PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Genetika populasi adalah cabang dari ilmu genetika yang mempelajari
gen-gen dalam populasi, yang menguraikan secara matematik akibat menurunnya
gen-gen tertentu pada tingkat populasi. Pada populasi alami, keseimbangan
frekuensi gen dipengaruhi oleh migrasi (imigrasi dan emigrasi), mutasi, seleksi
alam, dan genetic drift.
Pada tahun 1908 G.H. Hardy dan W. Weinberg secara terpisah
menemukan dasar-dasar yang ada hubungannya dengan frekuensi gen dalam
populasi. Dasar-dasar tersebut kemudian dikenal sebagai hukum keseimbangan
Hardy-Weinberg. Hukum tersebut menyatakan bahwa dalam populasi yang
seimbang, maka frekuensi gen dan genotip akan tetap dari satu generasi ke
generasi berikutnya. Asumsi yang digunakan dalam menentukan hokum tersebut
adalah apabila terjadi dalam populasi yang besar, terjadi perkawinan acak, tanpa
mutasi atau migrasi atau seleksi alam, frekuensi gen dan genotip tetap, dan
frekuensi alel jantan sama dengan frekuensi alel betina.
BAB II
LANDASAN TEORI
f(Aa) = 2.f(AA).f(aa)
f(aa) = [f(aa)]
f (a)
Aplikasi hukum Hardy Weinberg dala genetika ikan dapat diuraikan seperti di
bawah ini:
populasi
yang
akan
diubah
dari
waktu
ke
waktu.
dikemukaan
oleh
Charles
Darwin
150
tahun
lalu.
Pada tanaman keras atau hewan-hewan dengan daur hidup panjang seperti
gajah, misalnya, suatu persilangan baru akan memberikan hasil yang dapat
dianalisis setelah kurun waktu yang sangat lama. Demikian pula, untuk
mempelajari pola pewarisan sifat tertentu pada manusia jelas tidak mungkin
dilakukan percobaan persilangan. Pola pewarisan sifat pada organisme-organisme
semacam itu harus dianalisis menggunakan data hasil pengamatan langsung pada
populasi yang ada. Seluk-beluk pewarisan sifat pada tingkat populasi dipelajari
pada cabang genetika yang sering disebut dengan istilah yaitu genetika populasi.
Genetika populasi mempunyai cakupan yang sangat luas karena
melibatkan populasi suatu biotik dan abiotik. Dalam pembahasan masalah
genetika populasi ekosistem menjadi tinjaun penting yang akan menghubungkan
terjadinya perubahan suatu populasi akibat adanya adaptasi bahkan suatu mutasi
dalam kerangka konsep evolusi.
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum genetika populasi ini dilaksanakan sebanyak 2 kali, yaitu pada :
Hari
:Jumat
Tanggal
Pukul
Tempat
Universitas Padjadjaran
3.2 Alat dan Bahan
3.3.2 Percobaan I
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum 1 genetika populasi ini
adalah :
1) Kancing kecil sebanyak 64 buah yang terdiri dari warna hitam 32
buah, dan warna merah sebanyak 32 buah.
2) Kancing kecil sebanyak 64 buah yang terdiri dari warna hitam 32
buah, dan warna merah sebanyak 32 buah.
3) Alat tulis untuk mencatat hasil praktikum
4) Kotak Punnet, Terdapat Dalam data hasil pengamatan.
5) Kalkulator, Digunakan Untuk menghitung.
10
3.3.2 Percobaan I
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum 2 genetika populasi ini
adalah :
1) Kancing kecil sebanyak 64 buah yang terdiri dari warna hitam 48
buah, dan warna merah sebanyak 16 buah.
2) Kancing kecil sebanyak 64 buah yang terdiri dari warna hitam 48
buah, dan warna merah sebanyak 16 buah.
3) Alat tulis untuk mencatat hasil praktikum
4) Kotak Punnet, Terdapat Dalam data hasil pengamatan.
5) Kalkulator, Digunakan Untuk menghitung.
3.3 Prosedur Kerja
3.1 Prosedur Praktikum
3.3.1
Percobaan I
1. Gunakan frekuensi gen p(A)=0.5 dan q(a)=0.5
2. Praktikan menghitung kancing sebanyak 64 buah terbagi atas
32 kancing hitam dan 32 kancing merah pada setiap toples
3. Praktikan mengocok toples yang telah berisi kancing agar
tercampur
4. Praktikan mengambil satu per satu kancing dari setiap toples
secara acak
5. Praktikan mencatat hasil kancing yg terambil dan lalu
mencatatnya pada tabel punet
6. Praktikan mengulangi langkah 3-5 sebanyak 64 kali hingga
tabel punet terisi penuh
7. Praktikan menghitung jumlah alel dominan homozigot, resesif
homozigot dan heterozigot menggunakan rumus kesetimbangan
11
3.3.2
Percobaan II
1. Gunakan frekuensi gen p(A)=0.75 dan q(a)=0.25
2. Praktikan menghitung kancing sebanyak 64 buah terbagi atas
48 kancing hitam dan 16 kancing merah pada setiap toples
3. Praktikan mengocok toples yang telah berisi kancing agar
tercampur
4. Praktikan mengambil satu per satu kancing dari setiap toples
secara acak
5. Praktikan mencatat hasil kancing yg terambil dan lalu
mencatatnya pada tabel punet
6. Praktikan mengulangi langkah 3-5 sebanyak 64 kali hingga
tabel punet terisi penuh
7. Praktikan menghitung jumlah alel dominan homozigot, resesif
homozigot dan heterozigot menggunakan rumus kesetimbangan
12
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Warna hitam = A
Warna pink = a
Warna hitam = A
Warna pink = a
Kotak punnet :
Aa
aa
aa
Aa
AA
aa
Aa
aa
aa
Aa
aa
aa
AA
AA
Aa
aa
Aa
Aa
Aa
aa
Aa
Aa
Aa
Aa
AA
aa
aa
Aa
Aa
Aa
aa
AA
AA
Aa
Aa
aa
Aa
Aa
AA
aa
Aa
Aa
Aa
AA
Aa
Aa
Aa
Aa
aa
AA
Aa
aa
AA
Aa
Aa
aa
Aa
AA
aa
AA
Aa
AA
aa
Aa
AA = 13
Aa = 32
aa = 19 +
= 64
13
4.1.2 Percobaan II
p(A) = 0,75 dan q(a) = 0,25
Jantan : kancing kecil
Warna hitam = A
Warna pink = a
Warna hitam = A
Warna pink = a
Kotak punnet :
Aa
Aa
Aa
Aa
AA
AA
AA
AA
Aa
AA
Aa
Aa
AA
Aa
AA
Aa
Aa
Aa
Aa
AA
Aa
Aa
AA
AA
aa
Aa
Aa
AA
Aa
Aa
Aa
AA
Aa
AA
AA
Aa
Aa
Aa
AA
Aa
Aa
Aa
Aa
Aa
AA
AA
Aa
AA
AA
Aa
AA
AA
Aa
Aa
Aa
Aa
AA
Aa
aa
Aa
Aa
Aa
AA
AA
AA = 24
Aa = 38
aa = 2 +
= 64
) (
) (
14
=
=
= 0,547
= 0,453
Frekuensi Gen
f (AA) = f (A)2 = (0,453)2
= 0,205
f (Aa) = 2 x f (A) + f (a) = 2 x 0,453 + 0,547
= 0,496
f (aa) = f (a)2 = (0,547)2
= 0,299
f (AA) + f (Aa) + f (aa) = 0,205 + 0,496 + 0,299 = 1,0
4.2.2 Percobaan II
Frekuensi Alel:
f (A) =
f (a) =
) (
) (
Frekuensi Gen
f (AA) = f (A)2 = (0,672)2
= 0,452
f (Aa) = 2 x f (A) + f (a) = 2 x 0,672 + 0,328
= 0,44
f (aa) = f (a)2 = (0,328)2
= 0,108
f (AA) + f (Aa) + f (aa) = 0,452 + 0,44 + 0,108 = 1,0
15
= 0,328
= 0,672
4.3 Pembahasan
4.3.1 Percobaan I
Pada praktikum genetika populasi I dilakukan pengujian mengenai
genetika populasi dan pewarisan sifat, pada pengujian kali ini dilakukan pengujian
dengan pengambilan secara acak pada dua toples yang telah berisikan kancing.
Pada toples 1, kancing yang disediakan terdiri dari kancing kecil yang berjumlah
64 buah dan terdiri dari 32 buah kancing kecil yang berwarna hitam yang
dilambangkan dengan A, dan kancing kecil merah yang dilambangkan dengan
hurup a dengan jumlah 32 buah. Kancing kecil merah dan kancing kecil hitam
disatukan dan disimpan dalam satu toples yang sama yaitu toples 1, kancing kecil
ini menunjukan jenis kelamin jantan, dengan warna hitam sebagai allel dominan,
dan kancing merah sebagai allel resesif. . Pada toples 2, kancing yang disediakan
terdiri dari kancing besar yang berjumlah 64 buah dan terdiri dari 32 buah kancing
besar yang berwarna hitam yang dilambangkan dengan A, dan kancing besar
merah yang dilambangkan dengan hurup a dengan jumlah 32 buah. Kancing besar
merah dan kancing besar hitam disatukan dan disimpan dalam satu toples yang
sama yaitu toples 2, kancing besar ini menunjukan jenis kelamin betina, dengan
warna hitam sebagai allel dominan, dan kancing merah sebagai allel resesif.
Pada praktikum kali ini dilakukan kegiatan praktikum populasi genetika
dengan perbandingan p(a) adalah 0,5 dan q(a) adalah 0,5. Praktikum kali ini
dilakukan perlakuan dengan pengambilan secara acak kancing dari kedua toples,
perlakuan pengambilan secara acak ini dilakukan sebanyak 64 kali, sehingga
didapatkan jumlah allel dominan heterozigot sebanyak 13 buah,
allel
16
4.3.2 Percobaan II
Pada praktikum genetika populasi II dilakukan pengujian mengenai
genetika populasi dan pewarisan sifat, pada pengujian kali ini dilakukan pengujian
dengan pengambilan secara acak pada dua toples yang telah berisikan kancing.
Pada toples 1, kancing yang disediakan terdiri dari kancing kecil yang berjumlah
64 buah dan terdiri dari 48 buah kancing kecil yang berwarna hitam yang
dilambangkan dengan A, dan kancing kecil merah yang dilambangkan dengan
hurup a dengan jumlah 16 buah. Kancing kecil merah dan kancing kecil hitam
disatukan dan disimpan dalam satu toples yang sama yaitu toples 1, kancing kecil
ini menunjukan jenis kelamin jantan, dengan warna hitam sebagai allel dominan,
dan kancing merah sebagai allel resesif. . Pada toples 2, kancing yang disediakan
terdiri dari kancing besar yang berjumlah 64 buah dan terdiri dari 48 buah kancing
besar yang berwarna hitam yang dilambangkan dengan A, dan kancing besar
merah yang dilambangkan dengan hurup a dengan jumlah 16 buah. Kancing besar
merah dan kancing besar hitam disatukan dan disimpan dalam satu toples yang
sama yaitu toples 2, kancing besar ini menunjukan jenis kelamin betina, dengan
warna hitam sebagai allel dominan, dan kancing merah sebagai allel resesif.
Pada praktikum kali ini dilakukan kegiatan praktikum II populasi genetika
dengan perbandingan p(a) adalah 0,75 dan q(a) adalah 0,25. Praktikum kali ini
dilakukan perlakuan dengan pengambilan secara acak kancing dari kedua toples,
perlakuan pengambilan secara acak ini dilakukan sebanyak 64 kali, sehingga
didapatkan jumlah allel dominan heterozigot sebanyak 24 buah,
heterozigotik sebanyak 38 buah dan allel resesif heterozigot sebanyak 2 buah.
17
allel
18
19
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Jadi kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum populasi genetika ini
adalah bahwa, berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan mengenai
Genetika Populasi ternyata dapat diketahui dengan menggunakan simulasi
pengambilan secara acak pada kancing dan dapat dibuktikan. Hal ini dapat
diketahui dari adanya Gene Pool yang dimiliki oleh suatu organisme. Dimana
dalam Gene Pool tersebut terdapat alel berlainan yang mengatur variasi karakter
pada gen. Gen tersebut satu dari induk jantan dan satu dari induk betina.
Hasil yang didapatkan dari penjumlahan masing-masing frekuensi gen,
ternyata keduanya menghasilkan nilai 1,0. Hal ini sesuai dengan asas hardyweinberg yang menyatakan bahwa frekuensi gen pada setiap populasi akan
bernilai konstan, yakni berada dalam suatu kesetimbangan dari suatu generasi ke
generasi lain kecuali pengaru-pengaruh tertentu yang dapat menghambat
kesetimabangan itu sendiri. Misalkan pada proses pengambilan secara acak pada
toples. Terbukti bahwa asas hokum hardy-weiberg menyatakan bahwa jumlah
ferkuensi allel adalah seimbang atau sebanding.
5.2 Saran
Saat didapatkan hasil baik hasi dari frekuensi allel yang berupa f(A) dan
f(a), ataupun hasil perhitungan frekuensi gen baik itu f(AA), f(Aa), Dan f(aa),
harus dilakukan ketelitian dalam proses pembulatan, karena jika proses
pembulatannya salah maka hasil yang didapatkan tidak akan menjadi 1,0 .
20
DAFTAR PUSTAKA
21