Anda di halaman 1dari 3

PR UJIAN THT

Mufti Akbar
G1A212131
ABSES RETROFARING
Definisi
Abses retrofaring adalah suatu peradangan yang disertai pembentukan pus pada
daerah retrofaring. Pada umumnya sumber infeksi pada ruang rerofaring berasal dari
proses infeksi di hidung, adenoid, nasofarin, dan sinus paranassal, yang menyebar ke
kelenjar retrofaring.
Epidemiologi
Abses retrofaring biasanya ditemukan pada anak yang berusia di bawah 5 tahun dan
terutama pada bayi atau anak-anak kecil yang berusia di bawah 2 tahun. Pada anak yang
lebih tua atau dewasa penyakit ini hampir selalu terjadi sekunder (abses spatium
parafaringeum atau gangguan traumatik)
Etiologi dan Klasifikasi
Keadaan yang dapat menyebabkan terjadinya abses retrofaring adalah:
1. Infeksi saluran napas atas yang menyebabkan limfadenitis retrofaring.
2. Trauma dinding belakang faring oleh benda asing seperti tulang ikan atau
tindakan medis seperti adenoidektomi, intubasi endotrakea, dan endoskopi.
3. Tuberkulosis vertebra servikalis bagian atas (abses dingin)..
Secara umum abses retrofaring terbagi menjadi 2 jenis yaitu:
1. Akut
Sering terjadi pada anak-anak berumur di bawah 4 - 5 tahun.Keadaan ini
terjadi akibat infeksi pada saluran napas atas seperti pada adenoid, nasofaring,
rongga hidung, sinus paranasal dan tonsil yang meluas ke kelenjar limfe
retrofiring (limfadenitis) sehingga menyebabkan supurasi pada daerah
tersebut.Sedangkan pada dewasa terjadi akibat infeksi langsung oleh karena
trauma akibat penggunaan instrumen (intubasi endotrakea, endoskopi, sewaktu
adenoidektomi) atau benda asing.
2. Kronis
Biasanya terjadi pada orang dewasa atau anak-anak yang lebih tua. Keadaan
ini terjadi akibat infeksi TB pada vertebra servikalis dimana pus secara
langsung menyebar melalui ligamentum longitudinal anterior. Selain itu abses
dapat terjadi akibat infeksi TB pada kelenjar limfe retrofaring yang menyebar
dari kelenjar limfe servikal.

Patofisiologi
Ruang retrofaring dapat mengalami infeksi yang berkembang menjadi abses melalui
dua cara, yaitu penyebaran infeksi melalui aliran limfe (sebagian besar) secara lokal dari
sumber infeksi atau inokulasi langsung bakteri melalui trauma tembus atau benda asing.
Pada anak, abses retrofaring akut paling banyak disebabkan infeksi saluran
pernapasan atas seperti tonsilitis dan faringitis, sinusitis paranasalis, otitis media dan
infeksi gigi yang kemudian menyebar dan menyebabkan limfadenopati retrofaring.
Limfadenopatiretrofaring kemudian menyebabkan abses retrofiring akibat supurasi
kelenjar getah bening nasofaring. Abses retrofaring akut pada orang dewasa biasanya
disebabkan oleh inokulasi langsung patogen piogenik kedalam ruang retrofaring yang
disebabkan trauma pada faring atau esofagus akibat tertelan benda asing atau prosedur
medis yang traumatik seperti endoskopi, laringoskopi direk, maupun intubasi endotrakeal.
Penyakit-penyakit seperti diabetes melitus, keganasan, alkoholisme kronik, dan AIDS
dilaporkan sebagai predisposisi abses retrofaring pada orang dewasa.
Abses retrofaring kronis pada anak dapat terjadi akibat infeksi tuberkulosis. Pada anak
usia kurang dari 5 tahun, abses retrofaring kronis disebabkan penyebaran dari infeksi
tuberkulosis pada kelenjar limfe servikal dalam ke kelenjar retrofiring yang membentuk
abses dingin. Abses retrofaring kronis yang demikian dikenal sebagai tipe lateral karena
secara klinis terlihat lebih kearah lateral dari garis tengah tubuh, fluktuan, dengan tandai
nflamasi yang minimal.
Gejala Klinis
1. Anamnesa
Pada anamnesa ditemukan adanya demam, hilangnya nafsu makan,
perubahan dalam bicara, kesulitan dalam menelan, nyeri menelan, pembengkakan
pada leher disertai nyeri.
2. Pemeriksaan fisik
a.
Inspeksi : dipsnea, dinding posterior faring membengkak dan
hiperemis pada satu sisi
Palpasi : kelenjar getah bening membesar biasanya bersifat

b.

unilateral, teraba massa yang lunak, berfluktuasi dan nyeri tekan


c. Auskultasi : ditemukan stridor
Penatalaksanaan
1. Medikamentosa
a.

Antibiotik

Antibiotik dosis tinggi untuk kuman anaerob dan aerob, termasuk


untuk stafilokokus, streptokokus dan strain Bacteroides (B.fragilis)
yang resisten terhadap penisilin.Antibiotik diberikan secara parenteral
(IV). Pilihan utama adalah klindamisin yang dapat diberikan tersendiri
atau dikombinasikan dengan sefalosporin generasi kedua. Pemberian
antibiotik biasanya dilakukan selama lebih kurang 10 hari.
b.

Pada infeksi Tuberkulosis diberikan obat tuberkulostatika.

2. Operatif
a. Aspirasi pus
b. Insisi dan Drainase

George L. Adams, MD. 1997. Boies Buku Ajar Penyakit THT Edisi 6. Jakarta. EGC
Fachruddin, D. 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok
Kepala dan Leher Edisi Keenam. Jakarta. FKUI

Anda mungkin juga menyukai