CMHN
CMHN
jiwa dengan tujuan pasien yang tidak tertangani di masyarakat akan mendapatkan pelayanan yang
lebih baik
Aspek sosial
Dikaitkan dengan kehilangan suami/istri/anak , keluarga dekat, kehilangan
pekerjaan , tempat tinggal, dan harta benda yang memerlukan pelayanan dari berbagai
b.
c.
Stress adaptation model of psychiatric nursing (model stress dan adaptasi dalam
keperawatan jiwa).
d.
e.
f.
g.
h.
Legal ethical context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan legal etika dalam
keperawatan jiwa).
i.
j.
Kegiatan
Kegiatan
1.
2.
Merekrut dan melatih kader keswa untuk skreening ggn jiwa di masyarakat, masalah
psikososial dan sehat jiwa.
3.
c.
Sasaran
masyarakat luas
Kegiatan
1.
2.
1. Psycoanalytical (Freud, Erickson). Model ini menjelaskan bahwa gangguan jiwa dapt
terjadi pada seseorang apabila ego(akal) tidak berfungsi dalam mengontrol id
(kehendak nafsu atau insting). Ketidakmampuan seseorang dalam menggunakan
akalnya (ego) untuk mematuhi tata tertib, peraturan, norma, agama(super ego/das uber
ich), akan mendorong terjadinya penyimpangan perilaku (deviation of Behavioral).
Faktor penyebab lain gangguan jiwa dalam teori ini adalah adanya konflik intrapsikis
terutama pada masa anak-anak. Misalnya ketidakpuasan pada masa oral dimana anak
tidak mendapatkan air susu secara sempurna, tidak adanya stimulus untuk belajar
berkata- kata, dilarang dengan kekerasan untuk memasukkan benda pada mulutnya
pada fase oral dan sebagainya. Hal ini akan menyebabkan traumatic yang membekas
pada masa dewasa. Proses terapi pada model ini adalah menggunakan metode asosiasi
bebas dan analisa mimpi, transferen untuk memperbaiki traumatic masa lalu. Misalnya
klien dibuat dalam keadaan ngantuk yang sangat. Dalam keadaan tidak berdaya
pengalaman alam bawah sadarnya digali dengamn pertanyaan-pertanyaan untuk
menggali traumatic masa lalu. Hal ini lebih dikenal dengan metode hypnotic yang
memerlukan keahlian dan latihan yang khusus. Dengan cara demikian, klien akan
mengungkapkan semua pikiran dan mimpinya, sedangkan therapist berupaya untuk
menginterpretasi pikiran dan mimpi pasien. Peran perawat adalah berupaya melakukan
assessment atau pengkajian mengenai keadaan-keadaan traumatic atau stressor yang
dianggap bermakna pada masa lalu misalnya ( pernah disiksa orang tua, pernah
disodomi, diperlakukan secar kasar, diterlantarkan, diasuh dengan kekerasan,
diperkosa pada masa anak), dengan menggunakan pendekatan komunikasi terapeutik
setelah terjalin trust (saling percaya).
2. Interpersonal ( Sullivan, peplau). Menurut konsep model ini, kelainan jiwa seseorang
bias muncul akibat adanya ancaman. Ancaman tersebut menimbulkan kecemasan
(Anxiety). Ansietas timbul dan alami seseorang akibat adanya konflik saat berhubungan
dengan orang lain (interpersonal). Menurut konsep ini perasaan takut seseorang
didasari adnya ketakutan ditolak atau tidak diterima oleh orang sekitarnya. Proses
terapi menurut konsep ini adalh Build Feeling Security (berupaya membangun rasa
aman pada klien), Trusting Relationship and interpersonal Satisfaction (menjalin
hubungan yang saling percaya) dan membina kepuasan dalam bergaul dengan orang
lain sehingga klien merasa berharga dan dihormati. Peran perawat dalam terapi adalah
share anxieties (berupaya melakukan sharing mengenai apa-apa yang dirasakan klien,
apa yang biasa dicemaskan oleh klien saat berhubungan dengan orang lain), therapist
use empathy and relationship ( perawat berupaya bersikap empati dan turut merasakan
apa-apa yang dirasakan oleh klien). Perawat memberiakan respon verbal yang
mendorong rasa aman klien dalam berhubungan dengan orang lain.
3. Social ( Caplan, Szasz). Menurut konsep ini seseorang akan mengalami gangguan jiwa
atau penyimpangan perilaku apabila banyaknya factor social dan factor lingkungan yang
akan memicu munculnya stress pada seseorang ( social and environmental factors
create stress, which cause anxiety and symptom). Prinsip proses terapi yang sangat
penting dalam konsep model ini adalah environment manipulation and social support (
pentingnya modifikasi lingkungan dan adanya dukungan sosial) Peran perawat dalam
memberikan terapi menurut model ini adalah pasien harus menyampaikan masalah
menggunakan sumber yang ada di masyarakat melibatkan teman sejawat, atasan,
keluarga atau suami-istri. Sedangkan therapist berupaya : menggali system sosial klien
seperti suasana dirumah, di kantor, di sekolah, di masyarakat atau tempat kerja.
4. Existensial ( Ellis, Rogers). Menurut teori model ekistensial gangguan perilaku atau
gangguan jiwa terjadi bila individu gagal menemukan jati dirinya dan tujuan hidupnya.
Individu tidak memiliki kebanggan akan dirinya. Membenci diri sendiri dan mengalami
gangguan dalam Body imagenya. Prinsip dalam proses terapinya adalah :
mengupayakan individu agar berpengalaman bergaul dengan orang lain, memahami
riwayat hidup orang lain yang dianggap sukses atau dapat dianggap sebagai
dampak terapi, menentukan diagnose, dan menentukan jenis pendekatan terapi yang
digunakan.
2.
3.
4.
5.
Mengelola
dan
mengkoordinasikan
sistem
pelayanan
yang
mengintegrasikan
pedoman
pelayanan
bagi
individu,
keluarga,
kelompok,
untuk
Program dukungan sosial diberikan pada anak yatim piatu , individu yang kehilangan
pasangan , pekerjaan, kehilangan rumah/ tempat tinggal , yang semuanya ini mungkin
terjadi akibat bencana. Beberapa kegiatan yang dilakukan adalah :
pencegahan
penyalahgunaan
obat.
Penyalahgunaan
obat
sering
e. Program pencegahan bunuh diri. Bunuh diri merupakan salah satu cara penyelesaian
masalah oleh individu yang mengalami keputus asaan. Oleh karena itu perlu dilakukan
program :
1) Memberikan informasi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang tandatanda bunuh diri.
2) Menyediakan lingkungan yang aman untuk mencegah bunuh diri.
3) Melatih keterampilan koping yang adaptif.
2. Pencegahan Sekunder
Fokus pelayanan keperawatan pada pencegahan sekunder adalah deteksi dini dan
penanganan dengan segera masalah psikososial dan gangguan jiwa. Tujuan pelayanan
adalah menurunkan angka kejadian gangguan jiwa. Target pelayanan adalah anggota
masyarakat yang beresiko atau memperlihatkan tanda-tanda masalah dan gangguan
jiwa. Aktivitas pada pencegahan sekunder adalah :
a. Menemukan kasus sedini mungkin dengan cara memperoleh informasi dari berbagai
sumber seperti masyarakat, tim kesehatan lain dan penemuan langsung.
b. Melakukan penjaringan kasus dengan melakukan langkah-langkah sebagai berikut :
1) Melakukan pengkajian 2menit untuk memperoleh data fokus pada semua pasien yang
berobat kepukesmas dengan keluhan fisik.
2) Jika ditemukan tanda-tanda yang berkaitan dengan kecemasan dan depresi maka
lanjutkan pengkajian dengan menggunakan pengkajian keperawatan kesehatan jiwa.
3) Mengumumkan kepada masyarakat tentang gejala dini gangguan jiwa (di tempat
tempat umum)
4) Memberikan pengobatan cepat terhadap kasus baru yang ditemukan sesuai dengan
standar pendelegasian program pengobatan (bekerja sama dengan dokter) dan
memonitor efek samping pemberian obat, gejala, dan kepatuhan pasien minum obat.
5) Bekerja sama dengan perawat komunitas dalam pemberian obat lain yang dibutuhkan
pasien untuk mengatasi gangguan fisik yang dialami (jika ada gangguan fisik yang
memerlukan pengobatan).
6) Melibatkan keluarga dalam pemberian obat, mengajarkan keluarga agar melaporkan
segera kepada perawat jika ditemukan adanya tanda-tanda yang tidak biasa, dan
menginformasikan jadwal tindak lanjut.
7) Menangani kasus bunuh diri dengan menempatkan pasien ditempat yang aman,
melakukan pengawasan ketat, menguatkan koping, dan melakukan rujukan jika
mengancam keselamatan jiwa.
8) Melakukan terapi modalitas yaitu berbagai terapi keperawatan untuk membantu
pemulihan pasien seperti terapi aktivitas kelompok , terapi keluarga dan terapi
lingkungan.
9) Memfasilitasi self-help group (kelompok pasien, kelompok keluarga, atau kelompok
masyarakat pemerhati) berupa kegiatan kelompok yang mebahas masalah-masalah
yang terkait dengan kesehatan jiwa dan cara penyelesaiannya.
10) Menyediakan hotline service untuk intervensikrisis yaitu pelayanan dalam 24 pukul
melalu telepon berupa pelayan konseling.
11) Melakukan tindakkan lanjut (follow-up) dan rujukan kasus.
3. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier adalah pelayanan keperawatan yang berfokus pelayana keperawatan
adalah : pada peningkatkan fungsi dan sosialisasi serta pencegahan kekambuhan pada
pasien gangguan jiwa. Tujuan pelayanan adalah mengurangi kecacatan atau
ketidakmampuan akibat gangguan jiwa. Target pelayanan yaitu anggota masyarakat
mengalami gangguan jiwa pada tahap pemulihan. Aktifitas pada pencegahan tersier
meliputi :
1. Program dukungan sosial dengan menggerakan sumber-sumber dimasyarakat seperti :
sumber pendidikan, dukungan masyrakat (tetangga, teman dekat, tokoh masyarakat),
dan pelayan terdekat yang terjangkau masyarakat. Beberapa kegiatan yang dilakukan
adalah :
a. Pendidikan kesehatan tentang perilaku dan sikap masyarakat terhadap penerima
pasien gangguan jiwa.
b. Penjelasan tentang pentingnya pemanfaatan pelayanan kesehatan dalam penanganan
pasien yang melayani kekambuhan.
2. Program rehabilitas untuk memberdayakan pasien dan keluarga hingga mandiri
berfokus pada kekuatan dan kemampuan pasien dan keluarga dengan cara :
a. Meningkatkan kemampuan koping yaitu belajar mengungkapkan dan menyelesaikan
masalah dengan cara yang tepat
b. Mengembangkan sistem pendukung dengan memberdayakan keluarga dan masyarakat.
c.
Menyediakan pelatihan dan kemampuan dan potensi yang perlu dikembangkan oleh
pasien, keluarga dan masyarakat agar pasien produktif kembali.
Program rekreasi seperti nonton bersama, jalan santai, pergi ke tempat rekreasi.
d. Kegiatan sosial dan keagamaan (arisan bersama, pengajian bersama, majelis taklim,
kegiatan adat)
4. Program mencegah stigma. Stigma merupaka anggapan yang keliru dalam masyarakat
terhadap gangguan jiwa, oleh karena itu, perlu diberikan program mencegah stigma
untuk menghindari isolasi dan deskriminasi terhadap pasien gangguan jiwa. Beberapa
kegiatan yang dilakukan, yaitu :
F.
Jenis Gangguan Jiwa yang ditangani pada (Anak, Remaja dan Lansia)
d. Gangguan makan : Gangguan makan dapat melibatkan emosi dan sikap, serta perilaku
yang tidak biasa, terkait dengan kondisi tubuh bahkan makanan.
e. Gangguan Eliminasi : Gangguan ini mempengaruhi perilaku yang terkait dengan
pembuangan limbah tubuh (feses dan urin).
f.
Gangguan Afektif : Gangguan ini melibatkan perasaan sedih terus menerus bahkan
berubahnya suasana hati dengan cepat.
g. Skizofrenia : Ini adalah gangguan serius yang melibatkan persepsi terdistorsi dan
pikiran.
h. Gangguan Tic : Gangguan ini menyebabkan seseorang untuk melakukan aktifitas yang
sama serta berulang, gerakan tiba-tiba dan tak terkendali serta sering.
Beberapa penyakit, seperti gangguan kecemasan, gangguan makan, gangguan
afektif, dan skizofrenia, dapat terjadi pada orang dewasa maupun anak-anak.
Sedangkan gangguan perilaku dan gangguan perkembangan, gangguan eliminasi,
gangguan belajar dan komunikasi dimulai pada masa kanak-kanak saja, meskipun
dapat berlanjut terus sampai dewasa. Dalam kasus yang jarang terjadi, gangguan tic
dapat terjadi pada orang dewasa. Tetapi hal yang tidak biasa bagi seorang anak memiliki
lebih dari satu gangguan.
hati-hati
antara
depresi
yang
disebabkan
oleh
gejolak
mood yang normal pada remaja (adolescent turmoil) dengan depresi yang patologik.
Akibat sulitnya membedakan antara kedua kondisi diatas, membuat depresi pada
remaja sering tidak terdiagnosis, bila tidak ditangani dengan baik, gangguan psikiatrik
pada
remaja
sering
kali
akan
berlanjut
sampai
masa dewasa. Menurut Carlson, seperti yang dikutip oleh shafii membagi depresi pada
remaja menjadi tipe primer dan sekunder.
d. Gangguan Psikotik
Gangguan psikotik adalah suatu kondisi terdapatnya gangguan yang berat dalam
kemampuan menilai realitas, yang bukan karena retardasi mental atau gangguan
penyalahgunaan
NAPZA.
Terdapat
gejala
yaitu
waham
halusinasi,
perilaku yang sangat kacau , pembicaraan yang inkoheren ( kacau ) , tingkah laku
agitatif dan disorientasi yang termasuk gangguan psikotik antara lain :
Skizofrenia
Gangguan waham
Gangguan mental organik dengan gejala psikotik ( yang ditandai oleh adanya antara
lain delirium,demensia )
Skizofrenia pada masa kanak dan remaja didefinisikan sama dengan skizofrenia pada
masa dewasa, dengan gejala psikotik yang khas, seperti adanya defisit pada fungsi
adaptasi, waham, halusinasi, asosiasi yang melonggar atau inkoherensi ( isi pikir yang
kacau ), katatonia, afek yang tumpul atau tidak dapat diraba-rabakan.
e. Gangguan Penyalahgunaan NAPZA ( Narkotik, Alkohol, Psikotropika, dan
zat
Adikiflainnya
Kesulitan Akademik
Adanya komorbiditas dengan gangguan psikiatrik lain, seperti gangguan tingkah laku
dan depresi.
Impulsivitas
menjadi tak tahu waktu, tempat maupun orang. Ganguan skizofrenia berawal dengan
keluhan halusinasi dan waham kejaran yang khas seperti mendengar pikirannya sendiri
diucapkan
dengan
nada
keras,
atau
mendengar
dua
orang
atau
lebih
tilikan (insight) serta daya menilai realitasnya yang baik. Kepribadiannya tetap utuh,
secara kualitas perilaku orang neurosis tetap baik, namun secara kuantitas perilakunya
menjadi irrasional. Secara umum gangguan neurosis dapat dikategorikan sebagai
berikut:
1) Neurosis cemas dan panic
2) Neurosis obsesif kompulsif
3) Neurosis fobik
4) Neurosis histerik (konversi)
5) Gangguan somatoform
6) Hipokondriasis
Pencegahan primer
Penanganan multidisiplin
c.
hendaknya
keluarga.Keluarga
melakukan
mengetahui
peran
kontrak
dan
hubungan
tanggung
dengan
jawabnya
klien
dalam
dan
proses
dan
mengenal
perasaannya,mengidentifikasi
kebutuhan
dan
1)
2)
3)
4)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keperawatan Jiwa adalah pelayan keperawatan profesional didasarkan pada ilmu
perilaku, Ilmu keperawatan jiwa pada manusia sepanjang siklus kehidupan dengan
respon psiko-sosial yang maladaptif yang disebabkan oleh gangguan bio-psiko-sosial,
dengan menggunakan diri sendiri dan terapi keperawatan jiwa (komunikasi terapetik
dan dan terapi modalitas keperawatan kesehatan jiwa) melalui pendekatan proses
keperawatan untuk meningkatkan, mencegah, mempertahankan dan memulihkan
masalah kesehatan jiwa. klien, (individu, keluarga, kelompok komunitas).
Keperawatan kesehatan jiwa merupakan proses interpersonal yang berupaya
untuk meningkatkan dan mempertahankan perilaku yang mendukung pada fungsi yang
terintegrasi sehingga sanggup mengembangkan diri secara wajar dan dapat melakukan
fungsinya dengan baik, sanggup menjelaskan tugasnya sehari-hari sebagaimana
mestinya, Dalam mengembangkan upaya pelayanan keperawatan jiwa, perawat sangat
penting untuk mengetahui dan meyakini akan peran dan fungsinya, serta memahami
beberapa konsep dasar yangf berhubungan denga asuhan keperawatan jiwa.
DAFTAR PUSTAKA
Keliat, Budi Anna. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas CMHN Basic. Jakarta: EGC.
Makalah Keperawatanku, Community Mental Health Nursing. Post 14 Maret 2012. Diambil pada
tanggal
15
April
2013,
dari
alamathttp://makalahkeperawatanku.blogspot.com/2012/03/co
mmunity-mental-health-nursing.html
Dunia Remaja, Beberapa jenis gangguan jiwa yang banyak terjadi pada masa remaja. Post 23
Februari
2012.
Diambil
pada
tanggal
15
April
2013,
dari
alamathttp://reni77.wordpress.com/2012/02/23/beberapa-jenis-
gangguan-jiwa-yang-banyak-terjadi-pada-masa-remaja/
Kesehatan komposiana, Gangguan Jiwa Pada Anak. Post 12 April 2013. Diambil pada tanggal 15
April
2013,
dari
alamathttp://kesehatan.kompasiana.com/kejiwaan/2013/04/12/g
angguan-jiwa-pada-anak
545552.html?utm_source=WP&utm_medium=box&