1 Jenis
o
1.2 Pemanis
1.3 Pengawet
1.4 Pewarna
1.5 Pengental
1.6 Pengemulsi
1.7 Lain-lain
2 Efek samping
3 Undang-undang
4 Kehalalan
5 Referensi
6 Pranala luar
Jenis
Bahan aditif makanan dapat digolongkan menjadi beberapa kelompok tertentu tergantung kegunaanya,
diantaranya:
Penguat rasa
Pewarna
Warna dapat memperbaiki dan memberikan daya tarik pada makanan.[2] Penggunaan pewarna dalam
bahan makanan dimulai pada akhir tahun 1800, yaitu pewarna tambahan berasal dari alam seperti
kunyit, daun pandan, angkak, daun suji, coklat, wortel, dan karamel.[2] Zat warna sintetik ditemukan oleh
William Henry Perkins tahun 1856, zat pewarna ini lebih stabil dan tersedia dari berbagai warna.[2] Zat
warna sintetis mulai digunakan sejak tahun 1956 dan saat ini ada kurang lebih 90% zat warna buatan
digunakan untuk industri makanan.[2] Salah satu contohnya adalah tartrazin, yaitu pewarna makanan
buatan yang mempunyai banyak macam pilihan warna, diantaranya Tartrazin CI 19140.[2] Selain tartrazin
ada pula pewarna buatan, seperti sunsetyellow FCF (jingga), karmoisin (Merah), brilliant blue FCF
(biru).[2]
Pengental
Pengental yaitu bahan tambahan yang digunakan untuk menstabilkan, memekatkan atau mengentalkan
makanan yang dicampurkan dengan air, sehingga membentuk kekentalan tertentu.[2] Contoh pengental
adalah pati, gelatin, dan gum (agar, alginat, karagenan).[2]
Pengemulsi
5. zat gizi,
6. anti gumpal, seperti aluminium silikat, kalsium silikat, magnesium karbonat, magnesium oksida.
Efek samping
Bahan aditif juga bisa membuat penyakit jika tidak digunakan sesuai dosis, apalagi bahan aditif buatan
atau sintetis.[3] Penyakit yang biasa timbul dalam jangka waktu lama setelah menggunakan suatu bahan
aditif adalah kanker, kerusakan ginjal, dan lain-lain.[3] Maka dari itu pemerintah mengatur penggunaan
bahan aditif makanan secara ketat dan juga melarang penggunaan bahan aditif makanan tertentu jika
dapat menimbulkan masalah kesehatan yang berbahaya.[3] Pemerintah juga melakukan berbagai
penelitian guna menemukan bahan aditif makanan yang aman dan murah.[3]
Undang-undang
Menurut undang-undang RI No 7 Tahun 1996 tentang Pangan, pada Bab II mengenai Keamanan Pangan,
pasal 10 tentang Bahan Tambahan Pangan dicantumkan:[4]
1. Setiap orang yang memproduksi pangan untuk diedarkan dilarang menggunakan bahan apa pun
sebagai bahan tambahan pangan yang dinyatakan terlarang atau melampau ambang batas
maksimal yang telah ditetapkan.
2. Pemerintah menetapkan lebih lanjut bahan yang dilarang dan atau dapat digunakan sebagai
bahan tambahan pangan dalam kegiatan atau proses produksi pangan serta ambang batas
maksimal sebagaimana dimaksud pada ayat 1.
Kehalalan
Daftar Bahan tambahan makanan yang termasuk kelompok diragukan kehalalannya:[5]
Tabel 1 Daftar Bahan tambahan makanan yang diragukan kehalalannya[5]
Bahan makanan
Alasan
Turunan asam tartarat E335, Dapat berasal dari hasil samping industri wine antioksidan, buffer,
E336, E337, E353 (dari E334) pengemulsi, dll.
Gliserol/gliserin (E422)
Hasil samping pembuatan sabun, lilin dan asam lemak dari minyak/lemak
(dapat berasal dari lemak hewani). Sebagai pelarut rasa, menjaga
kelembaban (humektan), plasticizer pada pengemas. Bahan coating untuk
daging, keju, kue, camilan, dll.
Asam lemak dan turunannya, Dapat berasal dari turunan hasil hidrolisis lemak hewani. Pengemulsi,
E430, E431, E433, E434,
penstabil, E343: antibusa. Terdapat pada produk roti dan kue, donat,
E435, E436
produk susu (es krim), desserts beku, minuman, dll.
Dapat dibuat dari hasil hidrolisis lemak hewani untuk menghasilkan
Pengemulsi yang dibuat dari
gliserol dan asam lemak sebagai pengemulsi, penstabil, pengental,
gliserol dan/atau asam lemak
pemodifikasi tekstur, pelapis, plasticizer, dll. Terdapat pada Snacks,
(E470 E495)
margarin, desserts, coklat, cake, puding.
Edible bone phosphate (E542)
Dibuat dari tulang hewan, anti craking agent, suplemen mineral. Terdapat
pada makanan suplemen.
Asam stearat
Dapat dibuat dari lemak hewani walaupun secara komersil dibuat secara
sintetik dari anticracking agent.
L-sistein E920
Dapat dibuat dari bulu hewan/unggas dan di Cina dibuat dari bulu
manusia. Sebagai bahan pengembang adonan, bahan dasar pembuatan
perisa daging. Untuk produksi tepung dan produk roti, bumbu dan perisa.
Masing-masing dibuat dari wine dan bir. Sebagai pemberi rasa bumbubumbu, saus, salad.