Disusun oleh :
MARYSA TRESNANINGRUM
4002110019
Nama Mahasiswa
: Marysa Tresnaningrum
NIM
: 400110019
Ruangan
Penjelasan
LFG (ml/min/1.73m2)
90
60-89
30-59
15-29
Gagal ginjal
6. Manifestasi Muskuloskeletal
Kram otot, kekuatan otot hilang, fraktur tulang, foot drop.
7. Manifestasi Reproduktif
Amenore dan atrofi testikuler.
kalsium dan fosfat tubuh memiliki hubungan saling timbal balik, jika salah satunya
meningkat yang lain akan menurun. Dengan menurunnya filtrasi glomerulus ginjal
terdapat peningkatan kadar serum fosfat dan sebaliknya penurunan kadar serum
kalsium.
Perdarahan gastroenteritis. Kadar ureum yang tinggi dalam darah berpengaruh
pada trombosit dimana trombosit tidak dapat lagi membentuk bekuan. Akibatnya akan
timbul perdarahan dari hidung, gastrointestinal dan sering terjadi perdarahan bawah
kulit. (Smeltzer & Bare, 2001)
Gejala dermatologi yang sering terjadi mencakup rasa gatal yang parah
(pruritis) akibat butiran uremik, suatu penumpukan kristal urea di kulit. (Sibuea,
Herdin, 1992)
2. Tahap kedua pengobatan dimulai ketika tindakan konservatif tidak lagi afektif
dalam mempertahankan kehidupan. Pada keadaan ini terjadi penyakit ginjal
stadium terminal. Penatalaksanaan, meliputi :
a. Hemodialisa
Hemodialisa adalah dialisis yang dilakukan diluar tubuh. Tujuan
hemodialisa adalah untuk mengambil zat-zat toksik di dalam darah,
menyesuaikan kadar air dan elektrolit di dalam darah. Pada hemodialisa
darah dikeluarkan dari tubuh melalui sebuah kateter masuk ke dalam sebuah
alat besar. Di dalam mesin tersebut terdapat ruang yang dipisahkan oleh
sebuah membran semipermeabel. Darah di masukan ke salah satu ruang,
sedangkan ruang yang lain diisi oleh cairan dialisis, dan diantara keduanya
akan terjadi difusi darah dikembalikan ke tubuh melalui sebuah pirau vena.
Hemodialisa memerlukan waktu sekitar 3-5 jam dan dilakukan sekitar
seminggu. Pada akhir interval 2-3 hari di antara terapi, keseimbangan garam,
air, dan pH sudah tidak normal lagi. Hemodialisa tampaknya ikut berperan
menyebabkan anemia karena sebagian besar sel darah merah ikut masuk
dalam proses tersebut, infeksi juga merupakan resiko.
b. Dialisis peritoneum
Dialisis peritoneum berlangsung didalam tubuh. Pada dialisis
peritoneal permukaan peritoneum yang luasnya sekitar 22.000 cm3 berfungsi
sebagai
difusi.
Membran
peritoneum
digunakan
sebagai
sawar
G. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan Umum
a. Urin
1) Volume : biasanya kurang dari 400ml/24 jam (oliguria) atau urine tak ada
(anuria).
2) Warna : secara abnormal urine mungkin disebabkan oleh pus, bakteri,
fosfat.
3) Klirens kreatinin (normal 117-120 ml/menit).
4) Protein:derajat tinggi proteinuria (3-4+) secara kuat menunjukan kerusakan
glomerulus.
b. Darah
1) Ureum meningkat (normal 20-40 mg/dl), kreatinin meningkat (normal 0,51,5 mg/dl)
2) Hitung darah lengkap : Ht menurun, Hb biasanya kurang dari 7-8 g/dl
(normal laki-laki 13-16 gr/dl, perempuan 12-14 gr/dl).
3) Natrium serum : meningkat (normal 135-147 mEq/L).
4) GDA (Gas Darah Arteri) : pH kurang dari 7,2 (normal 7,38-7,44).
5) Kalium : meningkat (normal 3,55-5,55 mEq/L).
6) Magnesium/fosfat : meningkat (normal 1,0-2,5 mg,dl).
7) Kalsium : menurun (normal 9-11 mg/dl).
8) Protein : (khususnya albumin) : menurun. (normal 4-5,2 g/dl).
2. Pemeriksaan khusus :
a. Foto polos abdomen
Untuk menilai bentuk dan besar ginjal dan apakah ada batu/obstruksi.
b. EKG (Elektrokardiografi)
Untuk melihat kemungkinan hipertrofi ventrikel kiri, tanda-tanda perikarditis,
aritmia, dan gangguan elektrolit.
c. USG (Ultrasonografi)
Untuk melihat besar dan bentuk ginjal, tebal korteks ginjal, anatomi sistem
pelviokelises, ureter untuk mencari adanya faktor yang irreversible seperti
obstruksi, oleh karena batu atau massa tumor, juga untuk menilai apakah
proses berjalan lancar. Pemeriksan USG merupakan teknik noninvasive dan
tidak memerlukan persiapan khusus kecuali menjelaskan prosedur serta tujuan
kepada pasien. (Dongoes, Maryllin. 1999)
d. Pielografia Intra-Vena (PIV)
Untuk menilai pelviokalises dan ureter.
e. Pielografia retrograde
Dilakukan bila dicurigai ada obstruksi yang reversible.
f. Pemeriksaan foto dada
Dapat terlihat tanda-tanda bendungan paru akibat kelebihan air (fluid
overload), efusi pleura, kardiomegali dan efusi pericardial.
g. Pemeriksaan radiologi
b. Keluhan utama, yaitu alasan yang paling menonjol pada pasien dengan CKD
untuk dating ke rumah sakit.
c. Riwayat kesehatan
1) Riwayat penyakit sekarang
Ditemukan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil
dengan kesadaran kompos mentis. Turunnya panas terjadi antara hari ke-3
dan ke-7 dan keadaan semakin lemah. Kadang disertai keluhan batuk
pilek, nyeri telan, mual, diare/konstipasi, sakit kepala, nyeri otot, serta
adanya manifestasi perdarahan pada kulit.
2) Riwayat penyakit dahulu
Penyakit apa saja yang pernah diderita klien, apa pernah mengalami
serangan ulang DHF.
3) Riwayat penyakit keluarga
Adanya anggota keluarga yang pernah menderita penyakit yang sama dan
adanya penyakit herediter (keturunan).
d. Pemeriksaan fisik
1) System kardiovaskuler
Hipertensi, pitting edema (kaki, tangan, sacrum). Edema periorbital,
fiction rub pericardial, dan pembesaran vena jugularis, gagal jantung,
perikarditis, takikardia dan disritmia.
2) Sistem integument
Warna kulit abu-abu mengkilat, kulit kering bersisik, pruritus, ekimosis,
kulit tipis dan rapuh, rambut tipis dan kasar, turgor kulit buruk dan gatalgatal pada kulit.
3) System pernafasan
Sputum kental, nafas dangkal, pernafasan kussmaul, edema paru,
gangguan pernafasan, asidosis metabolic, pneumonia, nafas berbau
amoniak, sesak nafas.
4) System gastrointestinal
Ulserasi dan perdarah pada mulut, anoreksia, mual, muntah, konstipasi dan
diare, perdarahan dari saluran gastrointestinal, atitis dan pancreatitis.
5) Sistem neurologi
Kelemahan dan keletihan, konfusi, disorientasi, kejang, penurunan
konsentrasi, kelemahan pada tungkai, rasa panas pada telapak kaki, dan
perubahan perilaku, malaise serta penurunan kesadaran.
6) Sistem musculoskeletal
Kram otot, kekuatan otot hilang, fraktur tulang, foot droop, osteosklerosis,
dan osteomalasia.
7) System urinaria
Oliguria, hiperkalemia, distropi renal, hematuria, proteinuria, anuria,
abdomen kembung, hipokalsemia, hiperfosfatemia, dan asidosis metabolic.
8) System reproduktif
Amenore, atropi testikuler, penurunan libido, infertilitas.
9) Ekstremitas
Aktivitas pasien dibantu, terjadi edema, pengeroposan tulang dan capillary
refill lebih dari 1 detik.
e. Pemeriksaan penunjang
2. Diagnosa Keperawatan
a. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluaran urin,
retensi cairan dan natrium.
b. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan edema paru, asidosis
metabolic, pneumonitis, perikarditis.
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake makanan yang inadekuat (mual, muntah, anoreksia)
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia, retensi produk
sampah dan proses dialysis.
3. Intervensi
Diagnose
Tujuan
Intervensi
Rasional
1. Kaji status
1. Pengkajian
cairan
terjadi kelebihan
cairan,
data dasar
berhubungan
volume cairan.
timbang berat
berkelanjutan
badan,
untuk
haluaran urin,
dilakukan tindakan
keseimbangan
memantau
perawatan selama
intake dan
perubahan dan
natrium.
output, turgor
evaluasi
cairan seimbang
kulit dan
intervensi.
dengan kriteria
adanya edema.
hasil :
2. Pembatasan
1. Terbebas dari
2. Batasi
cairan akan
edema, efusi,
masukan
menentukan
anasarka.
cairan.
berat tubuh
2. Bunyi nafas
ideal, haluaran
bersih, tidak
urin, dan
dispnea.
respon
3. Terbebas dari
terhadap terapi.
distensi vena
jugularis.
4. TTV dalam
batas normal.
3. Sumber
3. Identifikasi
sumber
potensial
cairan.
kelebihan
cairan yang
tidak diketahui
dapat
diidentifikasi.
4. Pemahaman
4. Jelaskan pada
pasien dan
keluarga dalam
pembatasan
cairan.
meningkatkan
kerjasama
pasien dan
keluarga dalam
pembatasan
cairan.
Ketidakefektifan
Tupan : tidak
pola napas
terjadi masalah
berhubungan
pengumpulan
dengan edema
Tupen : setelah
secret.
paru, asidosis
metabolic,
perawatan selama
pneumonitis,
memudahkan
perikarditis
napas adekuat
aliran oksigen.
dengan kriteria
1. Auskultasi
bunyi nafas.
nafas dalam.
3. Atur posisi
1. Menyatakan
adanya
jalan dan
3. Mencegah
hasil :
senyaman
terjadinya sesak
1. Tidak ada
mungkin.
nafas.
dispnea.
4. Batasi untuk
4. Mengurangi
2. Kedalaman
beraktivitas.
nafas normal.
3. Tidak ada
terjadinya sesak
retraksi dada /
atau hipoksia.
penggunaan
5. Kolaborasi
otot bantuan
pemberian
pernafasan.
oksigen.
1. Awasi
5. Mengurangi
sesak.
Ketidakseimbang
Tupan : tidak
an nutrisi kurang
terjadi masalah
konsumsi
si kekurangan
dari kebutuhan
pada nutrisi.
makanan /
nutrisi.
tubuh
Tupen : setelah
cairan.
berhubungan
dengan intake
perawatan selama
adanya mual
menyertai
makanan yang
dan muntah.
akumulasi
inadekuat (mual,
seimbang dan
toksin endogen
muntah,
adekuat dengan
yang dapat
anoreksia)
kriteria hasil :
mengubah atau
1. Nafsu makan
menurunkan
meningkat.
memerlukan
penurunan BB.
nutrisi adekuat.
4. Menghabiskan
porsi makan.
intervensi.
3. Berikan
3. Porsi lebih
makanan
kecil dapat
sedikit tapi
meningkatkan
sering.
masukan
5. Hasil lab
normal
2. Gejala yang
pemasukan dan
2. Tidak terjadi
3. Masukan
1. Mengidentifika
makanan.
4. Berikan
4. Menurunkan
(albumin,
perawatan
ketidaknyaman
kalium)
mulut sering.
an stomatitis
oral dan rasa
tak disukai
dalam mulut
yang dapat
mempengaruhi
masukan
makanan.
Intoleransi
Tupan : pasien
1. Kaji tingkat
1. Mengetahui
aktivitas
dapat melakukan
kemampuan
kemampuan
berhubungan
aktivitas.
pasien dalam
pasien dalam
dengan keletihan,
Tupen : setelah
beraktivitas.
beraktivitas.
anemia, retensi
produk sampah
keluarga
dorongan
dan proses
pasien meningkat
dalam
kepada pasien
dialysis.
dengan kriteria
memenuhi
dalam
hasil :
kebutuhan
pemenuhan
1. Klien mampu
sehari-hari.
kebutuhan
beraktivitas
minimal.
2. Kemampuan
2. Memberikan
sehari-hari.
3. Anjurkan
3. Agar klien
mobilisasi
berpartisipasi
aktivitas
secara
dalam
meningkat
bertahap
perawatan diri.
secara
sesuai dengan
bertahap.
pulihnya
3. Tidak ada
kekuatan.
keluhan sesak
nafas dan lelah
selama dan
setelah
aktivitas
minimal.
4. Bantu pasien
dalam
memenuhi
kebutuhan
sehari-hari jika
pasien belum
mampu
sendiri.
4. Bantuan yang
tepat perlu
dilakukan agar
pasien tidak
memaksakan
diri sehingga
kelelahan
pasien dapat
dihindari.
DAFTAR PUSTAKA