Anda di halaman 1dari 13

DEMAM TIFOID

I. DEFINISI
Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh salmonella typhi,
salmonella paratyphi A, salmonella paratyphi B, salmonella paratyphi C. Paratifoid biasanya
lebih ringan dengan gambaran klinis sama.
PATOFISIOLOGIS
Penularan salmonella typhi terjadi melalui mulut oleh makanan yang tercemar. Sebagian
kuman dimusnahkan oleh asam lambung, sebagian lagi masuk ke usus halus, ke jaringan
limfoid dan berkembang biak. Kemudian kuman masuk aliran darah dan mencapai sel-sel
retikuloensotelial hati, limpa, dan organ-organ lainnya. Proses ini terjadi pada masa tunas dan
akan berakhir saat sel-sel retikuloendotelial melepaskan kuman kedalam peredaran darah dan
menimbulkan bakteriemia untuk kedua kalinya. Selanjutnya kuman masuk ke jaringan
beberapa organ tubuh, terutama limpa, usus dan kandung empedu.
Pada mingu pertama sakit, terjadi hiperplaksia peyer. Minggu kedua terjadi nekrosis, dan pada
minggu ketiga terjadi ulserasi plaks peyer. Pada minggu keempat terjadi penyembuhan ulkusulkus yang menimbulkan sikatriks. Ulkus dapat menyebabkan pendarahan, bahkan sampai
perforasi usus.
Selain itu, hepar, kelenjar-kelenjar mesentrial dan limpa membesar.
Gambaran klinis
Masa tunas 10-14 hari.
Minggu 1
Keluhan dan gejala serupa dengan penyakit infeksi lainnya, yaitu: demam, nyeri kepala,
pusing, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare, perasaan tidak enak di
perut, batuk, dan epistaksis. Pada pemeriksaan fisik hanya didapatkan suhu badan
meningkat.
Minggu 2
Demam, bradikardi relatif, lidah yang khas (kotor ditengah, tepi dan ujungnya merah serta
tremor). Dapat ditemukan hepatomegali, splenomegali, dan meteorismus. Kesadaran
somnolent, sopor, koma dan dapat terjadi gangguan mental berupa delirium dan psikosis.
II.. PENGKAJIAN
a. Data subyektif
- demam
- nyeri kepala, pusing.
- nyeri otot
- kurang napsu makan
- mual dan muntah
- batuk
- diare atau susah buang air besar
- perasaan tidak enak di perut
- kembung
b. Data Obyektif

- suhu tubuh meningkat


- anoreksia
- muntah
- diare atau obstipasi
- batuk
- kadang-kadang epistaksis
- hepatomegali
- splenomegali
- meteorismus
- bradikari relatif
- lidah kotor
- kesadaran menurun: somnolen, sopor, koma. gangguan mental: delirium, psikosis.
c. Data Laboratorium
Darah
-

Hb dan Ht normal, turun bila terjadi pendarahan.


Reaksi widal aglutinin O dan H, makin tinggi titernya makin besar kemungkinan
menderita tifoid. Pada infeksi yang aktif, titer reaksi widal akan meningkat pada
pemeriksaan ulang yang dilakukan minimal sesudah lima hari.
Biakan darah positif terhadap salmonella typhi memastikan tifoid, namun biakan
negatif belum memastikan bebas tifoid. Hal ini disebabkan karena tehnik pemeriksaan,
saat pemeriksaan selama perjalanan penyakit, vaksinasi di masa lampau, dan
pengobatan dengan obat antimikroba.

d. Data Pemeriksaa Diagnostik


foto abdomen dilakukan bila diduga adanya komplikasi.
e. Potensial Komplikasi
-

Komplikasi intestinal: pendarahan usus, perforasi usus dan lieus paralitik.


Komplikasi ekstra intetinal:
Komplikasi kardiovaskuler: kegagalan sirkulasi perifer (renjatan sepsis), miokarditis,
trombosis, dan tromboplebitis.
Komplikasi darah: anemi hemolitik, trombositopeni dan atau disseminated
intravascular coagulation (DIC) dan sindrom uremia hemolitik.
Komplikasi paru: pneumonia, empiema dan pleuritis.
Hepar dan kantung empedu: hepatitis dan kolesistitis.
Komplikasi ginjal: glomerulonefritis, pielonefritis.
Komplikasi tulang: osteomielitis, spondilitis, artritis.
Kompliksi neuropsikiatrik: delirium, meningitis, polineuritis perifer, psikosis.

III. PENATALAKSANAAN MEDIK


-

Obat-obat antibiotika yang biasa digunakan adalah kloramfenikol, tiamfenikol,


kotrimoksazol, ampisillin dan amoksisilin.
Antipiretika
Bila perlu diberikan laksansia.
Tirah baring selama demam, untuk mencegah komplikasi perdarahan usus atau
perforasi usus.

Mobilisasi bertahap bila tidak panas sesuai dengan pulihnya kekuatan pasien.
Diet: pada permulaan, diet makanan yang tidak merangsang saluran cerna, dalam
bentuk saring atau lunak.
Makanan dapat ditingkatkan sesuai dengan perkembangan keluhan gastrointestinal,
sampai makanan biasa.
Tindakan operasi bila ada komplikasi perforasi.
Transfusi bila diperlukan pada komplikasi perdarahan.

IV. DIAGNOSA KEPERAWATAN, HASIL YANG DIHARAPKAN, DAN RENCANA TINDAKAN.


Diagnosa keperawatan 1
Gangguan peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi salmonella typh
Yang ditandai suhu meningkat
Hasil yang diharapkan:
Pasien akan mencapai suhu tubuh yang normal 36-37C, tanda vital dalam batas normal,
pasien mengatakan badan tidak demam lagi.
Rencana tindakan:
a. Kaji sejauh mana pengetahuan pasien tentang hipertermia.
b. Jelaskan tindakan terjadinya hipertermia.
c. Jelaskan upaya-upaya untuk mengatasi hipertermia dan bantu pasien untuk pelaksanaan
upaya tersebut:
-

Tirah baring dan mengurangi aktivitas fisik.


Banyak minum 2-3 liter/ 24 jam.
Beri kompres dingin
Anjurkan pasien memakai pakaian yang tipis dan menyerap keringat.
Ciptakan lingkungan yang tenang, sirkulasi udara, dan kesejukan ruangan yang cukup.
Ganti pakaian dan alat tenun jika basah.

d. Observasi: suhu, nadi, tensi, penapasan tiap 2-3 jam.


e. Observasi dan catat masukan dan keluaran cairan.
f. Observasi keluhan dan tingkat kesadaran pasien.
g. Anjurkan pasien untuk melaporkan bila tubuh terasa panas dan keluhan lainnya.
h. laksanakan program medik: antibiotika, antiriretika, i fus, dan pemeriksaan kultur darah.

Diagnosa Keperawatan 2
Ketidakmamapuan memenuhi kebutuhan sehari-hari berhubungan dengan kelemahan,
immobilisas
Yang ditandai dengan pasien tdk kooperatif.i.
Hasil yan diharapkan:
Kebutuhan sehari-hari terpenuhi yang ditandai dengan:
-

Mandi, makan, minum, eliminasi terpenuhi.


Pasien berpartisipasi dalam tirah berbaring.

Rencana tindakan:

a.

Beri bantuan untuk pemenuhan makan, minum , eliminasi, ganti pakaian, dan
perhatikan kebersihan mulut, rambut, genitalia, dan kuku.
Dekatkan semua kebutuhan pasien dalam jangkauan, misalnya bel, meja, dll.
Observasi keluhan atas pemenuhan kebutuhan sehari-hari.

b.

Jelaskan tujuan tirah baring untuk mencegah komplikasi dan mempercepat


penyembuhan.
Beri mobilisasi secara bertahap, sesudah demam hilang, sesuai dengan pulihnya
kekuatan pasien dan tingkatkan kemampuan perawatan diri sehari-hari secara
bertahap.

Diagnosa Keperawatan 3
Potensial kekurangan cairan berhubungan dengan pemasukan yang kurang .

Hasil yang diharapkan:


-

Pasien tidak mengalami kekurangan cairan, yang ditandai dengan tanda vital stabil
dalam batas normal, turgot kulit normal, selaput lendir mulut tidak kering, masukan
dan keluaran cairan seimbang.
Pasien mengungkapkan pengertian akan sebab-sebab kekurangan cairan dan
menunjukkan partisipasi dalam monitoring dan mengoreksi kekurangan cairan.

Rencana tindakan:
-

Jelaskan tujuan meningkatkan jumlah cairan yang masuk untuk mencegah terjadinya
kekurangan cairan.
Anjurkan untuk banyak minum 2-3 liter/ 24 jam. Letakkan minuman dekat pasien dan
bila perlu bantu pasien untuk minum sedikit-sedikit dan sering.
Observasi tanda dan gejala kekurangan cairan: turgor kulit, membran mukosa mulut,
rasa haus, nadi lemah dan cepat, serta BB yang menurun 1/2kg/ hari.
Catat masukan dan keluaran cairan dan jaga keseimbangan cairan, laporkan bila urine
kurang dari 30cc/jam pada dokter.
Observasi tanda vital dan keluhan pasien tiap 3-4 jam.
Timbang berat badan dua kali seminggu.
Laksanakan program medik bila diperlukan, pemberian cairan melalui NGT, atau
pemberian cairan parenteral, atau pemeriksaan elektrolit darah.
Libatkan keluarga dalam upaya-upaya pemenuhan cairan pada pasien.

Diagnosa Keperawatan 4
Potensial terjadinya trauma fisik berehubungan dengan
psikosis.

gangguan mental delirium atau

Hasil yang diharapkan:


Pasien tidak mengalami cidera fisik akibat jatuh atau benturan.
Rencana tindakan:
-

Jelaskan pada keluarga dan pasien tujuan dari tindakan pengamanan untuk mencegah
bahaya jatuh.
Jaga keamanan lingkungan pasien dengan:
Tutup/pasang aling-aling tempat tidur.
Pakaikan tai pengaman, baju pengaman. Bila perlu, observasi.
Kontrol ulang keadaan tali pengaman tiap 2-3 jam: terlalu kencang atau longgar.

Libatkan keluarga untuk mencegah bahaya jatuh atau benturan pada pasien, anjurkan
keluarga untuk menemani pasien dan memberitahu perawat bilamemerlukan bantuan.
Observasi tingkat kesadaran dan tanda vital.
Dampingi pasien saat gelisah.
Perhatikan kebutuhan pasien selama pemasangan pengaman:
Posisi yang senyaman mungkin.
Minuman, makanan, dan eliminasi terpenuhi.
Pakaian dan alat tenun kering dan bersih.
Bantu dalam kebutuhan lain
Kolaborasi dengan dokter bila pasien makin gelisah atau kesadaran menurun.

Diagnosa Keperawatan 5
Potensial perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuhberhubungan dengan masukan yang
kurang akibat mual, muntah, anoreksia, atau pengeluaran yang berlebihan(diare).
Hasil yang diharapkan:
Pasien tidak mengalami kekurangan nutrisi yang ditandai dengan pasien dapat menghabiskan
makanan yang dihidangkan, BB stabil dalam batas normal.
Rencana tindakan:
-

Kaji status nutrisi pasien sesuai BB, TB, pola makan yang lalu, makanan yang disukai,
tidak disukai, serta kaji faktor-faktor penyebab pemasukan yang kurang antara lain
bunyi usus, adanya kembung, mual, muntah, kurangnya nafsu makan.
Bantu pemenuhan nutrisi bagi pasien:
Beri makanan yang tidak merangsang saluran cerna dalam porsi kecil, hangat, 56 x /hari, serta ditata yang menarik.
Bantu dan dampingi saat makan, siapkan lingkungan yang menyenangkan.
Anjurkan bernapas panjang saat mual.
Kaji keluhan mual dan selera makan.
Monitor makanan yang dihabiskan setiap makan.
Libatkan keluarga dalam pemenuhan nutrisi pasien, anatar lain makanan
kesukaan pasien bila tidak bertentangan dengan diet.
Timbang berat badan 2x seminggu,
Kolaborasi dengan dokter, bila diperlukan pemenuhan cairan, makanan parentreal
melalui NGT, dan pemeriksaan laboratorium proteiin total/ albumin.
Laksanakan program medik: antiernetik.

Diagnosa Keperawatan 6
Gangguan eliminasi berhubungan dengan peradangan pada dinding usus.
Hasil yang diharapkan:
-

Defekasi sesuai pola dengan konsistensi lembek.


Jumlah cairan keluar masuk seimbang, serta elektrolit darah dalam batas normal.
Tidak terja;di kerusakan kulit/ lecet.

Rencana tindakan:
-

Kaji dan catat frekuensi, warna, konsistensi feses serta keadaan abdomen: bising usus,
kembung, dll.
Jelaskan penyebab diare, yaitu gangguan fungsi pencernaan akibat peradangan usus
karena infeksi kuman.
Observasi dan catat jumlah cairan yang masuk dan keluar, turgor kulit dan membran
mukosa mulut. Bila urine kurang dari 30cc/jam, laporkan pada dokter.
Usahakan jumlah cairan yang masuk dan keluar seimbang dengan minum sedikitsedikit dan sering. Bila perlu beri oralit sesuai kebutuhan.

Beri makanan dan minuman yang tidak m erangsang saluran pencernaan, hindari
makanan yang pedas, asam, serta sus, buah-buahan selama diare.
Jaga kebersihan kulit daerah perineal untuk menghindari lecet.
Timbang berat badan pasien 2x seminggu.
Kolaborasi dengan dokter bila diperlukan untuk pemberian cairan dan elektrolit secara
parenteral, serta pemeriksaan serum elektrolit.

Diagnosa Keperawatan 7
Gangguan eliminasi berhubungan dengan peradangan pada usus halus yang ditandai dengan
Tidak bisa bab..
Hasil yang diharapkan:
Defekasi sesuai pola dengan konsistensi lembek.
Rencana tindakan:
-

Kaji dan catat keadaan abdomen, bising usus, adanya kembung, sudah berapa lama
tidak BAB.
Kaji kebiasaan defekasi sebelum sakit, tindakan yang biasanya digunakan untuk
memperlancar BAB.
Jelaskan penyebab obstipasi: adanya peradangan menyebabkan fungsi dan kegiatan
perncernaan menurun, sisa makanan terhambat pengeluarannya.
Berikan stimulasi untuk BAB dengan:
Minum air putih 1-2gelas sebelum waktu yang biasanya pasien BAB.
Makan buah-buahan, antara lain pepaya, sari buah dan ekstra minuman.
Mobilisasi: miring kiri-kanan, atau duduk sesuai yang diijinkan bagi pasien.
Kolaborasi dengan dokter bila diperlukan laksansia.

V. IMPLIKASI KEPERAWATAN
A. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Gaal darah ditemukan kuman salmonella typhi.
Diagnosa keperawatan
1. Potensial infeksi sehubungan dengan organisme dalam darah.
2. Kerusakan integritas jaringan sehubungan dengan mikroorganisme yang menyerang usus.
3. Perubahan rasa nyaman sehubungan dengan reaksi tubuh dalam proses infeksi.
Intervensi keperawatan
-

Jelaskan prosedur pengambilan darah. Beri penjelasan atas pertanyaan yang diajukan
pasien, antara lain tujuan pemeriksaan.
Pemberian antibiotika atau sulfanamida setelah pengambilan darah. Jika obat sudah
diminum, tulis pada formulir laboratorium.
Antar bahan segera ke laboratorium atau dinginkan bahan.
Perlakukan bahan dengan tehnik aseptik yang ketat.
Saran untuk pemeriksaan kultur jika diduga ada organisme patogen. Periksa suhu
pasien.

B. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
X-Ray Abdomen
Intervensi keperawatan
-

Informasikan kepada pasien bahwa pemeriksaan x-ray abdomen memerlukan waktu


10-15 menit.

Informasikan pada pasien, perlu menunggu 10-15menit di Unit radiologi setelah foto
abdomen dilakukan untuk memastikan film dapat dibaca atau tidak.
Tanyakan pada pasien wanita, yang diduga hamil, bila ia hamil. (Tidak dilakukan pada
wanita hamil trimester 1). Gunakan pakaian khusus untuk melindungi abdomendan
pelvic pasien.
Jelaskan bahwa peraalatan radiologi dan filmnya mempunyai kualitas tinggi dan
paparan radiasinya rendah.

C. OBAT-OBATAN
1. Kloramfenikol
Pemakaian umum:
Digunakan untuk pengobatan infeksi jaringan lunak dan kulit, infeksi intra abdomen, infeksi
susunan saraf pusat, meningitis dan bakteriemi.
Cara kerja:
Menghambat sintesa protein dan bakteri yang rentan, berefek bakteriostatik.
Kontra indikasi:
Pada hipersensitivitas, riwayat reaksi keracunan.
Pencegahan/ perhatian:
Hati=hati pemberian pada bayi, penyakit, hati dan lever yang berat, pasien usia lanjut, wanita
hamil dan menyusui.
Intervensi keperawatan
-

Pengkajian

Kaji tanda-tanda infeksi selama terapi dan kaji tanda-tanda deprsei sumsum tulang, yaitu
adanya petekie, kelelahan, perdarahan yang tidak lazim, dan adanya lebam pada kulit. Pada
bayi dan anak-anak, kaji adanya Gray syndrome, antara lain: distensi abdomen, temperatur
yang rendah, rasa mengantuk, sianosis, hipotensi dan respiratory distress. Perlu monitoring
Hb, lekosit trombosit selama terapi. Pengobatan biasanya dihentikan bila terjadi anemi,
retikulositopeni, atau trombositopeni, hal tersebut perlu dilaporkan pada dokter.
-

Kemungkinan Diagnosa Keperawatan

1. Resiko infeksi
2. Kurang pengetahuan mengenai pengaturan obat.
-

Intervensi keperawatan

Obat-obatan ini perlu diberikan tepat waktu. Peroral diberikan bersama segelas air 1 jam
sebelum makan atau 2 jam sesudah makan. Pemberian I.V. secara perlahan-lahan minimal 13menit.
-

Penyuluhan pasien dan keluarga.

Instruksikan pasien untuk makan obat sesuai yang dianjurkan dalam jumlah dan waktu yang
tepat. Bila lupa makan obat, obat tidak boleh didobel, tetapi diatur kembali waktunya.
Anjurkan pasien untuk melaporkan dokter bila terjadi pendarahan yang tidak seperti
biasanya, adanya pendarahan dibawah kulit/ hematom, panas, mual, muntah, diare, radang
tenggorokan, rasa baal, berdenging, kelemahan pada tangan atau kaki. Bila tanda-tanda ini
timbul, obat perlu dihentikan. Anjurkan pasien untuk melaporkan bila ada tanda-tana super
infeksi antara lain: stomatitis, peradangan perianal, demam dan pengeluaran cairan
pervagina. Tekankan pentingnya follow up terapi karena berbagai efek samping dapat timbul.

Implementasi keperawatan
Jam 09 memberikan obat sesuai arahan dokter
Jam 10 memberikan penjelasan tentang pemberian obat
2. Amoksisilin
Pemakaian umum:
Pengobatan terhadap berbagai macam infeksi, termasuk infeksi saluran pencernaan dann
septikemia.
Cara kerja:
Obat membungkus dinding sel sehingga sel mati.
Kontra indikasi dan tindakan pencegahan:
Kontra indikasi pada hipersensitivitas terhadap penicillin dan amoksilin. Hati-hati pemberian
pada penyakit ginjal yang berat.

Pengkajian

Kaji tanda infeksi saat terapi dimulai dan selama terapi. Dapatkan riwayat mengeani
oenggunaan penicilin dan reaksi terhadap penicilin maupun ceshalosphorin. Seseorang
dengan riwayat sensitivitas negatif masih mungkin memberi respon alergi. Sebelum
pemberian pertama kali, periksa biakan darah dan resistensi. Observasi tanda dan gejala
anafilaksis (kemerahan, gatal-gatal, edema larynx dan adanya wheezing). Laporkan segera
pada dokter bila timbul tanda-tanda tersebut.
Pengaruh terhadap tes laboratorium ialah mungkin timbul hasil glucose test/ clinitest positif
palsu. Dapat pula meningkatkan SGOT dan SGPT.
Kemungkinan Diagnosa Keperawatan
1. Resiko infeks sekunder berhubungan dengan penyebaran microorganisme.
2. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyebaran
kuman.

Intervensi keperawatan
Berikan obat tepat pada waktunya, dapat diberikan pada saat perut kosong. Bila ada side
effect pada gastro intestinal dapat diberikan sesudah makan.
Penyuluhan pasien dan keluarga.

Anjurkan pasien untuk minum obat secara teratur dan sesuai progran yang
ditetapkan oleh dokter, walaupun sudah merasa sembuh.
Anjurkan pasien untuk melaporkan tanda-tanda super infeksi )pseudornonas,
candida) antara lain: rasa tebal pada lidah, gatal dan cairan dari vagina, serta
laporkan tanda alergi.
Anjurkan pasien untuk melaporkan pada dokter bila merasa tidak ada kemajuan,
dan bila mual atau diare timbul sesudah minum obat.
Implementasi keperawatan.
Jam 10.30 memberikan obat sesuai program dr.
Memberitahu pasien untuk melaporkan bila terjadi sesuatu.
.

3. Antipiretik
Pemakaian umum:
Untuk demam dengan berbagai sebab infeksi, peradangan.
Cara kerja:
Antipiretik bekerja pada sistem saraf pusat untuk menurunkan suhu tubuh dan menghalangi
kerja prostaglandin periferal.
Kontra indikasi:
Hindari aspirin atau ibuprofen pada pasien dengan gangguan pendarahan. Hindari aspirin
pada anak dan remaja.
Pencegahan:
Penggunaan ibuprofen atau aspirin pada pasien dengan penyakit ulkus/tukak lambung harus
hati-hati. Hindari pemakaian yang terus menerus dari acetaminophen dengan dosis besar.

Pengkajian

Demam, catat adanya gejala yang terkait, yaitu: banyak keringat, takikardi, dan malaise.

Kemungkinan Diagnosa Keperawatan


Gangguan peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi.
Kurang pengetahuan tentangpengaturan obat (penyuluhan pasien/ keluarga).
Intervensi keperawatan.
Beri makanan atau antasid untuk mengurangi iritasi lambung.
Tersedia dalam bentuk oral atau rektal dalam kombinasi dengan obat lain.
Penyuluhan pasien/ keluarga
Beritahu pasien untuk konsultasi dokter bila demam tidak berkurang dengan dosis yang
telah ditentukan atau bila suhu lebih dari 39,5C atau bila demam lebiih dari 3 hari.
Implementasi keperawatan.
Jam 11 memberikab obat
Jam 11.30 memberi penyuluhan tentang efek samping obat.

Evaluasi keperawatan

Pasien dapat minum obat sesuai arahan dr.:


Acetaminophen
Aspirin
Ibuprofen

4.L aksansia pencahar


Pemakaian umum:
Dipakai untuk mencegah atau mengobati konstipasi atau untuk persiapan prosedur radiologik
dan endoskopik.
Cara kerja:
Mengakibatkan buang air besar sekali atau lebih dalam sehari.
Kontra indikasi:
Hipersensitivitas, kontra indikasi bila ada neri abdomen, mual atau muntah yang tidak
diketahui sebabnya, khususnya yang berhubungan dengan demam dan tanda akut abdomen.

Perhatian
Pemakaian yang berlebihan dan dalam waktu yang lama dapat mengakibatkan
ketergantungan. Tidak seharusnya dipakai anak-anak kecuali dinasehatkan dokter.
Interaksi
Secara teori obat ini mengurangi absorpsi dari obat lain yang diminum melalui mulut karena
cepatnya waktu transit.

Pengkajian
Kaji distensi perut, bising usus, pola buang air besar.
Kaji warna, konsistensi dan jumlah feses yang diproduksi.
Kemungkinan Diagnosa Keperawatan
Gangguan eliminasi, kosntipasi.
Kurang pengetahuan mengenai obat.
Implementasi
Banyak obat pencahar yang diberikan malam hari dengan harapan dapat buang air
besar pada esok pagi.
Pemasukan obat pada perut kosong akan mempercepat reaksi.
Jangan mengunyah tablet pencahar berlapis gula, minumlah dengan segelas air/ sari
buah.
Pelunak feses umumnya beraksi lebih lama, setelah beberapa hari.
Penyuluhan Pasien/ keluarga.
Nasehatkan pada pasien bahwa obat pencahar hanya dipakai untuk jangka waktu
terapi yang singkat. Terapi jangka panjang dapat mengakibatkan ketidakseimbangan
elektrolit dan ketergantungan.
Nasihatkan pasien untuk meningkatkan pemasukan air minum minimal 1500=2000ml
per hari selama terapi untuk menghindari dehidrasi.
Doronglah pasien untuk mengatur buang air besar, misalnya dengan diet tinggi serat,
banyak minum, tingkatkan mobilitas.
Kebiasaan buang air besar berbeda pada setiap individu, berkisar antara 3kali/ hari
sampai 3 kali/ minggu.
Instruksikan pada pasien dengan penyakit jantung untuk tidak mengejan pada waktu
buang air besar.
Nasihatkan pasien untuk tidak memakai obat pencahar bila konstipasi disertai nyeri
perut, demam, mual, dan muntah.

Keefektifan terapi dapat dilihat dari pasien dapat buang air besar dengan feses berbentuk
lunak, pengosongan kolon.
Obat yang termasuk dalam golongan ini (jenis laksansia):

Pembentuk serat: psyllium


Agen osmotik: lactulose
Saline pencahar: garam magnesium, magnesium citrate, magnesium hydroxide.
Zat pencahar: bisacodil, casanthranol, cascara, cascara sagrada, senna.
Pelunak feses: docusate

5. Infus
Pemakaian umum
Untuk memenuhi kebutuhan cairan, elektrolit, makanan dan pemberian obat-obatan.

Pengkajian

Meliputi alasan pemberian terapi I.V. untuk pasien secara khusus, tipe dan kecepatan cairan
serta tempat pemasukan. Keadaan kulit tangan, lengan, adanya bulu, luka lecet, dll.
Kemampuan pasien untuk mencegah pergerakan lengan yang berlebihan, adanya alergi pada
plester, desinfektan dan pengetahuan pasien mengenai terapi I.V.
-

Diagnosa Keperawatan

Gangguan psikologis berhubungan dengan pemasangan infus..


Perubahan keseimbangan cairan: kurang sehubungan dengan dehidrasi.
Potensial infeksi sehubungan dengan pemsangan infus dalam waktu lama.
Potensial kelebihan cairan sehubungan dengan kecepatan tetesan yang berlebihan.
Potensial cedera jaringan sehubungan dengan fungsi vena.

Intervensi keperawatan.

Jelaskan pasien/ keluarga tujuan pemasangan dan rencana lamanya pemakaian infus.
Obervasi daerah pungsi adanya rasa nyeri, panas, kemerahan, bengkak, atau gangguan
fungsi anggota gerak daerah tersebut.
Periksa sambungan yang ada pada set infus, kebocoran pada daerah pungsi atau pada
sambungan tersebut.
Perhatikan adanya raeksi alergi obat, cairan, plester, desinfektan yang digunakan, dll.
Rawat daerah pungsi vena dengan:

Ganti balutan secara streil setiap hari.


Oleskan cairan desinfektan
Ganti cairan infus setia hari pada cairan yang mengandung protein dan tiap 2-3 hari
sekali pada cairan lainnya.
Segera ganti set infus dan pindah lokasi bila ada tanda-tanda peradangan atau
merembesnya cairan keluar vena dan adanya keluhan nyeri, gangguan fungsi anggota
gerak, dll.

Selama memberi obat-obat intra vena, perhatikan reaksi pasien dan tanyakan keluhan pasien.
Hal yang perlu diperhatikan:
Vena pungsi tidak boleh dilakukan pada daerah yang menunjukkan tanda-tanda infeksi,
infiltrasi atau trombosis. Infeksi diindikasikan bila adanya kemerahan, nyeri, bengkak dan
panas. Infiltrasi diidentifikasi dengan adanya lokalisasi edema, daerah yang memucat dan
lebih dingin pada jaringan tersebut. Trombosis diidentifikasi dengan adanya nyeri, bengkak
dan peradangan sepanjang vena.
-

Penyuluhan pasien dan keluarga mengenai infus.

Pasien dan keluarga dijelaskan untuk tidak menggerakkan secara berlebihan extermitas
tempat infus terpasang karena dapat menyebabkan bergesernya jarum dan cedera jaringan.
Pasien dan keluarga dianjurkan untuk segera melaporkan adanya bengkak, nyeri pada daerah
penusukan atau kebocoran pada infus.
-

Implementasi keperawatan

Mengatur posisi infus


Menghitung tetesan infus.
Memberitahu pasien untuk partisifasi dalam pemberian terapi cairan.

VI. PENYULUHAN
Hasil yang ingin dicapai:
Pasien dan keluarga dapat menjelaskan dan mendemonstrasikan:
-

Kondisi dan prosedur


Diet
Obat-obat dan terapi
Aktivitas/ perawatan diri
Pencegahan
Tindak lanjut yang diperlukan

Metode:
-

Ceramah
Diskusi

Materi:
-

Kondisi dan prosedur.

Pasien dan keluarga diberi informasi mengenai kondisi saat ini, dari keluhan yang dialami,
riwayat sakit dan pemeriksaan fisik. Adanya infeksi baru dapat dipastikan dengan hasil
biakan darah yang positif terhadap salmonella typhi. Penjelasan diberikan juuga menegnai
tujuan, prosedur pemeriksaan laboratorium dan diagnostik yang dilakukan pada pasien, serta
tindakan pengobatan yang diberikan misalnya infus, NGT dan lain-lainnya.
-

Diet

Makanan yang tidak merangsang saluran cerna, bentuk saring atau bubur. Sejalan dengan
perkembangan keluhan saluran cerna, dan bila demam hilang, maka bentuk makanan dapat
ditingkatkan sampai nasi biasa. Bila ada komplikasi saluran cerna, pasien dapat dipuasakan.
Untuk memenuhi kebutuhan cairan, pasien dewasa dianjurkan minum 2-3 liter air sehari.
Makin tinggi demam dan banyak berkeringat, kebutuhan cairan cairan akan meningkat.
-

Obat-obatan dan terapi

(lihat penyuluhan pada implikasi keperawatan tentang obat obatan.


Jelaskan nama obat, cara pemberian, dosis, kegunaan, serta efek samping obat dan keluhan
yang perlu dilaporkan.
-

Aktivitas/ perawatan diri.

Pasien memerlukan tirah baring selama demam, untuk mencegah komplikasi perdarahan atau
perforasi usus.
Selama tirah baring, pasien dapat melakukan aktivitas ringan sesuai kemampuannya untuk
memenuhi kebutuhan makan, minum, perubahan posisi miring kiri, kanan di tempat tidur.
Bila suhu tubuh normal kembali, tidak ada tanda-tanda komplikasi serta kekuatan fisik mulai
pulih, maka mobilisasi dapat ditingkatkan ke aktivitas duduk, jalan dan secara bertahap
pasien mandiri dalam memenuhi kebutuhannya.
-

Pencegahan

Pasien dan keluarga dijelaskan mengenai usaha pencegahan yang dapat dilakukannya yaitu
mencuci tangan yang bersih sebelum makan, potong kuku yang pendek, serta makan
makanan dan minum minuman yang memenuhi syarat dan tidak tercemar serangga. Selain
itu, makanan dan minuman perlu disimpan pada tempat yang tertutup. Usaha terhadap
lingkungan yang perlu dilakukan ialah pembuangan tinja yang higienis dan pemberantasan
lalat. Semua upaya tersebuut dilakukan untuk mencegah penularan yang terjadi melalui
makanan atau minuman yang tercemar oleh bakteri salmonella yang berasal dari tinja orang
yang menderita tifoid atau karier.
-

Tindak lanjut yang diperlukan

Sesudah pulang, pasien masih memerlukan kontrol ke dokter untuk pemantauan terapi
sampai pasien merasa kesehatannya pulih kembali.

Anda mungkin juga menyukai