Penyakit campak sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan pada
banyak negara, baik di negara yang sudah maju maupun di negara berkembang,
termasuk Indonesia. Penyakit campak merupakan penyebab kematian pada anakanak di seluruh dunia yang meningkat sepanjang tahun. 1
Telah dilaporkan terjadinya wabah penyakit campak di berbagai negara. Di
Amerika Serikat, sejak 1987-1990 telah dilaporkan adanya letupan wabah
sebanyak 815 kali, dengan jumlah penderita bervariasi antara 12 kasus sampai
10.670 kasus. Di Belanda pada tahun 1999-2000 juga telah terjadi epidemi dengan
ditemukannya 3292 kasus, 94% diantaranya belum mendapatkan imunisasi. Tiga
pasien meninggal dunia dan 16% dengan komplikasi. Selama tahun 2000 sampai
2010, jumlah kasus campak di dunia mengalami penurunan 73%, dari 853.480
menjadi 226.722, dan insidensi campak menurun sebanyak 77%, dari 146 menjadi
33 kasus perjuta penduduk per tahunnya. Penurunan kasus campak tahun 2012 di
seluruh negara dan diikuti peningkatan kasus dalam 3 tahun. Selama tahun 2000
sampai 2010 di Amerika insidensi kasus campak yaitu kurang dari 5 kasus perjuta
penduduk, ini merupakan sejarah kasus terendah. Selama tahun 2012 wabah
terbesar dilaporkan Republik Rakyat Cina 72.029 kasus, Ukraina 12.746 kasus,
Sudan 8.523 kasus, Pakistan 8046 kasus, India 18.668, di Indonesia 15.489 kasus.
Indonesia merupakan jumlah kasus ke tiga terbesar setelah RRC dan India.
Sedangkan di Provinsi Aceh menurut Dinas Kesehatan Provinsi Aceh 2009 angka
kejadian campak pada tahun 2008 adalah 845 kasus.1,2
Komplikasi utama campak adalah otitis media, pneumonia dan ensefalitis.
Ensefalitis merupakan komplikasi tersering dari komplikasi yang diakibatkan oleh
campak yaitu 1-2 per 1000 kasus. Pada tahun 2012 dilaporkan 122.000 kematian di
dunia diakibatkan oleh campak, ini berarti ada 330 kematian setiap harinya dan 14
kematian setiap jamnya.2,3
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Rubeola atau campak adalah penyakit infeksi virus akut yang ditandai
dengan demam tinggi, batuk dan lesi makulopapular.5 Campak adalah penyakit
infeksi virus yang memiliki potensi kematian. 6 Campak adalah suatu penyakit
menular akut yang ditandai dengan oleh tiga stadium: (1) stadium inkubasi sekitar
10-12 hari dengan sedikit, jika ada, tanda-tanda atau gejala-gejala; (2) stadium
prodromal dengan bercak koplik pada mukosa bukal dan faring, demam ringan
sampai sedang, konjungtivitis ringan, coryza, dan batuk yang semakin berat; dan
(3) stadium akhir dengan ruam makuler yang muncul berturut-turut pada leher dan
muka, tubuh, lengan dan kaki dan disertai oleh demam tinggi.3
2.2 Etiologi
Measles Virus (MV) atau virus campak merupakan agen penyebab dengan
proses replikasi terjadi di organ limfoid dan menyebabkan kerusakan pada sistem
imun penderita. Campak menyebabkan kematian pada anak berusia di bawah 5
tahun. Penyakit ini ditularkan melalui droplet dan/atau pada lingkungan yang
terinfeksi. MV merupakan virus berkapsul yang mengandung genome negativestrand RNA dan diklasifikasi dalam genus Morbilivirus dari keluarga
Paramyxoviridae seperti pada Gambar 2.1. Virus ini memiliki 2 tipe reseptor
glikoprotein, protein hemagglutinin (H) dan fusion (F). Protein H mampu berikatan
dengan reseptor dari sel target, sedangkan protein F memudahkan virus untuk
memasuki membrane plasma sel pejamu.5
Gambar 2.1 Skema Partikel Measles Virus dan reseptor protein H dan protein F.5
2.3 Epidemiologi
Penyakit campak bersifat endemi di seluruh dunia. Dahulu, terjadinya
epidemi cenderung tidak beraturan. Biasanya epidemi terjadi pada permulaan
musim hujan, mungkin disebabkan karena meningkanya kelangsungan hidup virus
pada keadaan kelembaban yang relatif rendah. Epidemi terjadi dengan interval tiap
2-4 tahun sekali, yaitu setelah adanya kelompok baru yang rentan terpajan dengan
virus campak. Penyakit campak jarang bersifat subklinis. Penyakit campak
ditularkan secara langsung dari droplet infeksi dan jarang penularan lewat udara
(airborne spread).1
World Health Organization (WHO) dengan programnya The Expanded
Programme on Immunization telah mencanangkan target global untuk mereduksi
insidens campak sampai 90,5% dan mortalitas sampai 95,5% daripada tingkat preEPI pada tahun 1995. Beberapa negara hampir berhasil mendekati fase eliminasi.
Beberapa macam jadwal imunisasi dan strategi digunakan, tetapi ada beberapa
negara yang tidak berhasil. Kegagalan ini biasanya disebabkan oleh kegagalan
dalam mengimplementasikan rencana strategi secara adekuat. Prioritas utama
Histocompatibility Complex (MHC)-I pada sel yang terinfeksi. Sel Natural Killer
(NK) mempunyai peran yang penting juga pada mekanisme pertahanan tubuh. 1
Fungsi imunitas seluler sangat penting pada penyembuhan penyakit campak. Hal
ini dapat dilihat dari respons imun oleh limfosit T. Didapatkan bukti yang berlebih
bahwa sel T CD8+ diaktifkan selama infeksi.1 MHC-I yang diaktifkan akan memicu
sel NK dan sel T CD8+ untuk membunuh sel terinfeksi virus. Sel NK yang
mengandung preforin atau sitolisin, sejenis C9 yang dapat membuat lubang-lubang
kecil (perforasi) pada membran sel sasaran. Sel NK juga mengandung dan melepas
granul-granul berisikan Tumor Necrosis Factor (TNF)- dan protease serin yang
disebut granzim, contohnya fragmentin yang merupakan protein sitotoksik.9 Sel T
CD8+ berfungsi menghancurkan sel terinfeksi secara antigen spesifik yang MHC-I
dependen. Tc dapat membunuh sel secara direk dan melalui induksi apoptosis.10
Respon imun spesifik, antibodi pertama kali dapat dideteksi pada waktu
timbulnya ruam. Antibody yang pertama kali timbul adalah IgM yang kemudian diswitch menjadi IgG. Peran antibodi dapat melindungi infeksi virus campak,
mempercepat penyembuhan dari infeksi, dan mempunyai peranan yang penting
dalam menimbulkan infeksi persisten.1
2.5 Manifestasi Klinik
Gejala klinik pada campak dibagi menjadi 4 stadium, yaitu stadium inkubasi,
stadium prodromal, stadium erupsi, dan stadium konvalesen. Stadium inkubasi
berlangsung antara 10-14 hari dimulai sejak terjadinya paparan sampai timbulnya
gejala-gejala klinis pertama, dan jarang sekali timbulnya stadium inkubasi ini
hanya 6-10 hari. Pada masa ini apabila timbul gejala hanya sedikit sekali.
Kemudian masuk ke dalam stadium prodromal yang berlangsung selama 3-5 hari.
Dimulai dengan timbulnya gejala-gejala klinis panas, malaise, anoreksia. Dua
puluh empat jam kemudian timbul gejala coryza, conjunctivitis, dan batuk. Gejala
ini secara bertahap meningkat menjadi lebih berat dan mencapai puncak dengan
timbulnya ruam pada hari keempat. Kurang lebih dua hari sebelum timbulnya
ruam, timbul Kopliks spot pada mukosa pipi yang berhadapan dengan molar.
Kopliks spot merupakan suatu bintik kecil, berdiameter 1-3 mm, berwarna merah
terang dengan bintik putih kebiruan di tengahnya dan merupakan tanda
patognomonis dari penyakit campak. Dalam waktu tiga hari, lesi ini meningkat
jumlahnya dan menyebar keseluruh membrane mukosa. Kopliks spot ini akan
menghilang pada hari kedua timbulnya ruam.1
Ruam timbul pertama kali pada hari ketiga sampai keempat dari timbulnya
panas. Ruam dimulai sebagai erupsi makulopapular eritematosa, dan mulai timbul
pada bagian samping atas leher, daerah belakang telinga, perbatasan rambut di
kepala dan meluas ke dahi. Kemudian menyebar ke bawah ke seluruh muka dan
leher dalam waktu 24 jam. Seterusnya menyebar ke ekstremitas atas, dada, daerah
perut dan punggung. Kemudian terus ke bawah dan mencapai kaki pada hari
ketiga. Bagian yang pertama kena mengandung lebih banyak lesi daripada yang
kemudian terkena. Akibatnya lesi yang di atas pada muka dan leher cenderung
bergabung, dan yang di bawah cenderung terpisah-pisah. Ruam berubah menjadi
berwarna agak gelap pada hari ketiga dari timbulnya. Jadi walaupun daerah muka
dan dada bagian atas mulai berubah warna pada hari keempat, erupsi masih tampak
jelas di bagian ekstremitas bawah.Lesi eritematosa awal akan memucat bila
ditekan. Setelah tiga atau empat hari lesi tersebut berubah menjadi berwarna
kecoklatan. Hal ini kemungkinan sebagai akibat dari perdarahan kapiler, dan tidak
memucat dengan penekanan. Dengan menghilangnya ruam, timbul perubahan
warna dari ruam, yaitu menjadi berwarna kehitaman atau lebih gelap. Dan
kemudian disusul dengan timbulnya deskuamasi berupa sisik berwarna keputihan.1
Permulaan timbulnya ruam selalu terjadi pertama kali di daerah muka dan
kemudian meyebar ke dada, ekstremitas atas dan kemudian ekstremitas bawah,
mendorong perkiraan bahwa daerah dimana virus pertama kali masuk dan
kemudian berkembang adalah yang pertama tersensitisasi.1
Gambar 2.3 Ruam timbul mulai dari belakang telinga, dahi, wajah dan menyebar
perlahan lahan ke leher, pundak, seluruh tubuh sampai ke ektremitas atas dan bawah 4
Gambar 2.4 Makula Eritematous dan papula mula-mula muncul pada wajah dan
menyebar ke badan, tangan dan kaki dalam waktu 24 jam4
b. Exanthema eruption
Exanthema adalah bentuk yang paling sering dari erupsi obat. Karakteristik
berupa eritema, sering dengan timbulnya papula di seluruh tubuh. Cenderung
terjadi minggu pertama penggunaan obat dan juga biasa terjadi terlambat, atau
lebih dari 10 hari setelah pengobatan di hentikan. Lesi cenderung pertama muncul
pada proksimal, khususnya pada selangkangan dan ketiak, menyebar dalam waktu
1 atau 2 hari. Wajah mungkin tidak di temukan. Gatal-gatal menonjol,
membedakan dari erupsi obat yang di sebabkan oleh virus. Antibiotik khususnya
semisynthetic penicillin dan trimethorpin-sulfamethoxazole adalah yang paling
sering mengakibatkan reaksi.11
10
Gambar 2.6 Papula eritematous pada pasien sub akut dermatitis atopik12
11
12
2.9 Komplikasi
Komplikasi utama campak adalah otitis media, pneumonia dan ensefalitis. Noma
pipi dapat terjadi pada keadaan yang jarang.3
a. Pneumonia
Pneumonia campak pada penderita dengan infeksi HIV sering mematikan
dan tidak selalu disertai oleh ruam. Namun bronkopneumonia lebih sering
karena invasi bakteri sekunder, terutama pneumokokus, streptokokus,
stafilokokus, dan Haemophilus influenza.3
b. Eksaserbasi Tuberkulosis
Pada pasien-pasien yang memiliki riwayat tuberkulosis sebelumnya jika
mengalami
campak
dapat
memiliki
risiko
terjadinya
eksaserbasi
tuberkulosis.3
c. Miokarditis
Miokarditis merupakan komplikasi serius yang jarang ditandai dengan
perubahan elektrokardiografi.3
d. Komplikasi Neurologis
Komplikasi neurologis ini lebih sering terjadi pada campak daripada
eksantem lain. Insiden ensefalomielitis diperkirakan 1-2/1000 kasus
campak yang dilaporkan. Ensefalitis yang mematikan terjadi pada anak
yang sedang mendapat pengobatan imunosupresif untuk keganasan.3
3.0 Tatalaksana
Untuk
penderita
campak
tanpa
komplikasi
diberikan
pengobatan
13
LAPORAN KASUS
3.1 Identitas Pasien
Nama
: Ratna Dewi
Alamat
: Simpang Surabaya
Umur
: 35 tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Pekerjaan
No. RM
: 0-66-63-97
Tanggal pemeriksaan
: 29 September 2014
3.2 Anamnesis
3.2.1 Keluhan Utama:
Bercak-bercak merah pada belakang telinga, punggung, tangan, dan kaki.
3.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang ke poliklinik dengan keluhan timbul bercak-bercak
kemerahan dan terasa gatal pada belakang telinga, punggung, tangan, dan kaki
yang dirasakan sejak tadi pagi. Awalnya pasien mengalami demam selama 5 hari
kemudian timbul bercak kemerahan dan gatal pada tangan. Selain itu pasien juga
lemas dan rasa tidak nafsu makan.
3.2.3 Riwayat Penyakit Dahulu:
Sebelumnya pasien tidak pernah mengalami keluhan tersebut, dan tidak ada
penyakit sistemik lainnya.
3.2.4 Riwayat Penyakit Keluarga:
Tidak ada keluarga yang memiliki keluhan seperti pasien.
3.2.5 Riwayat Pemakaian Obat:
Cetirizine dan paracetamol.
3.2.6 Riwayat Kebiasaan Sosial:
Pasien tidak memiliki riwayat kontak dengan pasien campak sebelumnya.
14
15
Sistemik
3.9 Edukasi
3.10 Prognosis
Quo ad vitam
: Dubia ad bonam
Quo ad functionam
: Dubia ad bonam
Quo ad sanactionam
: Dubia ad bonam
16
DISKUSI
Rubeola atau campak adalah penyakit infeksi virus akut yang ditandai
dengan demam tinggi, batuk dan lesi makulopapular.5 Measles Virus (MV)
merupakan agen penyebab campak yang proses replikasi terjadi di organ limfoid
dan menyebabkan kerusakan pada sistem imun penderita. Campak menyebabkan
kematian pada anak berusia di bawah 5 tahun. Penyakit ini ditularkan melalui
aerosol respirasi dan pada lingkungan yang terinfeksi.5
Gejala klinik pada campak dibagi menjadi 4 stadium, yaitu stadium inkubasi,
stadium prodromal, stadium erupsi, dan stadium konvalesen. Dimulai dengan
timbulnya gejala-gejala klinis panas, malaise, anoreksia. Dua puluh empat jam
kemudian timbul gejala coryza, conjunctivitis, dan batuk. Gejala ini secara
bertahap meningkat menjadi lebih berat dan mencapai puncak dengan timbulnya
ruam pada hari keempat.1 Pada kasus ini pasien datang ke poliklinik dengan
keluhan gatal-gatal pada telinga, punggung, tangan, dan kaki yang dirasakan sejak
tadi pagi. Awalnya pasien mengalami demam selama 5 hari kemudian timbul
bercak kemerahan dan gatal pada tangan.
Ruam dimulai sebagai erupsi makulopapular eritematosa, dan mulai timbul
pada bagian samping atas leher, daerah belakang telinga, perbatasan rambut di
kepala dan meluas ke dahi. Kemudian menyebar ke bawah ke seluruh muka dan
leher dalam waktu 24 jam. Seterusnya menyebar ke ekstremitas atas, dada, daerah
perut dan punggung. Kemudian terus ke bawah dan mencapai kaki pada hari
ketiga. Bagian yang pertama kena mengandung lebih banyak lesi daripada yang
kemudian terkena. Akibatnya lesi yang di atas pada muka dan leher cenderung
bergabung, dan yang di bawah cenderung terpisah-pisah. Ruam berubah menjadi
berwarna agak gelap pada hari ketiga dari timbulnya. 1 Pada kasus ini didapatkan
pada regio auricular, thoracalis, manus dan pedis tampak makulopapular eritema
pada regio manus berbatas tegas tepi irregular, ukuran milier jumlah multiple
tersebar generalisata.
Pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan serologis dengan pemeriksaan
IgM campak dan kenaikan titer yang signifikan dari IgG campak pada fase akut
(diambil dalam waktu 4 hari timbulnya ruam) dan masa konvalesen (diambil antara
17
2-4 minggu kemudian). Antibodi biasanya timbul dalam waktu satu sampai tiga ari
setelah timbulnya ruam. Kadar puncak dicapai dalam waktu dua sampai empat
minggu kemudian. Selain itu juga dapat dilakukan pemeriksaan isolasi virus, yang
dapat diisolasi dari darah, sekresi nasofaring dan urin selama periode demam. 1
Pada kasus ini pasien tidak dilakukan pemeriksaan penunjang, diagnosis hanya
ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Keterangan lebih jelas
tercantum pada Lampiran 1.
18
DAFTAR PUSTAKA
1. Soegijanto S. Biomolekuler Campak. Biologi Molekuler Penyakit Infeksi.
2008. P. 11-27.
2. Word Health Organization. Weekly Epidemiological Record. 17 February
2014, 89th Year.P.50
3. Maldonado Y. 2000. Campak. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Edisi 15 Volume
2. Jakarta: EGC
4. Wolff K dan Johnson RA. Exanthematous Viral Disease. Fitzpatricks
Dermatology In General Medicine. Edisi VII. 2008. P. 1851-4.
5. Takeda M. Measles Virus breaks through epithelial cell barriers to achieve
transmission. J. Clin. Invest. 118 (7). 2008. P. 2386-9.
6. James WD, Berger TG, dan Elston DM. Measles. Andrews Diseases of The
Skin Clinical Dermatology. Edisi ke XI. 2011.P.391-2. Saunders Elsevier.
7. Yu X dan Ghildyal R. 2012. Measles virus infection: mechanism of immune
supression. Immunosupression Role in Health and Disease. P. 225-54.
8. Wolff K dan Johnson RA. Infectious Exanthems. Fitzpatricks Color Atlas &
Synopsis of Clinical Dermatology. Edisi VI. 2009. P. 800-2.
9. Baratawidjaja KG dan Rengganis I. 2009. Sel-sel Sistem Imun Nonspesifik.
Imunologi Dasar. Edisi ke 8. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
10. Baratawidjaja KG dan Rengganis I. 2009. Sel-sel Sistem Imun Spesifik.
Imunologi Dasar. Edisi ke 8. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
11. James WD, Berger TG, dan Elston DM. Contact Dermatitis and Drug
Eruptions. Andrews Diseases of The Skin Clinical Dermatology. Edisi ke XI.
2011.P.110 Saunders Elsevier.
12. Wolff K dan Johnson RA. Atopic Dermatitis. Fitzpatricks Dermatology In
General Medicine. Edisi VII. 2008. P. 146-4.
19
Lampiran 1
No. Permasalahan
1.
Anamnesis
Pasien
Literatur
Pembahasan
Pasien datang Gejala klinik pada Pasien
dengan keluhan campak dibagi menjadi mengalami
bercak-bercak
merah
stadium,
pada stadium
belakang
stadium
telinga,
stadium
punggung,
stadium
dan stadium
prodromal belakang
tangan,
berlangsung telinga,
3-5
hari. punggung,
dengan tangan, hingga
kemudian
timbul
dan timbulnya
meningkat akan
hari
berhadapan kemerahan
dengan molar.
dari belakang
telinga atau
daerah sekitar
20
wajah yang
menyebar
2.
hingga kaki.
timbulnya Dari hasil
Pemeriksaan
Pada
regio Permulaan
Fisik
auricular,
ruam
thoracalis,
selalu
manus
dan muka
dan
pedis
tampak meyebar
makulo-papular ekstremitas
eritema
regio
terjadi pemeriksaan
pada kemudian
manus bawah,
dada, makulopapular
atas
ekstremitas belakang
mendorong telinga
ukuran
milier kali
masuk
generalisata.
tersensitisasi.
bahwa lesi
pada campak
khasnya
timbul pada
daerah telinga
dan wajah dan
menyebar ke
seluruh badan.
3.
Pemeriksaan
Tidak
Ada
Penunjang
dilakukan
pemeriksaan Seharusnya
menegakkan ketiga
diagnosis
campak, pemeriksaan
yaitu:
tersebut untuk
1. Pemeriksaan
serologis
2. Isolasi virus
21
memperkuat
dalam
penegakkan
3. Pemeriksaan
4.
Tatalaksana
diagnosis .
Cetirizin 5 mg
Darah Rutin
Terapi yang diberikan
Sesuai dengan
tab 2x1
berupa simtomatik.
teori
bahwasannya
terapi pada
pasien ini
hanya di
berikan obat
yang bersifat
simtomatik
22