Amalia Amrina Rosyad 4

68

3,4

sangat baik

15 Yuni Anggraini

60

3,0

baik

16 Laras Damayanti

61

3,1

baik

17 Elza Elserianty

62

3,1

baik

18 M. Aditya .F

63

3,2

baik

19 T iara Ayu Lestari

71

3,6

sangat baik

20 Ghina Salsabila

72

3,6

sangat baik

21 Mafazi Aufar Soeharto 3

60

3,0

baik

22 Rifqi Raditya

66

3,3

baik

23 Bella Fitri Aliana

72

3,6

sangat baik

24 Mardika Zaditya Herla 4

73

3,7

sangat baik

25 M. Cindar Alam KW

67

3,4

sangat baik

26 Aldy Zulfani

64

3,2

sangat baik

27 Rudh. Sitta Parapat

58

2,9

kurang baik

28 Ade Oktarina

68

3,4

baik

29 Rinaldy

68

3,4

baik

30 M. Dwiki Kurniawan

73

3,7

sangat baik

31 Hafis Agung WS

71

3,6

sangat baik

32 Agrin Aulia

55

2,8

baik

33 Arif Prabowo

70

3,5

sangat baik

34 Happy Rivaldy

68

3,4

sangat baik

35 Wahyu Praswtyo Andr 3

70

3,5

sangat baik

36 Maya Dista Agustian

59

3,0

baik

37 Nanda T ri . S

72

3,6

sangat baik

38 Putri Choirani

69

3,5

sangat baik

39 Nadia Putri Ramadhan 3

72

3,6

sangat baik

Jumlah

132 138 129 111 131 144 130 149 144 148 130 152 141 151 144 153 143 159 154 160 2633

132

Rata-rata

3,4 3,5 3,3 2,8 3,4 3,7 3,3 3,8 3,7 3,8

3,4

3,3

3,9 3,6 3,9 3,7

3,9

3,7

4,1

3,9

4,1

67,5

sangat baik

Sumber : Data primer diolah, Tahun 2010

24

Berikut ini akan disajikan data hasil penilaian sikap siswa SMPN 17
Palembang, dengan menggunakan skala likert.
TABEL 2
PENILAIAN AFEKTIF SISWA SMPN 17 PALEMBANG
DENGAN SKALA LIKERT
NAMA

NO

P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10P11P12P13P14 P15P16P17P18P19P20 JLM

Rata2 KAT .SIKAP

Aditya erlangga

72

3,6

Sangat baik

Ahmad yoga T .

61

3,1

baik

Al ihksan P.

54

2,7

kurang

Anisa

62

3,1

baik

Alya anjani

61

3,1

baik

A.madlana.K

64

3,2

baik

A. nurimansyah

66

3,3

sangat baik

As'ari O.S.

59

3,0

baik

Bela vista A.

68

3,4

sangat baik

10

Bintang. H

53

2,7

kurang

11

Chairani Q.

63

3,2

baik

12

Fadhila S.

59

3,0

baik

13

Isyafitri B.

74

3,7

sangat baik

14

Kevin Pratama

68

3,4

sangat baik

15

Laila T .

70

3,5

sangat baik

16

M. Ahlan F.

64

3,2

baik

17

M. Dwiki L.

64

3,2

baik

18

M. Faris syafiq

64

3,2

baik

19

M. Hilal P.

65

3,3

sangat baik

20

M. Ikman Aidil A.

69

3,5

sangat baik

21

M. Rizki Pahlevi

63

3,2

baik

22

M. Urip Sutanto

74

3,7

sangat baik

23

Nadia Anisa

70

3,5

sangat baik

24

Ona Anisa

70

3,5

sangat baik

25

Pandu P.

57

2,9

baik

26

Putri Ekawati

64

3,2

baik

27

Rahmad Ilahi

57

2,9

baik

28

Regina Zatalini

66

3,3

sangat baik

29

Retno Yusriana

57

2,9

baik

30

Rizki Damayanti

66

3,3

sangat baik

31

Robi Pratama

64

3,2

baik

32

Sarah Qhairunisa

62

3,1

baik

33

Septiani Ropi

74

3,7

sangat baik

34

Sintia

63

3,2

baik

35

Ulan Endaliza

66

3,3

sangat baik

36

William Pieter

67

3,4

sangat baik

37

Wirawadi F.

65

3,3

sangat baik

38

Yuni Arsih Utami

baik

Jumlah kelas
Rata-rata kelas

128 127 126 114

1
95

124 137 122 117 130 106 119 111 119 124 138 124 135 132 121

64

3,2

2449

122,5

64,4

3,2

baik

Sumber : Data primer diolah, Tahun 2010

Berikut ini akan disajikan data hasil penilaian sikap siswa SMPN 45
Palembang, dengan menggunakan skala likert.
25

TABEL 3
PENILAIAN AFEKTIF SISWA SMPN 45 PALEMBANG
DENGAN SKALA LIKERT
NAMA
NO
URT A. Kurniawan

P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17 P18 P19 P20 JLM RAT A2KAT SIKAP
3

62

3,1

Abdarita Yulianti

72

3,6

baik
sangat baik

Abu Hanifa

74

3,7

sangat baik

Anggi Nadia

74

3,7

sangat baik

Basrunudin

67

3,4

sangat baik

Bela Apriani

66

3,3

sangat baik

Cherin Virginia

64

3,2

baik

Choirin Rafi

66

3,3

baik

Dessy Novitasari

66

3,3

sangat baik

Didi Herwansyah

67

3,4

sangat baik

10

Dwi Yuliani

72

3,6

sangat baik

11

Eka Rizky Agustini

64

3,2

baik

12

Agustina D.

65

3,3

sangat baik

13

Febria Wahyu N.

57

2,9

baik

14

Fikriansyah

73

3,7

sangat baik

15

Hendra Maulana

65

3,3

baik

16

Iga Anggraini

63

3,2

sangat baik

17

Ilsa Palingga

62

3,1

baik

18

Jerry Maha Putra

63

3,2

baik

19

Kartika

59

3,0

baik

20

Kerrick Herlianto

61

3,1

baik

21

Lovasta T .

65

3,3

baik

22

Lusi Elesta

69

3,5

sangat baik

23

M. A. Fikri

66

3,3

kurang

24

M. Ridho M.A

68

3,4

sangat baik

25

Mesrawati

64

3,2

baik

26

M. Alfi Syahrio

66

3,3

sangat baik

27

Neneng O.

65

3,3

sangat baik

28

Qitariah

74

3,7

sangat baik

29

Paray M.R

75

3,8

sangat baik

30

Putri Agustina

57

2,9

baik

31

Rahmi T usi

65

3,3

sangat baik

92

93

98

110

94

101

99

3,2 3,5

3,3 3,2

JUMLAH KELAS
RAT A-RAT A KLS

112 119 113

104 117 103 105 114

116 102 107 116 101 2116

3,3

3,7 3,3

68

105,8

3,413

sangat baik

Sumber : Data primer diolah, Tahun 2010

4.2.2 Data Sikap Siswa Menggunakan Skala Thurstone :


Adapun jumlah item yang dibuat untuk skala thurstone secara berturut-turut
dari siswa SMPN 10, 17 dan 45 Palembang yang terdiri dari 20 item pertanyaan
dengan menggunakan empat option. Berikut ini akan Instrumen skala likert
tersebut sebagai berikut :

26

TABEL 4
PENILAIAN AFEKTIF SISWA SMPN 10 PALEMBANG
DENGAN SKALA THURSTONE
Skor untuk Butir item nomor:

Kategori
JML RAT A2 minat atau
sikap

No

Nama Siswa

M. Rafli Ramadhan

119

6,0

sangat baik

Dela Paramita

128

6,4

sangat baik

Shintya Lanova

133

6,7

sangat baik

Farah Dita Humaira

108

5,4

baik

Ivan Juli Andy

121

6,1

sangat baik

Sadana

120

6,0

sangat baik

Cindy Efsiara Pasela

108

5,4

baik

Try Septiani

120

6,0

sangat baik

122

6,1

sangat baik

5,4

baik
baik

P1

P2

P3

P4

P5

P6

P7

P8

P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17 P18 P19 P20

10 Rian . R

107

Nanda Rizka Anggraini

11 Saddam Abimanyu

121

6,1

12 Fajri Ramadhan

107

5,4

sangat baik

13 Mahendra

92

4,6

baik
baik

14 Amalia Amrina Rosyada

90

4,5

15 Yuni Anggraini

124

6,2

sangat baik

16 Laras Damayanti

100

5,0

baik

17 Elza Elserianty

93

4,7

baik

18 M. Aditya .F

108

5,4

baik

19 Tiara Ayu Lestari

98

4,9

baik

114

5,7

sangat baik

89

4,5

baik

20 Ghina Salsabila

21 Mafazi Aufar Soeharto

22 Rifqi Raditya

122

6,1

sangat baik

23 Bella Fitri Aliana

100

5,0

baik

24 Mardika Zaditya Herlamb 7

110

5,5

baik

25 M. Cindar Alam KW

103

5,2

baik

26 Aldy Zulfani

119

6,0

sangat baik

27 Rudh. Sitta Parapat

121

6,1

sangat baik

28 Ade Oktarina

117

5,9

baik

29 Rinaldy

106

5,3

baik

30 M. Dwiki Kurniawan

123

6,2

sangat baik

115

5,8

baik
kurang

31 Hafis Agung WS

32 Agrin Aulia

94

4,7

33 Arif Prabowo

120

6,0

sangat baik

34 Happy Rivaldy

120

6,0

sangat baik

35 Wahyu Prasetyo Andro

105

5,3

baik

36 Mega Dista Agustian

110

5,5

baik

37 Nanda Tri . S

133

6,7

sangat baik

38 Putri Choirani

118

5,9

baik

118

5,9

baik

39 Nadia Putri Ramadhan

227 205 214 199 215 218 228 210 216 232 221 225 239 212 223 215 180 219 228 250 4376

Jumlah
Rata-rata

112

218,8
5,6

baik

Sumber : Data primer diolah, Tahun 2010

Berikut ini akan disajikan data hasil penilaian sikap siswa SMPN 17
Palembang, dengan menggunakan skala thurstone.

27

TABEL 5
PENILAIAN AFEKTIF SISWA SMPN 17 PALEMBANG
DENGAN SKALA THURSTONE
NO

NAMA

PERT ANYAAN
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10P11P12P13P14P15P16P17P18P19P20

JML RAT A2 KAT SIKAP

ADITYA ERLANGGA

108

5,4

AHMAD YOGA THEO

113

5,7

baik
sangat baik

AL IKHSAN.P

83

4,2

baik

ANNISA

94

4,7

baik

ALYAH ANJANI

99

5,0

sangat baik

A. MAULANA

120

6,0

sangat baik

A.NURIMANSYAH

107

5,4

baik

AS'ARI OKTAFIAN

103

5,2

baik

BELLA VISTA ARDIYANI

127

6,4

sangat baik

10 BINTANG H

93

4,7

baik

11 CHAIRANI QISSISINA

114

5,7

sangat baik

12 FADHILAH SALSABILA

89

4,5

kurang

13 ILSYAFITRI BONITA

119

6,0

sangat baik

14 KEVIN P RATAMA

123

6,2

sangat baik

15 LAILA TUSYSYARIFAH

130

6,5

sangat baik

16 M.AHLAN P ATHULLAH

109

5,5

baik

17 M.DWIKI LATUCONSINA

115

5,8

sangat baik

18 M.FARIS SYAFIQ

104

5,2

baik

19 M.HILAL P RATAMA

113

5,7

sangat baik

20 M.IKMAN AULIA AIDIL AJI 6

111

5,6

baik

21 M.RIZKY P AHLEVI

125

6,3

sangat baik

22 M.URIP SUTANTO

127

6,4

sangat baik

23

NADIA ANISA

120

6,0

sangat baik

24

ONA ANISA

118

5,9

sangat baik

25

P ANDU.P

114

5,7

baik

26

P UTRI EKAWATI

107

5,4

baik

27

RAHMAD ILAHI

96

4,8

baik

28 REGINA ZATALINI

129

6,5

sangat baik

29

RETNO YUSRIANA

111

5,6

baik

30

RISKI DAMAYANTI

111

5,6

baik

31

ROBI P RATAMA

111

5,6

baik

32

SARAH QAIRUNNISA

108

5,4

baik

33

SEP TIANI ROP I

128

6,4

sangat baik

34 SHINTIA

99

5,0

baik

35 ULAN ENDALIZA

105

5,3

baik

36 WILLIAM P ITER

106

5,3

baik

37 YUNI ARSIH UTAMI

115

5,8

baik

38 WIRA WADI FATNAH

107

5,4

baik

JUMLAH KELAS
RATA-RATA KELAS

225 248 222 189 193 198 233 211 196 221 243 200 184 225 199 161 189 203 245

226

4211 210,6
111

5,5

baik

Sumber : Data primer diolah, Tahun 2010

Berikut ini akan disajikan data hasil penilaian sikap siswa SMPN 45
Palembang, dengan menggunakan skala thurstone.

28

TABEL 6
PENILAIAN AFEKTIF SISWA SMPN 45 PALEMBANG
DENGAN SKALA THURSTONE
NO
URT

NAMA

P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17 P18 P19 P20 JML RATA2 KAT .SIKAP

A. Kurniawan

106

5,3

baik

Abdarita Yulianti 7

106

5,3

baik

Abu Hanifa

116

5,8

sangat baik

Anggi Nadia

120

6,0

sangat baik

Basrunudin

123

6,2

sangat baik

Bela Apriani

107

5,4

sangat baik

Cherin Virginia

95

4,8

baik

Choirin Rafi

109

5,5

baik

Dessy Novitasari 6

109

5,5

baik

10 Didi Herwansyah

125

6,3

sangat baik

11 Dwi Yuliani

115

5,8

sangat baik

12 Eka Rizky Agusti 7

111

5,6

baik

13 Agustina D.

118

5,9

sangat baik

14 Febria Wahyu N.

101

5,1

baik

15 Fikriansyah

121

6,1

sangat baik

16 Hendra Maulana

122

6,1

sangat baik

17 Iga Anggraini

100

5,0

baik

18 Ilsa Palingga

113

5,7

sangat baik

19 Jerry Maha Putra 7

112

5,6

sangat baik

20 Kartika

90

4,5

kurang

21 Kerrick Herlianto 7

103

5,2

baik

22 Lovasta T .

112

5,6

sangat baik

23 Lusi Elesta

117

5,9

sangat baik

24 M. A. Fikri

107

5,4

sangat baik

25 M. Ridho M.A

102

5,1

baik

26 Mesrawati

100

5,0

baik

27 M. Alfi Syahrio

121

6,1

sangat baik

28 Neneng O.

112

5,6

sangat baik

29 Oftariah

103

5,2

baik

30 Paray M.R

98

4,9

kurang

31 Putri Agustina

104

5,2

baik

100

5,0

baik

32 Rahmi Tusi
JML KLS

204 205 181 151 168 175 184 178 160 179 202 157 143 172 163 132 169 182 199 194

RATA-RATA KLS

6,4

5 5,6

6 4,9 4,5

5 5,1 4,1

3498 174,9

5 5,7 6,2 6,1 109

5,5

baik

Sumber : Data primer diolah, Tahun 2010

4.2.3 Data Sikap Siswa Menggunakan Skala Semantik


Adapun jumlah item yang dibuat untuk skala semantik secara berturut-turut
dari siswa SMPN 10, 17 dan 45 Palembang yang terdiri dari 20 item pertanyaan
dengan menggunakan empat option. Berikut ini akan Instrumen skala likert
tersebut sebagai berikut :

29

TABEL 7
PENILAIAN AFEKTIF SISWA SMPN 10 PALEMBANG
DENGAN SKALA SEMANTIK
No

Nama Siswa

Skor untuk Butir item nomor:


P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17 P18 P19 P20 JML Rata2 KAT SIKAP

P1

P2

P3

P4

P5

P6

P7

P8

1 M. Rafli Ramadhan

126

6,3 sangat baik

2 Dela Paramita

122

6,1 sangat baik

3 Shintya Lanova

106

5,3 baik

4 Farah Dita Humaira

118

5,9 baik

5 Ivan Juli Andy

113

5,7 baik

6 Sadana

102

5,1 baik

7 Cindy Efsiara Pasela

117

5,9 sangat baik

8 Try Septiani

92

4,6 baik

9 Nanda Rizka Anggraini 7

130

6,5 sangat baik

10 Rian . R

109

5,5 baik

11 Saddam Abimanyu

114

5,7 sangat baik

12 Fajri Ramadhan

115

5,8 sangat baik

13 Mahendra

113

5,7 sangat baik

14 Amalia Amrina Rosyad 5

110

5,5 baik

15 Yuni Anggraini

110

5,5 baik

16 Laras Damayanti

117

5,9 sangat baik

17 Elza Elserianty

105

5,3 baik

18 M. Aditya .F

125

6,3 sangat baik

19 Tiara Ayu Lestari

107

5,4 baik

20 Ghina Salsabila

103

5,2 baik

21 Mafazi Aufar Soeharto 7

125

6,3 sangat baik

22 Rifqi Raditya

137

6,9 sangat baik

23 Bella Fitri Aliana

131

6,6 sangat baik

24 Mardika Zaditya Herlam 7

120

6,0 sangat baik

25 M. Cindar Alam KW

127

6,4 sangat baik

26 Aldy Zulfani

132

6,6 sangat baik

27 Rudh. Sitta Parapat

129

6,5 sangat baik

28 Ade Oktarina

106

5,3 baik

29 Rinaldy

133

6,7 sangat baik

30 M. Dwiki Kurniawan

114

5,7 sangat baik

31 Hafis Agung WS

110

5,5 baik

32 Agrin Aulia

123

6,2 sangat baik

33 Arif Prabowo

131

6,6 sangat baik

34 Happy Rivaldy

120

6,0 sangat baik

35 Wahyu Prasetyo Andro 5

103

5,2 baik

105

5,2 baik
5,4 baik

36 Mega Dista Agustian

37 Nanda Tri . S

108

38 Putri Choirani

119

6,0 sangat baik

39 Nadia Putri Ramadhan

103

5,2 baik

Jumlah

246 236 245 241 231 233 237 210 240 226 222 218 232 209 228 211 224 226 210 205 4530 226

Rata-rata

6,3 6,1 6,3 6,2 5,9 6,0 6,1 5,4 6,2 5,8 5,7 5,6 5,9 5,4 5,8 5,4 5,7 5,8 5,4 5,3 #### 5,8 sangat baik

Sumber : Data primer diolah, Tahun 2010

Berikut ini akan disajikan data hasil penilaian sikap siswa SMPN 17
Palembang, dengan menggunakan skala semantik.
30

TABEL 8
PENILAIAN AFEKTIF SISWA SMPN 17 PALEMBANG
DENGAN SKALA SEMANTIK
P ERTANYAAN

No
Urt

NAMA

P 1 P2 P 3 P 4 P 5

P6 P7 P8 P9

P 10 P 11 P 12 P 13 P 14 P 15 P 16 P 17 P 18 P 19 P 20 JML

RATA2

Kategori

Aditya Erlangga

109

5,5

baik

Ahmad Yoga T.

118

5,9

sangat baik

Al ikhsan P .

117

5,9

sangat baik

Anisa

128

6,4

sangat baik

Alya Anjani

121

6,1

sangat baik

A. Madlana K.

109

5,5

baik

A. Nurimansyah

104

5,2

baik

As'ari O.S

108

5,4

baik

Bela vista A.

110

5,5

baik

10

Bintang. H

97

4,9

baik

11

Chairani Q.

113

5,7

baik

12

Fadhila S.

112

5,6

baik

13

Isyafitri B.

110

5,5

baik

14

Kevin P ratama

121

6,1

sangat baik

15

Laila T.

103

5,2

baik

16

M. Ahlan F.

113

5,7

sangat baik

17

M. Dwiki L.

109

5,5

baik

18

M. Faris syafiq

119

6,0

sangat baik

19

M. Hilal P .

117

5,9

sangat baik

20

M. Ikman A A Aji

106

5,3

baik

21

M. Rizki P ahlevi

107

5,4

baik

22

M. Urip Sutanto

110

5,5

baik

23

Nadia Anisa

133

6,7

sangat baik

24

Ona Anisa

115

5,8

sanagt baik

25

P andu P .

125

6,3

sangat baik

26

P utri Ekawati

122

6,1

sangat baik

27

Rahmad Ilahi

121

6,1

sangat baik

28

Regina Zatalini

127

6,4

sangat baik

29

Retno Yusriana

126

6,3

sangat baik

30

Rizki Damayanti

129

6,5

sangat baik

31

Robi P ratama

128

6,4

sangat baik

32

Sarah Qhairunisa

110

5,5

baik

33

Septiani Ropi

116

5,8

sanagt baik

34

Sintia

109

5,5

baik

35

Ulan Endaliza

124

6,2

sangat baik

36

William P ieter

117

5,8

baik

37

Wirawadi F.

111

5,6

baik

38

Yuni Arsih Utami

sangat baik

117

5,9

Jumlah kelas

257 218 240 250 235 234 223 231 215

219 227 234 222 183 196 203 162 203 216 223

4391

219,53

Rata-rata kelas

6,8 5,7 6,3 6,6 6,2

5,8

115,5 5,7771 baik

6,1 5,9 6,1 5,66

6,2

5,8

4,8

5,2

5,3

4,3 5,3

5,7

5,9

Sumber : Data primer diolah, Tahun 2010

Berikut ini akan disajikan data hasil penilaian sikap siswa SMPN 45
Palembang, dengan menggunakan skala semantik.
31

TABEL 9
PENILAIAN AFEKTIF SISWA SMPN 45 PALEMBANG
DENGAN SKALA SEMANTIK
NO NAMA

P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17 P18 P19 P20 JML Rata2

KAT SIKAP

A. Kurniawan

110

5,5

baik

Abdarita Yulianti

114

5,7

sangat baik

Abu Hanifa

109

5,5

baik

Anggi Nadia

103

5,2

baik

Basrunudin

117

5,9

baik

Bela Apriani

106

5,3

baik

Cherin Virginia

112

5,6

sangat baik

Choirin Rafi

117

5,9

sangat baik

Dessy Novitasari

122

6,1

sangat baik

6,1

baik

10 Didi Herwansyah

121

11 Dwi Yuliani

117

5,9

baik

12 Eka Rizky Agustini 3

110

5,5

baik

13 Agustina D.

99

5,0

kurang

6,1

sangat baik

14 Febria Wahyu N.

121

15 Fikriansyah

128

6,4

sangat baik

16 Hendra Maulana

112

5,6

sangat baik

5,6

baik

17 Iga Anggraini

111

18 Ilsa Palingga

109

5,5

baik

19 Jerry Maha Putra

112

5,6

baik

20 Kartika

109

5,5

baik

5,6

baik

21 Kerrick Herlianto

112

22 Lovasta T .

126

6,3

sangat baik

23 Lusi Elesta

132

6,6

sangat baik

5,1

baik

24 M. A. Fikri

102

25 M. Ridho M.A

122

6,1

sangat baik

26 Mesrawati

106

5,3

baik

27 M. Alfi Syahrio

123

6,2

sangat baik

5,8

sangat baik

28 Neneng O.

116

29 Qitariah

116

5,8

sangat baik

30 Paray M.R

115

5,8

baik

31 Putri Agustina

110

5,5

baik

32 Rahmi Tusi

109

5,5

baik

JML KLS

210 182 202 182 184 192 198 180 186 176 175 178 192 130 141 180 175 193 195 197 3648

RATA-RATA KLS 6,6 5,7 6,3 5,7 5,8

6,2

5,6

5,8

5,5

5,5

5,6

4,06 4,4

5,6

5,5

6,1

6,2

114

182,4
5,7

baik

Sumber : Data primer diolah, tahun 2010

4.3 Analisis Data


Berikut ini akan dianalisis dari masing-masing instrumen model awal dari
masing-masing sekolah.
Untuk SMPN 10 Palembang, hasil uji validitas terhadap instrumen skala
likert bahwa r tabel adalah sebesar 0,316, setelah dilakukan ujicoba ternyata
32

terdapat 2 item (item nomor 1 dan 5) yang r hitungnya 0,316. Namun setelah
menggunakan model revisi, semua item soal valid. Sama halnya dengan
perhitungan uji validitas terhadap instrumen skala thurstone dari siswa SMPN 17
Palembang, ternyata juga terdapat 2 item soal yang tidak valid yaitu item nomor 5
dan 7 dengan masing-masing nilai r hitung adalah 0,134 dan 0, 304 sedangkan r
tabelnya adalah sebesar 0,328. Namun setelah dilakukan revisi terhadap dua item
tersebut maka pada model revisi semuanya valid.

Sedangkan untuk hasil uji

validitas terhadap instrumen skala likert bahwa r tabel adalah sebesar 0,328 setelah
dilakukan ujicoba ternyata terdapat 2 item (item nomor 1 dan 5) yang r hitungnya
0,328. Namun setelah menggunakan model revisi, semua item soal valid.
Berbeda dengan hasil uji validitas terhadap dua SMP sebelumnya, ternyata untuk
SMPN 45 dengan perhitungan uji validitas terhadap instrumen skala liokert dari
siswa SMPN 45 Palembang-pun, ternyata juga terdapat 6 item soal yang tidak
valid yaitu item nomor 4,8,10,12,14,17,18 dengan masing-masing nilai r hitung
adalah 0.110, 0.307, 0.320, 0311, 0.269, 0.213, 0.276 sedangkan r tabelnya adalah
sebesar 0,355. Namun setelah dilakukan revisi terhadap dua item tersebut maka
pada model revisi semuanya valid.
Berikut ini akan disajikan analisis data mengenai sikap siswa dari masingmasing skala sikap yang ada dari masing-masing sekolah.

4.3.1 Instrumen Penilaian Skala Sikap Likert


Kategori sikap siswa untuk 20 butir pertanyaan dengan skor tiap butir
adalah 4, dengan rentang skor tertinggi adalah 80 (20x4) dan skor terendah adalah
20 (20 x1).
No

Skor Siswa

Kategori Sikap

1.

Lebih dari 64

Sangat tinggi atau sangat baik

2.

56 - 64

Tinggi atau baik

3.

40 - 55

Rendah atau kurang

4.

Kurang dari 40

Sanagt rendah atau sangat kurang

Keterangan :
1. Skor batas bawah kategori sangat tinggi atau sangat rendah adalah 0,80 x 80
= 64 dan batas atasnya adalah 80
33

2. Skor batas bawah pada kategori tinggi atau baik adalah 0,70 x 80 = 56, dan
batas atasnya adalah 64
3. Skor batas bawah pada kategori rendah atau kurang adalah = 0,50 x 80 =
40, dan batas atasnya adalah 56
4. Skor yang tergolong pada kategori sangat rendah atau sangat kurang adalah
kurang dari 40
Perhitungan jumlah kategori sikap yang ditunjukkan dari hasil skala likert di
masing-masing sekolah, dapat dilihat dari tabel berikut ini :
TABEL 10
FREKUENSI JAWABAN DARI SKALA LIKERT

NO
URT
1
2
3

SISWA
SMPN 10 PALEMBANG
SMPN 17 PALEMBANG
SMPN 45 PALEMBANG
TOTAL

SANGAT BAIK

BAIK

KURANG

TOTAL

26
17
18
61

67
45
46
158

12
20
19
51

31
53
50
133

1
1
2
4

3
3
5
10

100
100
100
100

Sumber : Data primer diolah, Tahun 2010

Untuk Skala MPN 10 Palembang, hasil uji validitas terhadap instrumen


skala likert bahwa r tabel adalah sebesar 0,316, setelah dilakukan ujicoba ternyata
terdapat 2 item (item nomor 1 dan 5) yang r hitungnya 0,316. Namun setelah
menggunakan model revisi, semua item soal valid.
Jika dilihat dari tabel 10 di atas, ternyata skor sangat baik diperoleh oleh
SMP Negeri 10 Palembang, hal ini sebesar 26 % yang menjawab sangat baik,
sedangkan jumlah siswa yang kurang hanya 1 % saja. Sementara itu untuk
SMPN 17 Palembang skor tertinggi pada kategori baik. Sedangkan untuk siswa
SMPN 45 Palembang ternyata kategori sangat baik sedikit lebih baik dengan
siswa SMPN 17 Palembang.

4.3.2 Instrumen Penilaian Skala Thurstone


Berikut ini akan dianalisis hasil uji validitas dari instrumen skala thurstone
model awal dari masing-masing sekolah yang menjadi sampel.

34

Untuk SMPN 10 Palembang, hasil uji validitas terhadap instrumen skala


thurstone bahwa r tabel adalah sebesar 0,316, setelah dilakukan ujicoba ternyata
terdapat 3 item (item nomor 2, 9 dan 12) yang r hitungnya masing-masing adalah
0.171, 0.250 dan 0.289 . Namun setelah menggunakan model revisi, semua item
soal valid. Berbeda dengan perhitungan uji validitas terhadap instrumen skala
thurstone dari siswa SMPN 17 Palembang, sedikit lebih baik dibanding dengan
yang ternyata hanya 2 item soal yang tidak valid yaitu item nomor 4 dan 7 dengan
masing-masing nilai r hitung adalah 0,134 dan 0, 131sedangkan r tabelnya adalah
sebesar 0,328. Namun setelah dilakukan revisi terhadap dua item tersebut maka
pada model revisi semuanya valid. Sedangkan untuk hasil uji validitas terhadap
instrumen skala thurstone di SMPN 45 Palembang ternya nilai r tabel adalah
sebesar 0,349 setelah dilakukan ujicoba ternyata terdapat 10 item (item nomor 1,
3,4,5,6,8,10, dan 11), dengan r hitung masing-masing adalah 0.097, 0.296, 0.198,
0.153, 0.323, 0.264, 0.206, 0.327, 0.269, 0.233.
Kategori sikap siswa untuk 20 butir pertanyaan dengan skor tiap butir
adalah 7, dengan rentang skor tertinggi adalah 140 (20x7) dan skor terendah adalah
20 (20 x1).
No

Skor Siswa

Kategori Sikap

1.

Lebih dari 112

Sangat tinggi atau sangat baik

2.

70 98

Tinggi atau baik

3.

40 - 55

Rendah atau kurang

4.

Kurang dari 40

Sanagt rendah atau sangat kurang

Keterangan :
1. Skor batas bawah kategori sangat tinggi atau sangat rendah adalah 0,80 x
140 = 112 dan batas atasnya adalah 140
2. Skor batas bawah pada kategori tinggi atau baik adalah 0,70 x 140 = 98,
dan batas atasnya adalah 111
3. Skor batas bawah pada kategori rendah atau kurang adalah = 0,50 x 140 =
70, dan batas atasnya adalah 97
4. Skor yang tergolong pada kategori sangat rendah atau sangat kurang adalah
kurang dari 70

35

Perhitungan jumlah kategori sikap yang ditunjukkan dari hasil skor di atas
menunjukkan perolehan jumlah kategori sikap yang ditunjukkan dari hasil skala
thurstone di masing-masing sekolah, dapat dilihat dari tabel berikut ini :
TABEL 11
FREKUENSI JAWABAN DARI SKALA THURSTONE
NO
URT

SISWA

1
2
3

SMPN 10 PALEMBANG
SMPN 17 PALEMBANG
SMPN 45 PALEMBANG

SANGAT BAIK
F
%
17
16
16

44
42
50

BAIK
F

21
21
15

54
55
47

KURANG
F
%
1
1
1

3
3
3

TOTAL
%
100
100
100

Sumber : Data primer diolah, Tahun 2010

Jika dilihat dari tabel 2 di atas, ternyata skor sangat baik diperoleh oleh
SMP Negeri 10 Palembang, hal ini senbesar 17 % yang menjawab sangat baik,
sedangkan jumlah siswa yang kurang: hanya 1 %. Sementara besaran skor untuk
siswa SMPN 17 dan siswa SMPN 45 Palembang skor sangat baik-nya
berimbang. Namun jika dilihat dari aspek baik, ternyata antara siswa SMPN 10
dan SMPN 17 Palembang jumlahnya berimbang. Sedangkan untuk skor kurang
ternyata ketiganya mempunyai skor yang sama.

4.3.3 Instrumen Penilaian Skala Semantik Differensial


Berikut ini akan dianalisis hasil uji validitas dari instrumen skala semantik
differnsial model awal dari masing-masing sekolah yang menjadi sampel.
Untuk SMPN 10 Palembang, hasil uji validitas terhadap instrumen skala
semantik differensial bahwa r tabel adalah sebesar 0.316, setelah dilakukan ujicoba
ternyata terdapat 8 item (item nomor 1, 2, 5, 6, 8, 9, 13, 18.) yang r hitungnya
masing-masing adalah 0.200, 0.266, 0.281, 0.115, 0.302, 0.126, 0.238. Namun
setelah menggunakan model revisi, semua item soal valid.
Berbeda dengan perhitungan uji validitas terhadap instrumen skala
semantik differensial dari siswa SMPN 17 Palembang, sedikit lebih banyak
dibanding dengan SMPN 10 yaitu terdapat 11 item soal yang tidak valid yaitu item
nomor 1, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 10, 11, 13, 14, 15, 17 dengan masing-masing nilai r hitung
adalah 0.077, 0.159, 0.132, 0.198, 0.226, 0.031, 0.255, 0.226, 0.146, 0.259, 0.311,
36

-0.046, sedangkan r tabelnya adalah sebesar 0,328. Namun setelah dilakukan revisi
terhadap dua item tersebut maka pada model revisi semuanya valid. Sedangkan
untuk hasil uji validitas terhadap instrumen skala semantik differensial di SMPN 45
Palembang ternyata nilai r tabel adalah sebesar 0,349 setelah dilakukan ujicoba
ternyata terdapat 13 item (item nomor 1, 2, 5, 6, 8, 9, 11, 12, 13, 14,15, 16, 20),
dengan r hitung masing-masing adalah 0.079, 0.338, 0.237, 0.142, 0.201, 0.025,
0.181, 0.091, 0.022, 0. 157, 0342, 0.264, 0. 223. Namun setelah dilakukan revisi
terhadap dua item tersebut maka pada model revisi semuanya valid.
Kategori sikap siswa untuk 20 butir pertanyaan dengan skor tiap butir
adalah 4, dengan rentang skor tertinggi adalah 140 (20 x 7) dan skor terendah
adalah 20 (20 x1).
No

Skor Siswa

Kategori Sikap

1.

Lebih dari 112

Sangat tinggi atau sangat baik

2.

70 98

Tinggi atau baik

3.

40 - 55

Rendah atau kurang

4.

Kurang dari 40

Sanagt rendah atau sangat kurang

Keterangan :
1. Skor batas bawah kategori sangat tinggi atau sangat rendah adalah 0,80 x
140 = 112 dan batas atasnya adalah 140
2. Skor batas bawah pada kategori tinggi atau baik adalah 0,70 x 140 = 98,
dan batas atasnya adalah 111
3. Skor batas bawah pada kategori rendah atau kurang adalah = 0,50 x 140 =
70, dan batas atasnya adalah 97
4. Skor yang tergolong pada kategori sangat rendah atau sangat kurang adalah
kurang dari 70
Perhitungan jumlah kategori sikap yang ditunjukkan dari hasil skor di atas
menunjukkan perolehan jumlah kategori sikap yang ditunjukkan dari hasil skala
semantik di masing-masing sekolah, dapat dilihat dari tabel berikut ini :

37

TABEL 12
FREKUENSI JAWABAN DARI SKALA SEMANTIK
NO
URT

SISWA

1
2
3

SMPN 10 PALEMBANG
SMPN 17 PALEMBANG
SMPN 45 PALEMBANG

SANGAT BAIK
F
%
22
18
13

56
42
50

BAIK
F

17
21
17

44
55
47

KURANG
F
%
0
1
1

0
3
3

TOTAL
%
100
100
100

Sumber : Data primer diolah, Tahun 2010

Jika dilihat dari tabel 2 di atas, ternyata skor sangat baik diperoleh oleh SMP
Negeri 10 Palembang, hal ini senbesar 22 % yang menjawab sangat baik, namun
jika dilihat dari apek baik ternyata jumlah berimbang dengan yang di SMPN 45
Palembang sedangkan jumlah siswa yang kurang: hanya 0 %. Sementara besaran
skor untuk siswa SMPN 17 dan siswa SMPN 45 Palembang skor sangat baik-nya
adalah 18 % lebih banyak 1 % dibanding dengan yang SMPN 45 Palembang.
Namun jika dilihat dari aspek baik, ternyata antara siswa SMPN 10 dan SMPN
45 Palembang jumlahnya berimbang. Sedangkan untuk skor kurang ternyata skor
berimbang antara SMPN 17 Palembang dan SMPN 45 Palembang.

4.4 Pembahasan
Dari hasil dan analisis terhadap pengembangan dan penerapan model awal
dan model revisi dari instrumen penilaian domain afektif berupa skala likert,
thurstone dan semantik differensial terhadap siswa SMPN 10, SMPN 17 dan
SMPN 45 Palembang maka diketahui bahwa instrumen skala sikap lebih baik
dibanding dengan instrumen skala thurstone dan semantik differensial. Hal tersebut
dapat terlihat dari hasil ujicoba dari ketiga instrumen tersebut di ketiga SMPN di
Palembang ternyata dari model awal dan model revisi, ternyata ketiganya
menunjukkan hasil yang relatif stabil, artinya hasil yang diperoleh ternyata hasil
instrumen skala thurstone lebih rendah dibanding dengan skala likert, sedangkan
skala semantik differensial lebih rendah dibanding dari hasil ujicoba skala
thurstone dan skla likert.

38

Namun demikian, sesuai dengan hakekatnya penelitian pengembangan dan


diuji coba dalam suatu situasi dan kondisi tertentu kemudian dilakukan revisi
terhadap hasil uji coba tersebut sampai pada akhirnya diperoleh suatu model yang
dapat digunakan untuk memperbaiki output sebagaimana dikemukakan oleh Borrg
& Gall (1989: 775 -776). Penyempurnaan model dilakukan berdasarkan hasil uji
coba lapangan secara operasional maupun saran dan masukan dari teman sejawat
yang memahami tehnik pengukuran.
Dari masukan tersebut berupa hal-hal teknis yang perlu diperhatikan
sebelum merancang dan mengembangkan instrumen itu sendiri, selain itu
penggunaan kalimat yang jelas, bahasa yang sederhana dan tidak menggiring siswa
untuk menjawab yang baik-baik saja, maupun kalimat yang tidak jelas yang dapat
menimbulkan makna ganda atau diinterpretasikan berbeda antara responden yang
satu dengan yang lainnya, termasuk juga harus menghindari item yang
menyebabkan ambiguity pada responden.
Dengan perbaikan yang memperhatikan masukan dari teman sejawat
tersebut ternyata jelas terlihat dampaknya terhadap hasil uji validitas terhadapa
hasil ujicoba terhadap model awal menjadi model revisi, ternyata semua item dari
semua instrumen skala sikap yang digunakan, baik skala likert, thurstone maupun
skala semantik differensial.
Walaupun sudah menunjukkan adanya perbaikan dan peningkatan nilai
sikap yang dicapai oleh siswa, namun penelitian dan pengembangan instrumen
penilaian domain afektif dalam matapelajaran PKn di SMP ini masih perlu
dilanjutkan lagi dengan jumlah sekolah dan sampel yang lebih banyak lagi, bahkan
menggunakan instrumen yang lebih banyak lagi, artinya tidak hanya terbatas pada
penggunaan instrumen berupa skala likert, skala thurstone dan semantik
differensial saja, melainkan juga jenis-jenis instrumen lainnya yang relevan dengan
karakteritik penilaian afektif, misalnya skala guttman, rating scale, wawamcara,
angke,t observasi dan-lain-lain.

39

SIMPULAN DAN SARAN


5.1 Simpulan
Berdasarkan analisis dan pembahasan terhadap hasil penelitian, maka dapat
disimpulkan bahwa pengembangan dan penerapan instrumen penilaian domain
afektif pada matapelajaran PKn di SMP akan efektif mencapai tujuan apabila
pengembangan instrumen tersebut memperhatikan segi teknis dan substansinya.
Dari segi teknis, mulai dari menyusun kisi-kisi instrumen, menulis kalimat atau
bahasa yang jelas, singkat, tidak bermakna ganda dan tidak menimbulkan
ambiguity, adanya urutan dan keseimbangan jumlah item favorable dan
unfavorable. Dari segi substansi isi, maksudnya instrumen terebut berisikan
substansi materi pelajaran yang bersifat afektif dan yang relevan untuk mengukur
aspek afektif, apakah berupa nilai, sikap, moral dan lain-lain. Dengan demikian
diharapkan melalui instrumen tersebut kita mendapat gambaran yang jelas tentang
sikap siswa yang ingin diukur, sebab penilaian afektif bukanlah berupa soal-soal
melainkan berupa informasi guna mengungkapkan sikap, nilai dan keyakinan dari
peserta didik (dalam hal ini siswa SMP yang berkaitan dengan matapejaran PKn).
Hal yang perlu diingat lagi bahwa penggunaan instrumen penilaian afektif tidaklah
bertujuan untuk mengukur dan menilai benar-salah dari siswa melainkan untuk
mengungkap nilai dan keyakinan siswa yang positif dan yang negatif. Hal-hal yang
bersifat positif diperkuat sedangkan yang bersifat negatif dikurangi dan akhirnya
dihilangkan.

5.2 Saran
Berdasarkan simpulan di atas, maka peneliti menyarankan ke beberapa
pihak sebagai berikut :
5.2.1

Kepada guru PKn, hendaknya menggunakan penilaian afektif sebagai salah


satu bentuk penilaian terhadap siswa, bukan hanya menilai kemampuan
kognitif, sebab aspek afektif yang berkenaan dengan matapelajaran yang
kita berikan akan berhubungan dengan kemampuan peserta didik secara
utuh. Sebab domain afektif siswa terhadap matapelajaran, akan berpengaruh
terhadap domain kognitif dan psikomotor. Sehingga jika kita sebagai guru
mengetahui ranah afektif peserta didik dengan tepat, maka kita akan dapat
40

menerapkan strategi pembelajaran yang tepat juga kepada siswa yang salah
satunya bertujuan meningkatkan nilai afektif siswa.
5.2.2

Bagi Mahasiswa, khususnya mahasiswa program studi PKn, hendaknya


dapat mengembangkan dan menerapkan instrumen penilaian afektif kelak
mereka menjadi guru PKn sebagai bentuk penilaian lain disamping
penilaian kognitif (utamanya bentuk objektif tes dan essay).

5.2.3

Bagi peneliti lainnya, hendaknya dapat melanjutkan penelitian mengenai


pengembangan instrumen penelitian domain afektif secara lebih lengkap
lagi, yaitu dengan menggunakan instrumen yang lebih banyak lagi
diantaranya observasi, wawancara, rating scale, dan lain-lain. Disamping itu
juga dengan menggunakan sampel yang lebih banyak lagi dan waktu yang
lebih lama lagi, sehingga dapat benar-benar menghasilkan model instrumen
penilaian domain afektif yang lebih baik dan lebih lengkap lagi.

6
DAFTAR PUSTAKA
Borg, W.R.& Gall,M.D. 1979. Educational Research and Introduction. New York
& London: Longman
Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta
..................2006. Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006.
Tentang Standar Isi
---------------2008. Pengembangan Perangkat Penilaian Afektif. Jakarta : Direktorat
Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Direktorat Pembinaan
Sekolah Menengah Atas.
Gronlund, Norman E. 1998. Assessment of Student Achievement. Sixth Edition.
Boston: Allyn and Bacon.
Hopkins, David. 1993. A Teachers Guide to Classroom Research. Philadelphia:
Open University Press.
http://nurmanspd.wordpress.com/2009/09/15/pengembangan-perangkat-penilaianafektif/ diakses tangga 20 Juli 2010

41

Jarolimek, J et. Al.. (1993). Social Studies in Elementary Education. Seven Edition.
New York: Macmillan Publishing Co Ltd.
Kadarusmadi. 1987. Pendidikan Moral Pancasila Dan Kecenderungan Perilaku
Anak Didik : Suatu Studi Terhadap Siswa SMA Negeri Di Kotamadya
Banda Aceh. Tesis.
Popham, W. James. 1995. Classroom Assessment: What Teachers Need to Know.
Unites States of America: Allyn & Bacon A Simon & Schuster
Company.
Somantri, Numan. 2001. Menggagas Pembaharuan Pendidikan PKN. (Editor Dedi
Supriadi dan Rochmat Mulyana), Bandung: Remaja Rosdakarya,
Bandung.
Sumarna Surapranata. 2004. Analisis, Validitas, Reliabilitas, dan Interpretasi Hasil
Tes. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sunarno. 1992. Keragaman Proses Belajar Mengajar di Sekolah Dasar (Studi
Deskriptif Analitis Terhadap Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar PMP pada 3
Sekolah Dasar di Kabupaten Klaten). Tesis Magister PPS IKIP Bandung: Tidak
diterbitkan.
Suwarma Al Muchtar. 1995. Arah Peningkatan Mutu Pendidikan PKn di Sekolah
Dasar. Makalah pada Diskusi Ilmiah Dalam Rangka Pelepasan Program
S1 Ke 2 PKN SD Angkatan ke 2, Tanggal 22 Agustus 1995. Bandung:
Lab PPKN SD FPPKN IKIP Bandung.
Tilaar, H.A.R.. 1999. Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional Dalam
Perspektif Abad 21. Magelang: Tera Indonesia.

42

Anda mungkin juga menyukai

  • Hari Sampah
    Hari Sampah
    Dokumen1 halaman
    Hari Sampah
    Ndaru Asmara Maniest
    Belum ada peringkat
  • Penilaian Konsep Diri KI
    Penilaian Konsep Diri KI
    Dokumen24 halaman
    Penilaian Konsep Diri KI
    Ndaru Asmara Maniest
    Belum ada peringkat
  • Acuan Norma
    Acuan Norma
    Dokumen13 halaman
    Acuan Norma
    Ndaru Asmara Maniest
    Belum ada peringkat
  • Makalah Bagus
    Makalah Bagus
    Dokumen23 halaman
    Makalah Bagus
    Ndaru Asmara Maniest
    Belum ada peringkat
  • Bab III
    Bab III
    Dokumen38 halaman
    Bab III
    Ndaru Asmara Maniest
    Belum ada peringkat
  • Fermat N Wilson
    Fermat N Wilson
    Dokumen10 halaman
    Fermat N Wilson
    Ndaru Asmara Maniest
    Belum ada peringkat
  • Puisi Sedih 1
    Puisi Sedih 1
    Dokumen7 halaman
    Puisi Sedih 1
    Ndaru Asmara Maniest
    Belum ada peringkat