Pengendalian Temperatur
Pengendalian Temperatur
Judul praktikum
: Pengendalian Temperatur
Nama
: Taufiq ismail
Nim
: 1224401030
Kelompok
: IV B
Kelas/Semester
: 3C RP/ V
Laboratorium
Anggota Kelompok
1. Elly Safwati
2. Nursidah
3.Cut Iza Mirna
4. Mursina Hayati
URAIAN TUGAS
-
Set point : 35 c
Integral : 5 detik
Derivative : 5 detik
Interval : 5 detik
Buket Rata,
2014
Mengetahui,
Ka. Laboratorium
Dosen Pembimbing
Ir.Syafruddin.M.Si
Ir.Syafruddin.M.Si
LEMBAR PENGESAHAN
Judul praktikum
: Pengendalian Temperatur
Mata Kuliah
: Pengendalian Proses
Nama
: Taufiq ismail
Nim
: 1224401030
Kelompok
: IVB
Kelas/Semester
: 3B RP/ V
Dosen Pembimbing
: Ir.Syafruddin.M.Si
Nip
Ka. Laboratorium
: Ir.Syafruddin.M.Si
Nip
Buket Rata,
2014
Mengetahui,
Ka. Laboratorium
Dosen Pembimbing
Ir.Syafruddin.M.Si
Ir.Syafruddin.M.Si
BAB II
PENDAHULUAN
CPU
Printer
Infokus
Es batu
11. Set temperatur air panas (40C) dengan cara pemanasan oleh heater dengan aksi
kontrol ON-OFF ,tungu hingga temperatur 40C
12. Alirkan udara tekan dan cek barometer ntuk membuka valve pneumatik
13. Masukkan data pada software sesuai dengan uraian tugas yang diberikan
14. Laju alir fluida dengan (F12)
15. Hidupkan pompa P1 pada set temperatur high (th) sesuai tugas
16. Setelah didapat data yang diperlukan ,step pompa P1
17. Lalu print data yang sudah didapat
18. Ulangi langkah 1-16 sesuai uraian tugas
19. Setelah selesai matikan pompa P1 dan P2 dan tutup valve udara pneumatik
20. Tekan tombol power pada panel control untuk men shutdown alat
21. Lepaskan sakelar dari arus listrik
Tabel 1.1 Tempeartur control initial valve positions
Open
Close
Leave alone
V1
V3
V2
V6
V4
V7
V9
V5
V8
V11
V10
V12
V13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pendahuluan
Suatu industri kilang minyak (refinery) atau petrokimia (petrochemical) merupakan
suatu susunan beberapa unit peralatan proses (reaktor, penukar panas, pompa, kolom
destilasi, absorber, evaporator, tanki, dan sebagainya), yang saling terpadu dan bekerja secara
sistematik. Secara keseluruhan, suatu pabrik memiliki tujuan utama mengubah beberapa
material mentah menjadi produk tertentu dengan menggunakan sumber-sumber energi
tertentu dengan cara yang paling ekonomis.
Di dalam pengoperasiannya, suatu industri proses harus memenuhi beberapa
persyaratan berdasarkan pertimbangan berbagai macam kondisi dalam dinamika pengaruh
eksternal (disturbances). Persyaratan-persyaratan tersebut diantaranya adalah masalah
keamanan (safety), spesifikasi produksi, pengaruh terhadap lingkungan, batasan operasi
(operational constraints), serta masalah ekonomi.
Untuk menjamin semua persyaratan tersebut dapat dipenuhi, maka industri proses
perlu memiliki suatu sistem yang dapat memonitor dan mengendalikan semua proses yang
ada di dalamnya supaya tujuannya dapat terpenuhi. Hal ini dapat dilakukan melalui suatu
susunan peralatan instrumen (alat pengukur, kontroler, komputer, dan control valve) serta
campur tangan manusia (operator) yang bersama-sama membentuk sesuatu yang dinamakan
sistem kontrol.
Pada semua proses umumnya operator tidak hanya ingin mengetahui suatu harga
besaran fisik, tetapi juga selalu ingin mengaturnya pada suatu harga tertentu agar suatu proses
bekerja secara optimum. Blok diagram suatu system instrumentasi dan pengontrolan besaran
yang diukur yang terhubung secara lingkar tertutp (closes loop) dapat digambarkan seperti di
bawah ini.( Sumber : BPST,2007:127)
1.
Proses
Proses adalah peralatan (equipment) bersama-sama dengan reaksi fisis ataupun kimia
yang terjadi di dalamnya.
2.
3.
Transducers / Transmitter
Beberapa sinyal pengukuran tidak dapat digunakan untuk aktuasi pengontrolan
sebelum dikonversi ke dalam besaran-besaran fisis tertentu (sinyal elektrik atau sinyal
pneumatik). Setelah dikonversi ke dalam sinyal elektrik atau pneumatik, sinyal hasil
pengukuran tersebut dapat ditransmisikan dengan mudah dan juga dapat dimengerti
oleh kontroller. Konversi ini dilakukan oleh suatu elemen yang disebut transducers /
transmitter. Sebagai contoh, strain gauges dapat mengubah sinyal pressure menjadi
sinyal elektrik.
4.
Transmission Lines
Saluran transmisi (transmission lines) membawa sinyal hasil pengukuran oleh sensor
dan telah diubah oleh transducer/transmitter ke kontroler atau dari kontroler ke final
control element. Saluran transmisi dapat berupa sinyal pneumatik (udara yang
terkompresi). Namun, seiring dengan berkembangnya kontroler elektronik analog dan
khususnya kontroler digital, saat ini kebanyakan menggunakan sinyal elektrik sebagai
saluran transmisinya. Sesuai dengan standard ISA (Instrument Society of America),
besarnya sinyal transmisi tersebut adalah :
Tujuan dari standardisasi tersebut adalah untuk kemudahan pengguna dalam memilih
instrumen, juga kemudahan dalam perancangan, kalibrasi, dan pemeliharaan.
5.
Controller
Controller memperoleh informasi dari measuring device yaitu sinyal Process
Variable (PV), membandingkan dengan Set Point (SP), menghitung banyaknya
koreksi yang diperlukan sesuai dengan algoritmanya (P, PI, dan PID), dan kemudian
memutuskan atau mengeluarkan sinyal koreksi (Manipulated Variable / MV) untuk
ditransmisikan ke Control Valve. Controller dapat berupa controller mekanik
(pneumatic), controller elektronik atau controller digital yang terkomputerisasi
dengan kemampuan dapat melaksanakan tugas-tugas kontrol yang cukup rumit.
6.
maka
control
valve
akan
membuka
atau
menutup
untuk
mengimplementasikannya.(Sumber:BPST,2007:131)
10
m(t) = Kc(t) + ms
dengan:
m(t) = sinyal aktuasi
(t) = error
Kc = proportional gain dari kontroler
ms = sinyal bias (sinyal aktuasi ketika error (t) = 0)
Kontroler proportional dicirikan oleh proportional gain Kc atau dengan nilai proportional
band PB, dengan PB =
Kc = Perubahan Output / Perubahan Input
Dengan demikian, Proporsional Band adalah perbandingan antara perubahan input terhadap
perubahan output.
Dari persamaan di atas dapat ditentukan fungsi transfer suatu kontroler P
m(t) - ms = Kc(t)
misalkan,
m(t) - ms = m(t), maka m(t) = Kc(t).
Transformasi Laplace dari persamaan di atas menyatakan fungsi transfer kontroler
Proporsional
11
Integral waktu dari sinyal kesalahan, artinya besarnya kesalahan dikalikan dengan
waktu dimana kesalahan tersebut terjadi, ini adalah bagian integral.
Kontroler tipe ini juga dikenal sebagai kontroler proportional-plus-reset. Hubungan antara
sinyal aktuasi dengan error adalah sebagai berikut:
.
Efek dari penambahan Integral pada controller ini akan menghilangkan offset yang
terjadi akibat proportional control, karena adanya integral terhadap waktu. Jadi offset akan
terkoreksi dengan berjalannya waktu, artinya untuk menghasilkan respon yang tidak
13
mempunyai offset maka memerlukan selang waktu tertentu. Efek lain dari penambahan
integral adalah lebih lambatnya respon sistem, selain itu pada sistem ini akan terjadi osilasi
pada saat bagian integral menghilangkan offset, serta timbulnya overshoot apabila ada
perubahan beban. Respon untuk jenis proportional + integral controller terhadap perubahan
beban dapat dilihat pada Gambar 2.6
14
Integral waktu dari sinyal kesalahan, artinya besarnya kesalahan dikalikan dengan
waktu dimana kesalahan tersebut terjadi, ini adalah bagian integral.
Ini adalah bagian derivative. Kontroler jenis ini dikenal juga sebagai kontroler proportionalplus-reset-plus-rate. Output dari kontroler ini dinyatakan sebagai:
error pada masa sesaat yang akan datang dan kemudian melakukan aksi kontrol yang
sebanding dengan kecepatan perubahan error saat ini. Berdasarkan sifat ini, aksi kontrol
derivatif kadang-kadang mengacu sebagai anticipatory control.
Walaupun demikian, aksi kontrol derivatif memiliki beberapa kelemahan seperti berikut ini :
1. Untuk respon dengan error konstan dan tidak nol, kontroler ini tidak memberikan aksi
kontrol karena
2. Untuk respon yang bergejolak, dengan error yang hampir nol, kontroler ini dapat
memperoleh nilai derivatif yang besar, yang menghasilkan aksi kontrol yang besar,
meskipun seharusnya tidak perlu.
Fungsi transfer untuk kontroler PID adalah sebagai berikut:
Efek dari PID controller ini adalah bila pada proses kesalahannya sangat besar, maka
controller PI akan membutuhkan waktu yang panjang untuk mencapai set point-nya, tetapi
untuk controller PID akan mempercepat proses pencapaian set point tersebut. Rate time akan
15
berpengaruh terhadap respon controller, rate time yang terlalu besar mempercepat laju
pencapaian set point tetapi akan menyebabkan terjadinya osilasi di sekitar set point.
Respon proportional + integral + derivative (PID) controller terhadap perubahan beban
dapat dilihat pada Gambar 2.7
Penjelasan gambar:
Nilai T akan dibandingkan dengan set point TSP, yaitu temperature yang diinginkan
Berdasarkan sinyal ini control valve akan membuka atau menutup sampai keadaan
mantap tercapai
Mekanisme kontrol yang tepat adalah apabila T naik (turun), maka control valve akan
menutup (membuka).
Pada alat penukar kalor yang langsung, fluida yang panas akan bercampur
secara langsung dengan fluida dingin (tanpa adanya pemisah) dalam suatu
bejana atau ruangan tertentu. Contohnya adalah clinker cooler dimana antara
clinker yang panas dengan udara pendingin berkontak langsung. Contoh yang
lain adalah cooling tower untuk mendinginkan air pendingin kondenser pada
instalasi mesin pendingin sentral atau PLTU, dimana antara air hangat yang
didinginkan oleh udara sekitar saling berkontak seperti layaknya air mancur.
17
Pada alat penukar kalor yang tidak langsung, fluida panas tidak berhubungan
langsung dengan fluida dingin. Jadi proses perpindahan panas itu mempunyai
media perantara, seperti pipa, pelat atau peralatan jenis lainnnya. Untuk
meningkatkan efektivitas pertukaran energi, biasanya bahan permukaan pemisah
dipilih dari bahan-bahan yang memiliki konduktivitas termal yang tinggi seperti
tembaga dan aluminium. Contoh dari penukar kalor seperti ini sering kita jumpai
antara lain radiator mobil, evaporator AC.
Pertukaran panas secara tidak langsung terdapat dalam beberapa tipe dari penukar
kalor diantaranya tipe plat, shell and tube, spiral dll. Pada kebanyakan kasus penukar kalor
tipe plat mempunyai efektivitas perpindahan panas yang lebih bagus.
18
19
BAB III
DATA PENGAMATAN
TT01, PV (C)
24,8
24,9
26
27,4
28,7
29,7
30,5
31
31,5
31,5
31,8
32,1
32,2
32,2
32,3
32,3
32,4
32,4
32,2
32,5
32,6
32,7
32,7
32,8
32,9
32,9
130
135
140
145
150
155
160
165
170
175
180
185
190
195
33
34,8
34,8
34,7
34,7
34,7
34,7
34,7
34,6
34,6
34,5
34,5
34,4
34,4
35
35
35
35
35
35
35
35
35
35
35
35
35
35
40,9
40,8
40,8
40,7
40,7
40,6
40,6
40,5
40,5
40,5
40,5
40,5
40,5
40,6
pv (c)
24,7
26,2
29,6
31,4
32,2
32,6
32,9
33
33,1
33,1
33,1
33,1
33,1
33,1
70
75
80
85
90
95
100
105
110
115
120
125
130
135
140
145
150
155
160
165
170
175
180
185
190
195
33,1
33,1
33,3
33,4
33,6
33,7
34
34,2
34,3
34,3
34,3
34,5
34,7
34,8
34,8
34,7
34,7
34,7
34,7
34,7
34,6
34,6
34,5
34,5
34,4
34,4
35
35
35
35
35
35
35
35
35
35
35
35
35
35
35
35
35
35
35
35
35
35
35
35
35
35
100
100
100
100
100
99,5
98,4
97,1
95,8
95,5
93,1
91,6
89,8
88
86,3
84,7
83,1
81,4
79,7
78
76,5
75
73,5
72,1
70,7
69,3
22
Tabel 3.3 Data Pengendalian Proporsional (P) + Integral (I) + Derivatif (D)
waktu (detik)
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
65
70
75
80
85
90
95
100
105
110
115
120
125
130
135
140
145
150
155
160
165
170
175
180
185
190
195
200
pv (c)
24
24,4
27,9
29,9
30,8
31,1
31,3
31,4
31,4
31,5
31,5
31,5
31,5
31,5
31,4
31,4
31,4
31,4
31,4
31,3
31,3
31,3
31,3
31,2
31,2
31,2
31,2
31,2
31,1
31,1
31,1
31,1
31,1
31,1
31,1
31,1
30,9
30,9
30,9
31
31,1
BAB IV
PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN
4.1 PEMBAHASAN
Dalam praktikum pengendalian temperatur, kami melakukan percobaan dengan tiga
aksi/mode/karateristik. Karakteristik pengendalian antara lain adalah Proporsional (P),
Proporsional plus Integral (PI) dan Proporsional plus Integral plus Derivatif (PID).
Proporsional disini berarti pengesetan nilai variable proses, dan proporsional plus integral
menjaga nilai variable tersebut supaya tidak menjauhi nilai set point dan proporsional integral
derivative adalah menjaga variable tersebut selama berlangsungnya proses ( mempertahankan
).
Pada percobaan ini, didapatkan perbedaan antara masing-masing karakterisitik sistem
pengendalian tersebut. Tujuannya adalah sama, yaitu untuk mengurangi kesalahan (offset).
Dengan mengikuti prosedur kerja yang ada, hal pertama yang kami lakukan adalah
menurunkan temperatur pada cold water tangki, hingga suhu cold water yang diinginkan
tercapai. Hal yang berbeda dilakukan pada tangki hot water. Pada tangki ini, air dipanaskan
dengan menekan tombol heater, matikan tombol heater jika suhu yang diinginkan tercapai.
Lalu memasukkan nilai P,I dan D sesuai dengan lembaran penugasan dan setelah keluar data
dari computer, catat/print begitulah seterusnya.
24
35
30
25
20
15
10
5
0
0
50
100
150
200
250
waktu (detik)
4.1.2 Pengendalian PI
Proporsional Integral
40
variabel proses (c)
35
30
25
Proporsional Integral
(PI)
20
15
10
5
0
0
50
100
150
200
250
waktu ( detik)
25
Pada grafik diatas dapat di ketahui bahwa pengendalian tidak menghasilkan offset
seperti yang di hasilkan oleh pengendalian proporsional dan pada waktu 100 detik
pengendalian sudah mencapai harga set point. Hal ini dapat terjadi karena pada saat gangguan
proses terjadi pengendali proporsional menanggapi kesalahan atau gangguan dan kontrol
integral akan mendeteksi kasalahan dalam proporsional dan mencoba untuk menghilangkan
kesalahan, sehingga integral dari pengendali tersebut membawa titik kontrol kembali ke set
point.
35
30
25
Pproporsional Integral
Derivative
20
15
10
5
0
0
50
100
150
200
250
waktu ( detik)
Dari grafik diatas dapat di ketahui bahwa pengendalian menghasilkan error yang
sangat besar. hal tersebut tidak sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa pengendalian
PID respon yang di hasilkan cepat dan semakin lama waktunya maka responnya atau titik
kontrolnya akan semakin cepat mencapai set point. Kesalahan tersebut dapat terjadi karena
adanya human error dan effesiensi alat yang semakin menurun. Pada human error terjadi
kesalahan pembacaan temperatur pada termokopel dan juga pada RTD sehingga selisih suhu
yang dihasilkan tidak sesuai, yang mana selisih tersebut akan di kurangai dengan hasil
pembacaan variabel proses yang di hasilkan pada pebngendali.
26
40
35
30
25
Proporsional Band
20
PI
15
PID
10
5
0
0
50
100
150
200
250
waktu ( detik)
Pada grafik di atas dapat diketahui perbandingan antara pengendali P,PI,PID. Pada
pengendali proporsional respon yang dihasilkan menghasilkan offset tapi tidak menimbulkan
osilasi. Pada pengandali PI, respon yang dihasilkan tidak menimbulkan offset seperti di
hasilkan pada pengendali proporsional namun timbulnya osilasi pada saat harga integralnya
di set. Sedangkan pada pengendali PID, respon yang di hasilkan tidak sesuai dengan teori,
yang mana seharusnya respon yang di hasilkan lebih cepat mencapai set point di bandingkan
dengan respon yang di berikan oleh PI. Hal ini dapat terjadi karena adanya human error dan
effesiensi alat yang menurun.
4.2 KESIMPULAN
27
DAFTAR PUSTAKA
Buku Dasar Istrumentasi Dan Proses Kontrol . Bimbingan Profesi Sarjana Teknik (BPST)
Direktorat pengolahan angkatan XVII Balongan 2007.
Artikel non-personal, 5 April 2013, Pengendalian Proses, Wikipedia Bahasa Indonesia,
http://id.wikipedia.org/wiki/Pengendalian_proses, diakses pada 15 Maret 2014.
Artikel
non-personal,
15
April
2013,
PID,
Wikipedia
Bahasa
Indonesia,
28