Euthanasia

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 9

LI 1.

Memahami dan Menjelaskan KODEKI


LO 1.1. Definisi Kodeki
Etik (ethos; Yunani) berarti akhlak, adat kebiasaan, watak, perasaan, sikap,
yang baik, yang layak. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (purwadarminta,
1953), etika adalah ilmu pengetahuan tentang azas akhlak. Sedangkan menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia, etika adalah :
Ilmu tentang apa yang baik, apa yang buruk tentang hak dan kewajiban moral.
Kumpulan atau Seperangkat asas atau nilai yg berhubungan dengan akhlak Nilai
yang benar atau salah yg dianut suatu golongan atau masyarakat.
Profesi kedokteran merupakan profesi yang tertua dan dikenal sebagai profesi yang
mulia karena ia berhadapan dengan hal yang paling berharga dalam hidup seseorang
yaitu masalah kesehatan dan kehidupan.
Etik profesi kedokteran merupakan seperangkat perilaku para dokter dan dokter gigi
dalam hubungannya dengan passien, keluarga, masyarakat, teman sejawat dan mitra
kerja.Rumusan perilaku para anggota profesi disusun oleh organisasi profesi bersamasama pemerintah menjadi suatu kode etik profesi yang bersangkutan. Tiaptiap jenis tenaga kesehatan telah memiliki Kode Etiknya, namun Kode Etik tenaga
tersebut mengacu pada Kode Etik kedokteran Indonesia ( KODEKI ).

LI 2. Memahami dan Menjelaskan Kaidah Dasar Biomedik


LO 2.1. Definisi
Bioetika ialah semacam ilmu pengetahuan yang menawarkan pemecahan
masalah bagi konflik moral yang timbul dalam tindakan ilmu hayati dan praktek
kedokteran
Prinsip-prinsip dasar etika adalah suatu aksioma yang mempermudah
penalaran etik. Prinsip-prinsipitu harus dibersamakan dengan prinsip-prinsip
lainnya atau yang disebut spesifik. Tetapi pada beberapa kasus, kerana kondisi
berbeda, satu prinsip menjadi lebih penting dan sah untukdigunakan dengan
mengorbankan prinsip yang lain. Keadaan terakhir disebut dengan Prima
Facie.Konsil Kedokteran Indonesia, dengan mengadopsi prinsip etika kedokteran
barat, menetapkanbahwa, praktik kedokteran Indonesia mengacu kepada kepada 4
kaidah dasar moral yang sering juga disebut kaidah dasar etika kedokteran atau
bioetika, antara lain:
Beneficence
Non-malficence
Justice
Autonomy

LO 2.2. Jenis-jenis
Prinsip Bioetik Benefience
Dalam arti prinsip bahwa seorang dokter berbuat baik, menghormati martabat
manusia, doktertersebut juga harus mengusahakan agar pasiennya dirawat dalam
keadaan kesehatan. Dalam suatuprinsip ini dikatakan bahwa perlunya perlakuan yang
terbaik bagi pasien. Beneficence membawa artimenyediakan kemudahan dan
kesenangan kepada pasien mengambil langkah positif untukmemaksimalisasi akibat
baik daripada hal yang buruk
Ciri-ciri Prinsip Bioetik Benefience, antara lain :
1. Mengutamakan altruism (menolong tanpa pamrih, rela berkorban untuk kepentingan
orang lain)
2. Menjamin nilai pokok harkat dan martabat manusia
3. Memandang pasien/keluarga sebagai sesuatu yang tak hanya menguntungkandokter
4. Mengusahakan agar kebaikan lebih banyak dibandingkan keburukannya
5. Paternalisme bertanggungjawab/berkasih sayang
6. Menjamin kehidupan baik minimal manusia
7. Pembatasan goal based (sesuai tujuan/kebutuhan pasien)
8. Maksimalisasi pemuasan kebahagiaan/preferensi pasien
9. Minimalisasi akibat buruk
10. Kewajiban menolong pasien gawat darurat
11. Menghargai hak-hak pasien secara keseluruhan
12. Tidak menarik honorarium di luar kewajaran
13. Maksimalisasi kepuasan tertinggi secara keseluruhan
14 .Mengembangkan profesi secara terus menerus
15. Memberikan obat berkhasiat namun murah
16. Menerapkan golden rule principle
Prinsip Bioetik Non-Malefience
Tidak berbuat yang merugikan (non-maleficence). Praktik Kedokteran
haruslah memilih pengobatan yang paling kecil risikonya dan paling besar
manfaatnya. Misalnya segera melakukan pemeriksaan kerana kecurigaan. Kaidah ini
pula penting terutama sekali ketika waktu-waktu emergensi atau gawat darurat.
Kaidah ini bermaksud tidak
menimbulkan bahaya atau kecederaan kepada pasien dari segi fizikal atau psikologis.
Prinsip non-maleficence ini boleh digambarkan dengan kata ini yaitu primum non
nocere iaitu pertama jangan menyakiti. Prinsip ini menjadi suatu kewajipan
apabila:Pasien berada dalam keadaan yang sangat berbahaya atau berisiko kehilangan
sesuatuyang sangat penting seperti nyawa atau anggota badan.Tindakan dokter tadi
ialah yang paling efektif pada waktu itu.Manfaat bagi pasien adalah lebih berbanding
manfaat kepada dokter.Prinsip tidak merugikan (non maleficence), merupakan prinsip
dasar menurut tradisi Hipocrates, primum non nocere. Jika kita tidak bisa berbuat baik
kepada seseorang, palingtidak kita tidak merugikan orang itu. Dalam bidang medis,
seringkali kita menghadapi situasidimana tindakan medis yang dilakukan, baik untuk
diagnosis atau terapi, menimbulkan efek yang tidak menyenangkan.
Ciri-ciri Prinsip Bioetik Non-Maleficence ialah:
1. Menolong pasien yang emergensi
2. Mengobati pasien yang luka
2

3. Tidak membunuh pasien


4. Tidak menghina atau memanfaatkan pasien
5. Tidak memandang pasien sebagai obyek

Prinsip Bioetik Justice (Keadilan)


Prinsip keadilan (justice), berupa perlakuan yang sama untuk orang-orang
dalam situasi yang sama, artinya menekankan persamaan dan kebutuhan, bukannya
kekayaan dan kedudukan sosial. Dalam rangka memberikan kepastian dan pelayanan
yang standar dalam bidang kedokteran, buku ini telah disusun bersamasama untuk mewujudkan cita-cita luhur mewujudkan masyarakat Indonesia sejahtera
seutuhnya. Namun, tentunya tak ada gadingyang tak retak. Di sana-sini tentunya
masih banyak kekurangan. Untuk itu kritik dan saranyang membangun akan sangat
kami hargai.Prinsip ini menuntut agar kita memperlakukan orang lain sesuai dengan
haknya. Hak orang lain perlu dihargai dan jangan sampai dilanggar, persis seperti kita
pun mengharapkan agar hak kita dihargai dan tidak dilanggar. Prinsip ini mengatur
agar kita bertindak sedemikian rupa sehingga hak semua orang terlaksana secara
kurang lebih sama sesuai dengan apa yang menjadi haknya tanpa saling merugikan.
Ciri-ciri Prinsip Bioetik justice :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Memberlakukan segala sesuatu secara universal


Mengambil porsi terakhir dari proses membagi yang telah ia lakukan
Menghargai hak sehat pasien
Menghargai hak hukum pasien
Menghargai hak orang lain
Tidak melakukan penyalahgunaan
Tidak membedakan pelayanan pasien atas dasar SARA, status sosial
Tidak memberbeban berat secara tidak merata tanpa lasan tepat atau sah
Mengembalikan hak kepada pemiliknya pada saat yang tepat dan kompeten

Prinsip Bioetik Otonomi ( Self-Determination )


Prinsip menghormati otonomi pasien (Self-Determination), merupakan suatu
kebebasan bertindak dimana seseorang mengambil keputusan sesuai dengan rencana
yangditentukannya sendiri. Di sini terdapat 2 unsur yaitu : kemampuan untuk
mengambilkeputusan tentang suatu rencana tertentu dan kemampuan mewujudkan
rencananya menjadikenyataan. Dalam hubungan dokter-pasien ada otonomi klinik
atau kebebasan professionaldari dokter dan kebebasan terapetik yang merupakan hak
pasien untuk menentukan yangterbaik bagi dirinya, setelah mendapatkan informasi
selengkap-lengkapnya.
LO 2.3. Hukum dan Etik Bioetik
Peraturan Pemerintah (PP) No.26 tahun 1960 tentang Lafal Sumpah Dokter
Indonesia yang bunyinya sama dengan deklarasi Jenewa 1948 dan deklarasi
Sydney 1968 menyatakan bahwa "Saya akan menghormati setiap hidup insani dari
saat pembuahan".(Fuady,2005)
3

Dalam pasal 10 Kodokteran Indonesia tentang kewajiban dokter kepada


pasien,disebutkan bahwa seorang dokter harus senantiasa mengingat akan
kewajiban melindungi hidup makhluk insani. Hal ini berarti bahwa menurut etika
kedokteran, dokter tidak diperbolehkan menggugurkan kandungan dan mengakhiri
hidup seseorang yang sakit meskipun menurut pengetahuan dan pengalaman tidak
akan sembuh lagi. Namun demikian, apabila pasien sudah dipastikan mengalami
kematian batang otak atau kehilangan fungsi otaknya sam sekali, maka pasien
tersebut secara keseluruhan telah mati walaupun sebenarnya jantungnya masih
berdenyut. Oleh karenanya, terlebih apabila ada permintaan dari pihak keluarga
pasien, maka penghentikan tindakan medis dapat dilakukan melalui prosedur yang
telah ditentukan.
Dengan demikian, dasar moral-etika untuk elakukan euthanasia, dalam hal ini
pseudoetanasia, hanyalah memperpendek atau mengakhiri penderitaan pasien dan
bukan mengakhiri hidup pasien, karena pada dasarnya secara klinis pasien
memang telah meninggal. (Sapoetra,2006).
Etika kedokteran mengatur kehidupan, tingkah laku seorang dokter dalam
mengabdikan dirinya terhadap manusia. Kode Etik Kedokteran Islam yang bernama Thibbun
Nabawi, mengatur hubungan dokter dengan Khaliknya, dokter dengan pasien, dan dokter
dengan sejawatnya. Pada butir ketiga etika dokter terhadap Khalik dinyatakan bahwa "Dia
(dokter) hanyalah melakukan pengobatan dan Allah jualah Yang Maha Penyembuh".
Sedangkan pada butir ke-12 dari etika dokter terhadap pasien dinyatakan bahwa "Hendaknya
tujuan pengobatan itu tidak saja menghilangkan penyakit, juga menjamin tidak tumbuhnya
penyakit yang lebih berat , maka biarkan sajalah penyakit itu". Dapat disimpulkan, bahwa
hukum maupun etika kedokteran Islam melarang dilakukannya euthanasia aktif, sedangkan
terhadap euthanasia pasif dibolehkan. (Soepardi,2006).

LI 3. Memahami dan Menjelaskan Euthanasia


LO 3.1. Definisi Euthanasia
Euthanasia berasal dari kata Yunani Euthanathos. Eu = baik, tanpa
penderitaan, sedang tanathos = mati. Euthanasia adalah dengan sengaja tidak
melakukan sesuatu untuk memperpanjang hidup seorang pasien atau sengaja
melakukan sesuatu untuk memperpendek hidup atau mengakhiri hidup seorang
pasien, dan ini dilakukan untuk kepentingan pasien sendiri.
LO 3.2. Jenis- jenis Euthanasia
Dari penggolongan Euthanasia, yang paling praktis & mudah dimengerti adalah:
A. Euthanasia aktif adalah tindakan secara sengaja dilakukan oleh dokter atau
tenagakesehatan lain untuk memperpendek atau mengakhiri hidup pasien.
Merupakantindakan yang dilarang, kecuali di negara yang telah membolehkannya
lewat peraturan perundangan.
B. Euthanasia pasif adalah dokter atau tenaga kesehatan lain secara sengaja
tidak (lagi)memberikan bantuan medis yang dapat memperpanjang hidup pasien,

misalnyamenghentikan pemberian infus, makanan lewat sonde, alat bantu nafas,


atau menundaoperasi.
C. Auto euthanasia adalah seorang pasien menolak secara tegas dengan sadar
untuk menerima perawatan medis & dia mengetahui bahwa hal ini akan
memperpendek ataumengakhiri hidupnya.
D. EUTHANASIA AKTIF
EUTHANASIA AKTIF SUKARELA => Dokter persetujuan pasien/kel
EUTHANASIA AKTIF TERPAKSA => Dokter tanpa persetujuan pasien/kel
E. EUTHANASIA PASIF DIBEDAKAN
EUTHANASIA PASIF SUKARELA => Atas permintaan keluarga/pasin
EUTHANASIA PASIF TERPAKSA => Dokter harapan sembuh tidak ada
Pasien/keluarga tahu

LO 3.3. Memahami dan menjelaskan Hukum dan Etik tentang Euthanasia


Undang-undang No.39 Tahun 1999 yang mengatur Hak Asasi Manusia (HAM)
menyatakan bahwa hak yang paling utama dimiliki manusia adalah hak untuk
hidup sebagaimana diatur didalam Pasal 0 ayat 1 dan Pasal 33 ayat 3, dimana
didalam hak untuk hidup tersebut tercakup pula hak didalamnya untuk mati,
meskipun hak tersebut tidak mutlak. Jika dikaitkan dengan pidana mati, maka
dapat dilihat suatu keganjilan, yaitu dimana seorang tertuduh tersebut juga masiah
ingin mempertahankan kelangsungan hidupnya terus. Dalam hal ini dapat
dikatakan bahwa Hakim telah memaksa kematian seseorang yang sebenarnya
masih ingin hidup terus. Sedangkan pada euthanasia, seorang pasien yang
menghendaki kematian atas dirinya justru malah dilarang dan dihalng-halangi.
Pendek kata, otrang yang masih ingin hidup dipaksa untuk mati oleh hakim,
sedangkan orang yang karena keadaan tidak dapat dielakkan lagi ingin mati
dipaksa untuk hidup terus walaupun dengan penderitaan yang tidak menentu.
Salah satu kasus euthanasia yang masih hangat dibicarakan di Indonesia adalah
kasus yang dialami oleh Hasan Kesuma yang meminta dilakukanya euthanasia
atas istrinya tercintanya Agian Isna Nauli, yang tidak sadarkan diri setelah
melahirkan anak melalui operasi Caesar. Namun permintaan tersebut banyak
mendapat kecaman dan perdebatan dari bebrbagai pihak karena jelas bertentangan
dengan peraturan yang berlaku di Indonesia serta melanggar kode etik kedokteran
serta paling utama adalah sangat bertentangan dengan kehendak Tuhan Yang
Maha Esa. Maka dalam menangani dan menanggulangi masalah ini sangatlah
dituntut peranan pemerintah dan penegak hukum untuk mencermati permasalahan
tersebut sehingga tidak menimbulkan perdebatan maupun perselisihan di berbagai
kalangan.
Didalam KUHP Austria Pasal 139 a berbunyi ;
Seseorang yang membunuh orang lain atas permintaan yang jelas dan sungguhsungguh terhadap korban dianggap bersalah melakukan delik berat pembunuhan
manusia atas permintaan akan dipidana dengan pidana penjara berat dari lima
sampai sepuluh tahun.
Pasal 304 KUHP
Barangsiapa dengan sengaja menyebabkan atau membiarkan orang dalam
kesengsaraan, sedang ia wajib memberikan kehidupan,perawatan,
5

kepada orang
itu,karena hukum yang berlaku baginya atau karena
perjanjian,dipidana dengan pidana
penjara selama- lamanya dua
tahun delapan bulan atau denda sebanyak banyaknya empat ribu limaratus
rupiah
Pasal 306 KUHP
1. Kalau salah satu perbuatan tersebut dalam pasal 304 dan 305 berakibat luka
berat ,yang bersalahdipidana dengan pidana penjara selama-lamanya tujuh tahun
enam bulan.
2. Kalau salah satu perbuatan tersebut berakibat matinya orang,maka yang
bersalah
dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya sembilan
tahun.

Pasal 344 KUHP


Barangsiapa menghilangkan nyawa orang atas permintaan sungguh sungguh
orang itu sendiri dipidana dengan pidana penjara selama lamanya duabelas
tahun.

Pasal 345 KUHP


Barang siapa dengan sengaja membujuk orang supaya membunuh diri atau
menolongnya dalam perbuatan itu, atau memberi ikhtiar kepadanya untuk itu,
dipidana dengan pidana penjara selamalamanya empat tahun,kalau jadi orangnya
membunuh diri

Dalam halini terdapat


apa yang disebut concursus idealis yang diatur dalam pasal 63 KUHP, yang
menyebutkan bahwa: (1) Jika suatu perbuatan masuk dalam lebih dari satu aturan
pidana, maka yangdikenakan hanya salah satu diantara aturan-aturan itu, jika
berbeda-beda yang dikenakanyang memuat ancaman pidana pokok yang paling
berat

KODE ETIK INDONESIA


EUTHANASIA
1. Berpindah ke alam baka dengan tenang dan aman tanpa penderitaan dan bagi
mereka yang beriman dengan menyebutkan nama Allah di bibir.
2. Waktu hidup akan berakhir, diringankan penderitaan si sakit dengan
memberinya obat penenang
3. Mengakhiri penderitaan hidup orang sakit dengan sengaja atas permintaan
pasien sendiri dan keluarganya
Dalam KODEKI pasal 2 dijelaskan bahwa; seorang dokter harus senantiasa
berupaya melaksanakan profesinya sesuai dengan standar profesi tertinggi.
Jelasnya bahwa seorang dokter dalam melakukan kegiatan kedokterannya sebagai
seorang profesi dokter harus sesuai dengan ilmu kedokteran mutakhir, hukum dan
agama. KODEKI pasal 7d juga menjelaskan bahwa setiap dokter harus
senantiasa mengingat akan kewajiban melindungi hidup insani. Artinya dalam
6

setiap tindakan dokter harus bertujuan untuk memelihara kesehatan dan


kebahagiaaan manusia. Jadi dalam menjalankan profesinya seorang dokter tidak
boleh melakukan: Menggugurkan kandungan (abortus provocatus), mengakhiri
kehidupan seorang pasien yang menurut ilmu dan pengetahuan tidak mungkin
akan sembuh lagi (euthanasia),
KODEKI pasal 7d juga menjelaskan bahwa setiap dokter harus senantiasa
mengingat akan kewajiban melindungi hidup insani. Artinya dalam setiap
tindakan dokter harus bertujuan untuk memelihara kesehatan dan kebahagiaaan
manusia. Jadi dalam menjalankan prifesinya seorang dokter tidak boleh
melakukan;
Menggugurkan kandungan (Abortus Provocatus),
LI 4. Memahami dan Menjelaskan Sudut Pandang Islam Tentang Euthanasia
Surat Al-Mulk ayat 2: Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji,
siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya dan Dia Maha Perkasa lagi Maha
Pengampun (Departemen Agama, 1989:955).
QS. Az-Zumar ayat 53:
Katakanlah: Hai hamba-hambaKu yang melampaui batas terhadap diri mereka
sendiri,
janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah
mengampuni
dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi yang
Maha Penyayang. (Departemen Agama RI, 1992:753)
QS. Al-Anam ayat 151:
Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya)
melainkan dengan sesuatu sebab yang benar. (Departemen Agama RI,
1992:214)
Membunuh yang dimaksudkan dalam ayat di atas mengandung pengertian segala
macam bentuk dan jenis pembunuhan, termasuk juga membunuh dengan jalan
euthanasia itu termasuk dalam kategori ayat tersebut, yaitu membunuh secara
sengaja terhadap seseorang dengan bantuan dari orang lain. Dalam pengertian ini
ada subjek, yaitu orang yang membantu melakukan proses pembunuhan dan ada
obyek yaitu pasien yang tengah mengalami penderitaan yang
dinilai cukup tragis. Akan tetapi pada Surat Al-Anam ayat 151 di atas ada
pengecualian pembunuhan yang tidak termasuk euthanasia seperti membunuh saat
berperang melawan
orang kafir. Inilah yang diisyaratkan membunuh dengan alasan yang dibenarkan.
Dalam pengertian yang lebih eksklusif yang mana mengarah kepada euthanasia
pasif sebenarnya dapat pula ditemukan dasarnya di dalam Al-Quran. Karena akan
dianggap
tindakan bunuh diri, dimana pasien meminta sendiri untuk mempercepat
kematiannya dengan diberi obat yang bisa mempercepat kematiannya, keadaan
yang demikian berarti berputus asa dan mengingkari rahmat Allah SWT,
sebagaimana firmanNya dalam QS. An-Nisa ayat 29 yang berbunyi:
Dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya
7

Allah Maha Penyayang kepadamu. (Departemen Agama


RI, 1992:214)
Nyawa merupakan barang titipan Allah SWT, oleh karenanya tidak boleh
diabaikan apalagi untuk menghilangkan secara sengaja. Islam menghendaki setiap
muslim untuk dapat selalu optimis sekalipun ditimpa suatu penyakit yang sangat
berat. pulalah memahami bahwa euthanasia adalah suatu keinginan dalam usaha
mempercepat kematian akibat
ketidakmampuan menahan penderitaan.

Dalam hadits Nabi sw disebutkan betapapun beratnya penyakit itu, tetap ada
obat penyembuhnya.(HR Ahmad dan Muslim)
Janganlah kalian membunuh jiwa yang diharamkan Allah, melainkan dengan
suatu alasan yang benar. Siapa saja yang dibunuh secara zalim, maka
sesungguhnya Kami memberikankekuasaan kepada ahli warisnya, tetapi
janganlah ahli waris itu melampaui batas dalammembunuh. Sesungguhnya ia
adalah orang yang mendapat pertolongan.
(QS al-Isra [17]: 33).
dalam ayat ini manusia dilarang membunuh jiwa manusia lainnya. Ada benang
merah yangmenghubungkan ketiga larangan itu, yakni menjaga keberlangsungan
kehidupan manusiasecara umum
Surah Al-An'am 151-160
[6:151] Katakanlah: "Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh
Tuhanmuyaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat
baiklah terhadap keduaorang ibu bapa, dan janganlah kamu membunuh anak-anak
kamu karena takut kemiskinan,Kami akan memberi rezeki kepadamu dan kepada
mereka, dan janganlah kamu mendekati perbuatanperbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi,da
n janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya)
melainkandengan sesuatu (sebab) yang benar". Demikian itu yang diperintahkan
kepadamu supayakamu memahami(nya).Ayat ini menjelaskan bahawa kita Tidak
boleh membunuh jiwa yang di larang untuk di bunuh. Allah telah menjaga jiwa
manusia sehingga tidak boleh seorang melenyapkan nyawaorang lain tanpa ada
kebolehan dari syariat Allah.
surah al-an'am ayat 151:

[6:151] Katakanlah: "Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh
Tuhanmuya itu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat
baiklah terhadap keduaorang ibu bapa, dan janganlah kamu membunuh anakanak kamu karena takut kemiskinan,Kami akan memberi rezeki kepadamu dan
kepada mereka, dan janganlah kamu mendekati perbuatanperbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi,d
an janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya)
melainkandengan sesuatu (sebab) yang benar". Demikian itu yang diperintahkan
kepadamu supayakamu memahami(nya).

Anda mungkin juga menyukai