Least Cost Mehod Dan Mutually Exclusive

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 18

LEAST COST METHOD

DAN MUTUALLY EXCLUSIVE

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FEM - IPB

Terbatasnya dana, waktu, dan tenaga dalam


mengerjakan suatu bisnis telah mendorong para
investor atau pihak manajemen untuk mengadakan
pemilihan bisnis yang memberikan benefit lebih baik
di antara alternatif bisnis yang mungkin dapat
dikembangkan

Pada sisi lain seringkali kita juga menemukan kasus


adanya dua kegiatan bisnis atau lebih memberikan
manfaat yang sama namun dengan pengeluaran
yang berbeda untuk setiap kegiatan

Cara untuk menentukan pemilihan bisnis yang


menggambarkan kondisi diatas melalui penggunaan
metode Least Cost atau Cost Effectiveness dan
Mutually Exclusive Alternative Project.

Least cost method merupakan suatu metode yang sering


dipakai untuk memilih diantara beberapa bisnis dengan
membandingkan biayanya. Bisnis yang mempunyai total biaya
terkecil (least cost) adalah yang dipilih.
Metode biaya terkecil (least cost metod) umumnya digunakan
untuk memilih:
(1) Bisnis yang mempunyai benefit yang sama atau benefit
tersebut sifatnya sama dan sulit diukur/dinilai dengan
uang
(2) Bisnis yang mempunyai manfaat atau kegunaan yang
sama namun untuk mencapai hal tersebut dapat
digunakan teknologi yang berbeda misal traktor/TK
(3) Kriteria ini juga digunakan sebagai ukuran kriteria
investasi terutama di dalam membandingkan 2 bisnis atau
lebih yang merupakan mutually exclusive project yaitu
suatu bisnis yang karena sesuatu hal (misal dana
terbatas) saling meniadakan

Untuk mengukur pemilihan bisnis mana yang lebih diutamakan,


maka digunakan perbandingan present value total biaya antara
dua bisnis, misalnya yang berbeda teknologinya
Dalam hal ini bisnis yang mempunyai nilai biaya total terkecil
adalah yang dipilih. Secara matematis rumus Least Cost Method
adalah :
n
Ct
Least Cost =
t =1 (1+i)t

Apabila diketahui bahwa bisnis A dan bisnis B merupakan bisnis


yang
mutually exclusive, hitung present value biaya bisnis A
dan present value biaya bisnis B kemudian bandingkan dan
pilihbisnis yang mempunyai biaya terkecil.
n
Ct A

vs
t =1 (1+i)t

n
Ct B

t=1 (1+i)t

Sebagai contoh kegiatan pembukaan lahan untuk perkebunan kelapa


sawit. Dilihat dari segi teknologi dapat dipakai traktor (cara modern),
atau memakai tenaga kerja (cara tradisional) yang dapat membutuhkan
biaya yang berbeda
Tabel 1. Perhitungan Least Cost pada Pembukaan Lahan dengan
Teknologi A (cara tradisional) dan B (cara mekanik) pada
DR 10%
Tahun

Total Biaya
Cara A

Total Biaya
Cara B

DF 10%

PV Biaya Cara A

PV Biaya Cara
B

47.850

112.286

0,909

43.500

102.078

47.850

25.134

0,826

39.545

20.772

47.850

25.134

0,751

35.950

18.884

47.850

26.227

0,683

32.682

17.913

47.850

26.227

0,621

29.711

16.285

181.389

175.932

Total

Pada DR 10%, bahwa PV biaya cara B (cara mekanik) < PV biaya


cara A (cara tradisional). Oleh karena itu, maka pilih cara B (Tabel
1)

DR meningkat dari 10% menjadi 15% maka hasil perhitungan menunjukkan


seperti yang terlihat pada Tabel 18.
Tabel 2. Perhitungan Least Cost pada Pembukaan Lahan dengan
Teknologi A (cara tradisional) dan B (cara mekanik) pada
DR 15%
Tahun

Total Biaya
Cara A

Total Biaya
Cara B

DF 15%

PV Biaya
Cara A

PV Biaya
Cara B

47.850

112.286

0,870

41.609

97.640

47.850

25.134

0,756

36.181

19.005

47.850

25.134

0,658

31.462

16.526

47.850

26.227

0,572

27.358

14.995

47.850

26.227

0,497

23.790

13.039

160401

161.206

Total

Pada DR 15% diketahui bahwa PV biaya cara A (cara tradisional) < PV biaya
cara B (cara mekanik). Oleh karena itu, maka pilih cara A.
Dari hasil metode biaya terkecil pada dua DR yang berlainan menghasilkan
kesimpulan yang berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi Cross Over
Discount Rate (CODR) pada selang DR 10%-15%.

Cross Over Discount Rate (CODR) adalah tingkat DR pada saat


PV Biaya dari kedua cara ( A dan B) adalah sama, seperti terlihat pada
Gambar 10.

14.36%

Gambar 10. Penentuan Cross Over Discount Rate

Metode CODR dapat digunakan untuk menentukan pilihan teknologi


cara A atau cara B pada tingkat DR tertentu misal pada tingkat 10 %
atau 15 %. Untuk memberikan penjelasan mengenai hal ini dapat
dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Perhitungan Cross Over Discount Rate pada Pembukaan Lahan
(Jutaan Rupiah)
Tahun

Total Biaya
Cara A

Total Biaya
Cara B

DF
15%

PV Biaya
Cara A

PV Biaya
Cara B

47.850

112.286

0,870

41.609

97.640

47.850

25.134

0,756

36.181

19.005

47.850

25.134

0,658

31.462

16.526

47.850

26.227

0,572

27.358

14.995

47.850

26.227

0,497

23.790

13.039

160401

161.206

Total

Perhitungan cross over discount rate ini sebetulnya juga


dapat digunakan landasan interpolasi pada IRR. Dengan
demikian perhitungannya menjadi :
Cross over discount rate = 10% + 5%(5457/6262) =
14,36%
Dalam hal ini berarti :
1. Jika DR yang berlaku di atas 14,36% (CODR) maka
sebaiknya dipilih cara A yang mempunyai PV biaya lebih
kecil dibandingkan cara B
2. Jika DR yang berlaku dibawah 14,36% maka sebaiknya
dipilih cara B yang mempunyai PV biaya lebih kecil
dibandingkan cara A

MUTUALLY EXCLUSIVE ALTERNATIVE


Mutually exclusive alternative business adalah memilih salah
satu alternatif bisnis dari beberapa alternatif yang ada, karena
tidak mungkin melakukan beberapa bisnis dalam waktu yang
bersamaan, baik disebabkan kerana terbatasnya dana, waktu,
maupun tenaga yang diperlukan.
Terdapat beberapa penyebab suatu bisnis bersifat mutually
exclusive (Gittinger, 1986):
a. Terbatasnya sumber-sumber dana untuk kebutuhan investasI
b. Bisnis secara fisik memang tidak dapat dilaksanakan secara
bersama- sama
c. Bisnis secara hukum, adat atau menurut pertimbangan lainnya
mempunyai sifat bertentangan
d. Pilihan bisnis berbeda skalanya
e. Adanya pilihan alternatif teknologi

Tahapan Pemilihan Bisnis bersifat Mutually Exclusive


Dalam memilih bisnis yang bersifat mutually exclusive kriteria investasi
yang digunakan sebagai patokan adalah IRR (Internal Rate of Return),
namun dengan adanya sedikit modifikasi dengan cara mencari selisih
IRR dari bisnis yang tersedia sebagai alternatif.
Dengan kata lain untuk mendapatkan bisnis yang akan dipilih, maka kita
harus mencari nilai MIRR (Marginal Internal Rate of Return).
Adapun tahapannya adalah sebagai berikut :
1. Berikan urutan terhadap pilihan bisnis yang ada, misal : bisnis 1,
bisnis 2 atau bisnis A, bisnis B.
2. Hitung besarnya IRR untuk semua pilihan bisnis yang ada.
3. Bisnis yang mempunyai nilai IRR lebih tinggi, maka bisnis itulah yang
akan dijalankan. Apabila bisnis yang terpilih merupakan bisnis yang
mempunyai kebutuhan dana investasi yang kecil, maka lakukan
tahapan berikutnya.

4. Hitung selisih net benefit diantara pilihan bisnis


tersebut, kemudian hitung IRR dari hasil selisih net
benefit pilihan bisnis yang ada (MIRR).
5. Nilai MIRR yang didapat, merupakan standar untuk
melakukan investasi dengan sisa dana yang ada
terhadap pilihan bisnis atau proyek lain dengan
syarat IRR bisnis tersebut harus lebih besar dari
MIRR (IRR > MIRR).
6. Apabila ketentuan pada tahap ke-5 tidak dapat
dipenuhi, maka sebaiknya pilih saja bisnis dengan
dana investasi yang terbesar, walaupun nilai IRRnya lebih kecil.

Contoh :
Misalkan terdapat dua buah bisnis, yaitu bisnis A (bisnis kecil) dan
bisnis B (bisnis besar) keduanya merupakan bisnis yang
bersifat mutually exclusive. Kedua bisnis tersebut
mempunyai cost, benefit, NPV yg telah dihitung dan IRR
sebagai berikut : (perhitungan berdasarkan Opportunity Cost of
Capital (OCC) 10%.
A. Bisnis Kecil (Rp. juta)
Tahun

Total Biaya
Cara A

Total Biaya
Cara B

DF 15%

PV Biaya
Cara A

PV Biaya
Cara B

47.850

112.286

0,870

41.609

97.640

47.850

25.134

0,756

36.181

19.005

47.850

25.134

0,658

31.462

16.526

47.850

26.227

0,572

27.358

14.995

47.850

26.227

0,497

23.790

13.039

160401

161.206

Total

Besarnya NPV pada DR yang ditentukan 10% adalah Rp.91.448 juta


IRR = 20% + 5% (13.266/25.678) = 22.58 %

B. Bisnis Besar (Rp. juta)


Tahun

Biaya

Manfaat

Manfaat
Bersih

DF
10%

NPV
10%

DF 14%

NPV
14%

DF
15%

NPV
15%

500

-500

0,909

-454,5

0,877

-438,5

0,869

-434,5

400

-400

0,826

-330,4

0,769

307,6

0,756

-302,4

200

200

0,751

150,2

0,675

135

0,657

131,4

300

300

0,685

204,9

0,592

177,6

0,572

171,6

400

400

0,620

248,4

0,519

207,6

0,497

198,8

500

500

0,564

282,0

0,455

227,5

0,432

216

Total

100,6

1,6

Besarnya NPV pada DR 10% = Rp 100,6 juta


IRR = 14% + 1% (1,6/20,7) = 14,08%
Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa bisnis besar layak

-19,1

Untuk menginvestasikan sisa dana yang ada, maka kita harus


menghitung MIRR atau IRR selisih dari net benefit kedua bisnis
tersebut.
Selisih antara Bisnis Kecil (bisnis A) dengan Bisnis Besar (bisnis B)
Tahun

Manfaat
Bersih A

Manfaat
Bersih B

Selisih BA

-300

-500

-200

0,909

-181,8

0,893

-178,6

106

-400

-506

0,826

-417,956

0,797

-403,282

106

200

94

0,751

70,594

0,712

66,928

106

300

194

0,685

132,89

0,636

123,384

106

400

294

0,62

182,28

0,567

166,698

104

500

396

0,564

223,344

0,507

200,772

DF 10%

Total

IRR = 10% + 2% (9.352/33.452) = 10.56%

NPV 10%

9,352

DF 12%

NPV
12%

-24,1

Artinya, jika selisih modal antara proyek A dan B dapat diinvestasikan pada
bisnis lain yang mempunyai internal rate of return lebih besar dari 10.56%,
maka bisnis kecil (A) dipilih, dengan syarat selisih dana tersebut dapat
diinvestasikan. Tetapi apabila hal tersebut tidak dapat dipenuhi, maka
sebaiknya dipilih bisnis yang besar (B) saja.
Misal terdapat dua alternatif pilihan bisnis lainnya yang sesuai dengan sisa dana
yang ada.
C. Bisnis Kecil Lainnya (Rp. Juta)
Tahun

Biaya

Manfaat

Manfaat
Bersih

DF
10%

NPV
10%

DF
12%

NPV
12%

DF
14%

NPV
14%

600

-600

0,909

-545,4

0,892

-535,2

0,877

-526,2

300

300

0,826

247,8

0,797

239,1

0,769

230,7

300

300

0,751

225,3

0,711

213,3

0,674

202,2

150

150

0,682

102,3

0,635

95,25

0,592

88,8

Total

30

Besarnya NPV pada DF 10% = Rp 30 juta


IRR = 12% + 2% (12,45/16,95) = 13,47 %

12,45

-4,5

D. Bisnis Kecil Lainnya (Rp. Juta)


Manfaat
Bersih

DF 10%

NPV 10%

DF 11%

NPV 11%

300

-300

0,909

-272,7

0,900

-270

300

300

0,826

247,8

0,812

-243,6

Tahun

Biaya

1
2

Manfaat

375

375

0,751

293,88

0,731

274,13

350

350

0,682

239,05

0,653

228,55

Total

2,43

-10,92

NPV pada DF 10% = Rp 2.43 juta


IRR = 10% + 1% (2,43/13,35) = 10,18%
Hasil perhitungan IRR terlihat bahwa bisnis A + C akan lebih
menguntungkan (karena mempunyai IRR lebih besar dari 10.56%) jika
dibandingkan dengan melaksanakan bisnis A + D (karena bisnis D
mempunyai IRR kurang dari 10.56%). Dengan demikian, akan dipilih
untuk melaksanakan bisnis A ditambah dengan bisnis C.

Dari perhitungan NPV pun sebetulnya dapat dibuktikan


bahwa bisnis A dan bisnis C akan dianggap lebih
menguntungkan. Pembuktiannya sebagai berikut :
1. Bisnis B saja = RP. 100,6 juta
2. Bisnis A + C = Rp. 91.448 juta + Rp.30 juta = Rp
121.448 juta
3. Bisnis A + D = Rp. 91.448 juta + Rp. 2,43 juta = Rp
93.878 juta
4. Bisnis A saja = Rp. 91.448 juta
Dengan demikian, telah terbukti, baik melalui perhitungan
IRR maupun NPV, kombinasi antara bisnis A dan C
memberikan manfaat yang lebih besar, dan secara
ekonomis akan lebih menguntungkan untuk dipilih.

Anda mungkin juga menyukai