Anda di halaman 1dari 9

23/11/2014

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Apa Itu Mahkamah Konstitusi ?


Apa Itu Putusan Mahkamah Konstitusi ?
Jenis Perkara Yang Di Bahas
Objek & Subjek Perkara
Bagaimana Kedudukan Perkara
Putusannya Mengenai Apa ?

23/11/2014

1.Mahkamah Konstitusi merupakan salah

satu Lembaga Negara yang melakukan


Kekuasaan Kehakiman yang merdeka
untuk menyelenggarakan pengadilan guna
menegakkan hukum dan keadilan.

2.Kewenangan Mahkamah Konstitusi adalah menguji undang-undang


terhadap UUD NRI Tahun 1945; memutus sengketa kewenangan lembaga
negara yang kewenangannya diberikan oleh UUD NRI Tahun 1945;
memutus pembubaran partai politik; dan memutus perselisihan tentang
hasil pemilihan umum.
3. Selain itu, berdasarkan Pasal 7 ayat (1) sampai dengan (5) dan
Pasal 24C ayat (2) UUD NRI Tahun 1945 yang ditegaskan lagi oleh
Pasal 10 ayat (2) UU RI Nomor 24 Tahun 2003, kewajiban Mahkamah
Konstitusi adalah memberikan keputusan atas pendapat DPR bahwa
Presiden dan/atau Wakil Presiden telah melakukan pelanggaran hukum,
atau perbuatan tercela, atau tidak memenuhi syarat sebagai Presiden
dan/atau Wakil Presiden sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945.

23/11/2014

Putusan MK adalah pernyataan hakim sebagai


pejabat negara yang melaksanakan tugas
kekuasaan kehakiman yang diberi wewenang
untuk itu yang diucapkan dipersidangan dan
bertujuan untuk menyelesaikan suatu perkara.

Tedapat beberapa istilah yang digunakan dalam hal pengujian UU. Yaitu
istilah toetsingsrecht, judicial review, dan constitutional
review. Ketiga istilah ini sering disalahkaprahkan dan
dicampuradukkan penggunaannya satu sama lain. Ketiga istilah
tersebut sesungguhnya berasal dari dua sistem yang berbeda dengan
makna yang berbeda pula. Toetsingsrecht berasal dari Belanda yang
sesungguhnya lebih berdasarkan pada supremasi parlemen sehingga
tidak mengenal konsep judicial review apalagi constitutional review.
Sedangkan konsep judicial review dan constitutional review berasal
dari negara-negara yang menganut prinsip supremasi konstitusi.

23/11/2014

Toetsingsrecht secara harfiah adalah hak uji. Istilah


ini digunakan pada saat membicarakan hak atau
kewenangan untuk menguji peraturan perundangundangan. Hak atau kewenangan tersebut dapat saja
dimiliki oleh hakim, pemerintah, atau legislatif. Hak
atau kewenangan yang dimiliki oleh lembaga tertentu
tersebut juga dapat meliputi keseluruhan jenis
peraturan perundang-undangan dalam hirarki tata
urutan peraturan perundang-undangan, atau tertentu
saja.

Judicial review adalah pengujian peraturan perundang-undangan


tertentu oleh hakim (yudikatif). Hal ini berarti hak atau kewenangan
menguji (toetsingsrecht) dimiliki oleh hakim. Pengujian tersebut
dilakukan atas suatu ketentuan peraturan perundang-undangan terhadap
peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi atau terhadap konstitusi
sebagai hukum tertinggi. Kewenangan judicial review dapat dimiliki oleh
hakim di semua tingkat, atau diberikan secara terpusat kepada
Mahkamah Agung atau Mahkamah Konstitusi. Jika hak atau kewenangan
tersebut ada pada hakim pengadilan biasa, kewenangan tersebut
biasanya terbatas pada mengesampingkan ketentuan peraturan
perundang-undangan, tidak sampai membatalkan atau menyatakan tidak
mempunyai kekuatan hukum mengikat seperti yang dilakukan oleh
Mahkamah Agung atau Mahkamah Konstitusi.

23/11/2014

Constitutional Review merupakan pengujian suatu


ketentuan perundang-undangan terhadap konstitusi.
Parameter pengujian dalam hal ini adalah konstitusi
sebagai hukum tertinggi. Hal ini berbeda dengan
judicial review yang dari lingkup materinya lebih luas
karena menguji suatu peraturan perundangundangan terhadap peraturan perundang-undangan
yang lebih tinggi, jadi tidak terbatas pada konstitusi
sebagai parameter pengujian. Namun dari sisi
lembaga yang dapat melakukan pengujian, istilah
constitutional review dapat dimiliki oleh yudikatif,
eksekutif, atau legislatif.

No Perkara : 115/PUU-XII/2014
Pokok Perkara : Pengujian Undang-undang
Nomor 27 Tahun 2014 Tentang Anggaran
Pendapatan Dan Belanja Negara Tahun
Anggaran 2015 Terhadap Undang-undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945.
Objek Perkara : Pengujian Undang Undang
Terhadap Undang Undang Dasar.

23/11/2014

Pemohon
Nama
: Dokter Salim Alkatiri
Pekerjaan
: Dalam hal ini sebagai Staff
Ahli Bupati/Ketua Umum Koperasi Nelayan
45/Anak Pejuang 45/Tokoh/Masyarakat
Kabupaten Pulau Buru
Warga Negara : Indonesia
Alamat
: Sementara di Jakarta d/a
Klinik Fatahillah Jalan Pedati 10A Kp. Melayu,
Jakarta Timur.

Menimbang bahwa Pemohon di dalam permohonannya


bertanggal 7 Oktober 2014 yang diterima di Kepaniteraan
Mahkamah Konstitusi (selanjutnya disebut Kepaniteraan
Mahkamah) pada tanggal 8 Oktober 2014 berdasarkan Akta
Penerimaan Berkas Permohonan Nomor 256/PAN.MK/2014
dan telah dicatat dalam Buku Registrasi Perkara Konstitusi
dengan Nomor 115/PUU-XII/2014 pada tanggal 22 Oktober
2014, menguraikan hal-hal sebagai berikut:
DASAR PERMOHONAN
KEWENANGAN MAHKAMAH KONSTITUSI
1.Pasal 24C ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia 1945 menyatakan bahwa, Mahkamah Konstitusi
berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang
putusannya bersifat final untuk menguji Undang-undang
terhadap
Undang-undang
Dasar
memutus
Sengketa
Kewenangan Lembaga Negara yang kewenangannya diberikan
oleh Undang-undang Dasar, memutus pembubaran partai
politik, dan memutus perselisihan tentang hasil pemilihan
umum.

23/11/2014

2. Pasal 10 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003


tentang Mahkamah Konstitusi menyatakan bahwa, Mahkamah Konstitusi
berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya
bersifat final untuk menguji Undang-undang terhadap Undang-undang dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 .
3. Pasal 1 ayat (3) huruf a Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003
tentang Mahkamah Konstitusi menyebutkan, Permohonan adalah
permintaan yang diajukan secara tertulis kepada Mahkamah Konstitusi
mengenai pengujian Undang-undang terhadap Undang-undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 .
4. Pasal 29 ayat (1) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang
Mahkamah Konstitusi menyatakan bahwa, Permohonan diajukan secara
tertulis dalam bahasa Indonesia oleh pemohon atau kuasanya kepada
Mahkamah Konstitusi.
5. Berdasarkan uraian tersebut di atas maka Mahkamah Konstitusi
berwenang untuk melakukan pengujian materil atas Pasal 5.1.1.2 Dana
Otonomi Khusus Undang-Undang Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara Tahun Anggaran 2015 terhadap Pasal 28I ayat (1), ayat (2) dan
ayat (4) Undang-Undang Dasar 1945

1.
2.

3.
4.

Bahwa Pemohon beranggapan bahwa hak dan/atau


kewenangan konstitusionalnya dirugikan dengan berlakunya
Undang-Undang, yaitu :
Semua WNI mempunyai kedudukan yang sama
Kesatuan Masyarakat Hukum Adat sepanjang masa hidup
dan sesuai dengan yang di atur dalam Undang-undang
Badan hukum publik atau privat,
Lembaga negara
Dalam hal ini Pemohon sebagai seorang dokter dan tokoh
masyarakat Pulau Buru sedang memperjuangkan untuk
membentuk Pulau Buru sebagai Kawasan Otonomi Khusus.

23/11/2014

Alasan Pemohon mengajukan Permohonan Karena Ingin


mendapatkan Otonomi Khusus dengan berdasarkan kepada
Pengujian Materi atas Pasal 5.1.1.2 Undang- undang APBN
Tahun Anggaran 2015 (Dana Otonomi Khusus) terhadap Pasal
Afdeling ayat (1), ayat (2), dan Ayat (4) UUD NRI 1945 yaitu
untuk memperjuangkan Hak-hak Asasi Manusia yang tidak
dapat dikurangi dalam keadaan apapun dan berhak bebas
atas perlakuan diskrimasif dan perlindungan terhadap
perlakuan diskriminatif serta menuntut Perlindungan, pemajuan,
penegakan dan pemenuhan HAM yang merupakan tanggung
Jawab Negara.

Terhadap Permohonan Pemohon, MK Menyatakan, Sebelum


mulai memeriksa pokok Perkara, Mahkamah Konstitusi
mengadakan pemeriksaan kelengkapan dan kejelasan materi
permohonan
Menimbang terhadap permohonan Pengujian UndangUndang (PUU) Nomor 27 Tahun 2014 tentang Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2015
terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 ``Bahwa berdasarkan fakta hukum
tersebut diatas, menurut Mahkamah, oleh karena subjek
permohonan a quo telah menunggal dunia dan tidak ada
subjek lain selain pemohon maka permohonan Pemohon
menjadi gugur.``

23/11/2014

Terhadap Perkara ini Mahkamah Konstitusi mengadili


dengan menyatakan bahwa Permohonan Pemohon
gugur. Dalam hal ini Mahkamah menyatakan Bahwa
berdasarkan Laporan dari Panitera sesuai dengan
Berita Acara Konfirmasi Kehadiran Pemohon yang
dibuat oleh Juru Panggil pada tanggal 6 November
2014, tepatnya pukul 13:35 WIB yang menerangkan
bahwa Pemohon Prinsipal telah meninggal dunia sehari
sebelum Berita Acara Konfirmasi Kehadiran di kirim.

Permohonan Kehilangan Subjek karena pemohon telah


meninggal Dunia;
Permohonan tidak dapat dipertimbangkan; dan
Amar Putusan bersifat Gugur.

Thanks For Your Attention, Guys

Anda mungkin juga menyukai