PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Perubahan zaman dan tantangan global membuat inovasi di pasar perdana
semakin berkembang pesat untuk menerbitkan investasi di lingkungan masyarakat
yang berdasarkan prinsip-prinsip syariah untuk memenuhi kepentingan pemodal.
Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi
baik kebutuhan primer, sekunder, dan lain-lain. Oleh sebab itu, dalam perkembangan
perekonomian masyarakat yang semakin maju maka muncul beberapa jasa
pembiayaan yang didasarkan pada akuntansi syariah. Konsep dari sistem ekonomi
syariah adalah meletakkan nilai-nilai islam sebagai konsep dasar dan landasan dalam
aktivitas perekonomian dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat.
Di Indonesia, perkembangan instrumen syariah di pasar modal sudah terjadi
sejak tahun 1997. Diawali lahirnya Reksa Dana syariah dan sebelum tahun 2009
Indonesia belum mengenal sukuk, sebaliknya yang dikenal ialah obligasi syariah
yang lebih dahulu dikenal pada tahun 2004 yang membolehkan Pemerintah Republik
Indonesia maupun perusahaan menerbitkan obligasi syariah dengan skim ijarah
(sewa). Penerbitan perdananya di tahun 2009, agen penjual Sukuk Ritel hanya
sebanyak 13 agen yang terdiri dari 4 bank konvensional, 1 bank syariah, dan 8
perusahaan sekuritas.
Dalam periode klasik, sukuk berasal dari bentuk jamak dalam bahasa Arab
yakni saq bermakna akta atau sertifikat kepemilikan. Sumber lain mengatakan, kata
tersebut kemudian menjadi asal dari kata cheque dalam bahasa Eropa yang berarti
bagian
penyertaan
yang
tidak
terpisahkan
atau
tidak
maujudat) , nilai manfaat atas aset berwujd (manafiul ayan)tertentu baik yang sudah
ada maupun yang akan ada, jasa (al khadamat) yang sudah ada maupun yang akan
ada, aset proyek tertentu (maujudat masyru muayyan) dan/atau kegiatan investasi
yang telah ditentukan (nasyath ististmarin khashah).
Menurut Accounting
Institution (AAOIFI, 2002), sukuk adalah sertifikat yang menunjukkan nilai yang
sama setelah penutupan subscription (pembubuhan tanda tangan), penerimaaan dari
nilai atas sertifikat dan meletakkanya untuk digunakan sebagaimana rencana,
pemilikan saham dan hak atas aset yang nampak, pengunaan dan jasa, dan equity
(keadilan) atas proyek yang disebutkan atau equity (keadilan) atas aktivitas investasi
tertentu.
Menurut Undang-Undang No. 19 Tahun 2008 Tentang Surat Berharga
Syariah Negara (SBSN), Sukuk Negara adalah surat berharga negara yang
diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan
terhadap aset SBSN, baik dalam mata uang rupiah maupun valuta asing (Pasal 1).
Konsep keuangan berbasis syariah islam (Islamic Finance) yang real syariah
dewasa ini telah tumbuh pesat, diterima secara universal dan diadopsi tidak hanya
oleh negara-negara Islam di kawasan Timur Tengah saja melainkan juga oleh
berbagai negara di kawasan Asia, Eropa dan Amerika. Hal tersebut ditandai dengan
didirikannya berbagai lembaga keuangan syariah dan diterbitkannya berbagai
instrumen keuangan berbasis syariah. Selain itu, juga telah dibentuk lembaga
internasional untuk merumuskan infrastruktur sistem keuangan Islam dan standar
instrumen keuangan Islam, serta didirikannya lembaga rating Islam. Beberapa prinsip
pokok dalam transaksi keuangan sesuai syariah antara lain berupa penekanan pada
perjanjian yang adil, anjuran atas sistem bagi hasil atau profit sharing, serta larangan
terhadap riba, gharar, dan maysir.
Salah satu bentuk instrumen keuangan syariah yang telah banyak diterbitkan
baik oleh korporasi maupun negara adalah sukuk. Di beberapa negara, sukuk telah
menjadi instrumen pembiayaan anggaran negara yang penting. Pada saat ini,
beberapa negara telah menjadi regular issuer dari sukuk, misalnya Malaysia, Bahrain,
Brunei Darussalam, Uni Emirat Arab, Qatar, Pakistan, dan State sof Saxony Anhalt
Jerman. Penerbitan sukuk biasanya ditujukan untuk keperluan pembiayaan negara
secara umum (general funding) atau untuk pembiayaan proyek-proyek tertentu,
misalnya pembangunan bendungan, unit pembangkit listrik, pelabuhan, bandar
udara, rumah sakit, dan jalan tol. Selain itu, sukuk juga dapat digunakan untuk
keperluan pembiayaan cash-mismacth, yaitu dengan menggunakan sukuk dengan
jangka waktu pendek (Islamic Tresury Bills) dan juga dapat digunakan sebagai
instrumen pasar uang.
Pertumbuhan dan perkembangan penawaran umum perdana sekuritas Islam
ialah sukuk dengan akad ijarah (sewa). Menurut fatwa yang dikeluarkan oleh Dewan
Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN MUI). Yaitu, fatwa No.32/DSNMUI/IX/2002 tentang Obligasi (sukuk) syariah. Dalam fatwa tersebut dijelaskan
bahwa yang dimaksud dengan obligasi (sukuk) syariah adalah suatu surat berharga
jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan Emiten kepada
pemegang obligasi (sukuk) syariah yang mewajibkan emiten untuk membayar
pendapatan pada pemegang obligasi (sukuk) syariah berupa bagi hasil serta
membayar kembali dana obligasi (sukuk) pada saat jatuh tempo.
Special
ajaran
Islam
berkaitan
dengan
transparansi
dan
dapat
10