Anda di halaman 1dari 11

PERENCANAAN GEOMETRIK

ARTIKEL ILMIAH
ALYNEMEN HORIZONTAL DAN SUPERELEVASI JALAN
Diploma III Program StudiKonstruksiSipil
Di JurusanTeknikSipil

Oleh :

Ika Widya A

131121015

JURUSAN TEKNIK SIPIL


POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Oktober, 2014

I. ABSTRAK
Perkembangan ekonomi dan pertumbuhan di Indonesia relatif berkembang
cepat,sehingga menimbulkan tingginya mobilitas yang berdampak pada kenaikkan arus
lalu lintas, volume lalu lintas dan sistem jaringan jalan. Salah satu upaya yang dapat
dilakukan yaitu dengan adanya rencana yang mampu mendukung terciptanya suatu
sistem transportasi yang efektif,
efisien, memberikan kelancaran transportasi, serta meningkatkan peran dan fungsi
jalan
kata kunci : perencanaan jalan lingkar, perkerasan rigid, perkerasan lentur
Menurut Shirley L. Hendarsin, 2000 perencanaan geometrik jalan adalah perencanaan
route dari suatu ruas jalan secara lengkap, meliputi beberapa elemen yang disesuaikan dengan
kelengkapan dan data dasar yang ada atau tersedia dari hasil survey lapangan dan telah dianalisis
serta mengacu pada ketentuan yang berlaku. Elemen dalam perencanaan geometrik jalan meliputi:
Alinyemen Horizontal
Alinyemen horizontal dititik beratkan pada bagian tikungan jalan yang memenuhi persyaratan teknik.
Alinyemen Vertikal
Alinyemen vertikal menggambarkan tinggi rendahnya jalan terhadap muka tanah asli dan juga erat
hubungannya dengan pembiayaan dan jumlah kecelakaan lalu lintas.
Potongan melintang jalan.
Penampang melintang jalan menggambarkan bagian-bagian dari jalan seperti lebar dan jumlah lajur,
ada atau tidaknya median, drainase permukaan, kelandaian lereng tebing galian dan timbunan,
serta bangunan pelengkap lainnya.

Tujuan perencanaan geometrik jalan adalah untuk menghasilkan kondisi geometrik


jalan yang mampu memberikan pelayanan lalu lintas secara optimum. Disamping itu
fungsi dari perencanaan ini adalah berkaitan dengan keamanan dan kenyamanan
dalam berlalu lintas bagi pemakai jalan
II. STUDI PUSTAKA
Alinyemen horizontal adalah proyeksi sumbu / as jalan pada bidang horizontal (peta),
yang terdiri dari bagian lurus (tangent) dan bagian lengkung (curve) disebut juga jalan.

1.

Sifat-sifat bagian lurus :


Bukan merupakan hambatan bagi kendaraan.
Untuk memperpendek jarak.
Terlalu panjangnya bagian lurus akan menimbulkan efek negative (mengantuk).
Dalam hal ini perlu diadakan tikungan kejut berupa perubahan arah 4 derajat;
dan tidak boleh diakhiri dengan tikungan tajam.

2.Sifat-sifat bagian tikungan :


Merupakan hambatan bagi kendaraan yaitu timbulnya gaya sentrifugal dan
keterbatasan pandangan, sehingga merupakan bagian kritis dari pada jalan.
Berguna untuk :
Memperhalus lintas
Menetralisir gaya sentrifugal
Mengatur jarak pandangan
3.Syarat-syarat umum alinyemen horizontal
Sependek mungkin
Panjang tangent maksimum + 3 km, sebelum diadakan tikungan kejut 4.
Tangent yang panjang tidak boleh diakhiri dengan tikungan tajam
Jarak antara 2 tikungan harus cukup
0,4 2,0 V
0,6 3,0 V
Tikungan datar pada timbunan yang tinggi & panjang (tanpa cutslope, pohon) perlu
dihindari.
Radius minimum hanya digunakan pada keadaan terpaksa.
Dalam menggunakan lengkung majemuk, harus diusahakan R1 < 1,5 R2
Merupakan kombinasi yang baik dengan alinyemen vertical.
B. TIKUNGAN
1.
Kendaraan melewati tikungan
Pada tikungan, kendaraan mengalami/menerima gaya sentrifugal.
Untuk mempertahankan posisinya, perlu gaya lawan yang akan menetralisir gaya
sentrifugal.
Gaya lawan ditimbulkan dengan mengadakan superelevasi (kemiringan tikungan)
Biasanya superelevasi tergantung dari V,R,f dengan rumus :
E+f=
Biasanya f diambil 0,10 (0,10
0,15)
Karena e dan V mempunyai batas maksimum sedangkan f ditetapkan (0,10), maka
R mempunyai batas minimum.
Pada tikungan kendaraan akan tidak bebas jarak pandangannya, karena itu perlu
kebebasan samping untuk menyediakan jarak pandangan yang memadai.
2.
Kemiringan tikungan (superelevasi)
Untuk menimbulkan gaya lawan sentrifugal
Karena alasan keamanan & kenyamanan, maka diberikan batas maksimum dari
superelevasi.
Untuk di Indonesia disarankan e maks jalan luar kota = 0,10 dan 0,8 untuk jalan
dalam kota.
3.
Jari-jari minimum tikungan.
R mempunyai harga minimum karena e & v mempunyai harga maksimum

Besarnya R menunjukkan ketajaman tikungan.


Tabel jari-jari minimum :

4.

V (km/jam)

R-min (m)

R min urban (m)

60
80
100
120

115
210
345
530

125
230
380
580

Batas jari-jari tikungan tanpa superelevasi.

Pada R besar (tikungan tumpul) perlu kemiringan kecil karena gaya sentrifugal yang
timbul kecil.
Kemiringan (superlevasi) minimum disamakan dengan kemiringan normal/cross fall
(0,02 0,03) Bila dihitung jari-jari tersebut adalah :

V (km/jam)

R-min (m)

60
80

1.000
1.600

100
120

2.300
3.000

5. Lengkung peralihan (transition curve)


Lengkung peralihan adalah suatu lengkung tambahan yang diletakkan antara bagian
lurus (tangent) dengan tikungan sebenarnya.
Alasan diperlakukannya lengkung peralihan
Untuk membelokkan roda (kesudut tertentu) perlu waktu & jarak tertentu
Pada titik pertemuan antara tangent & curve akan timbul gaya sentrifugal secara
mendadak yang merupakan kejutan.
Gaya sentrifugal yang mendadak/kejutan ini tentu saja akan dihindari olh
pengemudi dengan membuat lintasannya sendiri yang sesuai yang mengakibatkan
memasuki jalur lainnya, kesemua ini harus dihindari dengan menyediakan lengkung
peralihan.
Keuntungan adanya lengkung peralihan :
Kendaraan akan dapat melintasi lintasaannya sendiri.
Kendaraan akan dapat berjalan lebih nyaman & aman karena gaya sentrifugal yang
timbul tidak mendadak.
Memungkinkan untuk mengdakan perubahan dari kemiringan normal ke kemiringan
maksimum (superelevasi) secara berangsur.

Pelebaran tikungan dapat disediakan secara berangsur.


Bentuk tikungan jalur lebih estetis.
Bentuk lengkung peralihan
Dasar penetapan bentuk lengkung peralihan :
Kecepatan kendaraan pada tikungan harus tetap
Kemudi mulai dibelokkan pada saat mencapai permulaan lengkung peralihan.
Gaya sentrifugal timbul secara berangsur.
Gerakan berputar pada tikungan adalah kombinasi antara gerakan maju & berputar.
Persamaan garis lengkung yang dapat memenuhi dasar pemikiran tersebut diatas
adalah bentuk lengkung spiral euler atatu spiral cornu atau istilah populernya adalah
clothid atau spiral.
Sifat clothid :
Jari-jari lengkung pada setiap titik adalah berbanding terbalik denga panjang lengkung
yang bersangkutan diukur dari permulaan lengkung.
Jari-jari pada titik awal berarti sama dengan tak terhingga & berangsur-angsur
berkurang sampai dengan jari-jari lingkaran tikungan (pada akhir lengkung peralihan).
Ini berarti gaya sentrifugal yang akan timbul pada lengkung peralihan adalah
berangsur-angsur dari nol sampai akhirnya mencapai maksimum.
v Batas jari-jari tikungan dimana tidak perlu lengkung peralihan.
Dasar pemikiran :
Spiral berguna untuk menghilangkan akibat jelek dari perubahan mendadak dari jarijari/kemiringan pada tikungan.
Kebutuhan spiral makin bertambah nyata dengan naiknya kecepatan & ketajaman
tikungan.
Makin besar jari-jari tikungan berarti makin kecil akibat jelek yang ditimbulkan karena
perubahan kemiringan dari lurus ke lengkung.
Dengan demikian akan ditemukan batas jari-jari minimum dimaa akibat jelek tadi dapat
diabaikan dan dengan perkataan lain tidak diperlukan lengkung peralihan. Batas jarijari minimum yang dimaskud didat dengan member batasan kemiringan normal = 0,03
dan selanjutnya akan didapat besarnya jai-jari maksimum seperti table berikut ini.
Batas jari-jari maksimum tanpa superlevasi

V (km/jam)

R-min (m)

60

300
700

80
100
120

1100
1500
2000

Bentuk lengkung horizontal


Bentuk spiral circle spiral
Lb = panjang spiral (panjang lengkung TS SC; CS ST)LC = panjang
lingkaran(panjang lengkung SC CS)Panjang bagian tikungan = L = 2 Lb + Lc -

Bentuk Circle
L = panjang bagian tikunganv Panjang lengkung peralihan :
Panjang lengkung peralihan dihitung berdasarkan kecepatan kendaraan serta
waktu yang diperlukan untuk menimbulak gaya sentrifugal dari O sampai ke harga : K =
mV/R.Ls (sepanjang lengkung peralihan).
Rumus untuk menghitung panjang lengkung peralihan sebagai berikut :

Ls min = 0,222
dimana :
Ls = panjang lengkung spiral
(m)
V = kecepatan rencana
(km/jam)
R = jari-jari circle (m)
C = perubahan kecepatan (m/det)
dianjurkan C =
0,4m/det
k = superelevasi-

Selanjutnya panjang lengkung peralihan ini dapat diperoleh pada table yang telah
dipersiapkan.
Pencapaian kemiringan melintang :
Yang dimaskud dengan pencapaian kemiringan adalah perubahan kemiringan
melintang jalan (perkerasan) dari kemiringan normal (cross fall) ke kemiringan
maksimum (superelevasi) secara berangsur-angsur.
Pencapaian kemiringan ini dilakukan secara berangsu-angsur selama lintasan
pada lengkung peralihan.
Hal ini dilakukan agar kesan menggeliat dari jala tidak ada.Agar pencapaian
kemiringan bisa berlangsung secara halus (aman & nyaman bagi LL) dan bentuk jalan
yang bagus maka perlu panjang lengkung peralihan yang cukup.
Pelebaran perkerasan pada tikungan.
Pada tikungan kendaraan akan membuat lintasan tidak pada lintasan yang normal
(yang disediakan) karena :
Lintasan roda belakang akan lebih kedalam (off tracking)
Supaya lintasan bisa seragam baik dijalur tangent maupun di lengkung (curve), aka
perlu pelebaran perkerasan (sebelah dalam) pada bagian tikungan.
Besarnya pelebaran tergantung pada dimensi standar kendaraan rencana yang
dipakai, jari-jari tikungan dan kecepatan rencana.
Pencapaian pelebaran sejalan dengan superelevasi
Selanjutnya pelebaran ini dapat dicari dengan grafik yang telah tersedia.

C. JARAK PANDANG PADA TIKUNGAN


Pada tikungan alinyemen horizontal, pandangan pengemudi tidak sebebas/sejauh
pandangan bila berada pada bagian lurus alinyemen horizontal.
Terbatasnya pandangan ditikungan disebabkan oleh sering adanya penghalang
dipinggir jalan (sisi dalam) seperti pohon, bangunan, tebing dan lain sebagainya.
Dikenal ada 2 jarak pandangan yaitu :
Jarak pandangan henti yaitu jarak pandangan (minimum) yang dperlukan oleh
pengemudi untuk menghentikan kedaraannya secara aman bila penghalang
didepannya (pada lintasannya)
Jarak Pandangan menyiap yaitu jarak pandangan (minimum) yang diperlukan
pengemudi untuk bisa menyiap kendaraan lain secara aman. Dlam hal ini
penghalangnya adalah kendaraan lain yang dating dari arah berlawanan.
Bila dihitung ternyata jarak pandangan menyiap jauh lebih panjang dari pada jarak
pandangan henti untuk kecepatan rencana yang sama (sekitar 2-5 kali).
Karena itu, pada perencanaan geometrik jalan, pada umumnya tikungan-tikungan
direncanakan berdasarkan jarak pandangan jarak pandangan henti, hanya beberapa
bagian saja yang direncanakan berdasarkan jarak pandangan menyiap.Pada tikungantikungan yang tidak memenuhi persyaratan jarak pandangan menyiap, perlu dilengkapi
tanda lalu lintas dilarang menyiap atau kurangi kecepatan.v Pengetrapan dilapangan
dalam rangka memnuhi jarak pandangan adalah dengan cara menyediakan kebebasan
samping (tepi dalam) secukupnya pada tikungan bersangkutan

Tabel jarak pandangan :

V (km/jam)

40

60

80

100

120

JPH (m)

40

75

150

`65

225

JPM (m)

140

380

520

670

790

JPH = Jarak pandangan henti


JPM = Jarak pandangan menyiap
Pengetrapan jarak pandangan menyiap di lapanganLengkung Horisontal
LKR =
LKN =
Jarak pandangan menyiap minimum untuk besar jari-jari tikungan dan
kecepatan rencana serta sudut tangent yang bersangkutan.
Biasanya Ac Bc
dimasukkan pula sebagai daerah dilarang menyiap. Gambar : Diagram superelevasi
dengan sumbu jalan sebagai sumbu putar
Diagram Superelevasi :
Gambar :
Bentuk Spiral Circle- Spiral
R
= Jari-jari lingkaran
Lc
= Panjang busur lingkaran
c
= Sudut luar PI

= Sudut luar PI = 2 s + cTt


= Panjang total tangentp
= Pergeseran
lingkaran terhadap tangentk
= absis p pada garis tangn spiralEt
= Jarak luar
totals
= Sudut Spiral
Ls min = 0,222
c
=
Perubahan kecepatan (dianjurkan c = 0,4 m/det)

e
Jari-jari circle

= Superelevasi
V
= Kecepatan rencana
Ls
= Panjang lengkung Spiral ALINYEMEN

VERTIKAL.
Maksud alinyemen vertikal :
Garis potong yang dibentuk oleh bidang vertikal melalui sumbu jalan (undivided) atau
tepi dalam masing-masing perkerasan dan bidang muka perkerasan jalan : terdiri dari
bagian lurus dan bagian lengkung.2. Sifat bagian lurus :
Pada kelandaian merupaka hambatan bagi lalu lintas
Berguna untuk drainase dan ancang ancang sebelum menuju ketanjahan.
Sifat Bagian Lengkung :
Merupakan hambatan bagi lalu lintas
Berguna untuk memperhalus lintasan, mengatur jarak pandangan.

B. KELANDAIAN
1. Dikatakan bagus bilamana dapat ditempuh pada gear atau gigi tertinggi
2. Ada batasan derajat kelandaian dan panjang kelndain menurut kelas jalan.
3. Panjang kritis kelndain ditetapkan berdasarkan ketentuan Bila terjadi penurunan
kecepatan truck sebesar 25 km/jam sesampainya di puncak
Sebagai kecepatan awal adalah 70% - 90 & dari kecepatan rencana
4. Kelandaian maksimum standar :
Kelas

IIA

IIB

IIC

III

Landai max (%)

2-4-5

4-5-7

5-7-8

6-8-10

6-812

5. Bila kelandaian kritis terlampaui :


Perlu disediakan climbing lane untuk truck.
Perlu disediakan tanda/ramub dilarang menyiap.
6. Panjang kritis kelandaian menurut standar Bina Marga :
Landai (%)

10

12

Panj. Max (m)

480

330

250

200

170

150

135

120

C. LENGKUNG VERTIKAL
1. Lengkung vertikal adalah lengkung yang dipakai untuk mengadakan peralihan
secara berangsur-angsur dari suatu landai ke landai berikutnya.

2. Panjang lengkung vertikl ditetapkan untuk memenuhi jarak pandangan (henti,


manyiap, lintasan bawah, pandangan malam).
3. Seperti halnya lengkung horizontal, jarak pandangan menyiap jauh lebih panjang
dari pada jarak pandangan henti.
Contoh : Perbedaan aljabar kelandaian (A) = 4 %
V = 100 km/jam > Lv-ssd
= 265 m ; Lv-psc : 1000 m (lihat grafik)
4. Untuk keperluan lengkung spiral, bentuk lengkung yang dapat digunakan adalah :
busur lingkaran, parabola sederhana, parabola tingkat tiga dan spiral (clothid).
5. Bentuk lengkung vertical yang digunakan di Indonesia adalah parabola sederhana
karena mudah perhitungannya.
6. Macam-macam lengkung vertical :
Lengkung cekung > titik potong 2 tangen (PPV) ada dibawah permukaan jalan.
Lengkung cembung > titik potong 2 tangen (PPV) ada diatas permukaan jalan.
7. Panjang lengkung vertical ditetapkan berdasarkan syarat-syarat keamanan,
kenyamanan, keluwesan bentuk, drainase, kelandaian dan kecepatan rencana, yang
kesemuanya itu terkait dengan :
Jarak pandangan yang diperhitungkan
Perbedaan aljabar landai
Kecepatan rencana

D. SYARAT-SYARAT UMUM ALINYEMEN VERTIKAL


1. Kelandaian sedapat mungkin dibuat secara beransur-angsur, mengikuti keadaan
terrain.
Ini berarti landai yang berubah-ubah dengan mendadak pada jarak pendek harus
dihindari.
2. Alinyemen vertical sejenis atau hidden-dip harus dihindari karena jarak pandangan
kurang memenuhi persyaratan, sedangkan alinyemen horizontal memberikan kesan
sangat baik.
Alinyemen vertical sejenis adalahalinyemen yang datar dan lurus tetapi mengandung
lengkung-lengkung kecil didalamnya.Pada lengkung-lengkung kecil tersebut sering
bersembunyi kendaraan yang berlawanan dengan kita.3. Kelandaian penurunan
yang besar (curam) dan panjang perlu diakhiri dengan pendakian untuk mengurangi
kecepatan pada saat mencapai akhir penurunan.
4. Lengkung-lengkung vertical searah yang berturut-turut atau broken back gradeline
khususnya lengkung-lengkung vertical cekung harus dihindari karena memberikan
pandangan yang kurang baik.
5. Pada alinyemen dengan landai panjang yang menerus, lebih baik menempatkan
landai tercuram pada bagian permulaan landai, selanjutnya diikuti landai-landai kecil
atau menyisipkan landai yang lebih besar pada landai yang menerus tersebut.
E. JARAK PANDANGAN
1. Jarak pandangan pada lengkung cekung :
Jarak pandangan malam adalah jarak pandangan sehubungan dengan jarak jangkau

sorotan lampu. Yang diperhitungkan adalah jarak pandangan henti karena lampu
kendaraan dari arah berlawanan lebih mudah kelihatan.
Jarak ini diukur dari penyinaran lampu yang umumnya mempunyai ketinggian sebesar
0,75 m dan pemancaran berkas sinar keatas sebesar 1 derajat > sampai ketitik bidang
perkerasan jalan.
Jarak pandangan lintasan diatas adalah jarak pandangan sehubungan adanya
halangan yang berupa bangunan yang melintasi diatas jalan (jembatan, talang, dll)
Untuk kendaraan truk besar h1 = 180 cm,yaitu ketinggian mata pengemudi, dan
ketinggian h2 = 45 cm, yaitu untuk lampu belakang kendaraan.
Tinggi lintasan diatas jalan/kebebasan vertical minimum (C = n + m) = 450 cm.
2. Jarak pandangan pada lengkung cembung :
Jarak pandangan henti dengan penghalang puncak lengkung
Jarak pandangan menyiap dengan penghalang puncak lengkung

Panjang minimum lengkung vertikaal cembung berdasarkan jarak pandangan


henti :
Untuk tinggi pandangan minimum > h1 = 125 cm; dan h2 = 10 cm
S < L -> L = AS/412 ; dan S > L -> = 2S 412A
Panjang minimum lengkung vertical cembung berdasarkan jarak pandangan menyiap :
Untuk tinggi pandangan minimum -> h1 = 225 cm; dan h2 = 125 cm
S < L -> L = AS/1000 ; dan S>L -> L = 2S 1000A

F. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALINYEMEN VERTIKAL


1. Design Speed
Ditetapkan menurut apa yang telah dipergunakan dalam perencanaan alinyemen
vertical.
2. Topografi
Topografi akan mempengaruhi besar kecilnya pekerjaan tanah.
Untuk mengurangi volume pekerjaan tanah maka batasan (max, min) geometric
terpaksa diterapkan.
3. Fungsi dan Kelas Jalan
Fungsi dan Kelas jalan berkaitan erat dengan geometric jalan yang bersangkutan.
Alinyemen vertical merupakan bagian dari geometric -> maka fungsi dan kelas jalan
akan mempengaruhi bentuk alinyemen vertical.
4. Kedudukan/Elevasi Lantai Jembatan

Lantai jembatan ditetapkan dengan mempertimbangkan tinggi air banjir ataupun


vertical clearance lainnya.
Lantai jembatan harus berimpit dengan alinyemen vertical dijembatan tersebut, karena
itu elevasi lantai jembatan akan berpengaruh pada alinyemen vertical. Meskipun
demikian lantai jembatan kadang-kadang perlu jauh lebih tinggi daripada tinggi air banjir
dalam rangka mengurangi volume pekerjaan tanah.
5. Tanah Dasar
Kedudukan alinyemen vertical harus dipilih sedemikian rupa sehingga tanah dasar
cukup tinggi elevasinya terhadap elevasi banjir, air tanah dan lain sebagainya

II.

DAFTAR PUSTAKA

riananddrey50.blogspot.com/2014/04/alinyemen-horisontal.htm

http://adnyana4all.blogspot.com/2012_11_01_archive.html

Anda mungkin juga menyukai