Anda di halaman 1dari 20

THALASEMIA

a. Definisi
Thalasemia adalah sekelompok heterogen gangguan genetik pada
sintesis hemoglobin yang ditandai dengan tidak ada atau berkurangnya
sintesis

rantai

globin.Thalassemia

merupakan

sekelompok

anemia

hipokromik herediter dengan berbagai derajat keparahan. Defek genetik yang


mendasari meliputi delesi total atau parsial gen globin dan substitusi, delesi,
atau insersi nukleotida. Akibat dari berbagai perubahan ini adalah penurunan
atau tidak adanya mRNA bagi satu atau lebih rantai globin atau
pembentukan mRNA yang cacat secara fungsional. Akibatnya adalah
penurunan dan supresi total sintesis rantai polipeptida Hb. Kira-kira 100
mutasi yang berbeda telah ditemukan mengakibatkan fenotip thalassemia,
banyak di antara mutasi ini adalah unik untuk daerah geografi setempat.
Pada umumnya, rantai globin yang disintesis dalam eritrosit
thalassemia secara struktural adalah normal. Pada bentuk thalassemia- yang
berat, terbentuk hemoglobin hemotetramer abnormal (4 atau 4) tetapi
komponen polipeptida globin mempunyai struktur normal. Sebaliknya,
sejumlah Hb abnormal juga menyebabkan perubahan hemotologi mirip
thalassemia. Gen thalassemia sangat luas tersebar, dan kelainan ini diyakini
merupakan penyakit genetik manusia yang paling prevalen. Distribusi utama
meliputi daerah-daerah perbatasan Laut Mediterania, sebagian besar Afrika,
Timur Tengah, India, dan Asia Tenggara. Dari 3% sampai 8% orang
Amerika keturunan Itali atau Yunani dan 0,5 % dari kulit hitam Amerika
membawa gen untuk thalassemia-. Di beberapa daerah Asia Tenggara
sebanyak 40 % dari populasi mempunyai satu atau lebih gen thalassemia.

b. Epidemiologi
Di seluruh dunia, 15 juta orang memiliki presentasi klinis dari
thalassemia. Fakta ini mendukung thalassemia sebagai salah satu penyakit
turunan yang terbanyak menyerang hampir semua golongan etnik dan
terdapat pada hampir seluruh negara di dunia. Beberapa tipe thalassemia
lebih umum terdapat pada area tertentu di dunia. Thalassemia- lebih sering
ditemukan di negara-negara Mediteraniam seperti Yunani, Itali dan Spanyol.
1

Banyak pulau-pulau Mediterania seperti Ciprus, Sardinia, dan Malta,


memiliki insidens thalassemia- mayor yang tinggi secara signifikan.
Thalassemia- juga umum ditemukan di Afrika Utara, India, Timur Tengah,
dan Eropa Timur. Sebaliknya, thalassemia- lebih sering ditemukan di Asia
Tenggara, India, Timur Tengah, dan Afrika.

Gambar 1. Daerah Penyebaran Thalassemia/Sabuk Thalassemia

Mortalitas dan Morbiditas


Thalassemia- mayor adalah penyakit yang mematikan, dan semua
janin yang terkena akan lahir dalam keadaan hydrops fetalis akibat anemia
berat. Beberapa laporan pernah mendeskripsikan adanya neonatus dengan
thalassemia- mayor yang bertahan setelah mendapat transfusi intrauterin.
Penderita seperti ini membutuhkan perawatan medis yang ekstensif
setelahnya, termasuk transfusi darah teratur dan terapi khelasi, sama dengan
penderita thalassemia- mayor. Terdapat juga laporan kasus yang lebih
jarang mengenai neonatus dengan thalassemia- mayor yang lahir tanpa
hydrops fetalis yang bertahan tanpa transfusi intrauterin. Pada kasus ini,
tingginya level Hb Portland, yang merupakan Hb fungsional embrionik,
diperkirakan sebagai penyebab kondisi klinis yang jarang tersebut.
Pada pasien dengan berbagai tipe thalassemia-, mortalitas dan
morbiditas bervariasi sesuai tingkat keparahan dan kualitas perawatan.
Thalassemia- mayor yang berat akan berakibat fatal bila tidak diterapi.
Gagal jantung akibat anemia berat atau iron overload adalah penyebab
tersering kematian pada penderita. Penyakit hati, infeksi fulminan, atau
komplikasi lainnya yang dicetuskan oleh penyakit ini atau terapinya
termasuk merupakan penyebab mortalitas dan morbiditas pada bentuk
thalassemia yang berat. Mortalitas dan morbiditas tidak terbatas hanya pada
2

penderita yang tidak diterapi mereka yang mendapat terapi yang dirancang
dengan baik tetap berisiko mengalami bermacam-macam komplikasi.
Kerusakan organ akibat iron overload, infeksi berat yang kronis yang
dicetuskan transfusi darah, atau komplikasi dari terapi khelasi, seperti
katarak, tuli atau infeksi merupakan komplikasi yang potensial.

Usia
Meskipun thalassemia merupakan penyakit turunan (genetik), usia
saat timbulnya gejala bervariasi secara signifikan. Dalam talasemia, kelainan
klinis pada pasien dengan kasus-kasus yang parah dan temuan hematologik
pada pembawa (carrier) tampak jelas pada saat lahir. Ditemukannya
hipokromia dan mikrositosis yang tidak jelas penyebabnya pada neonatus,
digambarkan di bawah ini, sangat mendukung diagnosis.

Gambar 2. Sapuan apus darah tepi Penyakit Hb H pada neonatus

c. Patofisiologi

Sel darah terdiri dari eritrosit, leukosit, dan trombosit. Eritrosit memiliki
fungsi khusus mengangkut oksigen dalam darah. Eritrosit tidak memiliki nukleus,
organel, atau ribosom, akan tetapi dipenuhi oleh hemoglobin, hemoglobin yaitu
molekul mengandung besi yang berikatan denagn oksigen secara longgar dan
reversibel. Hemoglobin juga berperan dalam transportasi karbondioksiada dan
sebagai

penyangga

darah

dengan

berikatan

secara

reversibel

denagan

karbondioksida dan hidrogen. Molekul hemoglobin terdiri dari dua bagian:


1. Bagian globin : suatu protein yang terbentuk dari empat rantai polipeptida
yang sangat berlipat lipat
2. Gugus nitrogenosa nonprotein mengandung besi yang dikenal gugus hem
(heme, yang masing- masing terikat satu terikat satu polipeptida. Setiap satu
atom besi dapat berikatan secara reversibel dengan satu molekul oksigen.
Dengan demikian

setiap molekul hemoglobin dapat mengangkut 4

penumpang oksigen.

Hemoglobin karena kandungan besinya tampak kemerahan apabila berikatan


dengan oksigen, dan tampak kebiruan jika mengandung deoksigenase. Hemoglobin
diproduksi pada sel darah merah muda di sumsum tulang. Pada orang dewasa
normal hemoglobin terdiri dari dua rantai alfa dan dua rantai beta yang dsebut Hb A
4

(22). Selain itu terdapat hemoglobin normal lain yaitu Hb A2 yang terdiri dari dua
rantai alfa dan dua rantai delta (22) yang jumlahnya 2,5 %dan HbF (22) yang
jumlahnya kurang dari 2 %.

Gambar 2. Gambaran skematik hemoglobin manusia


(Dikutip dari Harrison Principles of Internal Medicine, 2000)
Pada prinsipnya patofisiologi dari gambaran talasemia merupakan hasil
ketidak seimbangan dari sintesis rantai globin. Ketidak seimbangan dari sinteis
rantai globin polipeptida ini menyebabkan pembentukan hemoglobin yang tidak
stabil yang mudah menyebabkan kematian eritrosit dan kerusakan eritrosit.

Gambar 3. Ekspresi gen globin manusia pada pertumbuhan


(Dikutip dari:The Thalassemia:Hematology on Infancy & Childhood, 2003)
Pada talasemia beta homozigot tidak terbentuk atau berkurangnya sintesis
rantai beta yang menyebabkan sintesis rantai alfa yang sangat berlebihan. Rantai alfa
5

yang berlebih yang tidak berpasangan tidak dapat membentuk hemoglobin tetramer
yang berfungsi dan kemudian mengendap di prekursor darah merah. Endapanendapan ini kemudian akan membentuk badan inklusi (inclusion body) yang besar,
yang kemudian bertanggung jawab atas terjadinya penghancuran sel darah merah
dalam sumsum tulang (intramedule) yang menyebabkan eritropoiesis menjadi tidak
efektif.
Pada talasemia alfa terjadi gangguan sintesis rantai alfa yang menyebabkan
produksi non alfa yang berlebih agak berbeda, karena rantai alfa berperan dalam
pembentukan hemoglobin baik intrauterin ataupun dewasa sehingga menyebabkan
munculnya mulai sejak bayi sampai pada masa dewasa. Berkurangnya sintesis rantai
alfa menyebabkan sintesis rantai beta yang berlebihan sehingga terbentuk
homotetramer beta 4 atau hemoglobin Homotetramer 4 dan beta 4 dapat larut
sehingga tidak menyebabkan endapan dalam sumsum tulang, sehingga penyebab
anemia pada talasemia alfa berbeda dengan talasemia beta. Pada talasemia yang
hebat homotetramer mengendap pada sel darah merah sehingga umurnya menjadi
lebih pendek.
Penyebab anemia pada talasemia disebabkan oleh tiga hal, yaitu:
1. Terjadinya eritropoiesis yang tidak efektif dengan penghancuran prekursor
eritrosit intrameduler.
2. Hemolisis eritrosit yang sudah matang yang disebabkan oleh endapan rantai alfa
3. Berkurangnya seluruh sintesis hemoglobin sehingga menghasilkan eritrosit
hipokrom dan mikrositer.

Akibat anemia pada talasemia menyebabkan hipoksia pada jaringan. Respon


utama pada keadaan ini adalah diproduksinya eritropoietin dan ekspansi
diseritropoietik sumsum tulang akibat selanjutnya terjadi deformitas tulang
tengkorak, muka dan keroposnya tulang panjang.
Efek penting lain yang disebabkan ekspansin massa sumsum tulang yang
hebat adalah pengalihan kalori yang dibutuhkan untuk tumbuh dan berkembang
secara normal dipaksa untuk prekursor sel darah merah yang tidak efektif, oleh
karena itu penderita talasemia berat memperlihatkan gangguan pertumbuhan serta
dengan ukuran badan yang kurus (wasting).
6

Gambar 4. Patofisiologi Talasemi


(Dikutip dari Hematologi Ongkologi Medik, 2003)

d. Klasifikasi Thalassemia dan Presentasi Klinisnya


Saat ini dikenal sejumlah besar sindrom thalasemia; masing-masing
melibatkan penurunan produksi satu atau lebih rantai globin, yang
membentuk bermacam-macam jenis Hb yang ditemukan pada sel darah
merah. Jenis yang paling penting dalam praktek klinis adalah sindrom yang
mempengaruhi baik atau sintesis rantai maupun .
Thalassemia-
Anemia mikrositik yang disebabkan oleh defisiensi sintesis globin- banyak
ditemukan di Afrika, negara di daerah Mediterania, dan sebagian besar Asia.
Delesi gen globin- menyebabkan sebagian besar kelainan ini. Terdapat
empat gen globin- pada individu normal, dan empat bentuk thalassemia-

yang berbeda telah diketahui sesuai dengan delesi satu, dua, tiga, dan semua
empat gen ini.
Genotip

Jumlah gen

/
-/

4
3

--/ atau
/-
--/-

--/--

Presentasi
Klinis
Normal
Silent carrier

Hemoglobin Elektroforesis
Saat Lahir
> 6 bulan
N
N
0-3 % Hb
N
Barts
Trait thal-
2-10%
N
HbBarts
Penyakit Hb 15-30% Hb Hb H
H
Bart
Hydrops
>75%
Hb fetalis
Bart

Tabel 1. Thalassemia-

Ket : N = hasil normal, Hb = hemoglobin, Hb Barts = 4, HbH = 4

Silent Carrier Thalassemia-


Merupakan tipe thalassemia subklinik yang paling umum, biasanya
ditemukan secara kebetulan diantara populasi, seringnya pada etnik AfroAmerika. Seperti telah dijelaskan sebelumnya, terdapat 2 gen yang terletak
pada kromosom 16.
Pada tipe silent carrier, salah satu gen pada kromosom 16
menghilang, menyisakan hanya 3 dari 4 gen tersebut. Penderita sehat secara
hematologis, hanya ditemukan adanya jumlah eritrosit yang rendah dalam
beberapa pemeriksaan.
Pada tipe ini, diagnosis tidak dapat dipastikan dengan pemeriksaan
elektroforesis Hb, sehingga harus dilakukan tes lain yang lebih canggih. Bisa
juga dicari akan adanya kelainan hematologi pada anggota keluarga
(misalnya orangtua) untuk mendukung diagnosis. Pemeriksaan darah
lengkap pada salah satu orangtua yang menunjukkan adanya hipokromia dan
mikrositosis tanpa penyebab yang jelas merupakan bukti yang cukup kuat
menuju diagnosis thalasemia.

Trait Thalassemia-
Trait ini dikarakterisasi dengan anemia ringan dan jumlah sel darah
merah yang rendah. Kondisi ini disebabkan oleh hilangnya 2 gen pada satu

kromosom 16 atau satu gen pada masing-masing kromosom. Kelainan ini


sering ditemukan di Asia Tenggara, India dan Timur Tengah.
Pada bayi baru lahir yang terkena, sejumlah kecil Hb Barts (4) dapat
ditemukan pada elektroforesis Hb. Lewat umur satu bulan, Hb Barts tidak
terlihat lagi, dan kadar Hb A2 dan HbF secara khas normal.

Gambar 4. Thalassemia alpha menurut hukum Mendel

Penyakit Hb H
Kelainan

disebabkan

oleh

hilangnya

gen

globin

merepresentasikan thalassemia- intermedia, dengan anemia sedang sampai


berat, splenomegali, ikterus dan jumlah sel darah merah yang abnormal.
Pada sediaan apus darah tepi yang diwarnai dengan pewarnaan supravital
akan tampak sel-sel darah merah yang diinklusi oleh rantai tetramer (Hb
H) yang tidak stabil dan terpresipitasi di dalam eritrosit, sehingga
menampilkan gambaran golf ball. Badan inklusi ini dinamakan sebagai
Heinz bodies.

Gambar 5. Pewarnaan supravital pada sapuan apus darah tepi Penyakit Hb H yang
menunjukkan Heinz-Bodies

Thalassemia- Mayor
Bentuk thalassemia yang paling berat, disebabkan oleh delesi semua
gen globin-, disertai dengan tidak ada sintesis rantai sama sekali. Karena
Hb F, Hb A, dan Hb A2 semuanya mengandung rantai , maka tidak satupun
dari Hb ini terbentuk. Hb Barts (4) mendominasi pada bayi yang menderita
dan karena 4 memiliki afinitas oksigen yang tinggi, maka bayi itu
mengalami hipoksia berat. Eritrositnya juga mengandung sejumlah kecil Hb
embrional normal (Hb Portland = 22) yang berfungsi sebagai pengangkut
oksigen.
Kebanyakan dari bayi-bayi ini lahir mati, dan kebanyakan dari bayi
yang lahir hidup meninggal dalam waktu beberapa jam. Bayi ini sangat
hidropik, dengan gagal jantung kongestif dan edema anasarka berat. Yang
dapat hidup dengan manajemen neonatus agresif juga nantinya akan sangat
bergantung dengan transfusi.

Thalassemia-
Sama dengan thalassemia-, dikenal beberapa bentuk klinis dari
thalassemia-; antara lain :
- Silent Carrier Thalassemia-
Penderita tipe ini biasanya asimtomatik, hanya ditemukan nilai
eritrosit yang rendah. Mutasi yang terjadi sangat ringan, dan
merepresentasikan

suatu

thalassemia-+.

Bentuk

silent

carrier

thalassemia- tidak menimbulkan kelainan yang dapat diidentifikasi pada


individu heterozigot, tetapi gen untuk keadaan ini, jika diwariskan
bersama-sama dengan gen untuk thalassemia-, menghasilkan sindrom
thalassemia intermedia.

10

Gambar 6. Thalassemia beta menurut Hukum Mendel

Trait Thalassemia-
Penderita mengalami anemia ringan, nilai eritrosit abnormal, dan
elektroforesis Hb abnormal dimana didapatkan peningkatan jumlah Hb A2,
Hb F atau keduanya. Individu dengan ciri (trait) thalassemia sering
didiagnosis salah sebagai anemia defisiensi besi dan mungkin diberi terapi
yang tidak tepat dengan preparat besi selama waktu yang panjang. Lebih dari
90% individu dengan trait thalassemia- mempunyai peningkatan Hb-A2
yang berarti (3,4%-7%).
Kira-kira 50% individu ini juga mempunyai sedikit kenaikan HbF,
sekitar 2-6%. Pada sekelompok kecil kasus, yang benar-benar khas, dijumpai
Hb A2 normal dengan kadar HbF berkisar dari 5% sampai 15%, yang
mewakili thalassemia tipe .

Thalassemia- Yang Terkait Dengan Variasi Struktural Rantai


Presentasi klinisnya bervariasi dari seringan thalassemia media
hingga seberat thalassemia- mayor.
Ekspresi gen homozigot thalassemia (+) menghasilkan sindrom
mirip anemia Cooley yang tidak terlalu berat (thalassemia intermedia).
Deformitas skelet dan hepatosplenomegali timbul pada penderita ini, tetapi
kadar Hb mereka biasanya bertahan pada 6-8 gr/dL tanpa transfusi.
Kebanyakan bentuk thalassemia- heterozigot terkait dengan anemia
ringan. Kadar Hb khas sekitar 2-3 gr/dL lebih rendah dari nilai normal
menurut umur.
11

Eritrosit adalah mikrositik hipokromik dengan poikilositosis,


ovalositosis, dan seringkali bintik-bintik basofil. Sel target mungkin juga
ditemukan tapi biasanya tidak mencolok dan tidak spesifik untuk
thalassemia. MCV rendah, kira-kira 65 fL, dan MCH juga rendah (<26 pg).
Penurunan ringan pada ketahanan hidup eritrosit juga dapat diperlihatkan,
tetapi tanda hemolisis biasanya tidak ada. Kadar besi serum normal atau
meningkat.

Thalassemia- Homozigot (Anemia Cooley, Thalassemia Mayor)


Bergejala sebagai anemia hemolitik kronis yang progresif selama 6
bulan kedua kehidupan. Transfusi darah yang reguler diperlukan pada
penderita ini untuk mencegah kelemahan yang amat sangat dan gagal jantung
yang disebabkan oleh anemia. Tanpa transfusi, 80% penderita meninggal
pada 5 tahun pertama kehidupan.
Pada kasus yang tidak diterapi atau pada penderita yang jarang
menerima transfusi pada waktu anemia berat, terjadi hipertrofi jaringan
eritropoetik di sumsum tulang maupun di luar sumsum tulang. Tulang-tulang
menjadi tipis dan fraktur patologis mungkin terjadi. Ekspansi masif sumsum
tulang di wajah dan tengkorak menghasilkan bentuk wajah yang khas.

Gambar 7. Deformitas tulang pada thalassemia beta mayor (Facies Cooley)

Pucat, hemosiderosis, dan ikterus sama-sama memberi kesan coklat


kekuningan. Limpa dan hati membesar karena hematopoesis ekstrameduler
dan hemosiderosis. Pada penderita yang lebih tua, limpa mungkin

12

sedemikian besarnya sehingga menimbulkan ketidaknyamanan mekanis dan


hipersplenisme sekunder.

Gambar 8. Splenomegali pada thalassemia

Pertumbuhan terganggu pada anak yang lebih tua; pubertas terlambat


atau tidak terjadi karena kelainan endokrin sekunder. Diabetes mellitus yang
disebabkan oleh siderosis pankreas mungkin terjadi. Komplikasi jantung,
termasuk aritmia dan gagal jantung kongestif kronis yang disebabkan oleh
siderosis miokardium sering merupakan kejadian terminal.
Kelainan

morfologi

eritrosit

pada

penderita

thalassemia-

homozigot yang tidak ditransfusi adalah ekstrem. Disamping hipokromia dan


mikrositosis berat, banyak ditemukan poikilosit yang terfragmentasi aneh
(sel bizarre) dan sel target. Sejumlah besar eritrosit yang berinti ada di darah
tepi, terutama setelah splenektomi. Inklusi intraeritrositik yang merupakan
presipitasi kelebihan rantai , juga terlihat pasca splenektomi. Kadar Hb
turun secara cepat menjadi < 5 gr/dL kecuali mendapat transfusi. Kadar
serum besi tinggi dengan saturasi kapasitas pengikat besi (iron binding
capacity). Gambaran biokimiawi yang nyata adalah adanya kadar HbF yang
sangat tinggi dalam eritrosit.

e. Stadium Thalassemia
Terdapat suatu sistem pembagian stadium thalassemia berdasarkan
jumlah kumulatif transfusi darah yang diberikan pada penderita untuk
menentukan tingkat gejala yang melibatkan kardiovaskuler dan untuk
memutuskan kapan untuk memulai terapi khelasi pada pasien dengan
thalassemia- mayor atau intermedia. Pada sistem ini, pasien dibagi menjadi
tiga kelompok, yaitu :
1. Stadium I
13

Merupakan mereka yang mendapat transfusi kurang dari 100 unit Packed
Red Cells (PRC). Penderita biasanya asimtomatik, pada echokardiogram
(ECG) hanya ditemukan sedikit penebalan pada dinding ventrikel kiri
dan elektrokardiogram (EKG) dalam 24 jam normal.
2. Stadium II
Merupakan mereka yang mendapat transfusi antara 100-400 unit PRC
dan memiliki keluhan lemah-lesu. Pada ECG ditemukan penebalan dan
dilatasi pada dinding ventrikel kiri. Dapat ditemukan pulsasi atrial dan
ventricular abnormal pada EKG dalam 24 jam.
3. Stadium III
Gejala berkisar dari palpitasi hingga gagal jantung kongestif,
menurunnya fraksi ejeksi pada ECG. Pada EKG dalam 24 jam ditemukan
pulsasi premature dari atrial dan ventrikular.

f. Terapi
Penderita trait thalassemia tidak memerlukan terapi ataupun
perawatan lanjut setelah diagnosis awal dibuat. Terapi preparat besi
sebaiknya tidak diberikan kecuali memang dipastikan terdapat defisiensi besi
dan harus segera dihentikan apabila nilai Hb yang potensial pada penderita
tersebut telah tercapai. Diperlukan konseling pada semua penderita dengan
kelainan genetik, khususnya mereka yang memiliki anggota keluarga yang
berisiko untuk terkena penyakit thalassemia berat.
Penderita thalassemia berat membutuhkan terapi medis, dan regimen
transfusi darah merupakan terapi awal untuk memperpanjang masa hidup.
Transfusi darah harus dimulai pada usia dini ketika anak mulai mengalami
gejala dan setelah periode pengamatan awal untuk menilai apakah anak dapat
mempertahankan nilai Hb dalam batas normal tanpa transfusi.

- Transfusi Darah
Transfusi darah bertujuan untuk mempertahankan nilai Hb tetap pada
level 9 - 9.5 gr/dL sepanjang waktu. Pada pasien yang membutuhkan
transfusi darah reguler, maka dibutuhkan suatu studi lengkap untuk
keperluan pretransfusi. Pemeriksaan tersebut meliputi fenotip sel darah
merah, vaksinasi hepatitis B (bila perlu), dan pemeriksaan hepatitis. Darah
14

yang akan ditransfusikan harus rendah leukosit, 10-15 mL/kg PRC dengan
kecepatan 5 mL/kg/jam setiap 3-5 minggu biasanya merupakan regimen
yang adekuat untuk mempertahankan nilai Hb yang diinginkan. Namun bila
terdapat tanda gagal jantung, pernah ada kelainan jantung atau Hb < 5 gr/dL
maka dosis untuk satu kali pemberian tidak boleh > 5 ml/kg BB. Pada
penderita ini diberikan transfusi PRC 5cc/kgBB ~ 30 cc, dilanjutkan dengan
pemberian transfusi PRC 10 15 cc.kg/BB ~ 90 cc untuk mengatasi anemia
yang disebabkan thalasemianya. Transfusi PRC diberikan bersama Lasix 3
mg i.v di awal dan 3 mg i.v di tengah transfusi. Pertimbangkan pemberikan
asetaminofen dan difenhidramin sebelum transfusi untuk mencegah demam
dan reaksi alergi.

Komplikasi Transfusi Darah


Komplikasi utama dari transfusi adalah yang berkaitan dengan
transmisi bahan infeksius ataupun terjadinya iron overload. Penderita
thalassemia mayor biasanya lebih mudah untuk terkena infeksi dibanding
anak normal, bahkan tanpa diberikan transfusi. Beberapa tahun lalu, 25%
pasien yang menerima transfusi terekspose virus hepatitis B. Saat ini,
dengan adanya imunisasi, insidens tersebut sudah jauh berkurang. Virus
Hepatitis C (HCV) merupakan penyebab utama hepatitis pada remaja usia
di atas 15 tahun dengan thalassemia. Infeksi oleh organisme opurtunistik
dapat menyebabkan demam dan enteriris pada penderita dengan iron
overload, khususnya mereka yang mendapat terapi khelasi dengan
Deferoksamin (DFO). Demam yang tidak jelas penyebabnya, sebaiknya
diterapi dengan Gentamisin dan Trimetoprim-Sulfametoksazol.

Terapi Khelasi (Pengikat Besi)


Apabila diberikan sebagai kombinasi dengan transfusi, terapi khelasi
dapat menunda onset dari kelainan jantung dan, pada beberapa pasien,
bahkan dapat mencegah kelainan jantung tersebut.
Chelating agent yang biasa dipakai adalah DFO (desferioksamin)
yang merupakan kompleks hidroksilamin dengan afinitas tinggi terhadap
besi. Rute pemberiannya sangat penting untuk mencapai tujuan terapi, yaitu
untuk mencapai keseimbangan besi negatif (lebih banyak diekskresi
15

dibanding yang diserap). Karena DFO tidak diserap di usus, maka rute
pemberiannya harus melalui parenteral (intravena, intramuskular, atau
subkutan). Dosis total yang diberikan adalah 30-40mg/kg/hari diinfuskan
selama 8-12 jam saat pasien tidur selama 5 hari/minggu.

Transplantasi Sel Stem Hematopoetik (TSSH)


TSSH merupakan satu-satunya yang terapi kuratif untuk thalassemia
yang saat ini diketahui. Prognosis yang buruk pasca TSSH berhubungan
dengan adanya hepatomegali, fibrosis portal dan terapi khelasi yang inefektif
sebelum transplantasi dilakukan. Prognosis bagi penderita yang memiliki
ketiga karakteristik ini adalah 59%, sedangkan pada penderita yang tidak
memiliki ketiganya adalah 90%. Meskipun transfusi darah tidak diperlukan
setelah transplantasi sukses dilakukan, individu tertentu perlu terus mendapat
terapi khelasi untuk menghilangkan zat besi yang berlebihan. Waktu yang
optimal untuk memulai pengobatan tersebut adalah setahun setelah TSSH.
Prognosis jangka panjang pasca transplantasi, termasuk fertilitas tidak
diketahui. Biaya jangka panjang terapi standar diketahui lebih tinggi
daripada biaya transplantasi. Kemungkinan kanker setelah TSSH juga harus
dipertimbangkan.

Terapi Bedah
Splenektomi

merupakan

prosedur

pembedahan

utama

yang

digunakan pada pasien dengan thalassemia. Limpa diketahui mengandung


sejumlah besar besi nontoksik (yaitu fungsi penyimpanan). Limpa juga
meningkatkan perusakan sel darah merah dan distribusi besi. Fakta-fakta ini
harus

selalu

dipertimbangkan

sebelum

memutuskan

melakukan

splenektomi.. Limpa berfungsi sebagai penyimpanan untuk besi nontoksik,


sehingga melindungi seluruh tubuh dari besi tersebut. Pengangkatan limpa
yang terlalu dini dapat membahayakan. Sebaliknya, splenektomi dibenarkan
apabila limpa menjadi hiperaktif menyebabkan penghancuran sel darah
merah yang berlebihan dan dengan demikian meningkatkan kebutuhan
transfusi darah, menghasilkan lebih banyak akumulasi besi.

16

Splenektomi dapat bermanfaat pada pasien yang membutuhkan lebih


dari 200-250 mL/kg PRC per tahun untuk mempertahankan tingkat Hb 10 gr
/ dL karena dapat menurunkan kebutuhan sel darah merah sampai 30%.

Gambar 9. Splenektomi

Risiko yang terkait dengan splenektomi minimal, dan banyak


prosedur sekarang dilakukan dengan laparoskopi. Biasanya, prosedur ditunda
bila memungkinkan sampai anak berusia 4-5 tahun atau lebih. Pengobatan
agresif dengan antibiotik harus selalu diberikan untuk setiap keluhan demam
sambil menunggu hasil kultur. Dosis rendah Aspirin setiap hari juga
bermanfaat jika platelet meningkat menjadi lebih dari 600.000 / L pasca
splenektomi.

Diet
Pasien dianjurkan menjalani diet normal dengan suplemen sebagai
berikut : asam folat, asam askorbat dosis rendah dan alfa-tokoferol.
Sebaiknya zat besi tidak diberikan, dan makanan yang kaya akan zat besi
juga dihindari. Kopi dan teh diketahui dapat membantu mengurangi
penyerapan zat besi di usus.

17

g. Skrining
Karena talasemia dan penyakit herediter lainnya saat ini masih belum
dapat disembuhkan, cara terbaik untuk menanggulanginya adalah dengan
melakukan pencegahan atau dengan deteksi dini prenatal dan postnatal,
setidaknya gejala klinisnya dapat ditekan seminimal mungkin. Di beberapa
tempat yang tingkat kejadian talasemia beratnya tinggi, biaya pengobatan
akan menjadi beban ekonomi. Sebagai contoh, di negara-negara kecil dengan
jumlah karier talasemia yang tinggi seperti di Siprus (17%), diperkirakan
apabila seluruh anak yang menderita talasemia diobati dengan transfusi yang
teratur dan terapi DFO maka dalam 15 tahun seluruh anggaran kesehatan
hanya akan dipakai untuk menanggulangi penyakit ini saja. Oleh karena itu,
pendekatan seperti ini bukan jalan terbaik untuk menanggulangi penyakit
talasemia, diperlukan suatu usaha pencegahan terutama untuk bentuk
talasemia lain.

Usaha ini yaitu berupa:


Pencegahan primer
Pencegahan primer dapat dilakukan dengan penyuluhan kesehatan
secara umum kepada seluruh masyarakat, skrining terhadap populasi secara
aktif, mencari pembawa sifat (karier) serta sebelum perkawinan (marriage
and genetic counseling) untuk mencegah perkawinan diantara penderita
talasemia agar tidak mendapat keturunan yang homozigot atau varian-varian
talasemia dengan mortalitas tinggi.

Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan mencegah kelahiran
bayi homozigot dari pasangan suami-isteri dengan talasemia heterozigot.
Diagnosis prenatal melalui skrining ibu hamil pada saat mereka pertama kali
datang, biasanya dilakukan pada minggu 10-12 masa kehamilan. Skrining
juga dilakukan terhadap suami apabila sang isteri ternyata karier, dan
menawarkan kepada pasangan itu sendiri kemungkinan diagnosis pranatal
dan terminasi kehamilan apabila diketahui keduanya pembawa gen talasemia
berat. Pemeriksaan DNA cairan amnion merupakan suatu kemjuan dan

18

digunakan untuk mendiagnosa kasus homozigot intrauterin sehingga dapat


dilakukan tindakan abortus provokatus.
Di negara-negara sekitar Laut Tengah seeprti Italia, Siprus, Yunani
dan negara Eropa lain dengan cara ini dapat menurunkan jumlah kelahiran
talasemia berat sampai 80-95 % dari yang diperkirakan semula.

h. Prognosis
Pada beberapa peneltian di Italia penderita talasemia yang tidak mendapat
terapi akan meninggal dalam 5 tahun pertama kehidupan. Sedangkan
penderita dengan transfusi yang teratur dan pemberian DFO yang teratur
pula, beberapa penderita dilaporkan dapat hidup mencapai pubertas dengan
normal dengan angka rata-rata harapan hidup meningkat dari 17,1 pada
tahun 1960-an menjadi 31 tahun pada tahun 1970-an, pada beberapa pusat
penelitian dilaporkan penderita talasemia dapat hamil dan mempunyai
keturunan.

19

DAFTAR PUSTAKA

1.

Benz JE, Giardina. The Thalassemias. Dalam: Hematology on infancy and


childhood., Orkin SH, Nathan DG (penyuting). 6th ed. Saunders. Philadelphia,
2003.

2.

Benz Jr. ED. Hemoglobinopathies. Dalam: Harrison principles of internal


medicine 15th. Braunwald dkk. (penyuting). McGraw-Hill,New York, 2001.

3.

Lane et al. Hematologic disorder. Dalam: Current pediatrics diagnosis and


treatment. Hay WW Jr, dkk (penyuting), edisi 16, Appleton&Lange, Stamford,
Connecticut, 2003, 848-852.

4.

Permono B, Ugrasena IDG. Hemoglobin abnormal. Dalam: Buku Ajar


Hematologi-Ongkologi Anak. IDAI. 2010.

5.

Wahidiyat I. Talasemia dan permasalahannya di Indonesia. Dalam: Buku


naskah lengkap KONIKA XI Jakarta. IDAI, Jakarta 1999, 239-296.

6.

Wahidiyat I. Genetic problems at present and its challenges in the future:


Thalassemia as a model. Dalam: Buku naskah lengkap KONIKA XIII Bandung.
IDAI, Bandung 2005, 3-10.

7.

Pedoman pelayanan medis Ikatan Dokter Anak Indonesia 2010

20

Anda mungkin juga menyukai