PENDAHULUAN
Prediabetes merupakan suatu keadaan dimana nilai gula darah seseorang
lebih tinggi dari normal, tapi tidak cukup tinggi bila diklasifikasikan dalam
diabetes mellitus tipe II dan pada prediabetes kemungkinan sudah terjadi
1,2,3
insulin .
Istilah prediabetes diperkenalkan pertama kali pada tahun 2002 oleh
Depertement of Health and Human Services (DHHS) dan the American Diabetes
Association (ADA). Sebelumnya
keadaan
prediabetes adalah TGT dan GDPT. Setiap tahun 4-9% orang dengan prediabetes
akan menjadi diabetes
1,2,3
untuk menjadi
penderita
5,6,7
DM tipe II dibandingkan
dengan
reseptor .
Resistensi insulin dengan kadar glukosa darah yang tinggi sering
ditemukan bersamaan dengan penumpukan lemak disekitar perut, tingginya
kadar LDL, trigliserida, rendahnya kadar HDL dan hipertensi. Semua kombinasi
20
insulin, maka sel-sel otot, lemak dan hati tidak dapat menggunakan insulin secara
maksimal dan sebagai kompensasi pncreas akan memproduksi lebih banyak
insulin yang akan beredar dalam sirkulasi. Sehingga pada orang-orang dengan
resistensi insulin ditemukan adanya peningkatan kadar glucosa darah bersamaan
dengan peningkatan kadar insulin. Resistensi insulin dan diakibatkan oleh
genetik, kelebihan berat-badan, kurangnya aktivitas fisik, dan penuaan
1,2,3
Kelebihan berat badan atau obesitas berpengaruh terhadap kerja insulin karena
jaringan lemak yang berlebihan menyebabkan kurangnya kemampuan sel-sel otot
dalam menggunakan insulin sehingga terjadi resistensi insulin.
Pencegahan
Pencegahan prediabetes dibagi menjadi 3 tahap:
Pencegahan Primer : Upaya yang ditujukan pada kelompok yang memiliki
faktor resiko, yakni mereka yang belum terkena, tetapi berpotensi untuk menjadi
8,9
Riwayat lahir dengan berat badan rendah, kurang dari 2,5 kg. Bayi yang
lahir dengan berat badan rendah mempunyai resiko yang lebih tinggi
9
Hipertensi
Dislipidemia
Diet tak sehat. Diet dengan tinggi gula dan rendah serat akan
9.
Pencegahan primer adalah cara yang paling sulit karena menjadi sasaran
adalah orang-orang yang belum sakit artinya mereka masih sehat. Cakupannya
menjadi sangat luas. Yang bertanggung jawab bukan hanya profesi tetapi seluruh
masyarakat termasuk pemerintah. Semua pihak harus mempropagandakan pola
hidup sehat dan menghindari pola hidup beresiko. Menjelaskan kepada
masyarakat bahwa mencegah penyakit jauh lebih baik daripada mengobatinya.
Kampanye makanan sehat dengan pola tradisipnal yang mengandung lemak
rendah atau pola makanan seimbang adalah alteratif terbaik dan harus sudah
8
dan teratur .
Pencegahan Sekunder : adalah upaya mencegah atau menghambat timbulnya
komplikasi pada diabetisi yang telah menderita DM. Menemukan pengidap DM
5
sedini mungkin, misalnya dengan tes penyaringan terutama pad apopulasi resiko
tinggi, dengan demikian pasien diabetes yang sebelumnya tidak terdiagnosis
dapat terjaring, hingga dengan demikian dapat dilakukan upaya untuk mencegah
8,9
8,9
Strategi Pencegahan
Dalam menyelenggarakan upaya pencegahan ini diperlukan suatu strategi
yang efisien dan efektif untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Ada 2 macam
8
agama) .
Pendekatan Individu beresiko Tinggi
Semua upaya pencegahan yang dilakukan pada individu-individu yang
beresiko untuk menderita diabetes pada suatu saat kelak. Pada golongan ini
termasuk individu yang berumur >40 tahun, gemuk (obesitas), hipertensi, riwayat
keluarga DM, riwayat melahirkan bayi >4 kg, riwayat DM pada saat kahamilan,
8
disiplidemia .
Obesitas
Obesitas adalah suatu kelainan akibat penimbunan jaringan lemak tubuh
yang berlabihan. Penyebab obesitas secara pasti belum jelas, tetapi obesitas
umumnya diakibatkan oleh ketidakseimbangan antara asupan dan penggunaan
energi. Obesitas disebabkan oleh banyak hal tetapi terutama oleh factor genetik
dan lingkungan. Di negara yang sedang berkembang, factor lingkungan agaknya
Sangay berperan. Perubahan pola makan dan kurangnya aktivitas tubuh dalam
10
tubuhnya antara 25-29,9 sedangkan kata gori gemuk bila IMT 30. Selain itu
metode lain yang digunakan untuk menentukan distribusi lemak tubuh adalah
10
IMT menurut WHO (1998) dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 2.3.2.1 Klasifikasi berat badan lebih dan obesitas menurut IMT
Klasifikasi
IMT (kg/m2)
<18,5
Kisaran normal
18,5-24,9
>25
Pra obes
25,0-29,9
Obes tingkai I
30,0-34,9
Obes tingkat II
35,0-39,9
>40
2. leptin
leptin yang dihasilkan oleh sel adiposit dapat menurunkan berat badan.
Sebaliknya kekurangna leptin dan defek pada reseptor menyebabkan kegemukan,
hiperinsulinemia dan hiperglikemia.
3. Tumor Necrosis Faktor- (TNF-)
TNF- berperan pada timbulnya resistensi insulin pada obesitas.
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa TNF- menyebabkan gangguan insulin
signaling melalui serin kinase dan tyrosinephospatase.
DPP
DPP merupakan sejenis pemeriksaan klinis yang cukup luas atau suatu
penelitian dengan sasaran pada diet dan latihan fisik serta pemakaian obat DM
oral yang dapat mencegah atau menunda timbulnya DM tipe II pada orang
dengan toleransi glukosa terganggu. DPP ini ditemukan setelah penelitian selama
3 tahun, dan didapatkan suatu kesimpulan bahwa diet dan latihan fisik dapat
menurunkan kemungkinan orang dengan toleransi glukosa terganggu untuk
menjadi DM tipe II. Sedangkan obat DM oral secara kenyataan kurang
5,6,7
bermamfaat
Diagnosis
Diagnosis prediabetes ditegakkan dengan pemeriksaan TTGO setelah
puasa 8 jam. Diagnosa prediabetes ditegakkan apabila hasil tes glukosa darah
menunjukkan : glukosa darah puasa antara 100-125 mg/dl atau glukosa darah 2
9
mendapatkan kontrol metabolik yang lebih baik dan beberapa tambahan tujuan
khusus yaitu
12,13,14
Mempertahankan
normal dengan
12,13
12,13
12,13,14
Berat badan memadai diartikan sebagai berat badan yang dianggap dapat
dicapai dan dipertahankan baik jangka pendek maupun jangka panjang
oleh orang dengan diabetes itu sendiri maupun oleh petugas kesehatan.
Ini mungkin saja tidak sama dengan yang biasanya didefenisikan sebagai
berat badan idaman
12,13,14
optimal
12,13,14
kesehatan
.
secara
keseluruhan
melalui
gizi
yang
pasien .
Pengkajian dapat dilakukan melalui wawancara atau dengan penggunaan
kuesioner. Dietisien yang bekerja diruangan perawatan dapat menggunakan
kuesioner yang sederhana. Pengkajian hendaknya mampu mengindentifikasi
masalah gizi dan miskonsepsi yang ada
12
apa yang
12
11
11
Tahap ini memberikan gambaran tentang gizi, kebutuhan zat gizi, petunjuk
penatalaksanaan gizi pada diabetes, informasi survival-skill yang dianggap
perlu untuk pasien (membaca label, penatalaksanaan pada saat sakit)
12
setiap 3-6 bulan, sedangkan pada orang dewasa setiap 6 sampai 12 bulan .
Kebutuhan gizi medis
Penekanan tujuan terapi gizi medis pada prediabetes hendaknya
pengendalian glukosa,lipit dan hipertensi. Penurunan berat badan dan diet
hipokalori (pada pasien yang gemuk) biasanya memperbaiki kadar glikemik
jagka pendek dan mempunyai potensi menigkatkan kontrol metabolik jangka
lama. Diet dengan kalori sangat rendah, pada umumnya tidak efektif untuk
mencapai penurunan berat jangka lama, dalam hal ini perlu ditekankan bahwa
12
12
12
12, 15,16,17
sekitar 10-
15% dari total kalori perhari. Pada penderita dengan kelainan ginjal, dimana
diperlukan pembatasan asupan protein sampai 40 gram per hari, maka perlu
ditambahkan pemberian suplementasi asam amino esensial. Protein mengandung
energi sebesar 4 kilokalori/gram
12, 15,16,17
3. Pada keadaan kadar glukosa darah tidak terkontrol, pemberian protein sekitar
0,8-1,0 mg/kg berat badan / hari
4. Pada gangguan fungsi ginjal, jumlah asupan protein diturunkan sampai 0,85
gram/kg berat badan / hari dan tidak kurang dari 40 gram
5. Jika terdapat komplikasi kardiovaskular, maka sumber protein nabati lebih
dianjurkan dari protein hewani
12, 15,16,17
sering dijumpai pada diabetes. Asam lemak tidak jenuh rantai tunggal
(monounsaturated fatty acid=MUFA), merupakan salah satu asam lemak yang
dapat memperbaiki kadar glukosa darah dan profil lipid, Pemberian MUFA pada
diet diabetesi dapat menurunkan kadar trigliserida, kolesterol total, kolesterol
VLDL dan meningkatkan kadar kolesterol HDL. Sedangkan asam lemak tidak
jenuh rantai panjang polyunsaturated fatty acid= PUFA) dapat melindungi,
menurunkan
kadar
trigliserida,
memperbaiki
agregasi
trombosit.
PUFA
12,16,17
12,,16,17
14
14
A.4. Serat
Rekomendasi asupan serat untuk orang dengan diabetes sama dengan untuk
orang yang tidak diabetes yaitu dianjurkan menkonsumsi 20-35 g serat
makanan dari berbagai sumber bahan makanan. Di Indonesia anjuranya
12,16,17
A.5. Natrium
Anjuran asupan untuk orang dengan diabetetes sama dengan penduduk biasa
yaitu tidak lebih dari 3000 mg, sedangkan bagi yang menderita hipertensi
12,16,17
A.6. Alkohol
Anjuran penggunaan alkohol untuk orang dengan diabetes sama
dengan masyarakat umum. Dalam keadaan normal, kadar gula darah tidak
terpengaruh oleh penggunaan alkohol dalam jumlah sedang apabila diabetes
12
12
minuman alkohol setara dengan 340 g bir, 140 g anggur atau 42 g distilled
spirits)
12
12, 15,16,17
19
16
16
vit E dalam
tubuh.
Bila makann
digoreng
dengan
yang dapat
Perhitungan jumlah kalori ditentukan oleh status gizi, umur ada tidaknya
stress akut, dan kegiatan jasmani. Penentuan status gizi dapat dipakai indeks
massa tubuh (MT) atau rumus Brocca.
13,16
13,16
Laki-laki
BB < 90 % BBI
BB 90-110% BBI
BB 110-120 % BBI
: -5%
Aktivitas ringan
: + 10%
Aktivitasi sedang
: +20%
Aktivitas berat
: +30%
: -20%
: -10%
: +20%
3. Stress Metabolik
: +10-30%
: +300 kalori
: +500 kalori
Makanan tersebut dibagi dalam 3 porsi besar untuk makan pagi (20%),
makan saing (30%). Makan malam (25%) serta 2-3 porsi ringan (10-15%)
diantara makan besar. Pengaturan makan ini tidak berbeda dengan orang
normal, kecuali dalam pengaturan jadwal makan dan jumlah kalori.
Usahakan untuk merubah pola makan ini secara bertahap sesuai dengan
kondisi dan kebiasaan penderita.
18
18
20
20
DAFTAR PUSTAKA
1. Prediabetes. Januari 2008. http://www.mayoclinic.com [diakses tanggal 17
April 2008]
2. Alberty
G.
26
April
2007.
International
Diabetic
Federation.
K.
Penatalaksanaan
Gizi
pada
Diabetes
Melitus.
Dalam
21
21
14. Almatsier S. Diet Penyakit Diabetes Melitus. Dalam Penuntun Diet. Edisi
Baru.Jakartaa: PT Gramedia Pustaka Utama, 2004, 137-49
15. Syahbudin S. Diabetes Melitus dan Pengelolaannya. Dalam Pedoman Diet
Diabetes Melitus. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2007. 2-8
16. Suryono S. Pengaturan Makanan dan Pengendalian Glukosa Darah. Dalam
Pedoman Diet Diabetes Melitus. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2007. 2-15
17. Jumlah Penderita Diabetes Indonesia. .. 05 September 2005. http://www.
depkes.go.id [diakses tanggal 20 April 2008]
18. Sukatdji K. Daftar Bahan Makanan Penukar dan Perencanaan Makan pada
Diabetes Melitus. Dalam Pedoman Diet Diabetes Melitus. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI, 2007. 25-35
19. Chellem J. The Prediabetic Epidemic. http//www.anapsid.com
20. Soegondo S, Gustaviani R. Sindrom Metabolik. Dalam Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Edisi ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2006. 1849-51
22
22