a. Definisi
Thalasemia adalah sekelompok heterogen gangguan genetik pada
sintesis hemoglobin yang ditandai dengan tidak ada atau berkurangnya
sintesis
rantai
globin.Thalassemia
merupakan
sekelompok
anemia
b. Epidemiologi
Di seluruh dunia, 15 juta orang memiliki presentasi klinis dari
thalassemia. Fakta ini mendukung thalassemia sebagai salah satu penyakit
turunan yang terbanyak menyerang hampir semua golongan etnik dan
terdapat pada hampir seluruh negara di dunia. Beberapa tipe thalassemia
lebih umum terdapat pada area tertentu di dunia. Thalassemia- lebih sering
ditemukan di negara-negara Mediteraniam seperti Yunani, Itali dan Spanyol.
1
penderita yang tidak diterapi mereka yang mendapat terapi yang dirancang
dengan baik tetap berisiko mengalami bermacam-macam komplikasi.
Kerusakan organ akibat iron overload, infeksi berat yang kronis yang
dicetuskan transfusi darah, atau komplikasi dari terapi khelasi, seperti
katarak, tuli atau infeksi merupakan komplikasi yang potensial.
Usia
Meskipun thalassemia merupakan penyakit turunan (genetik), usia
saat timbulnya gejala bervariasi secara signifikan. Dalam talasemia, kelainan
klinis pada pasien dengan kasus-kasus yang parah dan temuan hematologik
pada pembawa (carrier) tampak jelas pada saat lahir. Ditemukannya
hipokromia dan mikrositosis yang tidak jelas penyebabnya pada neonatus,
digambarkan di bawah ini, sangat mendukung diagnosis.
c. Patofisiologi
Sel darah terdiri dari eritrosit, leukosit, dan trombosit. Eritrosit memiliki
fungsi khusus mengangkut oksigen dalam darah. Eritrosit tidak memiliki nukleus,
organel, atau ribosom, akan tetapi dipenuhi oleh hemoglobin, hemoglobin yaitu
molekul mengandung besi yang berikatan denagn oksigen secara longgar dan
reversibel. Hemoglobin juga berperan dalam transportasi karbondioksiada dan
sebagai
penyangga
darah
dengan
berikatan
secara
reversibel
denagan
penumpang oksigen.
(22). Selain itu terdapat hemoglobin normal lain yaitu Hb A2 yang terdiri dari dua
rantai alfa dan dua rantai delta (22) yang jumlahnya 2,5 %dan HbF (22) yang
jumlahnya kurang dari 2 %.
yang berlebih yang tidak berpasangan tidak dapat membentuk hemoglobin tetramer
yang berfungsi dan kemudian mengendap di prekursor darah merah. Endapanendapan ini kemudian akan membentuk badan inklusi (inclusion body) yang besar,
yang kemudian bertanggung jawab atas terjadinya penghancuran sel darah merah
dalam sumsum tulang (intramedule) yang menyebabkan eritropoiesis menjadi tidak
efektif.
Pada talasemia alfa terjadi gangguan sintesis rantai alfa yang menyebabkan
produksi non alfa yang berlebih agak berbeda, karena rantai alfa berperan dalam
pembentukan hemoglobin baik intrauterin ataupun dewasa sehingga menyebabkan
munculnya mulai sejak bayi sampai pada masa dewasa. Berkurangnya sintesis rantai
alfa menyebabkan sintesis rantai beta yang berlebihan sehingga terbentuk
homotetramer beta 4 atau hemoglobin Homotetramer 4 dan beta 4 dapat larut
sehingga tidak menyebabkan endapan dalam sumsum tulang, sehingga penyebab
anemia pada talasemia alfa berbeda dengan talasemia beta. Pada talasemia yang
hebat homotetramer mengendap pada sel darah merah sehingga umurnya menjadi
lebih pendek.
Penyebab anemia pada talasemia disebabkan oleh tiga hal, yaitu:
1. Terjadinya eritropoiesis yang tidak efektif dengan penghancuran prekursor
eritrosit intrameduler.
2. Hemolisis eritrosit yang sudah matang yang disebabkan oleh endapan rantai alfa
3. Berkurangnya seluruh sintesis hemoglobin sehingga menghasilkan eritrosit
hipokrom dan mikrositer.
yang berbeda telah diketahui sesuai dengan delesi satu, dua, tiga, dan semua
empat gen ini.
Genotip
Jumlah gen
/
-/
4
3
--/ atau
/-
--/-
--/--
Presentasi
Klinis
Normal
Silent carrier
Hemoglobin Elektroforesis
Saat Lahir
> 6 bulan
N
N
0-3 % Hb
N
Barts
Trait thal-
2-10%
N
HbBarts
Penyakit Hb 15-30% Hb Hb H
H
Bart
Hydrops
>75%
Hb fetalis
Bart
Tabel 1. Thalassemia-
Trait Thalassemia-
Trait ini dikarakterisasi dengan anemia ringan dan jumlah sel darah
merah yang rendah. Kondisi ini disebabkan oleh hilangnya 2 gen pada satu
Penyakit Hb H
Kelainan
disebabkan
oleh
hilangnya
gen
globin
Gambar 5. Pewarnaan supravital pada sapuan apus darah tepi Penyakit Hb H yang
menunjukkan Heinz-Bodies
Thalassemia- Mayor
Bentuk thalassemia yang paling berat, disebabkan oleh delesi semua
gen globin-, disertai dengan tidak ada sintesis rantai sama sekali. Karena
Hb F, Hb A, dan Hb A2 semuanya mengandung rantai , maka tidak satupun
dari Hb ini terbentuk. Hb Barts (4) mendominasi pada bayi yang menderita
dan karena 4 memiliki afinitas oksigen yang tinggi, maka bayi itu
mengalami hipoksia berat. Eritrositnya juga mengandung sejumlah kecil Hb
embrional normal (Hb Portland = 22) yang berfungsi sebagai pengangkut
oksigen.
Kebanyakan dari bayi-bayi ini lahir mati, dan kebanyakan dari bayi
yang lahir hidup meninggal dalam waktu beberapa jam. Bayi ini sangat
hidropik, dengan gagal jantung kongestif dan edema anasarka berat. Yang
dapat hidup dengan manajemen neonatus agresif juga nantinya akan sangat
bergantung dengan transfusi.
Thalassemia-
Sama dengan thalassemia-, dikenal beberapa bentuk klinis dari
thalassemia-; antara lain :
- Silent Carrier Thalassemia-
Penderita tipe ini biasanya asimtomatik, hanya ditemukan nilai
eritrosit yang rendah. Mutasi yang terjadi sangat ringan, dan
merepresentasikan
suatu
thalassemia-+.
Bentuk
silent
carrier
10
Trait Thalassemia-
Penderita mengalami anemia ringan, nilai eritrosit abnormal, dan
elektroforesis Hb abnormal dimana didapatkan peningkatan jumlah Hb A2,
Hb F atau keduanya. Individu dengan ciri (trait) thalassemia sering
didiagnosis salah sebagai anemia defisiensi besi dan mungkin diberi terapi
yang tidak tepat dengan preparat besi selama waktu yang panjang. Lebih dari
90% individu dengan trait thalassemia- mempunyai peningkatan Hb-A2
yang berarti (3,4%-7%).
Kira-kira 50% individu ini juga mempunyai sedikit kenaikan HbF,
sekitar 2-6%. Pada sekelompok kecil kasus, yang benar-benar khas, dijumpai
Hb A2 normal dengan kadar HbF berkisar dari 5% sampai 15%, yang
mewakili thalassemia tipe .
12
morfologi
eritrosit
pada
penderita
thalassemia-
e. Stadium Thalassemia
Terdapat suatu sistem pembagian stadium thalassemia berdasarkan
jumlah kumulatif transfusi darah yang diberikan pada penderita untuk
menentukan tingkat gejala yang melibatkan kardiovaskuler dan untuk
memutuskan kapan untuk memulai terapi khelasi pada pasien dengan
thalassemia- mayor atau intermedia. Pada sistem ini, pasien dibagi menjadi
tiga kelompok, yaitu :
1. Stadium I
13
Merupakan mereka yang mendapat transfusi kurang dari 100 unit Packed
Red Cells (PRC). Penderita biasanya asimtomatik, pada echokardiogram
(ECG) hanya ditemukan sedikit penebalan pada dinding ventrikel kiri
dan elektrokardiogram (EKG) dalam 24 jam normal.
2. Stadium II
Merupakan mereka yang mendapat transfusi antara 100-400 unit PRC
dan memiliki keluhan lemah-lesu. Pada ECG ditemukan penebalan dan
dilatasi pada dinding ventrikel kiri. Dapat ditemukan pulsasi atrial dan
ventricular abnormal pada EKG dalam 24 jam.
3. Stadium III
Gejala berkisar dari palpitasi hingga gagal jantung kongestif,
menurunnya fraksi ejeksi pada ECG. Pada EKG dalam 24 jam ditemukan
pulsasi premature dari atrial dan ventrikular.
f. Terapi
Penderita trait thalassemia tidak memerlukan terapi ataupun
perawatan lanjut setelah diagnosis awal dibuat. Terapi preparat besi
sebaiknya tidak diberikan kecuali memang dipastikan terdapat defisiensi besi
dan harus segera dihentikan apabila nilai Hb yang potensial pada penderita
tersebut telah tercapai. Diperlukan konseling pada semua penderita dengan
kelainan genetik, khususnya mereka yang memiliki anggota keluarga yang
berisiko untuk terkena penyakit thalassemia berat.
Penderita thalassemia berat membutuhkan terapi medis, dan regimen
transfusi darah merupakan terapi awal untuk memperpanjang masa hidup.
Transfusi darah harus dimulai pada usia dini ketika anak mulai mengalami
gejala dan setelah periode pengamatan awal untuk menilai apakah anak dapat
mempertahankan nilai Hb dalam batas normal tanpa transfusi.
- Transfusi Darah
Transfusi darah bertujuan untuk mempertahankan nilai Hb tetap pada
level 9 - 9.5 gr/dL sepanjang waktu. Pada pasien yang membutuhkan
transfusi darah reguler, maka dibutuhkan suatu studi lengkap untuk
keperluan pretransfusi. Pemeriksaan tersebut meliputi fenotip sel darah
merah, vaksinasi hepatitis B (bila perlu), dan pemeriksaan hepatitis. Darah
14
yang akan ditransfusikan harus rendah leukosit, 10-15 mL/kg PRC dengan
kecepatan 5 mL/kg/jam setiap 3-5 minggu biasanya merupakan regimen
yang adekuat untuk mempertahankan nilai Hb yang diinginkan. Namun bila
terdapat tanda gagal jantung, pernah ada kelainan jantung atau Hb < 5 gr/dL
maka dosis untuk satu kali pemberian tidak boleh > 5 ml/kg BB. Pada
penderita ini diberikan transfusi PRC 5cc/kgBB ~ 30 cc, dilanjutkan dengan
pemberian transfusi PRC 10 15 cc.kg/BB ~ 90 cc untuk mengatasi anemia
yang disebabkan thalasemianya. Transfusi PRC diberikan bersama Lasix 3
mg i.v di awal dan 3 mg i.v di tengah transfusi. Pertimbangkan pemberikan
asetaminofen dan difenhidramin sebelum transfusi untuk mencegah demam
dan reaksi alergi.
dibanding yang diserap). Karena DFO tidak diserap di usus, maka rute
pemberiannya harus melalui parenteral (intravena, intramuskular, atau
subkutan). Dosis total yang diberikan adalah 30-40mg/kg/hari diinfuskan
selama 8-12 jam saat pasien tidur selama 5 hari/minggu.
Terapi Bedah
Splenektomi
merupakan
prosedur
pembedahan
utama
yang
selalu
dipertimbangkan
sebelum
memutuskan
melakukan
16
Gambar 9. Splenektomi
Diet
Pasien dianjurkan menjalani diet normal dengan suplemen sebagai
berikut : asam folat, asam askorbat dosis rendah dan alfa-tokoferol.
Sebaiknya zat besi tidak diberikan, dan makanan yang kaya akan zat besi
juga dihindari. Kopi dan teh diketahui dapat membantu mengurangi
penyerapan zat besi di usus.
17
g. Skrining
Karena talasemia dan penyakit herediter lainnya saat ini masih belum
dapat disembuhkan, cara terbaik untuk menanggulanginya adalah dengan
melakukan pencegahan atau dengan deteksi dini prenatal dan postnatal,
setidaknya gejala klinisnya dapat ditekan seminimal mungkin. Di beberapa
tempat yang tingkat kejadian talasemia beratnya tinggi, biaya pengobatan
akan menjadi beban ekonomi. Sebagai contoh, di negara-negara kecil dengan
jumlah karier talasemia yang tinggi seperti di Siprus (17%), diperkirakan
apabila seluruh anak yang menderita talasemia diobati dengan transfusi yang
teratur dan terapi DFO maka dalam 15 tahun seluruh anggaran kesehatan
hanya akan dipakai untuk menanggulangi penyakit ini saja. Oleh karena itu,
pendekatan seperti ini bukan jalan terbaik untuk menanggulangi penyakit
talasemia, diperlukan suatu usaha pencegahan terutama untuk bentuk
talasemia lain.
Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan mencegah kelahiran
bayi homozigot dari pasangan suami-isteri dengan talasemia heterozigot.
Diagnosis prenatal melalui skrining ibu hamil pada saat mereka pertama kali
datang, biasanya dilakukan pada minggu 10-12 masa kehamilan. Skrining
juga dilakukan terhadap suami apabila sang isteri ternyata karier, dan
menawarkan kepada pasangan itu sendiri kemungkinan diagnosis pranatal
dan terminasi kehamilan apabila diketahui keduanya pembawa gen talasemia
berat. Pemeriksaan DNA cairan amnion merupakan suatu kemjuan dan
18
h. Prognosis
Pada beberapa peneltian di Italia penderita talasemia yang tidak mendapat
terapi akan meninggal dalam 5 tahun pertama kehidupan. Sedangkan
penderita dengan transfusi yang teratur dan pemberian DFO yang teratur
pula, beberapa penderita dilaporkan dapat hidup mencapai pubertas dengan
normal dengan angka rata-rata harapan hidup meningkat dari 17,1 pada
tahun 1960-an menjadi 31 tahun pada tahun 1970-an, pada beberapa pusat
penelitian dilaporkan penderita talasemia dapat hamil dan mempunyai
keturunan.
19
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
20