Konsep dasar
Pada umumnya tumor paru terbagi atas tumor jinak (5 %) antara lain adenoma, hamartoma dan tumor ganas (90%)
adalah karsinoma bronkogenik.
Karena pertimbangan klinis maka yang dibahas adalah kanker paru atau karsinoma bronkogenik.
I.
Pengertian
Menurut Hood Alsagaff, dkk. 1993, karsinoma bronkogenik adalah tumor ganas paru primer
yang berasal dari saluran napas. Sedangkan menurut Susan Wilson dan June Thompson,
1990, kanker paru adalah suatu pertumbuhan yang tidak terkontrol dari sel anaplastik dalam
paru.
II.
Etiologi
Seperti kanker pada umumnya, etiologi yang pasti dari kanker paru masih belum diketahui,
namun diperkirakan bahwa inhalasi jangka panjang dari bahan bahan karsiogenik
merupakan faktor utama, tanpa mengesampingkan kemungkinan perana predisposisi
hubungan keluarga ataupun suku bangsa atau ras serta status imunologis.
1. Pengaruh rokok.
2. Pengaruh paparan industri
3. Pengaruh adanya penyakit lain atau predisposisi oleh karena adanya penyakit
lain.
4. Pengaruh genetik dan status imunologis.
III.
Patofisiologi.
Kanker paru bervariasi sesuai tipe sel, daerah asal, dan kecepatan pertumbuhan. Empat tipe
sel primer pada kanker paru adalah karsinoma epidermoid (sel skuamosa), karsinoma sel
kecil (sel oat), karsinoma sel besar (tak terdeferensiasi) dan adenokarsinoma. Sel skuamosa
dan karsinoma sel kecil umumnya terbentuk di jalan napas utama bronkial. Karsinoma sel
besar dan adenokarsinoma umumnya tumbuh di cabang bronkus perifer dan alveoli.
Karsinoma sel besar dan karsinoma sel oat tumbuh sangat cepat sehingga mempunyai
prognosis buruk. Sedangkan pada sel skuamosa dan adenokarsinoma prognosis baik karena
sel ini pertumbuhan lambat.
IV.
Gejala klinis
Pada waktu masih dini gejala sangat tidak jelas utama seperti batuk lama dan infeksi saluran
pernapasan. Oleh karena itu pada pasien dengan batuk lama 2 minggu sampai 1 bulan harus
dibuatkan foto X dengan gejala lain dyspnea, hemoptoe, febris, berat badan menurun dan
anemia. Pada keadaan yang sudah berlanjut akan ada gejala ekstrapulmoner seperti nyeri
tulang, stagnasi (vena cava superior syndroma).
Rata rata lama hidup pasien dengan kanker paru mulai dari diagnosis awal 2 5 tahun.
Alasannya adalah pada saat kanker paru terdiagnosa, sudah metastase ke daerah limfatik dan
lainnya. Pada pasien lansia dan pasien dengan kondisi penyakit lain, lama hidup mungkin
lebih pendek.
V.
Klasifikasi/Pentahapan Klinik (Clinical staging)
Klasifikasi berdasarkan TNM : tumor, nodul dan metastase.
1. T : T0 : tidak tampak tumor primer
T1 : diameter tumor < 3 cm, tanpa invasi ke bronkus
T2 : diameter > 3 cm, dapat disertai atelektasis atau pneumonitis, namun berjarak
lebih dari 2 cm dari karina, serta belum ada efusi pleura.
T3 : tumor ukuran besar dengan tanda invasi ke sekitar atau sudah dekat karina dan
atau disetai efusi pleura.
2. N : N0 : tidak didapatkan penjalaran ke kelenjar limfe regional
N1 : terdapat penjalaran ke kelenjar limfe hilus ipsilateral
N2 : terdapat penjalaran ke kelenjar limfe mediastinum atau kontralateral
N3 : terdapat penjalaran ke kelenjar limfe ekstratorakal
3. M : M0 : tidak terdapat metastase jauh
M1 : sudah terdapat metastase jauh ke organ organ lain.
VI.
Studi Diagnostik
1. Chest x ray ( pandangan lateral dan poteroanterior), tomografi dada dan CT
scanning.
2. Radioisotop scanning
3. Tes laboratorium
a. Pengumpulan sputum untu sitologi, bronkoskopi dengan biopsi,
hapusan dan perkutaneus biopsi
b. Mediastinoskopi
VII.
Manajemen medis
1. Manajemen umum : terapi radiasi
2. Pembedahan : Lobektomi, pneumonektomi, dan reseksi.
3. Terapi obat : kemoterapi
Pengkajian
a. Riwayat :
Perokok berat dan kronis, terpajan terhadpa lingkungan karsinogen, penyakit paru kronis
sebelumnya yang telah mengakibatkan pembentukan jaringan parut dan fibrosis pada
jaringan paru.
b. Pemeriksaan fisik pada pernapasan
Batuk menetap akibat sekresi cairan, mengi, dyspnea, hemoptisis karena erosi kapiler di
jalan napas, sputum meningkat dengan bau tak sedap akibat akumulasi sel yang nekrosis
di daerah obstruksi akibat tumor, infeksi saluran pernapasan berulang, nyeri dada karena
penekanan saraf pleural oleh tumor, efusi pleura bila tumor mengganggu dinding par,
disfagia, edema daerah muka, leher dan lengan.
c. Nutrisi :
Kelemahan, berat badan menurun dan anoreksia
d. Psikososial :
Takut, cemas, tanda tanda kehilangan.
e. Tanda vital
Penngkatan suhu tubuh, takipnea
f. Pemeriksaan diagnostik.
II.
Diagnosa keperawatan
1. Tidak efektif bersihan jalan napas berhubungan dengan obstruksi bronkial
sekunder karena invasi tumor.
2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan penekanan saraf oleh tumor
paru.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kelelahan
dan dyspnea
4. Aktivitas intolerans berhubungan dengan kelemahan secara umum.
III.
No
1.
Rencana Keperawatan
Diagnosa
Keperawatan
Tidak efektif bersihan
jalan
napas
berhubungan dengan
obstruksi
bronkial
sekunder
karena
invasi tumor.
Perencanaan
Intervensi
Auskultasi paru akan
ronkii, rales atau mengi.
Monotr ABGs
3.
4.
5.
6.
7.
8.
2.
Gangguan
rasa
nyaman
nyeri
berhubungan dengan
penekanan saraf oleh
tumor paru.
Mendemonstrasikan
bebas 1.
nyeri dengan kriteria ekspresi
wajah rileks, pengembangan
paru optimal, menyatakan
nyeri hilang
2.
3.
Rasional
Lihat adekuatnya pertukaran gas dan
luasnya obstruksi jalan napas karena
skeret.
Melihat keseimbangan asam dan basa
dan kebutuhan untuk terapi oksigen
Melihat adanya sel kanker
Sekret bergerak sesuai gravitasi sesuai
perubaha posisi. Meninggikan kepala
tempat tidur memungkinkan diafragma
untuk brkontraksi
Mensuplay oksigen dan mengurangi
kerja pernapasan
Sekret bergerak sesuai perubahan
tubuh terhadap gravitasi
Mengencerkan sekret
Batuk mengeluarkan
menunmpuk
sekret
yang
3.
Perubahan
nutrisi
kurang
dari
kebutuhan
tubuh
berhubungan dengan
kelelahan
dan
dyspnea
4.
Aktivitas intolerans
berhubungan dengan
kelemahan
secara
umum.
6.
7.
8.
9.
Daftar Pustaka
Phipps, Wilma. et al, (1991), Medical Surgical Nursing : Concepts and Clinical Practice, 4th edition, Mosby Year
Book, Toronto
Doengoes, Marilynn, dkk, (2000), Rencana Asuhan Keperawatan ; Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien, edisi 3, alih bahasa : I Made Kariasa dan Ni Made S, EGC, Jakarta
Engram, Barbara, (1999), Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, alih bahasa Suharyati S, volume 1, EGC,
Jakarta
Tucker, Martin dkk, (1999), Standar Perawatan Pasient,alih bahasa Yasmin Aih dkk, volume 4, edisi V, EGC,
Jakarta
Alsagaff, Hood, dkk. (1993), Pengantar Ilmu Penyakit Paru, Airlangga University Press, Surabaya.
Lab/UPF Ilmu Penyakit Paru, (1994), Pedoman Diagnosis dan Terapi RSUD Dokter Soetomo, Surabaya
Wilson, Susan and Thompson, June (1990), Respiratory Disorders, Mosby Year Book, Toronto.
Laporan Kasus
ASUHAN KEPERAWATAN TN. MOCH. ZEN DENGAN TUMOR PARU
DI RUANG PARU LAKI RSDS SURABAYA
TANGGAL 12 16 NOPEMBER 2001
Tgl. MRS : 12 11 2001
No. Register : 10103611
Tempat/tanggal pengkajian :PARU LAKI,13 11 - 2001
Pengkajian
I.
Biodata
A. Identitas pasien
1. Nama : Tn. Moch. Zen (Laki laki /65 tahun)
2. Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
3. Agama : Islam
4. Status perkawinan : kawin
5. Pendidikan/pekerjaan : SD/petani.
6. Bahasa yang digunakan : Jawa dan Indonesia
7. Alamat : Kali Sampurno Rt 1 Rw 1 Sidoarjo
8. Kiriman dari : datang sendiri
B. Penanggung jawab pasien
Penanggung jawab pasien adalah pasien sendiri dan anak anaknya.
II.
III.
Riwayat kesehatan
A. Riwayat kesehatan sebelum sakit ini :
Pasien tidak pernah menderita penyakit apapun. Pasien merupakan penggemar dalam hal
merokok, sehari bisa 2-3 bungkus. Hal ini dijalani selama 30 tahun. Pasien tidak pernah
dirawat di rumah sakit dan sekarang ini merupakan hal yang bagi pasien. Tidak ada alergi
makanan ataupun obat.
B. Riwayat kesehatan sekarang :
Pasien mengatakan bahwa sejak 1 dada kanan atas terasa sakit sekali. Kadang-kadang
batuk Berusaha minum jamu tetapi tidak membantu. Membeli obat (pasien lupa nama)
kurangi nyeri tetapi bersifat sementara saja. Karena nyeri tidak bisa ditahan lagi akhirnya
oleh keluarga dianjurkan untuk dibawa ke IRD dan oleh dokter dianjurkan untuk opname.
C. Riwayat kesehatan keluarga :
Kakek, nenek, saudara kandung pasien tidak ada yang sakit.
Genogram :
IV.
Informasi khusus
A. Masa balita
1. Keadaan bayi lahir
Pasien waktu lahir normal dan sehat. Tidak tahu APGAR score, BB dan PB lahir, dan
lingkar kepala dan dada.
2. Riwayat sehari hari
Pasien mengatakan sebagai anak desa ia tumbuh dan berkembang sebagaimana
layaknya teman teman yang lain selama dalam proses tumbuh kembang.
B. Klien wanita
Tidak dikaji
V.
A.
Makan
minum
1. Nutrisi
2. Minum
B.
Eliminasi
1. BAB
Di rumah sakit
dan
Pasien makan tiga kali sehari,
tidak ada makanan pantangan,
napsu makan menurun sejak 1
bulan yang lalu. Mengatakan
berat badannya turun.
Pasien minum air putih 6 8
gelas/hari kadang - kadang
minum jamu
2. BAK
3. Keringat
Berkeringat
malam hari
C.
terutama
Istirahat dan
tidur
1. Istirahat
2. Tidur
D.
Aktivitas
E.
Kebersihan
diri
F.
Rekreasi
VI.
Psikososial
A. Psikologis
1. Persepsi klien terhadap penyakit :
Pasien mengatakan belum mengetahui proses penyakit yang diderita sekarang ini.
Sebab dokter mengatakan pengobatan sekarang ini adalah untuk mengurangi nyeri.
2. Konsep diri :
Pasien mengatakan sebagai kepala keluarga perannya terganggu.
3. Keadaan emosi :
Pasien nampak pasrah saja terhadap apa yang dialaminya, mengatakan apa saja yang
dilakukan terhadapnya akan diterima dengan senang hati.
4. Kemampuan adaptasi :
Pasien mampu beradaptasi terhadap apa yang dialaminya sekarang.
5. Mekanisme pertahanan diri :
Pasien pasrah pada keadaannya, dan berdoa.
B. Sosial
Hubungan pasien dengan keluarga dan keluarga lain harmonis, dimana anak-anaknya
scara bergantian menunggu dan membantu pasien dalam memenuhi kebutuhannya. Saat
berinteraksi dengan perawat, pasien kontak mata.
C. Spiritual
Pelaksanaan ibadah : pasien beribadah 5 waktu. Keyakinan tentang kesehatan penting
memperhatikan kebersihan dan makan yang cukup.
VII.
Pemeriksaan fisik
A. Keadaan umum :
Nampak berusaha tenang, kesadaran baik, tampak sakit sedang : lemah. Tingkat kesadaran
compos mentis, GCS : 4 5 6. TB 159 cm dan BB 40 Kg. Ciri tubuh kulit pucat dan
sawo matang, rambut air. Tanda vital : nadi 108 X/menit, RR 24 X/menit, tekanan darah
130/80 mmHg dan suhu 367 oC.
B. Head to toe
1. Kepala
Bentuk kepala bulat, tidak ada luka atau cedera kepala dan kulit kepala tidak ada
kotoran atau bersih.
2. Rambut
Rambut lurus, warna putih sebagian, nampak bersih, tidak ada ketombe, tidak tertata
rapih (awut-awutan).
3. Mata (penglihatan).
Visus normal, tidak menggunakan alat bantu. Konjungtiva anemis. Kelopak mata
bawah nampak membengkak.
4. Hidung (penciuman).
Bentuk normal, tidak ada kelainan seperti deviasi septum, mempunyai dua lubang,
peradangan mukosa dan polip tidak ada, sedangkan fungsi penciuman normal.
5. Telinga (pendengaran).
Ketajaman pendengaran baik, bentuk normal : simetris kiri dan kanan, fungsi
pendengaran baik, tidak ada serumen dan cairan, serta alat bantu tidak ada.
6. Mulut dan gigi.
Bentuk bibir normal, bau mulut tidak holitosis. Tidak ada perdarahan dan peradangan
pada mulut. Jumlah gigi seri atas tanggal dua, ada karang/caries, tepi lidah tidak
hiperemik, tidak ada benda asing atau gigi palsu. Sedangkan fungsi pengecapan baik,
bentuk dan ukuran tonsil normal serta tidak ada peradangan pada faring.
7. Leher
Kelenjar getah bening tidak mengalami pembesaran, leher membesar, tidak ada kaku
kuduk.
8. Thoraks (fungsi pernapasan)
Inspeksi : asimetris dimana dada kanan tertinggal, pengembangan dada kurang optimal.
Palpasi : hangat, ada vokal fremitus ekspirasi maksimal. Perkusi : ada bunyi pekak
pada dada kanan. Auskultasi : tidak ada ronchii, ataupun wheezing, bunyi vesikuler
menurun pada paru kanan.
9. Abdomen
Inspeksi : tidak ada massa abdomen, simetris, tidak ada jaringan parut, dilatasi vena
ataupun kemerahan. Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak teraba massa, hati dan limpa
tidak teraba. Perkusi : normal. Auskultasi : bising usus normal (15 X/menit).
10. Reproduksi (alat kelamin)
Tidak dikaji.
11. Ekstremitas
Tidak ada luka pada tangan kiri dan kanan. Kekuatan cukup, dimana mampu membolak
balikan tangan dan menggerakan kakinya.
12. Integumen
Secara umum kulit kelihatan bersih, tidak ada penyakit kulit. Teraba hangat di dahi dan
daerah thoraks. Kulit kering, lemak subkutis kurang.
VIII.
Pemeriksaan penunjang
A. Laboratorium :
Tanggal 12 11- 2001 : WBC 9,6 X 10,e9/L, Hb 14,5 gr/dl, Hct 47,0 dan PLT 405 X
10,e9/l
B. Radiologi : Foto thorax PA : 12 11- 2001 : jantung tampak terdorong ke kiri dan
ada bayangan massa pada daerah parahiler sampai suprahiler kanan.
Kesimpulan : tumor paru kanan, tumor pancoast.
C. USG : Tidak ada
D. Endoskopi : tidak ada
Analisa data
Data
Subyektif :
Pasien mengatakan belum mengerti proses
penyakitnya, menanyakan penyebab
sakitnya.
Obyektif :
Pendidikan SD, belum pernah mendengar
penyakit tumor paru, tidak bisa menjawab
saat ditanyakan mengenai proses dan
penyebab penyakit serta pengobatan yang
akan dijalani.
Subyektif :
Mengatakan sebelum MRS napsu makan
menurun, mengatakan baju dam celana
yang dipakai longgar.
Obyektif :
Nampak lemah, konjungitva anemis, BB 40
Kg, menghabiskan porsi yang disiapkan,
kurus
Subyektif :
Etiologi
Masalah
Kurang terpapar
terhadap informasi
Kurang
pengetahuan
Intake inadekuat
Perubahan nutrisi
Penekanan saraf
oleh tumor
Gangguan rasa
nyaman
Rencana perawatan
Diagnosa keperawatan
No
1.
Perencanaan
Intervensi
Setelah
diberikan
tindakan keperawatan,
pasien
menunjukkan
/demonstrasikan bebas
nyeri dengan kriteria
ekspresi wajah rileks,
pengembangan paru
optimal, menyatakan
nyeri hilang (skala 1
atau 0)
Setelah 1 minggu
perawatan
status
nutrisi
ditingkatkan
dengan kriteria BB
bertambah 1-2 Kg,
makan sesuai diet
seimbanmg,
menghabiskan porsi
yang disiapkan
1.
3.
4.
5.
1.
2.
3.
4.
5.
Rasional
Evaluasi gejala nyeri karena kanker
Ketidaksesuaian
antara
pernunjuk
verbal-non verbal dapat memberikan
petunjuk derajat nyeri, keefektifan
intervensi.
Mengurangi nyeri
Rasa nyaman merupakan prioritas
dalam pemberian perawatan pasien
demgam tumor. Kontrol rasa nyeri
butuh narkotik dosis tinggi.
Napas dalam dan batuk kuat
meregangkan membran pleura dan
menimbulkan nyeri dada pleuritik.
Nikotin
dari
tembakau
bisa
menyebabkan konstriksi bronkial dan
menuruhkan gerakan silia yang melapisi
saluran pernapasan. Anti batuk menekan
pusat batuk di otak
.
Bantu menentukan diet individu
Sesuai penngkatan nutrisi.
Mengidentifikasi efek psikologis yang
mempengaruhi menurunnya makan dan
minum
Indikasi adekuatnya protein untuk sistem
imun
Mengurangi dyspnea denan mengurangi
kerja paru
Menghilangkan rasa sputum yang bisa
mengurangi napsu makan pasien
Mengurangi
mual
yang
bisa
mempengaruhi napsu makan
8.
9.
Kurang pengetahuan tentang
proses penyakit, dan
penyebabnya berhubungan
dengan kurang terpapar akan
informasi
Setelah 3 kali
pertemuan pengetahun
akan meningkat
dengan kriteria
mampu menjelaskan
penyebab, proses
penyakit dan
penanganannya.
1.
2.
3.
4.
pemahaman
dan
Meningkatkan
pemahaman
dan
kooperasi pasien
Meningkatkan
pemahaman
dan
kooperasi pasien
Evaluasi
efektifnya
pendidikan
kesehatan
Hari/tgl
Selasa, 1311
2001
15.00
19.00
2.
10.00
Implementasi
1.
2.
1.
2.
3.
4.
5.
Rabu, 07 11
2001
08.00
1.
1
2.
3.
4.
5.
6.
Evaluasi
Jam 20.30
S : pasien mengatakan nyeri berkurang, skala 2
O : rileks, menghabiskan prosi yang disiapkan, minum
tablet vitamin
A : masalah belum teratasi
P : rencana intervensi dipertahankan
Jam 13.30
S : pasien dan keluarga mengatakan dokter belum
mengatakan diagnosa pasti, menanyakan apa yang
harus dilakukan.
O : napsu makan menurun, kontak mata kurang,
mengekspresikan perasaannya, kadang menarik diri
A : masalah belum teratasi
P : rencana intervensi dipertahankan, kecuali tindakan
nomor 2
Jam 13.30
S : pasien mengatakan napsu makan mulai meningkat,
mengatakan bisa menghabiskan porsi yang disiapkan
dari rumah sakit.
O : Hb 9 g/dl, konjungtiva anemis, pucat, lemak subkutis
berkurang, BB 42 Kg, nampak lemah,
A : masalah belum teratasi
P : rencana intervensi dipertahankan
10.00
1.
Jumat, 08
11 2001
08.00
1.
11.00
1.
Sabtu, 10 -11
2001
08.30
1.
Jam 13.30
S : pasien mengatakan napsu makan meningkat,
mengatakan memahami keadaan penyakitnya yang
membutuhkan waktu untuk menegakkan diagnosis
pasti.
O : istirahat cukup, menerima keadaannya, lebih banyak
berdiam diri
A : masalah belum teratasi
P : tindakan keperawatan dipertahankan sampai diagnosis
ditegakkan
Jam 13.30
S : pasien mengatakan napsu makan mulai meningkat,
mengatakan bisa menghabiskan porsi yang disiapkan
dari rumah sakit, tidak merasa cepat penuh.
O : konjungtiva anemis, pucat, lemak subkutis berkurang,
nampak masih lemah, jalan pelan - pelan
A : masalah belum teratasi
P : rencana intervensi dipertahankan
Jam 13.30
S : pasien mengatakan napsu makan meningkat,
mengatakan memahami keadaan penyakitnya,
mengatakan sudah mendengarkan dari dokter sakit
yang sedang dideritanya.
O : tenang, rileks, menerima keadaannya, bercerita dengan
pasien di samping tempat tidurnya.
A : masalah teratasi
P : tindakan keperawatan dihentikan
Jam 13.30
S : pasien mengatakan napsu makan mulai meningkat,
mengatakan bisa menghabiskan porsi yang disiapkan
dari rumah sakit.
HR/TGL/JAM
I M PLE M E N TAS I
E VALUAS I