Ika Widya A Ks2a 131121015
Ika Widya A Ks2a 131121015
ARTIKEL ILMIAH
ALYNEMEN HORIZONTAL DAN SUPERELEVASI JALAN
Diploma III Program StudiKonstruksiSipil
Di JurusanTeknikSipil
Oleh :
Ika Widya A
131121015
I. ABSTRAK
Perkembangan ekonomi dan pertumbuhan di Indonesia relatif berkembang
cepat,sehingga menimbulkan tingginya mobilitas yang berdampak pada kenaikkan arus
lalu lintas, volume lalu lintas dan sistem jaringan jalan. Salah satu upaya yang dapat
dilakukan yaitu dengan adanya rencana yang mampu mendukung terciptanya suatu
sistem transportasi yang efektif,
efisien, memberikan kelancaran transportasi, serta meningkatkan peran dan fungsi
jalan
kata kunci : perencanaan jalan lingkar, perkerasan rigid, perkerasan lentur
Menurut Shirley L. Hendarsin, 2000 perencanaan geometrik jalan adalah perencanaan
route dari suatu ruas jalan secara lengkap, meliputi beberapa elemen yang disesuaikan dengan
kelengkapan dan data dasar yang ada atau tersedia dari hasil survey lapangan dan telah dianalisis
serta mengacu pada ketentuan yang berlaku. Elemen dalam perencanaan geometrik jalan meliputi:
Alinyemen Horizontal
Alinyemen horizontal dititik beratkan pada bagian tikungan jalan yang memenuhi persyaratan teknik.
Alinyemen Vertikal
Alinyemen vertikal menggambarkan tinggi rendahnya jalan terhadap muka tanah asli dan juga erat
hubungannya dengan pembiayaan dan jumlah kecelakaan lalu lintas.
Potongan melintang jalan.
Penampang melintang jalan menggambarkan bagian-bagian dari jalan seperti lebar dan jumlah lajur,
ada atau tidaknya median, drainase permukaan, kelandaian lereng tebing galian dan timbunan,
serta bangunan pelengkap lainnya.
1.
4.
V (km/jam)
R-min (m)
60
80
100
120
115
210
345
530
125
230
380
580
Pada R besar (tikungan tumpul) perlu kemiringan kecil karena gaya sentrifugal yang
timbul kecil.
Kemiringan (superlevasi) minimum disamakan dengan kemiringan normal/cross fall
(0,02 0,03) Bila dihitung jari-jari tersebut adalah :
V (km/jam)
R-min (m)
60
80
1.000
1.600
100
120
2.300
3.000
V (km/jam)
R-min (m)
60
300
700
80
100
120
1100
1500
2000
Bentuk Circle
L = panjang bagian tikunganv Panjang lengkung peralihan :
Panjang lengkung peralihan dihitung berdasarkan kecepatan kendaraan serta
waktu yang diperlukan untuk menimbulak gaya sentrifugal dari O sampai ke harga : K =
mV/R.Ls (sepanjang lengkung peralihan).
Rumus untuk menghitung panjang lengkung peralihan sebagai berikut :
Ls min = 0,222
dimana :
Ls = panjang lengkung spiral
(m)
V = kecepatan rencana
(km/jam)
R = jari-jari circle (m)
C = perubahan kecepatan (m/det)
dianjurkan C =
0,4m/det
k = superelevasi-
Selanjutnya panjang lengkung peralihan ini dapat diperoleh pada table yang telah
dipersiapkan.
Pencapaian kemiringan melintang :
Yang dimaskud dengan pencapaian kemiringan adalah perubahan kemiringan
melintang jalan (perkerasan) dari kemiringan normal (cross fall) ke kemiringan
maksimum (superelevasi) secara berangsur-angsur.
Pencapaian kemiringan ini dilakukan secara berangsu-angsur selama lintasan
pada lengkung peralihan.
Hal ini dilakukan agar kesan menggeliat dari jala tidak ada.Agar pencapaian
kemiringan bisa berlangsung secara halus (aman & nyaman bagi LL) dan bentuk jalan
yang bagus maka perlu panjang lengkung peralihan yang cukup.
Pelebaran perkerasan pada tikungan.
Pada tikungan kendaraan akan membuat lintasan tidak pada lintasan yang normal
(yang disediakan) karena :
Lintasan roda belakang akan lebih kedalam (off tracking)
Supaya lintasan bisa seragam baik dijalur tangent maupun di lengkung (curve), aka
perlu pelebaran perkerasan (sebelah dalam) pada bagian tikungan.
Besarnya pelebaran tergantung pada dimensi standar kendaraan rencana yang
dipakai, jari-jari tikungan dan kecepatan rencana.
Pencapaian pelebaran sejalan dengan superelevasi
Selanjutnya pelebaran ini dapat dicari dengan grafik yang telah tersedia.
V (km/jam)
40
60
80
100
120
JPH (m)
40
75
150
`65
225
JPM (m)
140
380
520
670
790
e
Jari-jari circle
= Superelevasi
V
= Kecepatan rencana
Ls
= Panjang lengkung Spiral ALINYEMEN
VERTIKAL.
Maksud alinyemen vertikal :
Garis potong yang dibentuk oleh bidang vertikal melalui sumbu jalan (undivided) atau
tepi dalam masing-masing perkerasan dan bidang muka perkerasan jalan : terdiri dari
bagian lurus dan bagian lengkung.2. Sifat bagian lurus :
Pada kelandaian merupaka hambatan bagi lalu lintas
Berguna untuk drainase dan ancang ancang sebelum menuju ketanjahan.
Sifat Bagian Lengkung :
Merupakan hambatan bagi lalu lintas
Berguna untuk memperhalus lintasan, mengatur jarak pandangan.
B. KELANDAIAN
1. Dikatakan bagus bilamana dapat ditempuh pada gear atau gigi tertinggi
2. Ada batasan derajat kelandaian dan panjang kelndain menurut kelas jalan.
3. Panjang kritis kelndain ditetapkan berdasarkan ketentuan Bila terjadi penurunan
kecepatan truck sebesar 25 km/jam sesampainya di puncak
Sebagai kecepatan awal adalah 70% - 90 & dari kecepatan rencana
4. Kelandaian maksimum standar :
Kelas
IIA
IIB
IIC
III
2-4-5
4-5-7
5-7-8
6-8-10
6-812
10
12
480
330
250
200
170
150
135
120
C. LENGKUNG VERTIKAL
1. Lengkung vertikal adalah lengkung yang dipakai untuk mengadakan peralihan
secara berangsur-angsur dari suatu landai ke landai berikutnya.
sorotan lampu. Yang diperhitungkan adalah jarak pandangan henti karena lampu
kendaraan dari arah berlawanan lebih mudah kelihatan.
Jarak ini diukur dari penyinaran lampu yang umumnya mempunyai ketinggian sebesar
0,75 m dan pemancaran berkas sinar keatas sebesar 1 derajat > sampai ketitik bidang
perkerasan jalan.
Jarak pandangan lintasan diatas adalah jarak pandangan sehubungan adanya
halangan yang berupa bangunan yang melintasi diatas jalan (jembatan, talang, dll)
Untuk kendaraan truk besar h1 = 180 cm,yaitu ketinggian mata pengemudi, dan
ketinggian h2 = 45 cm, yaitu untuk lampu belakang kendaraan.
Tinggi lintasan diatas jalan/kebebasan vertical minimum (C = n + m) = 450 cm.
2. Jarak pandangan pada lengkung cembung :
Jarak pandangan henti dengan penghalang puncak lengkung
Jarak pandangan menyiap dengan penghalang puncak lengkung
II.
DAFTAR PUSTAKA
riananddrey50.blogspot.com/2014/04/alinyemen-horisontal.htm
http://adnyana4all.blogspot.com/2012_11_01_archive.html