Sistem pengendalian proses merupakan faktor yang sangat menentukan dalam
menjamin tingkat keberhasilan proses. Dengan unit pengendali yang kuat maka proses dapat dijalankan pada kondisi optimalnya dengan cara merejeksi/menolak segala macam gangguan seperti fluktuasi laju aliran umpan, suhu, aliran pendingin, ataupun gangguan lain yang tidak terprediksi. Marlin menyebutkan bahwa pengendalian proses memberikan kontribusi yang penting dalam safety, perlindungan lingkungan (menekan polusi/emisi bahan berbahaya), perlindungan peralatan terutama dari over capacity/over heated, operasi pabrik yang lancar, menjamin kualitas produk, menjaga operasional pabrik pada keuntungan maksimumnya, dan berguna dalam monitoring dan diagnose proses (Marlin, 1995). Dalam industrik kita mengenal setidaknya ada dua jenis sistem pengendali yang bekerja secara konvensional yaitu sistem pengendali umpan balik (Feedback Control) dan sistem pengendali umpan depan (Feedforward Control). Sistem pengendali umpan balik akan bekerja berdasarkan tingkat kesalahan yang terjadi pada produk yang dimonitor/dikontrol besarnya. Artinya jika variable yang dikontrol nilainya (di-set) mengalami perubahan (error) maka sistem pengendali ini akan bekerja memanipulasi input pasangannya (mengubah besarnya) sehingga nilai variabel yang dikontrol sebagai output akan sama dengan nilai yang diset (ditetapkan besarnya) Kontroler proporsional memiliki keluaran yang sebanding/proposional dengan besar dari sinyal kesalahan (selisih antara besaran yang diinginkan dengan harga aktual). Secara lebih sederhana dapat dikatakan, bahwa keluaran kontroler proporsional merupakan perkalian antara konstanta proporsional dengan error. Perubahan pada sinyal masukan akan segera menyebabkan sistem secara langsung mengubah keluaran sebesar konstanta pengali.
Berikut ini merupakan ketentuan-ketentuan kontroler proporsional yang perlu
diperhatikan saat diterapkan pada suatu sistem, antara lain: 1.
Jika nilai Kp kecil, kontroler proporsional hanya mampu melakukan koreksi
kesalahan yang kecil, sehingga akan menghasilkan respon sistem yang lambat.
2.
Jika nilai Kp dinaikkan, respon sistem menunjukkan semakin cepat mencapai
keadaan mantap. Namun jika nilai Kp diperbesar sehingga mencapai harga yang berlebihan, akan mengakibatkan sistem bekerja tidak stabil, atau respon sistem akan
berosilasi.
Pengendali Proporsional menghasilkan keluaran sebanding dengan masukan. Faktor
penguatan proporsional (Kp) diuraikan sebagai hambatan Rf didalam rangkaian umpan balik dari terminal keluaran ke terminal masukan pada Op-Amp. Pada percobaan ini, kecepatan aliran air yang berasal dari pompa peristaltik dimonitor secara terus-menerus oleh sebuah flow sensor yang akan mengirimkan signal hasil pembacaannya ke PID controller pada software. PID contoller kemudian mengatur kecepatan pompa sedemikian rupa sehingga kecepatan aliran air menuju nilai yang diinginkan. Prosedur Kerja
Dipastikan SOL1 terbuka dan atur pompa B pada 0%.
Diklik PID pada pompa A dan pilih mode operasi Manual serta atur kecepatan pompa A pada 50%. Berikan pula nilai awal setpoint, P, I, D, dan masing-masing 700 mL/menit, 5% ,0 dan 0. Diklik Apply dan GO untuk memulai data logging. Diperhatikan laju alir F1, dan tunggu sampai menunjukkan angka yang konstan. Disturbance dapat diberikan dengan cara mengatur kecepatan pompa B pada 0,10, 20, 30,40, 50, dan 100%. Dicatat waktu yang dibutuhkan dan laju alir yang dihasilkan. Setelah itu, maka klik STOP untuk mengakhiri data logging.