Anda di halaman 1dari 22

Tugas Embriologi dan Genetika Perkembangan

SISTEM SIRKULASI

OLEH
BAHTIAR O111 13 003
RIDHA NURFALAH ABWAH O111 13 005
MUH. RULLI MARASAKTI O111 13 021
WIDYA PURWANA WITARASA O111 13 023
RUSMIN INDRA O111 13 302
WADI OPSIMA O111 13 310
PUTRI JELITA O111 13 312

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ungkapkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat
dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul Sistem
Sirkulasi. Makalah ini dikerjakan demi memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Embriologi dan Genetika Perkembangan Program Studi Kedokteran Hewan
Universitas Fakultas Kedokteran Hasanuddin.
Terselesaikannya makalah ini tentunya tidak lepas dari dorongan dari
bantuan berbagai pihak yang telah mendorong dan membimbing kami, baik
tenaga, ide-ide, maupun pemikiran. Oleh karena itu, kami ingin mengucapkan
terimakasih kepada:
1.

dr. Meriam Sirupang, yang telah memberikan tugas yang sangat bermanfaat,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

2.

Kedua orang tua kami yang dengan sabar memberi dukungan moril dan
materil, kami menyampaikan rasa kasih sayang dan hormat.

3.

Semua teman-teman O-13REV yang telah banyak membantu selama proses


penulisan makalah ini.
Kami telah berupaya dengan semaksimal mungkin dalam penyelesaian

makalah ini, namun kami menyadari masih banyak kelemahan baik dari segi isi
maupun tata bahasa.Untuk itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Kiranya isi makalah
ini bermanfaat dalam memperkaya khasanah ilmu pendidikan dan juga dapat
dijadikan sebagai salah satu sumber referensi. Semoga tulisan yang sederhana ini
dapat bermanfaat bagi semua pembaca pada umumnya, dan bagi kami khususnya.

Makassar,

Desember 2014

Kelompok III
ii

DAFTAR ISI

Kata Pengantar
Daftar Isi

...................................................................................................

Ii

.............................................................................................................

iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

.....................................................................................

..............................................................................................

1.2. Rumusan Masalah

.......................................................................................

1.3. Tujuan Penulisan

...........................................................................................

1.4. Manfaat Penulisan

........................................................................................

1.5. Metode Penulisan

.........................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

..................................................................................

2.1. Pengertian, Fungsi, dan Organ Penyusun Sistem Sirkulasi ............................

2.2 Rute Sirkulasi Embrional

..........................................................................

2.3. Proses terbentuknya jantung

....................................................................

10

2.4. Proses pembentukan pembuluh darah

.......................................................

11

2.5. Proses pembentukan lengkung aorta

.......................................................

16

2.5. Proses peralihan sirkulasi fetus-dewasa .........................................................

17

2.6. Penyakit akibat malformasi kongenital organ sirkulasi

..............................

19

............................................................................................

19

..................................................................................................

22

............................................................................................................

22

BAB III PENUTUP


3.1. Kesimpulan
3.2. Saran

DAFTAR PUSTAKA

.....................................................................................

iii

23

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Organogenesis adalah proses pembentukan organ-organ (alat) tubuh;
atau disebut juga dengan morfogenesis karena meliputi pembentukan morfologi
tubuh. Pada beberapa spesies organogenesis dapat dibedakan menjadi dua
periode, yaitu periode pertumbuhan antara, dan periode pertumbuhan akhir.
Dalam tubuh hewan, organ-organ yang memiliki fungsi yang sama
akan membentuk suatu sistem. Sistem dalam tubuh hewan meliputi, sistem
pencernaan, sistem pernapasan, sistem endokrin, sistem urogenital, sistem
sirkulasi, dan sistem saraf.
Sistem sirkulasi atau sistem kardiovaskular merupakan salah satu
sistem yang memiliki peran penting dalam tubuh hewan. Sistem ini berperan
dalam peredaran darah, O2 dan CO2, serta penyebaran nutrisi dalam tubuh.
Banyak orang yang tidak mengetahui betapa mengagumkannya proses
pembentukan

organ-organ

dalam

sistem

sirkulasi.

Bagaimana

proses

pembentukan jantung, bagaimana proses pembentukan pembuluh darah. Selama


dalam masa kebuntingan banyak hal-hal yang sangat menakjubkan terjadi dalam
perut induk.
Organogenesis sistem sirkulasi meliputi, pembentukan pembuluh
darah, pembentukan pembuluh jantung, pembentukan sekat-sekat jantung, serta
pembentukan

dan

perkembangan

lengkung

aorta.

Hal

inilah

yang

melatarbelakangi penulisan makalah ini, yaitu untuk mengetahui bagaiman proses


organogenesis sistem sirkulasi.

1.2.Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah penulisan makalah ini, yaitu:
1.

Apa pengertian, fungsi, dan organ penyusun sistem sirkulasi?

2.

Bagaimanakah rute sirkulasi embrional?

3.

Bagaimanakah proses terbentuknya jantung?

4.

Bagaimanakah proses pembentukan pembuluh darah?

5.

Bagaimanakah proses pembentukan lengkung aorta?

6.

Bagaimanakah proses peralihan sirkulasi fetus-dewasa?

7.

Apa sajakah penyakit akibat malformasi kongenital organ sirkulasi?

1.3.Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini diharapkan dapat mengetahui:
1.

Pengertian, fungsi, dan organ penyusun sistem sirkulasi;

2.

Rute sirkulasi embrional;

3.

Proses terbentuknya jantung;

4.

Proses pembentukan pembuluh darah;

5.

Proses pembentukan lengkung aorta;

6.

Proses peralihan sirkulasi fetus-dewasa;

7.

Penyakit akibat malformasi kongenital organ sirkulasi.

1.4.Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan makalah ini yaitu:
1.

Secara teoritis sebagai sumbangan bagi perkembangan ilmu pengetahuan


khususnya tentang embriologi sistem sirkulasi.

2.

Secara praktis sebagai sumbangan pemikiran dan masukan bagi para pihak
yang berkepentingan khususnya mahasiswa kedokteran hewan tentang
embriologi system sirkulasi.

1.5.Metode Penulisan
Metode penulisan makalah ini yaitu, penulis membaca buku-buku,
referensi-referensi atau literatur-literatur yang mengenai judul makalah ini Sistem
Sirkulasi.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian, Fungsi, dan Organ Penyusun Sistem Sirkulasi


Sistem Sirkulasi adalah bagian dari sistem peredaran darah. Sistem
sirkulasi terdiri dari aliran oksigen darah dari jantung ke tubuh dan kemudian aliran darah
terdeoksigenasi dari semua bagian tubuh ke jantung. Setiap organisme melakukan
metabolisme, baik organisme uniseluler maupun multiseluler. Metabolisme berlangsung
didalam setiap sel makluk hidup dan untuk itu diperlukan bahan-bahan untuk
berlangsungnya proses metabolisme dengan lancar. Sel-sel mendapat suplai makanan
atau bahan-bahan dari luar tubuh dan dihantarkan ke setiap sel melalui system sirkulasi.
Secara garis besar, sistem sirkulasi memiki tiga fungsi sebagai berikut:

1. Menjamin terpenuhinya kebutuhan tubuh akan sari makanan dan oksigen,


serta pembuangan zat sisa metabolisme dari tubuh dengan segera;
2. Berperan penting dalam penyebaran panas tubuh;
3. Menyebarkan tekanan atau kekuatan
Sistem sirkulasi tersusun atas tiga komponen utama yaitu jantung,
pembuluh, dan cairan tubuh.
a.

Jantung sebagai pompa penggerak cairan tubuh di sepanjang pembuluh.


Jantung Tubuler: Terdapat pada hewan invertebrata, bentuk sederhana
tidak ada klep, dan bekerja secara kontraksi peristaltik.
Jantung Berongga: Terdapat pada hewan vertebrata, mernya memompa
jantung, merupakan organ berotot, gerak, dan kontraksinya secara
periodik.

b. Pembuluh adalah saluran yang akan dilewati oleh cairan yang beredar ke
seluruh tubuh.

2.2. Rute Sirkulasi Embrional


Terdapat tiga rute sirkulasi dengan jantung sebagai pusatnya, yaitu:
1. Sirkulasi Ekstraembrional
a. Sirkulasi Vitelin

Membawa darah dari kantung kuning telur melalui arteri


vitelin
b. Sirkulasi Alantois, membawa darah dari kantung kantung
alantois melalui arteri alantois
2. Sirkulasi Ekstraembrional
Membawa darah dari jantung ke seluruh tubuh embrio dan
dari bagian tubuh embrio menuju kembali ke jantung.

Pada unggas sirkulasi vitelin berfungsi membawa nutrisi yang


diperoleh dari penyerapan butir-butir kuning telur oleh pembuluh-pembuluh
kapiler yang terdapat pada kantung kuning telur. Butir-butir kuning telur oleh
pembuluh-pembuluh kapiler yang terdapat pada kantung kuning telur. Butir-butir
kuning telur diubah oleh enzinm-enzim yang terdapat pada dinding pembuluh
kapiler, lalu diserap dan larut dalam darah yang akan dibawa oleh pembuluh vena
vitelin menuju sinus venosus jantung embrio. Darah yang berasal dari aorta
dorsalis embrio akan dibawa keluar menuju kantung kuning telur oleh arteri
vitelin. Terdapat jalinan dan anastomose kapiler antara arteri vitelin dan vena
vitelin, yaitu di area vaskulosa.
Pada sirkulasi alantois, karioalantois mengandung banyak jalinan
pembuluh darah kapiler berhubungan langsung dengan kerabang telus yang
berpori-pori. Oksigen akan berdifusi dengan darah dibawa oleh vena alantois
menuju sinus venosus jantung embrio kemudian bercampur dengan darah dari
vena vitelin. Darah dari aorta dorsalis selain keluar melalui arteri alantois yang
membawa darah dari aorta dorsalis menuju alantois untuk melepaskan
karbondioksida dan sisa-sisa metabolit dari kapiler-kapilernya.
Pada sirkulasi internal, darah dari jantung masuk ke dalam sepasang
aorta ventralis yang dibawa menuju aorta dorsalis melalui pasangan lengkunglengkung aorta (terdapat 6 pasang selam perkembangannya) yang masing-masing
melalui lengkung-lengkung brankhial. Aorta dosalis berjalan dari anterior ke
posterior dan mencabangkan arteri vitelin pada pertengahan tubuh embrio dan
arteri alantois pada kaudal embrio serta pembuluh-pembuluh kecil diantara tiap-

tiap somit. Darah dari kepala embrio dibawa oleh sepasang vena kardial anterior
(vena prekardinal) dan darah dari dari ekor dan tubuh embrio dibawa oleh
sepasang vena cardinal posterior (vena postkardinal). Vena cardinal anterior dan
posterior sebelum masuk ke jantung bersatu membentuk vena cardinal komunis
yang akan masuk ke sinus venosus jantung. Jadi, sinus venosus jantung menerima
darah dari tiga pasang venayaitu vena vitelin, vena alantois, dan vena kardial
communis.
Darah dari vena vitelin kaya dengan nutrisi, darah dari vena alantois
kaya dengan oksigen sedangkan darah dari vena kardial kaya dengan sisa-sisa
metabolisme embrio. Ketiga jenis darah ini akan bercampur di dalam sinus
venosus menjadikan kadar nutrisi, gas dan sisa metabolit yang ada tetap
berimbang. Darah ini kemudian mesuk ke atrium, lalu ke ventrikel. Oleh ventrikel
darah dipompa melewati trunkus arteriosus, aorta ventralis, lengkung-lengkung
aorta dan aorta dorsalis. Dari aorta dorsalis darah akan di distribusikan ke seluruh
tubuh, kantung kuning telur dan alantois.

Gambar Sisrkulasi Embrional

2.3.

Proses Pembentukan Jantung

2.3.1 Pembentukan Buluh Jantung


Jantung terbentuk dari mesoderm spalnkis daerah cranial dan lateral
kepala embrio. Pada mesoderm daerah ini terbentuk beberapa celah yang
bergabung membentuk rongga yang disebut rongga pericardial. Kumpulan selsel mesoderm spalnkis di ventral rongga pericardial berkumpul membentuk talitali kardiogenik (tali-tali angiogenik) yang selanjutnya berongga membentuk
buluh endokardium primordial. Terdapat sepasang buluh endokardium.
Mesoderm di lateral dari masing-masing buluh endokardiuam menebal
membentuk epimiokardium primordial. Akibat pelipatan tubuh embrio, maka
kedua

buluh

endokardium

tersebut

akan

menyatu

membentuk

buluh

endokardium tunggal. Setelah pelipatan ini maka buluh jantung di ventral usus
depan dan rongga pericardial di ventral buluh jantung. Penyatuan kedua buluh
endokardium primordial terjadi dari arah cranial menuju kaudal sehingga secara
berturut-turut dari arak cranial ke kaudal akan terbentuk trunkus arteriosus,
bulbus kordis, venrtikel, atrium, dan sinus venosus.
Diantara endokardium primordial dengan epi-miokardium primordial
terdapat jeli yang memungkinakan migrasi sel-sel endokardium untuk proses
pembentukan sekat dan katup jantung. Selain itu jeli ini memungkinkan
kontraksi miokardium untuk fungsi pompa jantung. Pada perkembangan
selanjutnya endokardium primordial akan menjadi lapisan endokardium,
sedangkan epi-miokardium akan menjadi otot jantung (miokardium) dibagian
tengah dan epikardium disebelah luar. Selanjutnya, penggantung buluh jantung
(mesokardium) bagian ventral menghilang seluruhnya sedangkan mesokardium
dorsal akan menghilang kecuali pada daerah ujung-ujungnya (daerah trunkus
arteriosus) yang tetap ada. Akibatnya buluh jantung akan mudah melengkung
pada bagian tengahnya sebagai akibat pertumbuhan memanjang dari buluh
jantung tersebut.

Gambar pembentukan Buluh Jantung

2.3.2

Pembentukan Ruang-ruang Jantung


Perkembangan jantung dari bentuk sederhana (buluh yang lurus)

menjadi bentuk kompleks (bentuk jantung dewasa) yang terdiri dari empat
ruang terjadi sebagai akibat proses pelengkungan dari buluh jantung dan
pembentukan sekat-sekat antar jantung. Setelah terbentuknya buluh jantung,
daerah tengah, bulboventrikel, mengalami pemanjangan. Karena trunkus
arteriosus dari atrium di daerah ujung cranial dan kaudal terfiksir sedangkan
daerah bulboventrikel berada bebas dalam ruang jantung pericardial, maka

akibat pemanjangan buluh jantung yang tidak disertai oleh perluasan ruang
pericardium

menyebabkan

buluh

daerah

bulboventrikel

melengkung

membentuk seperti huruf U. Proses pelengkungan buluh jantung seperti ini


menyebabkan ventrikel yang awalnya terdapat di cranial dan atrium di kaudal
berubah tempat sehingga ventrikel berada pada daerah lengkungan (venrtal)
dan atrium berada di sebelah dorsal ventrikel.
Selain pelengkungan, terjadi legokan yang membagi bulboventrikel
menjadi ventrikel kana dan kiri serta atrium menjadi atrium kana dan kiri.
Legokan antara atrium kanan dan kiri juga sebagai akibat tekana trunkus
arteriosus pada daerah terngah dari atrium. Selain itu terjadi perluasan masingmasing ruang dari jantung sehingga dari luar dapat dibedakan empat daerah
penggelembungan yaitu dua ventrikel dan dua atrium.
Pembentukan

sekat

dan

katup

jantung

umumnya

akibat

pertumbuhan aktif jaringan dari kedua sisi atau dari satu sisi endokardim
shingga kan menutupi sebagian atau seluruh ruang menjadi dua ruang yang
terpisah. Cara lain adalah dengan perluasan ruang diantara legok (rigi
endokardium). Sebagai akibat dari perluasan ruang ini rigi tadi akan semakin
panjang dan membentuk sekat. Cara ketiga ini hanya menghasilkan sekat yang
memisahkan ruang secara tidak sempurna.
Pembentukan sekat-sekat antar ruang jantung terjadi pada trunkus
arteriosus, bulbo-ventrikel, ventrikel-atrium, dan atrium. Pembentukan sekat
pada trunkus arteriosus menyebabkan pembagian trunkus menjadi dua saluran
yaitu aorta dan arteri pulmonalis. Pembentukan sekat antara bulbo-ventrikel
memisahkan ventrikel

kanan (bulbus kordis) dengan ventrikel

kiri.

Pembentukan sekat anatara ventrikel-atrium memisahkan ventrikel kanan-kiri


dan atrium kanan-kiri serta terbentuknya katup trikuspidalis (tiga daun katup)
antara ventrikel kanan dan atrium kanan, serta katup bikuspidalis (dua daun
katup) antara ventrikel kiri dengan atrium kiri. Pembentukan sekat antara
atrium memisahkan atrium kanan dan atrium kiri serta pembentukan foramen
dan katup ovale.

Pada perkembangan sinus venosus, sinus venosus kiri kana


mengecil menjadi sinus coronaries, sedangkan sinus venosus kanan yang
berhubungan sengan atrium kanan kanan membesar menerima darah dari vena
cava anterior dan vena cava posterior.
Pembentukan sekat atrium dimulai dengan pertumbuhan sekat
primer dari dorsal menuju ventral membagi atrium menjadi dua ruang yang
masih saling berhubungan melalui foramen (ostium) primer. Pada saat sekat
primer sempurna terbentuk, memisahkan kedua atrium dengan sempurna dan
foramen primer tertutp, maka sekat ini kemudian mengalami peronggaan
kembali yang disebut foramen sekunder. Selanjutnya pada sisi kiri sekat primer
muncul sekat sekunder dari arah dorsal dan ventral. Sekat sekunder ini
menyisakan rongga ditengahnya yang disebut sebagai foramen ovale.
Selanjutnya sisa dari foramen ovale yang mengatur masuknya darah dari
atrium kana ke atrium kiri. Setelah lahir katup ini akan menutup sempurna
sehingga tidak ada hubungan antara atrium kanan dan kiri.
Pembentukan sekat antara ventrikel kanan dan kiri (sekat
intervenrikularis) terjadi sebagai akibat pertumbuhan sekat dari arah ventral.
Selain itu, terjadi penebalan dinding venrikel yang dikenal sebagai proses
trabekulasi.

Proses pembentukan ruang-ruang jantung

2.4.

Pembentukan Pembuluh Darah


Pembentukan pembuluh darah (angiogenesis) ekstraembrional diawali

oleh proses agragasi sel-sel mesoderm spankis pada kantung kuning telur dan
alantois membentuk pulau-pulau darah. Selanjutnya pulau-pulau darah ini akan
berdiferensiasi dimana sel-sel bagian senral membentuk bakal sel-sel darah
(hemositoblas) sedangakan sel-sel perifer memipih dan saling berlekatan satu
dengan yang lain membentuk dinding pembuluh darah (sel-sel endotel). Pembuluh
darah yang terbentuk kemudian saling berhubungan sehingga membentuk jalinan
pembuluh darah vitelin pada kantung kuning telur dan pembuluh darah alantois
(umbilikus) pada kantung alantois.
Pembentukan pembuluh darah inraembrional terjadi bersamaan
dengan pembentukan jantung. Kumpulan sel-sel mesoderm spalnkis embrio yang
awalnya muncul pada sisi lateral embrio lalu menyebar kea rah kepala membentuk
tali-tali angiogenik (tali-tali) kardiogenik. Selanjutnya tali-tali angiogenik ini akan
mengalami peronggaan sehingga terbentuk pembuluh darah (buluh jantung).
Pembuluh darah embrional yang pertama kali terbentuk adalah aorta dorsalis dan
lengkung-lengkung aorta.
Pembuluh darah ekstraembrional, inraembrional dan jantung yang
pada awal pembentukan terpisah-pisah akan saling berhubungan akibat
perkembangan dari masing-masing pembuluh sehingga membentuk suatu
sirkulasi terpadu.
Pembentukan sel-sel darah (hematopoiesis) awalnya berasal dari
hemositoblas yang berasal dari pembuluh ekstraembrional. Sel-sel hemositoblas
ini akan masuk ke tubuh embrio (pembuluh inraembrional) ketika terjadi aliran
darah saat telah

berfungsinya pompa jantung. Ketika hati terbentuk, diduga

hematopoiesis diambil alih fungsi oleh fungsi hati. Pada sepertiaga akhir
kebuntingan, proses hematopoiesis sepenuhnya diambil alih oleh sum-sum tulang.

10

Proses pembentukan pembuluh darah

2.5.

Pembentukan Lengkung Aorta


Aorta dorsalis merupakan arteri utama yang paling awal terbentuk.

Aorta dorsalios ini memiliki cabang-cabang kecil antar segmen (antar somit),
yang disebut arteri intersegmental yang mensuplai darah ke sepanjang aksis tubuh
embrio. Selain itu aorta dorsalis mencabangkan arteri vitelin dan aorta alantois.
Aorta dorsalis pada awalnya terdapat sepasang tetapi pada perkembangan
selnjutnya menyatu secara bertahap kea rah posterior kecuali pada ujung posterior
tatap sepasang. Aorta dorsalis yang tunggal ini kelak menjadi aorta.
Jantung (trunkius arteriosus) berhubungan dengan sepasang aorta
ventralis (yang akan menyatu membentuk sacus aorta). Dari aorta ventralis ini
muncul

pasangan-pasangan lengkung aorta dan menghubungkan aorta vntralis

dan dorsalis. Seraca keseluruhan lengkung-lengkung aorta berjumlah enam


pasang tetapi keenam pasang tersebut terbentuk dan menghilang dalam waktu

11

yang tidak bersamaan, dan tidak semua dari keenam pasang tersebut menetap
dalam perkembangan selanjutnya.
Meskipun pada awalnya pasangan lengkung aorta berbentuk simetris
akan tetapi dalam perkembangan selanjutnya mengalami perubahan yang cukup
drastic. Adapun perubahan-perubahan pada lengkung aorta adalah:
1. Lengkung aorta ke-1 dan ke-2 segera mengalami degenerasi segera setelah
terbentuknya lengkung aorta ke-3 dan ke-4. Aorta dorsalis pada daerah
antara lengkung pada lengkung ke-1 dan ke-2 menetap dan menjadi arteri
carotis interna, sedangkan aorta ventralis pada daerah yang sama menjadi
arteri carotis eksterna.
2. Aorta dorsalis yang terletak pada lengkung aorta ke-3 dan ke-4
berdegenerasi

sedangkan

aorta

ventralisnya

menjadi

arteri

carotis

communisdimana berhubungan dengan (menghubungkan) arteri carotis


eksterna dan interna yang terbentuk diawal.
3. Lengkung aorta 3,4, dan 6 merupakan pembuluh yang besar, sedangkan
lengkung aorta ke-5 tidak berkembang dan kemudian menghilang.
4. Lengkung aorta ke-4 menetap baik sebelah kiri dan kanan tetapi berubah
tidak simetris. Lengkung aorta ke-4 sebelah kana bersama dengan aorta
dorsalis cabang intersegmental ke-7 sebelah kana menjadi arteri subclavia
kanan, sedangkan lengkung aorta sebelah kiri bersama dengan aorta dorsalis
sebalah kiri menjadi aorta. Sementara arteri segmentalis ke-7 sebelah kiri
cabang dari aorta dorsalis sebelah kiri menjadi arteri subclavia kiri.
5. Dari lengkung aorta ke-6 muncul cabang arteri pulmonalis (paru-paru).
Lengkung aorta ke-6 sebelah kananyang berada diantara aorta dorsalis
dengan cabanga arteri pulmonalis yang baru terbentuk mengalami
degenerasi, sedangkan lengkung aorta ke-6 sebalah kiri yang berada antara
cabang arteri pulmonalis dengan aorta dorsalis berifat menetap yang disebut
duktus arteriosus (menghubungkan arteri pulmonalis dengan aorta).
6. Aorta dorsalis sebelah kanan yang terletak antara arteri intersegmental ke-7
dengan aorta dorsalis tunggal akan mengalami degenerasi, sehinga terbentuk

12

aorta definitive dari dari lengkung aorta ke-4 sebelah kiri dan aorta dorsalis
sebelah kiri.

Proses Pembentukan Lengkung Aorta

2.6.

Peralihan Sirkulasi Fetal-Dewasa


Pada saat lahir, terjadi peralihan sirkulasi dari sirkulasi embrional

menjadi sirkulasi dewasa. Peralihan ini terjadi karena sirkulasu plasenta terhenti
dan mulai berfungsi paru-paru pada saat lahir.
2.6.1.

Sirkulasi Fetal
Pada sirkulasi fetal, darah dari karoalantois (plasenta) dibaawa

melalui tali pusar oleh vena alantois menuju ke hati. Dari hati, vena alantois ini
memililki dua cabang, yang oertama sinus portak yang mengalirkan darah dari
vena alantois ke jaringan hati, dan kedua duktus venosus yang menghubungkan
vena alantois langsung menuju vena cava posterior. Selanjutnya darah dibawa
oleh vena cava posterior masuk ke atrium kanan., atrium kana selain menerima
dari vena cava posterior yang membawa darah dari plasenta dan daerah tubuh
embrio bagian badan dan ekor juga menerima darah dari tumbuh embrio
daerah kepala.

13

Darah yang masuk ke atrium kanan (yang mengandung nutrisi,dari


darah plasenta) sebagian masuk ke ventrikel kanan yang selanjutnya dipompa
oleh ventrikel kanan menuju arteri pulmonalis. Sebagian darah dari atrium dari
atrium kanan masuk ke atrium kiri melalui fomen ovale. Darah dari ventrikel
kanan yang di bawah oleh ateri pulmonalis sebagian masuk ke paru-paru kanan
dan kiri dan sebagian lagi masuk ke aorta melalui duktus arteriosus. Darah dari
paru-paru dibwah kembali oleh vena pulmonalis ke jantung masuk ke atrium
kiri.darah atrium kiri yang dibawah oleh vena pulmonalis dan atrium kanan
bercampur dan masuk ke ventrikel kiri dari ventrikel kiri darah di pompa ke
seluruh tubuh melalui aorta. Darah di aorta akan di salurka kedaerah kepala
melalui trunkus brachiocephalicus dan sebagian yang bercampur dengan darah
dari arteri pulmonalis (melalui duktus arteriosus) dibwah oleh aorta desendece
ke tubuh daerah badan dan ekor serta ke organ-organ visceral serta kembali ke
plasenta memlalui arteri alantois (umbilikus). Di plasenta akan terjadi
pertukaran darah fetus dengan darah induk untuk pertukaran karbondioksida
dan oksigen dan sisa metabolit dengan nutrisi baru. Pencampuran darah antara
darah segar (kaya sisa metabolit) dari vena cava memungkinkan menjaga kadar
nutrisi oksigen dan sisa metabolit dalam keadaan seimbang.

Sistem Sirkulasi Fetal

14

2.6.2.

Sirkulasi Pada Saat Lahir


Pada saat lahir, sirkulasi fetus mengalami perubahan yang
meliputi:

1. Penutupan arteri alantois (umbikulus) sebagai akibat pemutusan tali pusar


pada saat kelahiran. Dan arteri alantois yang ada di rongga perut
mengalami pengerutan dan membentuk ligamentum umbikulus.
2. Penutupan vena alantois menjadi ligamentum teres sebagai akibat
pemutusan tali pusar serta penutupan duktus venosus di jaringan hati yang
menghubungkan vena umbilicus dengan vena cava
3. Penutupan duktus arteriosus yang menghubungkan ateri pulmonalis
dengan aorta sisa duktus arteriosus akan menjadi ligamentum arteriosus
4. Penutupan foramen ovale yang menghubungkan atrium kanan dan atrium
kiri. Penutupan ini sebagai akibat rangsangan dari peningkatan kadar
oksigen dalam darah yang berasal dari paru-paru karena telah berfungsinya
paru-paru setelah lahir.

Darah dari seluruh tubuh masuk ke atrium kanan. Darah ini kayak
akan nutrisi dan karbondioksida darah ini masuk ke ventrikel kanan dan
dipompa menuju paru-paru melalui arteri pulmonalis. Di paru-paru terjadi
pertukan karbondioksida dan oksigen. Dari paru-paru darah masuk ke atrium
kiri melalui vena pulmonalis darah ini selain kaya nutrisi juga kaya oksigen.
Darah ini kemudian masuk ke ventrikel kiri dan dipompa ke seluruh tubuh
melalui aorta.

15

2.7.

Malformasi Kongenital Organ Sirkulasi


Ada banyak kelainan yang terjadi pada organ sirkulasi, bisa sebagai akibat

kelainan pembentukan sekat jantung, menetapnya beberapa pembuluh yang


seharusnya menghilang atau pembentukan pembuluh yang menyimpang atau
salah tempat
1. Duktus Arteriosus Persistem
Menetapnya duktus arteriosus yang seharusnya mengkerut
menjadi ligamentum arteriosus, sehingga terdapat hubungan darah antara
arteri pulmonalis dengan aorta. Jika tekanan darah di ventrikel kiri lebih
besar dari ventrikel kanan, maka darah dari aorta akan masuk ke arteri
pulmonalis melalui duktus ini. Sebaliknya jika tekanan darah di ventrikel
kanan lebih besar dari ventrikel kiri, maka darah dari arteri pulmonaris
akan masuk ke aorta.

2. Kelainan Cincin Vascular


Secara normal, lengkung aorta ke 4 dan 6 sebelah kiri saja yang
tetap ada sedang yang sebelah kanan menghilang, maka pada kasus
dimana lengkung aorta paa kedua sisi ini menetap menyebabkan
esophagus terjepit diantaranya. Hal ini menyebabkan dilatasi (perluasan,

16

disebut megaesophagus) esaophagus sebelah cranial dan jepitan akibat


makanan yang masuk mengalami sebagian hambatan.

3. Catat Sekat Interatrial


Cacat sekat interventrikel menyebabkan adanya lubang antara
ventrikel kiri dan ventrikel kanan. Lubang ini terjadi karena katub foramen
oval tidak menyatu sehingga foramen oval tetap terbuka.

4. Cacat Katu Atrium-Ventrikel Kiri


Catat yang terjadi pada katub bicuspidalis (mitralis), sehingga
dapat menyebabkanb kebocoran darah dari ventrikel kiri balik ke atrium
kiri saat ventrikel kiri berkontraksi.

5. Ektopia Cordis
Kelainan letak jantung, misalnya letak jantung yang seharusnya
di rongga dada bisa berada pada rongga leher.

17

BAB III
PENUTUP
3.1.

Kesimpulan

1. Sistem

Sirkulasi

adalah

bagian

dari

sistem

peredaran

darah. Sistem

sirkulasi terdiri dari aliran oksigen darah dari jantung ke tubuh dan kemudian
aliran darah terdeoksigenasi dari semua bagian tubuh ke jantung.

2. Rute sirkulasi embrional ada dua, yaitu sirkulasi intraembrional dan sirkulasi
ekstraembrional.

3. Jantung terbentuk dari mesoderm spalnkis daerah cranial dan lateral


kepala embrio. Pada mesoderm daerah ini terbentuk beberapa celah yang
bergabung membentuk rongga yang disebut rongga pericardial
4. Pembentukan pembuluh darah (angiogenesis) ekstraembrional diawali
oleh proses agragasi sel-sel mesoderm spankis pada kantung kuning telur
dan alantois membentuk pulau-pulau darah.
5. Aorta dorsalis merupakan arteri utama yang paling awal terbentuk. Aorta
dorsalios ini memiliki cabang-cabang kecil antar segmen (antar somit),
6. Pada saat lahir, terjadi peralihan sirkulasi dari sirkulasi embrional menjadi
sirkulasi dewasa. Peralihan ini terjadi karena sirkulasu plasenta terhenti
dan mulai berfungsi paru-paru pada saat lahir

3.2. Saran
Mungkin inilah yang diwacanakan pada penulisan makalah ini meskipun
penulisan ini jauh dari sempurna minimal kami mengimplementasikan tulisan ini.
Masih banyak kesalahan dari penulisan ini, karena kami adalah manusia yang
menjadi tempat salah dan dosa. Dalam hadits al insanu minal khotto wannisa,
dan kami butuh saran/ kritikan agar bisa menjadi motivasi untuk masa depan yang
lebih baik daripada masa sebelumnya.

18

DAFTAR PUSTAKA

Djuwita, Ita, et al. 2000. Bahan Kuliah Embriologi dan Organogenesis. IPB
Press: Bogor
Puja, I Ketut, et al. 2010. Embriologi Modern. Udayana University Press:
Denpasar
Yatim, Wildan, et al. 1984. Embriologi untuk Mahasiswa Biologi dan
Kedokteran. Penerbit Tarsito: Bandung

19

Anda mungkin juga menyukai