Anda di halaman 1dari 2

KASUS 2

Seorang pria gemuk 57 tahun (BMI : 32 kg/m2), hipertensi selama sepuluh tahun, dengan riwayat
keluarga positif mengidap diabetes mellitus tipe 2 dari ayahnya, menyajikan dengan sejarah beberapa
bulan dari poliuria, polidipsia, polyphagia dan fatiguability mudah. Sebuah pengukuran gula darah acak
menunjukkan tingkat 350 mg/dl (19.4 mmol/L) dan HbA1c 10,2 %.
Nonfarmakologis
Strategi terapi nonfarmakologis untuk diabetes melitus tipe 2 adalah dengan diet, gerak badan, dan
mengubah pola hidup (misalnya dengan berhenti merokok, bagi penderita yang merokok). Diet
dilakukan terlebih pada pasien yang kelebihan berat badan. Makanan juga dipilih secara bijaksana,
terutama pembatasan lemak total dan lemak jenuh untuk mencapai normalitas kadar glukosa darah,
dan juga hindari makan makanan yang banyak mengandung gula berlebih. Gerak badan secara teratur
dapat dilakukan, yaitu seperti jalan kaki, bersepeda, atau olahraga. Berhenti untuk tidak merokok,
karena nikotin dapat mempengaruhi secara buruk penyerapan glukosa oleh sel.
Farmakologis
Pada saat ini terdapat 5 macam kelas obat hipoglikemik oral untuk pengobatan DM tipe II, yaitu
sulfonilurea, biguanid, meglitinid, -glukosidase inhibitor, dan agonis receptor (thiazolidin atau
glitazon). Obat hipoglikemik oral diindikasikan untuk pengobatan pasien DM tipe II yang tidak mampu
diobati dengan melakukan diet dan aktivitas fisik. Biguanid dan thiazolidinedion dikategorikan sebagai
sensitizer insulin, dengan cara menurunkan resistensi insulin. Sulfonilurea dan meglitinid dikategorikan
sebagai insulin secretagogueskarena kemampuannya merangsang pelepasan insulin endogen.
Contoh :
Sulfonilurea : sulfonilurea generasi pertama (acetohexamid, clorproramid, tolbutamid, talazamid) dan
generasi kedua (glimepirid, gilipizie, dan glibenklamid)
Meglitinid : nateglinid, repaglinid
Biguanid : metformin
Thiazolidinedion : pioglitazon dan resiglitazon
Alfa glukosidase inhibitor : acarbose dan miglitol.
Sulfonilurea dan biguanid tersedia paling lama dan secara tradisional merupakan pilihan pengobatan
awal untuk diabetes tipe 2.
OBAT PILIHAN
Antidiabetika Oral Kombinasi Metformin dan Glibenklamid
Kombinasi ini sangat cocok digunakan untuk penderita diabetes melitus tipe 2 pada pasien yang
hiperglikemianya tidak bisa dikontrol dengan single terapi (metformin atau glibenklamid saja), diet, dan
olahraga. Di samping itu, kombinasi ini saling memperkuat kerja masing-masing obat, sehingga regulasi
gula darah dapat terkontrol dengan lebih baik. Kombinasi ini memiliki efek samping yang lebih sedikit,
apabila dibandingkan dengan efek samping apabila menggunakan monoterapi (metformin atau
glibenklamid saja). Metformin dapat menekan potensi glibenklamid dalam menaikkan berat badan pada
pasien diabetes melitus tipe 2, sehingga cocok untuk pasien diabetes melitus tipe 2 yang mengalami
kelebihan berat badan (80% dari semua pasien diabetes melitus tipe 2 adalah terlalu gemuk dengan
kadar gula tinggi sampai 17-22 mmol/l).

Nama Generik :
Metformin Hidroklorida
Indikasi : menekan nafsu makan, tidak meningkatkan berat badan, indikasi lain penggunaannya dalam
kombinasi dengan sulfonilurea adalah untuk pasien diabetes melitus tipe 2 dengan hasil yang tidak
memadai hanya dengan pemberian terapi sulfonilurea.
Dosis : 3 kali sehari 500 mg, atau 2 kali sehari 850 mg, diminum yang diberikan pada waktu makan. Bila
perlu dosis dinaikkan dalam waktu 2 minggu sampai maksimal 3 kali sehari 1g.
Efek Samping : agak sering tejadi dan berupa gangguan lambung-usus, antara lain anorexia (kehilangan
nafsu makan), mual, muntah, keluhan abdominal, diare terutama pada dosis di atas 1,5 g/hari. Efek
tersebut berhubungan dengan dosis dan cenderung terjadi pada awal terapi dan bersifat sementara.
Kontraindikasi : kontraindikasi pada pasien yang menderita penyakit ginjal, alkoholisme, penyakit hati.
Perhatian : Berhubung kekurangan data mengenai keamanannya, maka metformin tidak dianjurkan
selama kehamilan dan laktasi. Sebagai gantinya selalu disuntik dengan insulin.
Glibenklamid
Indikasi : digunakan untuk diabetes melitus tipe 2 dimana kadar gula darah tidak dapat dikontrol hanya
dengan diet saja.
Dosis : dosis awal 2,5 mg per hari atau kurang, rata-rata dosis pemeliharaan adalah 5-10 mg/hari, dapat
diberikan sebagai dosis tunggal. Tidak dianjurkan memberikan dosis pemeliharaan lebih dari 20mg/hari.
Efek samping : hipoglikemia yang dapat terjadi secara terselubung dan adakalanya tanpa gejala yang
khas, agak terjadi gangguan lambung-usus (mual, muntah, diare), sakit kepala, pusing, merasa tidak
enak di mulut, gangguan kulit alergis.
Kontraindikasi : pasien usia lanjut, gangguan hati dan ginjal, wanita hamil dan menyusui.
Peringatan : dapat menimbulkan kenaikkan berat badan atau hipoglikemia.

Anda mungkin juga menyukai