I. DEFINISI
Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh salmonella typhi,
salmonella paratyphi A, salmonella paratyphi B, salmonella paratyphi C. Paratifoid biasanya
lebih ringan dengan gambaran klinis sama.
PATOFISIOLOGIS
Penularan salmonella typhi terjadi melalui mulut oleh makanan yang tercemar. Sebagian
kuman dimusnahkan oleh asam lambung, sebagian lagi masuk ke usus halus, ke jaringan
limfoid dan berkembang biak. Kemudian kuman masuk aliran darah dan mencapai sel-sel
retikuloensotelial hati, limpa, dan organ-organ lainnya. Proses ini terjadi pada masa tunas dan
akan berakhir saat sel-sel retikuloendotelial melepaskan kuman kedalam peredaran darah dan
menimbulkan bakteriemia untuk kedua kalinya. Selanjutnya kuman masuk ke jaringan
beberapa organ tubuh, terutama limpa, usus dan kandung empedu.
Pada mingu pertama sakit, terjadi hiperplaksia peyer. Minggu kedua terjadi nekrosis, dan pada
minggu ketiga terjadi ulserasi plaks peyer. Pada minggu keempat terjadi penyembuhan ulkusulkus yang menimbulkan sikatriks. Ulkus dapat menyebabkan pendarahan, bahkan sampai
perforasi usus.
Selain itu, hepar, kelenjar-kelenjar mesentrial dan limpa membesar.
Gambaran klinis
Masa tunas 10-14 hari.
Minggu 1
Keluhan dan gejala serupa dengan penyakit infeksi lainnya, yaitu: demam, nyeri kepala,
pusing, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare, perasaan tidak enak di
perut, batuk, dan epistaksis. Pada pemeriksaan fisik hanya didapatkan suhu badan
meningkat.
Minggu 2
Demam, bradikardi relatif, lidah yang khas (kotor ditengah, tepi dan ujungnya merah serta
tremor). Dapat ditemukan hepatomegali, splenomegali, dan meteorismus. Kesadaran
somnolent, sopor, koma dan dapat terjadi gangguan mental berupa delirium dan psikosis.
II.. PENGKAJIAN
a. Data subyektif
- demam
- nyeri kepala, pusing.
- nyeri otot
- kurang napsu makan
- mual dan muntah
- batuk
- diare atau susah buang air besar
- perasaan tidak enak di perut
- kembung
b. Data Obyektif
Mobilisasi bertahap bila tidak panas sesuai dengan pulihnya kekuatan pasien.
Diet: pada permulaan, diet makanan yang tidak merangsang saluran cerna, dalam
bentuk saring atau lunak.
Makanan dapat ditingkatkan sesuai dengan perkembangan keluhan gastrointestinal,
sampai makanan biasa.
Tindakan operasi bila ada komplikasi perforasi.
Transfusi bila diperlukan pada komplikasi perdarahan.
Diagnosa Keperawatan 2
Ketidakmamapuan memenuhi kebutuhan sehari-hari berhubungan dengan kelemahan,
immobilisas
Yang ditandai dengan pasien tdk kooperatif.i.
Hasil yan diharapkan:
Kebutuhan sehari-hari terpenuhi yang ditandai dengan:
-
Rencana tindakan:
a.
Beri bantuan untuk pemenuhan makan, minum , eliminasi, ganti pakaian, dan
perhatikan kebersihan mulut, rambut, genitalia, dan kuku.
Dekatkan semua kebutuhan pasien dalam jangkauan, misalnya bel, meja, dll.
Observasi keluhan atas pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
b.
Diagnosa Keperawatan 3
Potensial kekurangan cairan berhubungan dengan pemasukan yang kurang .
Pasien tidak mengalami kekurangan cairan, yang ditandai dengan tanda vital stabil
dalam batas normal, turgot kulit normal, selaput lendir mulut tidak kering, masukan
dan keluaran cairan seimbang.
Pasien mengungkapkan pengertian akan sebab-sebab kekurangan cairan dan
menunjukkan partisipasi dalam monitoring dan mengoreksi kekurangan cairan.
Rencana tindakan:
-
Jelaskan tujuan meningkatkan jumlah cairan yang masuk untuk mencegah terjadinya
kekurangan cairan.
Anjurkan untuk banyak minum 2-3 liter/ 24 jam. Letakkan minuman dekat pasien dan
bila perlu bantu pasien untuk minum sedikit-sedikit dan sering.
Observasi tanda dan gejala kekurangan cairan: turgor kulit, membran mukosa mulut,
rasa haus, nadi lemah dan cepat, serta BB yang menurun 1/2kg/ hari.
Catat masukan dan keluaran cairan dan jaga keseimbangan cairan, laporkan bila urine
kurang dari 30cc/jam pada dokter.
Observasi tanda vital dan keluhan pasien tiap 3-4 jam.
Timbang berat badan dua kali seminggu.
Laksanakan program medik bila diperlukan, pemberian cairan melalui NGT, atau
pemberian cairan parenteral, atau pemeriksaan elektrolit darah.
Libatkan keluarga dalam upaya-upaya pemenuhan cairan pada pasien.
Diagnosa Keperawatan 4
Potensial terjadinya trauma fisik berehubungan dengan
psikosis.
Jelaskan pada keluarga dan pasien tujuan dari tindakan pengamanan untuk mencegah
bahaya jatuh.
Jaga keamanan lingkungan pasien dengan:
Tutup/pasang aling-aling tempat tidur.
Pakaikan tai pengaman, baju pengaman. Bila perlu, observasi.
Kontrol ulang keadaan tali pengaman tiap 2-3 jam: terlalu kencang atau longgar.
Libatkan keluarga untuk mencegah bahaya jatuh atau benturan pada pasien, anjurkan
keluarga untuk menemani pasien dan memberitahu perawat bilamemerlukan bantuan.
Observasi tingkat kesadaran dan tanda vital.
Dampingi pasien saat gelisah.
Perhatikan kebutuhan pasien selama pemasangan pengaman:
Posisi yang senyaman mungkin.
Minuman, makanan, dan eliminasi terpenuhi.
Pakaian dan alat tenun kering dan bersih.
Bantu dalam kebutuhan lain
Kolaborasi dengan dokter bila pasien makin gelisah atau kesadaran menurun.
Diagnosa Keperawatan 5
Potensial perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuhberhubungan dengan masukan yang
kurang akibat mual, muntah, anoreksia, atau pengeluaran yang berlebihan(diare).
Hasil yang diharapkan:
Pasien tidak mengalami kekurangan nutrisi yang ditandai dengan pasien dapat menghabiskan
makanan yang dihidangkan, BB stabil dalam batas normal.
Rencana tindakan:
-
Kaji status nutrisi pasien sesuai BB, TB, pola makan yang lalu, makanan yang disukai,
tidak disukai, serta kaji faktor-faktor penyebab pemasukan yang kurang antara lain
bunyi usus, adanya kembung, mual, muntah, kurangnya nafsu makan.
Bantu pemenuhan nutrisi bagi pasien:
Beri makanan yang tidak merangsang saluran cerna dalam porsi kecil, hangat, 56 x /hari, serta ditata yang menarik.
Bantu dan dampingi saat makan, siapkan lingkungan yang menyenangkan.
Anjurkan bernapas panjang saat mual.
Kaji keluhan mual dan selera makan.
Monitor makanan yang dihabiskan setiap makan.
Libatkan keluarga dalam pemenuhan nutrisi pasien, anatar lain makanan
kesukaan pasien bila tidak bertentangan dengan diet.
Timbang berat badan 2x seminggu,
Kolaborasi dengan dokter, bila diperlukan pemenuhan cairan, makanan parentreal
melalui NGT, dan pemeriksaan laboratorium proteiin total/ albumin.
Laksanakan program medik: antiernetik.
Diagnosa Keperawatan 6
Gangguan eliminasi berhubungan dengan peradangan pada dinding usus.
Hasil yang diharapkan:
-
Rencana tindakan:
-
Kaji dan catat frekuensi, warna, konsistensi feses serta keadaan abdomen: bising usus,
kembung, dll.
Jelaskan penyebab diare, yaitu gangguan fungsi pencernaan akibat peradangan usus
karena infeksi kuman.
Observasi dan catat jumlah cairan yang masuk dan keluar, turgor kulit dan membran
mukosa mulut. Bila urine kurang dari 30cc/jam, laporkan pada dokter.
Usahakan jumlah cairan yang masuk dan keluar seimbang dengan minum sedikitsedikit dan sering. Bila perlu beri oralit sesuai kebutuhan.
Beri makanan dan minuman yang tidak m erangsang saluran pencernaan, hindari
makanan yang pedas, asam, serta sus, buah-buahan selama diare.
Jaga kebersihan kulit daerah perineal untuk menghindari lecet.
Timbang berat badan pasien 2x seminggu.
Kolaborasi dengan dokter bila diperlukan untuk pemberian cairan dan elektrolit secara
parenteral, serta pemeriksaan serum elektrolit.
Diagnosa Keperawatan 7
Gangguan eliminasi berhubungan dengan peradangan pada usus halus yang ditandai dengan
Tidak bisa bab..
Hasil yang diharapkan:
Defekasi sesuai pola dengan konsistensi lembek.
Rencana tindakan:
-
Kaji dan catat keadaan abdomen, bising usus, adanya kembung, sudah berapa lama
tidak BAB.
Kaji kebiasaan defekasi sebelum sakit, tindakan yang biasanya digunakan untuk
memperlancar BAB.
Jelaskan penyebab obstipasi: adanya peradangan menyebabkan fungsi dan kegiatan
perncernaan menurun, sisa makanan terhambat pengeluarannya.
Berikan stimulasi untuk BAB dengan:
Minum air putih 1-2gelas sebelum waktu yang biasanya pasien BAB.
Makan buah-buahan, antara lain pepaya, sari buah dan ekstra minuman.
Mobilisasi: miring kiri-kanan, atau duduk sesuai yang diijinkan bagi pasien.
Kolaborasi dengan dokter bila diperlukan laksansia.
V. IMPLIKASI KEPERAWATAN
A. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Gaal darah ditemukan kuman salmonella typhi.
Diagnosa keperawatan
1. Potensial infeksi sehubungan dengan organisme dalam darah.
2. Kerusakan integritas jaringan sehubungan dengan mikroorganisme yang menyerang usus.
3. Perubahan rasa nyaman sehubungan dengan reaksi tubuh dalam proses infeksi.
Intervensi keperawatan
-
Jelaskan prosedur pengambilan darah. Beri penjelasan atas pertanyaan yang diajukan
pasien, antara lain tujuan pemeriksaan.
Pemberian antibiotika atau sulfanamida setelah pengambilan darah. Jika obat sudah
diminum, tulis pada formulir laboratorium.
Antar bahan segera ke laboratorium atau dinginkan bahan.
Perlakukan bahan dengan tehnik aseptik yang ketat.
Saran untuk pemeriksaan kultur jika diduga ada organisme patogen. Periksa suhu
pasien.
B. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
X-Ray Abdomen
Intervensi keperawatan
-
Informasikan pada pasien, perlu menunggu 10-15menit di Unit radiologi setelah foto
abdomen dilakukan untuk memastikan film dapat dibaca atau tidak.
Tanyakan pada pasien wanita, yang diduga hamil, bila ia hamil. (Tidak dilakukan pada
wanita hamil trimester 1). Gunakan pakaian khusus untuk melindungi abdomendan
pelvic pasien.
Jelaskan bahwa peraalatan radiologi dan filmnya mempunyai kualitas tinggi dan
paparan radiasinya rendah.
C. OBAT-OBATAN
1. Kloramfenikol
Pemakaian umum:
Digunakan untuk pengobatan infeksi jaringan lunak dan kulit, infeksi intra abdomen, infeksi
susunan saraf pusat, meningitis dan bakteriemi.
Cara kerja:
Menghambat sintesa protein dan bakteri yang rentan, berefek bakteriostatik.
Kontra indikasi:
Pada hipersensitivitas, riwayat reaksi keracunan.
Pencegahan/ perhatian:
Hati=hati pemberian pada bayi, penyakit, hati dan lever yang berat, pasien usia lanjut, wanita
hamil dan menyusui.
Intervensi keperawatan
-
Pengkajian
Kaji tanda-tanda infeksi selama terapi dan kaji tanda-tanda deprsei sumsum tulang, yaitu
adanya petekie, kelelahan, perdarahan yang tidak lazim, dan adanya lebam pada kulit. Pada
bayi dan anak-anak, kaji adanya Gray syndrome, antara lain: distensi abdomen, temperatur
yang rendah, rasa mengantuk, sianosis, hipotensi dan respiratory distress. Perlu monitoring
Hb, lekosit trombosit selama terapi. Pengobatan biasanya dihentikan bila terjadi anemi,
retikulositopeni, atau trombositopeni, hal tersebut perlu dilaporkan pada dokter.
-
1. Resiko infeksi
2. Kurang pengetahuan mengenai pengaturan obat.
-
Intervensi keperawatan
Obat-obatan ini perlu diberikan tepat waktu. Peroral diberikan bersama segelas air 1 jam
sebelum makan atau 2 jam sesudah makan. Pemberian I.V. secara perlahan-lahan minimal 13menit.
-
Instruksikan pasien untuk makan obat sesuai yang dianjurkan dalam jumlah dan waktu yang
tepat. Bila lupa makan obat, obat tidak boleh didobel, tetapi diatur kembali waktunya.
Anjurkan pasien untuk melaporkan dokter bila terjadi pendarahan yang tidak seperti
biasanya, adanya pendarahan dibawah kulit/ hematom, panas, mual, muntah, diare, radang
tenggorokan, rasa baal, berdenging, kelemahan pada tangan atau kaki. Bila tanda-tanda ini
timbul, obat perlu dihentikan. Anjurkan pasien untuk melaporkan bila ada tanda-tana super
infeksi antara lain: stomatitis, peradangan perianal, demam dan pengeluaran cairan
pervagina. Tekankan pentingnya follow up terapi karena berbagai efek samping dapat timbul.
Implementasi keperawatan
Jam 09 memberikan obat sesuai arahan dokter
Jam 10 memberikan penjelasan tentang pemberian obat
2. Amoksisilin
Pemakaian umum:
Pengobatan terhadap berbagai macam infeksi, termasuk infeksi saluran pencernaan dann
septikemia.
Cara kerja:
Obat membungkus dinding sel sehingga sel mati.
Kontra indikasi dan tindakan pencegahan:
Kontra indikasi pada hipersensitivitas terhadap penicillin dan amoksilin. Hati-hati pemberian
pada penyakit ginjal yang berat.
Pengkajian
Kaji tanda infeksi saat terapi dimulai dan selama terapi. Dapatkan riwayat mengeani
oenggunaan penicilin dan reaksi terhadap penicilin maupun ceshalosphorin. Seseorang
dengan riwayat sensitivitas negatif masih mungkin memberi respon alergi. Sebelum
pemberian pertama kali, periksa biakan darah dan resistensi. Observasi tanda dan gejala
anafilaksis (kemerahan, gatal-gatal, edema larynx dan adanya wheezing). Laporkan segera
pada dokter bila timbul tanda-tanda tersebut.
Pengaruh terhadap tes laboratorium ialah mungkin timbul hasil glucose test/ clinitest positif
palsu. Dapat pula meningkatkan SGOT dan SGPT.
Kemungkinan Diagnosa Keperawatan
1. Resiko infeks sekunder berhubungan dengan penyebaran microorganisme.
2. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyebaran
kuman.
Intervensi keperawatan
Berikan obat tepat pada waktunya, dapat diberikan pada saat perut kosong. Bila ada side
effect pada gastro intestinal dapat diberikan sesudah makan.
Penyuluhan pasien dan keluarga.
Anjurkan pasien untuk minum obat secara teratur dan sesuai progran yang
ditetapkan oleh dokter, walaupun sudah merasa sembuh.
Anjurkan pasien untuk melaporkan tanda-tanda super infeksi )pseudornonas,
candida) antara lain: rasa tebal pada lidah, gatal dan cairan dari vagina, serta
laporkan tanda alergi.
Anjurkan pasien untuk melaporkan pada dokter bila merasa tidak ada kemajuan,
dan bila mual atau diare timbul sesudah minum obat.
Implementasi keperawatan.
Jam 10.30 memberikan obat sesuai program dr.
Memberitahu pasien untuk melaporkan bila terjadi sesuatu.
.
3. Antipiretik
Pemakaian umum:
Untuk demam dengan berbagai sebab infeksi, peradangan.
Cara kerja:
Antipiretik bekerja pada sistem saraf pusat untuk menurunkan suhu tubuh dan menghalangi
kerja prostaglandin periferal.
Kontra indikasi:
Hindari aspirin atau ibuprofen pada pasien dengan gangguan pendarahan. Hindari aspirin
pada anak dan remaja.
Pencegahan:
Penggunaan ibuprofen atau aspirin pada pasien dengan penyakit ulkus/tukak lambung harus
hati-hati. Hindari pemakaian yang terus menerus dari acetaminophen dengan dosis besar.
Pengkajian
Demam, catat adanya gejala yang terkait, yaitu: banyak keringat, takikardi, dan malaise.
Evaluasi keperawatan
Perhatian
Pemakaian yang berlebihan dan dalam waktu yang lama dapat mengakibatkan
ketergantungan. Tidak seharusnya dipakai anak-anak kecuali dinasehatkan dokter.
Interaksi
Secara teori obat ini mengurangi absorpsi dari obat lain yang diminum melalui mulut karena
cepatnya waktu transit.
Pengkajian
Kaji distensi perut, bising usus, pola buang air besar.
Kaji warna, konsistensi dan jumlah feses yang diproduksi.
Kemungkinan Diagnosa Keperawatan
Gangguan eliminasi, kosntipasi.
Kurang pengetahuan mengenai obat.
Implementasi
Banyak obat pencahar yang diberikan malam hari dengan harapan dapat buang air
besar pada esok pagi.
Pemasukan obat pada perut kosong akan mempercepat reaksi.
Jangan mengunyah tablet pencahar berlapis gula, minumlah dengan segelas air/ sari
buah.
Pelunak feses umumnya beraksi lebih lama, setelah beberapa hari.
Penyuluhan Pasien/ keluarga.
Nasehatkan pada pasien bahwa obat pencahar hanya dipakai untuk jangka waktu
terapi yang singkat. Terapi jangka panjang dapat mengakibatkan ketidakseimbangan
elektrolit dan ketergantungan.
Nasihatkan pasien untuk meningkatkan pemasukan air minum minimal 1500=2000ml
per hari selama terapi untuk menghindari dehidrasi.
Doronglah pasien untuk mengatur buang air besar, misalnya dengan diet tinggi serat,
banyak minum, tingkatkan mobilitas.
Kebiasaan buang air besar berbeda pada setiap individu, berkisar antara 3kali/ hari
sampai 3 kali/ minggu.
Instruksikan pada pasien dengan penyakit jantung untuk tidak mengejan pada waktu
buang air besar.
Nasihatkan pasien untuk tidak memakai obat pencahar bila konstipasi disertai nyeri
perut, demam, mual, dan muntah.
Keefektifan terapi dapat dilihat dari pasien dapat buang air besar dengan feses berbentuk
lunak, pengosongan kolon.
Obat yang termasuk dalam golongan ini (jenis laksansia):
5. Infus
Pemakaian umum
Untuk memenuhi kebutuhan cairan, elektrolit, makanan dan pemberian obat-obatan.
Pengkajian
Meliputi alasan pemberian terapi I.V. untuk pasien secara khusus, tipe dan kecepatan cairan
serta tempat pemasukan. Keadaan kulit tangan, lengan, adanya bulu, luka lecet, dll.
Kemampuan pasien untuk mencegah pergerakan lengan yang berlebihan, adanya alergi pada
plester, desinfektan dan pengetahuan pasien mengenai terapi I.V.
-
Diagnosa Keperawatan
Intervensi keperawatan.
Jelaskan pasien/ keluarga tujuan pemasangan dan rencana lamanya pemakaian infus.
Obervasi daerah pungsi adanya rasa nyeri, panas, kemerahan, bengkak, atau gangguan
fungsi anggota gerak daerah tersebut.
Periksa sambungan yang ada pada set infus, kebocoran pada daerah pungsi atau pada
sambungan tersebut.
Perhatikan adanya raeksi alergi obat, cairan, plester, desinfektan yang digunakan, dll.
Rawat daerah pungsi vena dengan:
Selama memberi obat-obat intra vena, perhatikan reaksi pasien dan tanyakan keluhan pasien.
Hal yang perlu diperhatikan:
Vena pungsi tidak boleh dilakukan pada daerah yang menunjukkan tanda-tanda infeksi,
infiltrasi atau trombosis. Infeksi diindikasikan bila adanya kemerahan, nyeri, bengkak dan
panas. Infiltrasi diidentifikasi dengan adanya lokalisasi edema, daerah yang memucat dan
lebih dingin pada jaringan tersebut. Trombosis diidentifikasi dengan adanya nyeri, bengkak
dan peradangan sepanjang vena.
-
Pasien dan keluarga dijelaskan untuk tidak menggerakkan secara berlebihan extermitas
tempat infus terpasang karena dapat menyebabkan bergesernya jarum dan cedera jaringan.
Pasien dan keluarga dianjurkan untuk segera melaporkan adanya bengkak, nyeri pada daerah
penusukan atau kebocoran pada infus.
-
Implementasi keperawatan
VI. PENYULUHAN
Hasil yang ingin dicapai:
Pasien dan keluarga dapat menjelaskan dan mendemonstrasikan:
-
Metode:
-
Ceramah
Diskusi
Materi:
-
Pasien dan keluarga diberi informasi mengenai kondisi saat ini, dari keluhan yang dialami,
riwayat sakit dan pemeriksaan fisik. Adanya infeksi baru dapat dipastikan dengan hasil
biakan darah yang positif terhadap salmonella typhi. Penjelasan diberikan juuga menegnai
tujuan, prosedur pemeriksaan laboratorium dan diagnostik yang dilakukan pada pasien, serta
tindakan pengobatan yang diberikan misalnya infus, NGT dan lain-lainnya.
-
Diet
Makanan yang tidak merangsang saluran cerna, bentuk saring atau bubur. Sejalan dengan
perkembangan keluhan saluran cerna, dan bila demam hilang, maka bentuk makanan dapat
ditingkatkan sampai nasi biasa. Bila ada komplikasi saluran cerna, pasien dapat dipuasakan.
Untuk memenuhi kebutuhan cairan, pasien dewasa dianjurkan minum 2-3 liter air sehari.
Makin tinggi demam dan banyak berkeringat, kebutuhan cairan cairan akan meningkat.
-
Pasien memerlukan tirah baring selama demam, untuk mencegah komplikasi perdarahan atau
perforasi usus.
Selama tirah baring, pasien dapat melakukan aktivitas ringan sesuai kemampuannya untuk
memenuhi kebutuhan makan, minum, perubahan posisi miring kiri, kanan di tempat tidur.
Bila suhu tubuh normal kembali, tidak ada tanda-tanda komplikasi serta kekuatan fisik mulai
pulih, maka mobilisasi dapat ditingkatkan ke aktivitas duduk, jalan dan secara bertahap
pasien mandiri dalam memenuhi kebutuhannya.
-
Pencegahan
Pasien dan keluarga dijelaskan mengenai usaha pencegahan yang dapat dilakukannya yaitu
mencuci tangan yang bersih sebelum makan, potong kuku yang pendek, serta makan
makanan dan minum minuman yang memenuhi syarat dan tidak tercemar serangga. Selain
itu, makanan dan minuman perlu disimpan pada tempat yang tertutup. Usaha terhadap
lingkungan yang perlu dilakukan ialah pembuangan tinja yang higienis dan pemberantasan
lalat. Semua upaya tersebuut dilakukan untuk mencegah penularan yang terjadi melalui
makanan atau minuman yang tercemar oleh bakteri salmonella yang berasal dari tinja orang
yang menderita tifoid atau karier.
-
Sesudah pulang, pasien masih memerlukan kontrol ke dokter untuk pemantauan terapi
sampai pasien merasa kesehatannya pulih kembali.