Anda di halaman 1dari 9

Anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya persediaan besi untk

eritropoiesis, karena cadangan besi kosong (depleted iron store) sehngga pembentukan
hemoglobin berkurang.
1. Epidemiologi
Anemia ini merupakan anemia yang paling sering dijumpai di negara berkembang.
Martoatmojo et al memperkirakan prevalensi ADB di Indonesia adalah 16-50% pada lakilaki, 25-84%pada perempuan tidak hamil, dan 46-92% pada perempuan hamil. Anemia ini
merupakan bentuk anemia yang paling prevalens, termasuk anemia defisiensi nutrisi. Pada anakanak usia 1-2 tahun terjadi anemia bentuk ini hingga 47%.
Kriteria Anemia menurut WHO:
Kelompok

Kriteria Anemia (Hb)

Laki-laki dewasa

< 14 g/dl

Wanita dewasa tidak hamil

< 12 g/dl

Wanita hamil

< 11 g/dl

Di Indonesia memakai kriteria Hb < 10 g/dl sebagai awal dari anemia.

2. Klasifikasi Derajat Defisiensi Besi

Deplesi besi : cadangan besi menurun tetapi penyediaan besi untuk eritropoiesis belum
terganggu.

Eritropoiesis defisiensi besi: cadangan besi kosong, penyediaan besi untuk eritopoiesis
terganggu, tetapi belum timbul anemia secara laboratorik.

Anemia defisiensi besi: cadangan besi kosong disertai anemia defisiensi besi.

3. Etiologi
Keseimbangan besi negative dapat disebabkan karena:

Kehilangan besi sebagai akibat perdarahan menahun dapat berasal dari:


-

Saluran cerna: akibat dari tukak peptik, pemakaian salisilat atau NSAID, kanker
lambung, kanker kolon, divertikulosis, hemoroid, dan infeksi cacing tambang

Saluran genitalia perempuan: menorrhagia atau metrorhagia

Saluran kemih: hematuria

Saluran napas: hemoptoe

Gangguan absorpsi besi: gastrektomi, tropical sprue atau kolitis kronik.

Faktor nutrisi: kurangnya jumlah besi total dalam makanan atau kualitas besi yang tidak
baik (makanan banyak serat, rendah vitamin C, dan rendah daging)

Peningkatan kebutuhan

Kebutuhan besi meningkat: seperti pada prematuritas, anak dalam masa pertumbuhan,
masa menyusui, dan kehamilan

Besi yang dibutuhkan laki-laki dewasa sekitar 5-10 mg/hari, sedangkan pada wanita
mencapai7-20 mg/hari. Pada wanita hamil, kebutuhan dapat meningkat hingga 30
mg/hari.

4. Patogenesis
Anemia defisiensi besi melalui beberapa fase patologis yaitu:

Deplesi Besi
Deplesi besi merupakan tahapan awal dari ADB. Berbagai proses patologis yang
menyebabkan kurangnya besi memacu tubuh untuk menyesuaikan diri yaitu dengan
meningkatkan absorbsi besi dari usus. Pada tahapan ini tanda yang ditemui adalah
penurunan ferritin serum dan besi dalam sumsum tulang berkurang.

Eritropoesis defisiensi besi


Kekurangan besi yang terus berlangsung menyebabkan besi untuk eritropoiesis
berkurang namun namun secara klinis anemia belum terjadi, kondisi ini dinamakan
eritropoiesis defisiensi besi. Tanda-tanda yang ditemui pada fase ini adalah peningkatan
kadar protoporhyrin dalam eritrosit, penurununan saturasi transferin, dan peningkatan
Total iron binding capacity (TIBC).

Anemia defisiensi besi


Jika jumlah besi terus menurun maka eritropoiesis akan terus terganggu dan kadar
hemoglobin mulai menurun sehingga terjadi anemia hipokromik mikrositik. Kondisi ini
sudah bisa dikategorikan sebagai anemia defisiensi besi
Anemia defisiensi besi memberikan dampak kesehatan yang cukup banyak kepada
seseorang misalnya gangguan sistem neuromuscular, gangguan kognitif, gangguan
imunitas, dan gangguan terhadap janin.

5. Pengaruh Defisiensi Besi Selain Anemia

Sistem nuromuskular yang menimbulkan gangguan kapasitas kerja: defisiensi besi


menimbulkan penurunan fungsi mioglobin, enzim sitokrom dan gliserofosfat
oksidase, menyebabkan gangguan glikolisis asam laktat menumpuk kelelahan otot
Gangguan terhadap fungsi mental dan kecerdasan: gangguan pada enzim aldehid
oksidase serotonin

menumpuk,

enzim

monoaminooksidase penumpukan

katekolamin dalam otak.


Gangguan imunitas dan ketahanan infeksi
Gangguan terhadap ibu hamil dan janin yang dikandungnya
6. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis anemia defisiensi besi dapat dikategorikan menjadi 2 yaitu gejala
langsung anemia (anemic syndrome) dan gejala khas defisiensi besi. Gejala yang termasuk
dalam anemic syndrome terjadi ketika kadar hemoglobin turun dibawah 7-8 mg/dL berupa
lemah, cepat lelah, mata berkunang-kunang, dan telinga berdenging. Pada pemeriksaan fisik
dapat ditemukan konjungtiva pasien pucat. Gejala khas yang muncul akibat defisiensi besi antara
lain koilonychia (kuku sendok), atrofi papil lidah, cheilosis (Stomatitis angularis), disfagia, atrofi
mukosa gaster, dan Pica (Keinginan untuk memakan tanah).
Selain gejala-gejala tersebut jika anemia disebabkan oleh penyakit tertentu maka gejala
penyakit yang mendasarinya juga akan muncul misalnya infeksi cacing tambang menyebabkan
gejala dyspepsia atau kanker kolon menyebabkan hematoskezia

7. Gejala Umum
Gejala berupa badan lemah, lesu, cepat lelah, mata berkunang-kunang, serta telinga
mendenging. Pada anemia ini, penurunan kadar Hb terjadi secara perlahan-lahan. Anemia
bersifat simtomatik jika kadar Hb turun di bawah 7 g/dL. Pada pemeriksaan fisik, pasien
dijumpai pucat, terutama pada konjungtiva dan daerah bawah kuku
8. Gejala Khas

Koilonychia: kuku sendok (spoon nail), kuku menjadi rapuh, bergaris-garis vertikal dan
menjadi cekung sehingga mirip sendok

Atrofi papil lidah: permukaan lidah menjadi licin dan mengkilap karena papil lidah
menghilang

Stomatitis angularis: radang pada sudut mulut sehingga tampak sebagai bercak berwarna
pucat keputihan

Disfagia: nyeri menelan karena kerusakan epitel hipofaring

Atrofi mukosa gaster sehingga menimbulkan akhloridia


Pica: keinginan memakan makanan yang tidak lazim, ex: tanah liat, es, lem, dll

9. Gejala Penyakit Dasar


Pada anemia penyakit cacing tambang, dijumpai dyspepsia, parotis membengkak, dan
kulit telapak tangan berwarna kuning seperti jerami. Pada anemia karena perdarahan
kronik akibat kanker kolon dijumpai gejala gangguan kebiasaan buang air besar atau gejala lain
tergantung lokasi kanker tersebut.
10. Diagnosis

Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan tanda vital untuk melihat kondisi umum yang

mungkin menjadi penyebab utama yang mempengaruhi kondisi pasien atau efek anemia
terhadap kondisi umum pasien. Pemeriksaan fisik ditujukan untuk menemukan berbagai
kondisi klinis manifestasi kekurangan besi dan sindroma anemic.

Pemeriksaan laboratorium

Jenis Pemeriksaan

Nilai

Hemoglobin

Kadar Hb biasanya menurun disbanding nilai normal


berdasarkan jenis kelamin pasien

MCV

Menurun (anemia mikrositik)

MCH

Menurun (anemia hipokrom)

Morfologi

Terkadang dapat ditemukan ring cell atau pencil cell

Ferritin

Ferritin mengikat Fe bebas dan berkamulasi dalam sistem RE


sehingga kadar Ferritin secara tidak langsung menggambarkan
konsentrasi kadar Fe. Standar kadar normal ferritin pada tiap
center kesehatan berbeda-beda. Kadar ferritin serum normal
tidak menyingkirkan kemungkinan defisiensi besi namun
kadar ferritin >100 mg/L memastikan tidak adanya anemia
defisiensi besi

TIBC

Total Iron Binding Capacity biasanya akan meningkat >350


mg/L (normal: 300-360 mg/L )

Saturasi transferin
Pulasan

Saturasi transferin bisanya menurun <18% (normal: 25-50%)


sel

sumsum tulang

Dapat ditemukan hyperplasia normoblastik ringan sampai


sedang dengan normoblas kecil. Pulasan besi dapat
menunjukkan butir hemosiderin (cadangan besi) negatif. Selsel sideroblas yang merupakan sel blas dengan granula ferritin
biasanya negatif. Kadar sideroblas ini adalah Gold standar
untuk menentukan anemia defisiensi besi, namun pemeriksaan
kadar ferritin lebih sering digunakan.

Diagnosis anemia defisiensi besi meliputi bukti-bukti anemia, bukti defisiensi besi, dan
menentukan penyebabnya. Menentukan adanya anemia dapat dilakukan secara sederhana dengan
pemeriksaan hemoglobin. Untuk pemeriksaan yang lebih seksama bukti anemia dan bukti
defisiensi besi dapat dilakukan kriteria modifikasi Kerlin yaitu:
Anemia hipokrom mikrositer pada hapusan darah tepi, atau MCV <80 fl dan MCHC<31%
dengan salah satu dari berikut ;
a.

Dua dari tiga parameter di bawah ini:


Besi serum <50 mg/dl
TIBC >350 mg/dl
Saturasi transferin <15%

b.

Feritin serum <20 mg/l

c.

Pengecatan sumsum tulang dengan biru prusia ( Perls stain ) menunjukan cadangan besi
(butir0butir hemosiderin ) negative

d.

Dengan pemberian sulfas ferosus 3 x 200 mg/hari (atau preparat besi lain yang setara)
selam 4 minggu disertai keniakn kadar hemoglobin lebih dari 2 g/d

11. Diagnosis Banding


Diagnosis diferensial utama dari anemia defisiensi besi yang mikrostik hipokromik
adalah thallasaemia, penyakit inflamasi kronik, dan sindroma mielodisplastik. Perbedaan
darikondisi-kondisi tersebut antara lain:
Parameter

Anemia

Thallasaemia

Inflamasi kronik

Sindroma

defisiensi besi
Klinis

Blood

mielodisplastik

Sindroma

Sindroma

Sindroma

anemia, tanda-

anemia,

jelas/tidak,

tanda defisiensi

hepatomegali,

sistemik lain

besi

overload besi

Micro/hypo

Normal,

Micro/hypo,

micro/hypo

cell

Smear

anemia Sindroma anemia


gejala

target Micro/hypo

TIBC

Meningkat

Menurun

Normal

Ferritin

Menurun

Normal

Normal

Normal/meningkat

Transferin

Menurun

Normal

Normal/Meningkat

Anemia defisiensi

Anemia

akibat Anemia

besi

penyakit kronik

Sideroblastik

Derajat anemia

Ringan-Berat

Ringan

Ringan-berat

MCV

menurun

Menurun/N

Menurun/N

MCH

Menurun

Menurun/N

Menurun/N

Besi serum

Menurun<30

Menurun < 50

Normal/naik

TIBC

Meningkat > 360

Menurun< 300

Normal/ menurun

Saturasi transferin

Menurun < 15%

Menurun/N 10-20%

Meningkat > 20%

Besi sumsum tulang

Negatif

posotif

Positif dengan ring


sideroblast

Protoporfirin

Meningkat

Meningkat

Normal

Feritin serum

Menurun < 20g/l

Normal 20-200g/l

Meningkat >50g/l

Elektroforesis Hb

Eritrosit

12. Terapi
a. Terapi Kausal

Terapi terhadap penyebab perdarahan. Misalnya pengobatan cacing tambang.


Tujuan utama dari pengobatan infeksi STH adalah mengeluarkan semua cacing dewasa
dari saluran gastrointestinal. Obat yang banyak digunakan adalan Mebendazole (dosis
tunggal 500 mg) dan albendazole (dosis tunggal 400 mg). Benzimidazole bekerja
menghambat polymerase dari microtubule parasit yang menyebabkan kematian dari
cacing dewasa dalam beberapa hari. Walupun albendazole Idan mebendazole merupakan
broad-spectrum terdapat perbedaan penggunaanya dalam klinik. Kedua obat efektif
terhadap ascaris dengan pemebrian dosisi tunggal. Namun, untuk cacing tambang,
mebendazole dosis tunggal memberikan rate pengobatan rendah dan albendazole lebih
efektif. Sebaliknya albendazole dosis tunggal tidak efektif untuk kasus trichiuriasis. Obat
antihelmentik bensimidazole adalah embriotoksik dan teratogenik pada tikus yang hamil,
sehingga jangan digunakan untuk bayi dan selama kehamilan. Pyrantel pamoate dan
levamisole merupakan pengobatan alternative untuk infeksi Ascaris dan cacing tambang,
walaupun pyrantel pamoate tidak efektif untuk mengobati trichiuriasis.
Akhir-akhir ini ditemukan resistensi terhadap obat-obat tersebut. Untuk itu
diperlukan cara pengendalian yang baru. Vaksinasi tetap merupakan metode yang tepat
untuk mengendalikan infeksi STH, karena dapat memotong penyebaran infeksi STH.
Vaksin cacing tambang yang mengandung antigen larva Ancylosoma secreted protein
(ASP)2 efektif pada model hewan (anjing dan tupai) dan studi epidemiologi menunjukan
adanya efek pencegahan. Vaksin cacing tambang Na ASP-2 saat ini masih dalam tahap
pengembangan untuk dapat digunakan pada manusia.
b. Pemberian preparat besi untuk mengganti kekurangan besi dalam tubuh (iron
replacemen therapy ).
1. Terapi Beis Oral
efektif, lebih aman, dan dari segi ekonomi preparat ini lebih murah. Preparat yang
tersedia berupa

Ferro Sulfat : merupakan preparat pilihan pertama karena paling murah dan
efektif, dengan dosis 3 x 200 mg, diberikan saat perut kosong [sebelum makan].
Jika hal ini memberikan efek samping misalkan terjadi mual, nyeri perut,
konstipasi maupun diare maka sebaiknya diberikan setelah makan/ bersamaan
dengan makan atau menggantikannya dengan preparat besi lain.

Ferro Glukonat: merupakan preparat dengan kandungan besi lebih rendah


daripada ferro sulfat. Harga lebih mahal tetapi efektifitasnya hampir sama.

Ferro Fumarat, Ferro Laktat.


Waktu pemberian besi peroral ini harus cukup lama yaitu untuk memulihkan

cadangan besi tubuh kalau tidak, maka anemia sering kambuh lagi. Berhasilnya
terapi besi peroral ini menyebabkan retikulositosis yang cepat dalam waktu kira-kira
satu minggu dan perbaikan kadar hemoglobin yang berarti dalam waktu 2-4 minggu,
dimana akan terjadi perbaikan anemia yang sempurna dalam waktu 1-3 bulan. Hal ini
bukan berarti terapi dihentikan tetapi terapi harus dilanjutkan sampai 6 bulan untuk
mengisi cadangan besi tubuh. Jika pemberian terapi besi peroral ini responnya
kurang baik, perlu dipikirkan kemungkinan kemungkinannya sebelum diganti
dengan preparat besi parenteral. Beberapa hal yang menyebabkan kegagalan respon
terhadap pemberian preparat besi peroral antara lain perdarahan yang masih
berkelanjutan (kausanya belum teratasi), ketidak patuhan pasien dalam minum obat
(tidak teratur) dosis yang kurang, malabsorbsi, salah diagnosis atau anemia
multifaktorial.
2. Parenteral
Indikasi pemeberiaan besi parenteral : (1) intoleransi terhadap pemberian besi
oral ; (2) kepatuhan terhadap obat yang rendah ; (3) gagngguan pencernaan seperti
colitis ulseratif yang dpat kambuh jika diberikan besi; (4) penyerapan besi terganggu,
seperti misalnya pada gastrektomi ; (5) kehilangan darah banyak pada hereditary
hemorrhagic teleangiectasia; (6) kebeutuhan besi yang cepat, misalnya pada ibu
kehamilan trisemester ketiga atau sebelum operasi; (7) difisiensi besi fungsional
relative akibat pemberian eritropoetin pada anemia gagal ginjal kronik atau anemia
akibat penyakit krnik.
Ada beberapa contoh preparat besi parenteral: - Besi Sorbitol Sitrat (Jectofer)
Pemberian dilakukan secara intramuscular dalam dan dilakukan berulang. - Ferri
hidroksida-sucrosa (Venofer) Pemberian secara intravena lambat atau infus.
Beberapa efek samping yang dapat ditimbulkan dari pemberian besi parenteral
meliputi nyeri setempat dan warna coklat pada tempat suntikan, flebitis, sakit kepala,

demam,

artralgia,

nausea,

vomitus,

nyeri

punggung,

flushing,

urtikaria,

bronkospasme, dan jarang terjadi anafilaksis dan kematian.


Dosis besi parenteral
c. Pengobatan lain
Kebutuhan besi [mg]= (15-Hb sekarang) x BB x 2,4 + 500 atau 100 mg
1. Diet: perbaikan diet sehari-hari yaitu diberikan makanan yang bergizi dengan tinggi
protein dalam hal ini diutamakan protein hewani.
2. Vitamin C: pemberian vitamin C ini sangat diperlukan mengingat vitamin C ini
akan membantu penyerapan besi. Diberikan dengan dosis 3 x 100mg.
3. Transfusi darah: pada anemia defisiensi besi ini jarang memerlukan transfusi
kecuali dengan indikasi tertentu.
13. Prognosis
Ketika penyebab merupakan sesuatu yang tidak berat, maka prognosisnya baik, dapat
dilakukan terapi pemberian besi secara berkelanjutan. Jika terapi dihentikan setelah anemia
membaik tetapi cadangan besi belum kembali maka dapat terjadi rekurensi anemia. Untuk
itulah, terapi harus dilakukan paling tidak 12 bulan agar tidak hanya kebutuhan zat besi yang
tercukupi, tetapi juga cadangan besinya terisi.

Anda mungkin juga menyukai