Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA

BLOK ENDOKRINOLOGY AND METABOLIC


PEMERIKSAAN GLUKOSA DARAH
(METODE GOD-PAP)

Oleh :
Nama
NIM
Kelompok
Asisten

:
:
:
:

Pandu Nugroho Kanta


G1A009133
VIII
Yuli Lestari

KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KEDOKTERAN
PURWOKERTO
2010

LEMBAR PENGESAHAN

PEMERIKSAAN GLUKOSA DARAH

Oleh :
Pandu Nugroho Kanta
G1A009133
Kelompok VIII

Disusun untuk memenuhi persyaratan mengikuti


ujian praktikum Biokimia Kedokteran Blok HI
Jurusan Kedokteran
Universitas Jenderal Soedirman
Purwokerto

Diterima dan disahkan


Purwokerto,

September Oktober 2010


Asisten

Yuli Lestari
G1A007010

BAB I
PENDAHULUAN

A. Judul Praktikum
Pemeriksaan Glukosa Darah.

B. Hari ,Tanggal Praktikum


Rabu, 27 Oktober 2010

C. Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengukur kadar glukosa dengan metode GODPAP.
2. Mahasiswa dapat menyimpulkan hasil pemeriksaan kadar glukosa
darah pada saat praktikum setelah membandingkan dengan nilai
normal.
3. Mahasiswa dapat melakukan diagnosa dini penyakit apa saja yang
disebabkan oleh peningkatan kadar glukosa dengan bantuan hasil
praktikum yang dilakukan.

BAB II
DASAR TEORI

A. Glukoneogenesis
Di saat karbohidrat tidak tersedia dengan cukup di dalam
makanan, maka senyawa nonkarbohidrat dengan jalur glukoneogenesis
akan menghasilkan glukosa. Glukoneogenesis merupakan istilah yang
digunakan untuk mencakup semua mekanisme dan lintasan yang
bertanggung jawab untuk mengubah senyawa nonkarbohidrat menjadi
glukosa. Asam amino glikogenek, asam laktat dan gliserol adalah tiga
kelompok substrat untuk proses ini. Dapat berlangsung setiap saat di
dalam tubuh untuk membersihkan laktat yang terbentuk dari proses
glikolisis anaerob. Glukoneogenesis dari asam amino akan berlangsung
pada keadaan dimana tubuh kekurangan zat arang atau lipid sebagai
sumber energi. (Murrey, Robert K, 2003)
Tempat berlangsungya glukoneogenesis terutama di sel-sel ginjal
dan hati. Reaksi-reaksi pada proses ini meliputi reaksi glikolisis yang
reversibel, siklus kreb dan beberapa reaksi khusus untuk tambahan.
Enzim utama dari proses ini yang mengkatalis reaksi tambahan pada
glukoneogenesis adalah (Murrey, Robert K, 2003):
1. Piruvat karboksilase
2. Fosfoenol piruvat karboksikinase
3. D Fruktosa 1,6 bifosfatase
4. D Glukosa 6 Fosfatase
Reaksi oleh enzim ini dapat menghindari reaksi yang irreversibel
pada

glikolisis.

Glukagon

merangsang

glukoneogenesis

dengan

merangsang

enzim-enzim

tersebut

terutama

fosfoenol

piruvat

karboksikinase. Biosintesa enzim-enzim tersebut juga dipengaruhi oleh


insulin dan hormon Glukokortikoid. Defek enzim glukoneogenesis
menimbulkan hipoglikemia dan asidosis laktat. (Murrey, Robert K,

2003)

B. Maintanance Kadar Glukosa Darah

Sistem saraf pusat dihubungkan dengan hipofisis melalui


hipotalamus merupakan hubungan yang paling nyata antara system
saraf pusat dan system endokrin. Kelenjar hipofosis memberi
respon terhadap releasing hormon-hormon tropik hipofisis,
hormon-hormon yang dilepaskan oleh kelenjar hipofisis diangkut
bersama

darah

menyebabkan
Akhirnya,

dan

merangsang

pelepasan

hormon-hormon

kelenjar-

hormon-hormon
kelenjar

kelenjar

kelenjar

sasaran

lain,

sasaran.

bekerja

pada

neuromekanisme atau pada sel-sel hipofisis dan memodifikasi


sekresi hormon. (Sherwood, Lauralee. 2001)
Modalitas pengaturan umpan balik yang lain dimana
substansi metabolic yang diatur oleh hormon tersebut.contoh
misalnya insulin dan glukosa,respon terhadap insulin akan
mengubah kadar glukosa dalam darah. Ketika kadar glukosa
meningkat, insulin disekresi. Jika kadar glukosa turun, insulin
dihentikan. (Sherwood, Lauralee. 2001)
Walaupun beberapa hormone hipofisis dapat mempengaruhi
pelepasan insulin secara tidak langsung. Oleh karena itu, dalam

karbohidrat yang sudah ditelan akan dicerna menjadi monosakarida


dan diabsorpsi terutama di dalam duodenum dan jejunum.
Sesudah di absorpsi, kadar glukosa darah akan meningkat untuk
sementara waktu dan akhirnya akan kembali lagi ke kadar semula.
(Sherwood, Lauralee. 2001)
Pengaturan fisiologis kadar glukosa darah sebagian besar
tergantung

dari

ekstraksi

glukosa,

sintesis

glikogen

dan

glukogenolisis dalam hati. Selain itu jaringan otot dan adipose juga
mempergunakan glukosa sebagai sumber energi mereka. Jika kadar
glukosa dalam darah meningkat maka pulau langerhans pancreas
sel B akan mensekresikan Insulin untuk menganabolik glukosa,
asam asam lemak dan asam asam asmino menjadi glikogen
yang akan disimpan di dalam hati sehingga kadar glukosa dalam
darah akan kembali normal. (Sherwood, Lauralee. 2001)
Akan tetapi jika kadar glukosa dalam darah menurun maka
pulau langerhans pancreas sel A akan mensekresikan glukagon
untuk meningkatkan kembali kadar glukosa plasma melalui
peningkatan pemecahan glikogen melalui peningkatan katabolisme
protein. (Sherwood, Lauralee. 2001)

BAB III
METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan


A. Alat
1. Spuit 3 cc
2. Torniquet
3. Plakon
4. Cavum med
5. Sentrifugator
6. Tabung reaksi 3 mL
7. Rak tabung reaksi
8. Mikropipet (10 l - 100 l)
9. Mikropipet (100 l - 1000 l)
10. Yellow tip
11. Blue tip
12. kuvet
13. Spektrofotometer
B. Bahan
1. Sampel (plasma)
2. GOD reagen

B. Cara Kerja
1. Persiapan sampel (asscalbiass, 2010):
a. Diambil darah probandus sebanyak 3 cc dengan spuit

b. Darah dimasukkan ke dalam tabung cavum med dan


disentrifugasi dengan kecepatan 4000 rpm selama 10 menit,
kemudian diambil serumnya sebagai sampel.
2. Sampel (serum) sebanyak 10 l dicampur dengan reagen
glukosa sebanyak 1000 l dan dikocok.
3. Campuran di inkubasi selama 15 menit dalam suhu ruangan (2025

C), kemudian diukur dengan spektrofotometer dengan

panjang gelombang 546 nm dan nilai faktor 100.

C. Nilai Normal
Nilai normal untuk pemeriksaan glukosa yaitu : 75 115 mg/dl

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Praktikum
Nama

: Shylviana Kuswandi

Umur

: 18 tahun

Jenis Klamin : Perempuan


Dari hasil pemeriksaan kadar glukosa darah probandus di
dapatkan hasil 77 mg/dl. Hasil pemeriksaan ini menunjukkan kadar
glukosa darah probandus masih normal, karena nilai normal untuk
glukosa darah sekitar 75-115 mg/dl.
Hasil normal ini bisa terjadi karena probandus selalu
menjaga asupan makanan, probandus makan dengan pola yang
benar, probandus juga masih olahraga secara aktiv dan teratur
sehingga glukosa yang masuk ke dalam tubuh akan di ubah
menjadi energi sehingga tidak terjadi penumpukan glukosa dalam
darah probandus, serta hormon yang mengatur kadar glukosa
seperti insulin, glukagon, kortisol dan epineprin masih normal dan
berfungsi dengan baik sehingga kadar glukosa dalam darah
probandus masih bisa diseimbangkan.

B. Aplikasi Klinis

1. Diabetes Melitus

Diabetes Melitus adalah suatu keadaan yang timbul karena


defisiensi insulin relatif atau absolut. Disini terjadi kelainan
metabolisme karbohidrat yang ditandai dengan penurunan toleransi
glukosa akibat berkurangnya sekresi insulin sebagai respon
terhadap pemberian glukosa. Manifestasi klinis penyakit ini berupa
kenaikan kadar glukosa darah (hiperglikemia) dan glikosuria yang
dapat disertai perubahan pada metabolisme lemak. (Price, Sylvia
A, 2006)
Berdasarkan etiologinya, diabetes melitus dapat
diklasifikasikan menjadi (Price, Sylvia A, 2006) :
a. Diabetes Melitus Tipe 1
Destruksi sel umumnya menjurus ke arah defisiensi insulin
absolute melalui proses imunologik (Otoimunologik) dan
idiopatik yang belum diketahui secara jelas penyebabnya. (Price,
Sylvia A, 2006)

b. Diabetes Mellitus Tipe 2


Tipe ini bervariasi dan paling sering ditemukan, mulai yang
predominan resistensi insulin disertai defisiensi insulin relatif
sampai yang predominan gangguan sekresi insulin bersama
resistensi insulin. Faktor genetik dan lingkungan berpengaruh

besar terhadap terjdinya DM tipe 2, antara lain diet tinggi lemak


dan kurang serat, obesitas, serta kurang aktivitas. (Price, Sylvia
A, 2006)

c. Diabetes Mellitus Tipe Lain


Diabetes golongan ini disebabkan karena banyak faktor, antara
lain : defek genetik fungsi sel , defek genetik kerja insulin,
penyakit eksokrin pancreas, Endokrinopati, Diabetes karena
obat/zat kimia: (Glukokortikoid, hormon tiroid, asam nikotinat,
pentamidin, vacor, tiazid, dilantin, interferon), Diabetes karena
infeksi. (Price, Sylvia A, 2006)

d. Diabetes Mellitus Gestasional


Diabetes tipe ini muncul pada masa kehamilan dan umumnya
bersifat reversibel, tetapi merupakan faktor risiko untuk DM Tipe
2. Anak yang dilahirkan oleh ibu yang menderita diabetes tipe ini
juga beresiko terkena DM dikemudian hari, apalagi jika lahr
dengan berat badan lebih dari empat Kg. (Price, Sylvia A, 2006)

2. Koma Hipoglikemia
Hipoglikemia paling sering disebabkan oleh insulin atau
obat lain (sulfonilurea) yang diberikan kepada penderita diabetes
untuk menurunkan kadar gula darahnya. Jika dosisnya lebih tinggi
dari makanan yang dimakan maka obat ini bisa terlalu banyak
menurunkan kadar gula darah. (Price, Sylvia A, 2006)

Penderita diabetes berat menahun sangat peka terhadap


hipoglikemia berat.

Hal ini terjadi karena sel-sel pulau

pankreasnya tidak membentuk glukagon secara normal dan


kelanjar adrenalnya tidak menghasilkan epinefrin secara normal.
Padahal kedua hal tersebut merupakan mekanisme utama tubuh
untuk mengatasi kadar gula darah yang rendah. (Price, Sylvia A,
2006)
Pentamidin yang digunakan untuk mengobati pneumonia
akibat AIDS juga bisa menyebabkan hipoglikemia. Hipoglikemia
kadang terjadi pada penderita kelainan psikis yang secara diamdiam menggunakan insulin atau obat hipoglikemik untuk dirinya.
Pemakaian alkohol dalam jumlah banyak tanpa makan dalam
waktu yang lama bisa menyebabkan hipoglikemia yang cukup
berat sehingga menyebabkan stupor. (Price, Sylvia A, 2006)
Olah raga berat dalam waktu yang lama pada orang yang
sehat jarang menyebabkan hipoglikemia. Puasa yang lama bisa
menyebabkan hipoglikemia hanya jika terdapat penyakit lain
(terutama penyakit kelenjar hipofisa atau kelenjar adrenal) atau
mengkonsumsi sejumlah besar alkohol. Cadangan karbohidrat di
hati bisa menurun secara perlahan sehingga tubuh tidak dapat
mempertahankan kadar gula darah yang adekuat. (Price, Sylvia A,
2006)
Pada orang-orang yang memiliki kelainan hati, beberapa
jam berpuasa bisa menyebabkan hipoglikemia. Bayi dan anak-anak

yang memiliki kelainan sistem enzim hati yang memetabolisir gula


bisa mengalami hipoglikemia diantara jam-jam makannya.
Seseorang yang telah menjalani pembedahan lambung bisa
mengalami

hipoglikemia

diantara

jam-jam

makannya

(hipoglikemia alimenter, salah satu jenis hipoglikemia reaktif).


(Price, Sylvia A, 2006)
Hipoglikemia terjadi karena gula sangat cepat diserap
sehingga merangsang pembentukan insulin yang berlebihan. Kadar
insulin yang tinggi menyebabkan penurunan kadar gula darah yang
cepat. Hipoglikemia alimentari kadang terjadi pada seseorang yang
tidak menjalani pembedahan. Keadaan ini disebut hipoglikemia
alimentariidiopatik. (Price, Sylvia A, 2006)

BAB V
KESIMPULAN

Dari hasil pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa :


1. Glukoneogenesis merupakan istilah yang digunakan untuk
mencakup semua mekanisme dan lintasan yang bertanggung jawab
untuk mengubah senyawa nonkarbohidrat menjadi glukosa. Asam
amino glikogenek, asam laktat dan gliserol adalah tiga kelompok
substrat untuk proses ini. Dapat berlangsung setiap saat di dalam
tubuh untuk membersihkan laktat yang terbentuk dari proses
glikolisis anaerob.
2. Kadar glukosa dalam darah diatur oleh hormon-hormon endokrin
yaitu hormon yang di hasilkan oleh pulau langerhans dan hormon
yang di hasilkan oleh kelenjar adrenal. Hormon ini seperti
glukagon yang fungsinya menaikan kadara glukosa darah, insulin
yang berfungsi untuk menurunkan kadar glukosa darah serta
hormon-hormon lain seperti epineprin,norepineprin dan kortisol.
3. Hasil pemeriksaan glukosa darah probandus yaitu 77 mg/dl. Nilai
ini masih dalam batas normal yaitu sekitar 75-115 mg/dl. Hasil
yang normal ini disebabkan karena probandus memiliki pola
makan yang teratur, rajin olahraga, dan hormon-hormon pengatur
kadar glukosa darah masih dalam keadaan yang normal sehingga
glukosa darah terkontrol dengan baik.
4. Aplikasi klinis dari pemeriksaan glukosa ini yang paling sering
yaitu diabetes melitus dan koma hipoglikemia.

DAFTAR PUSTAKA

Asscalbiass. 2010. Buku panduan praktikum biokimia kedokteran.


Purwokerto: laboratorium biokimia
Price, Sylvia A, at all. 2006. Pankreas : Metabolisme Glukosa dan
Diabetes Melitus. Dalam : Patofisiologi Konsep Klinis Proses
Proses Penyakit edisi 6: Jakarta : EGC. 1110-9.
Murrey, Robert K, at all. 2003. Glikolisis dan Oksidasi piruvat. Dalam :
Biokimia Harper edisi 25. Jakarta : EGC. 200-4.
Sherwood, Lauralee. 2001. Kontrol Endokrin atas Metabolisme Bahan
Bakar. Dalam: Fisiologi Manusia (Dari Sel ke Sistem) Edisi 2.
Jakarta : EGC. 661-7.

Anda mungkin juga menyukai