MIKFAR4 Uji Koef Fenol
MIKFAR4 Uji Koef Fenol
PENDAHULUAN
I.1
Latar Belakang
Mikroorganisme tumbuh dan berkembang pada berbagai
lingkungan. Banyaknya mikroorganisme dalam suatu habitat biasa kita katakan
sebagai populasi mikroba sedangkan jika populasi ini bertambah maka dikatakan
terjadi pertumbuhan.
Mikroorganisme terbagi atas 2 kelompok yaitu mikroorganisme patogen
dan nonpatogen. Mikroorganisme ini hidup hampir diseluruh tempat baik itu
pada tempat panas atau dingin, dalam ruangan, terutama pada permukaan tubuh
manusia.
Untuk
itulah
dibutuhkan
antimikroba
untuk
membunuh
industri atau pada rumah sakit atau dalam industri-industri makanan atau
minuman dan farmasi.
Untuk menganalisa kadar desinfektan dan antiseptik ini maka perlu
diadakan uji kuantitatif untuk mengetahui daya hambat suatu antiseptik terhadap
pertumbuhan mikroorganisme. Uji ini selain berdasarkan uji konsentrasi
penghambatan terkecil juga dapat distandarisasi dengan uji koefisien fenol.
Berdasarkan hal tersebut maka dilakukanlah suatu uji koefisien fenol,
untuk menguji daya hambat pertumbuhan suatu mikroba atau bakteri uji dengan
membandingkannya dengan daya hambat fenol terhadap bakteri.
I.2
Maksud Praktikum
Mengetahui dan memahami cara-cara penentuan koefisien
fenol dari suatu desinfektansia, pengawet atau antiseptik.
I.2.2
Tujuan Praktikum
Menentukan koefisien fenol dari antiseptik Instance dengan
membandingkannya dengan daya mematikan dari larutan baku fenol
menggunakan mikroba uji Staphylococcus aureus.
I.3
Prinsip Praktikum
Penentuan koefisien fenol dari antiseptik Instance berdasarkan
pengamatan pertumbuhan jamur Staphylococcus aureus dalam medium SCB
setelah kapang tersebut kontak dengan antiseptik dalam waktu 5, 10 dan 15
menit.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
tinggi
akan
mengendapkan
protein,
sedangkan
kadar
rendah
: Aqua destillata
Nama lain
bahan
kimia
yang
dapat
membahayakan tubuh
Kegunaan
2. Alkohol (7)
Nama resmi
: Aethanolum
Nama lain
: Etanol, alkohol
Rumus kimia / BM
: C2H6O / 46,07
Rumus bangun
: CH3-CH2-OH
Pemerian
Kelarutan
Penyimpanan
Kegunaan
: Sebagai Antiseptik
3. Fenol (7)
Nama resmi
: Phenolum
Nama lain
: Fenol
Rumus kimia / BM
: C6H5OH / 94,11
Rumus Bangun
Pemerian
OH
Penyimpanan
Khasiat
: Desinfektan
Kegunaan
: Protophyta
Classis
: Schizomycetes
Ordo
: Enterobacteriales
Familia
: Micrococcaceae
Genus
: Staphylococcus
Spesies
: Staphylococcus aureus
pada medium agar abundant, dan koloninya buram dan tidak tembus
cahaya, smooth, dan berkilauan dalam penampakannya. Beberapa
staphylococcus bentuk lipochrome pigmen yang memberikan koloni
kuning emas atau kuning lemon dimana yang lainnya tidak dan putih.
BAB III
METODE KERJA
2.
Etanol 70 %
3.
4.
Kapas
5.
Larutan fenol 5%
6.
7.
Sampel Instance
Sampel Instance
1. Ditentukan nilai Minimum Inhibitory Concentration (MIC) dari
sampel Instance.
2. Dibuat pengenceran Instance dengan perbandingan 1:10, 1:20, 1:30,
1:40.
3. Disiapkan 4 seri tabung reaksi masing-masing terdiri 4 tabung reaksi
berisi 5 ml medium Selenit Cistein Broth.
4. Kemasan disterilkan dengan disemprot dengan alkohol 70 %.
5. Pada seri tabung pertama ditambahkan sampel Instance sesuai
tingkat pengencerannya yaitu 1:10 (tabung 1), 1:20 (tabung 2), 1:30
(tabung 3), 1:40 (tabung 4) dan dimasukkan dalam es.
6. Setelah dingin ditambahkan 1 ose suspensi biakan Staphylococcus
aureus atau sebanyak 0,02 ml pada tabung 1 dari seri 1 pada detik ke
0. Selang 30 detik dimasukkan
Fenol
1. Ditentukan nilai Minimum Inhibitory Concentration (MIC) dari
sampel Instance.
2. Dibuat pengenceran larutan baku fenol 5 %
dengan tingkat
pengenceran 1:80 (tabung 1), 1:90 (tabung 2), 1:100 (tabung 3).
3. Disiapkan 4 seri tabung reaksi masing-masing 3 tabung reaksi berisi
5 ml medium Selenit Cistein Broth.
BAB IV
HASIL PRAKTIKUM
1 : 10
1 : 20
1 : 30
1 : 40
2.
Lama Kontak
10 menit
+
+
15 menit
+
+
Lama Kontak
10 menit
+
+
15 menit
+
1 : 80
1 : 90
1 : 100
Keterangan :
+
Keterangan :
1.Tutup tabung
Ia
Ib
Ic
Id
2.Tabung reaksi
3. Medium SCB
IIa
IIb
IIIa
IIIb
IVa
IVb
Sampel
Mikroba uji
IIc
IId
IIIc
IIId
IVc
IVd
: Instance
: Staphylococcus aureus
2. Fenol
Keterangan :
1.Tutup tabung
Ia
Ib
Ic
2.Tabung reaksi
3. Medium SCB
IIa
IIb
IIc
IIIa
IIIb
IIIc
IVa
IVb
IVc
Sampel : Fenol
Mikroba uji : Staphylococcus aureus.
IV.3
Perhitungan
Pengenceran Instance
Keofisien fenol
=
Pengenceran Fenol
80
=
80
= 1
Keterangan :
Pengenceran tertinggi antiseptik atau fenol yang hidup pada masa kontak 5
menit dan mati pada masa kontak 10 menit.
BAB V
PEMBAHASAN
Pada percobaan kali ini akan ditentukan daya hambat suatu antiseptik
terhadap suatu bakteri, dan membandingkannya dengan daya hambat fenol. Dalam
penentuan nilai koefisien fenol ini digunakan sampel adalah antiseptik Instance yang
sebelumnya telah ditentukan nilai Minimum Inhibitory Concentration (MIC)-nya,
yaitu 1:20. Penentuan nilai koefisien fenol ini dilakukan dengan membandingkan
daya mematikan antiseptik Instance dengan daya mematikan terhadap larutan baku
fenol dengan menggunakan mikroba uji Staphylococcus aureus. Pada percobaan ini
dibuat 4 seri larutan baik itu larutan untuk sampel dan larutan untuk fenol setiap
serinya terdiri atas 4 tabung untuk sampel dan 3 tabung untuk larutan fenol.
Pengamatan dilakukan terhadap tabung yang keruh atau terdapat endapan yang
menunjukkan adanya pertumbuhan bakteri
Koefisien fenol adalah pengenceran tertinggi desinfektan ataupun antiseptik
yang mematikan di mana dapat membunuh mikroba dalam waktu 10 menit tetapi
tidak dalam masa kontak 5 menit per larutan fenol pada kondisi yang sama. Suatu
desinfektansia atau antiseptik yang baik adalah mempunyai daya mematikan atau
merusak mikroba. Dan untuk mengetahui daya mematikan tersebut biasanya
distandarkan dengan larutan baku fenol.
Dalam percobaan MIC antiseptik Instance mempunyai nilai MIC pada
perbandingan 1 : 20, dan dari perbandingan tersebut dibuat lagi variasi pengenceran
yaitu 1 : 10, 1 : 20, 1 : 30, 1 : 40 sedangkan untuk larutan bako fenol dibuat variasi
pengenceran 1 : 80, 1 : 90, 1: 100.
Setelah di inkubasi selama 1 x 24 jam pada suhu kamar untuk sampel
antiseptik Instance diperoleh pada pengenceran 1 : 40 pada menit ke 5, 10 dan 15
tidak terjadi pertumbuhan kapang. Pada pengenceran 1 : 80 pada menit ke 5 terjadi
pertumbuhan kapang sedangkan pada menit ke 10 dan 15 tidak ada pertumbuhan
kapang. Dan pada pengenceran 1 : 120 dan 1 : 160 pada menit ke 5, 10 dan 15
terdapat pertumbuhan kapang. Pada hasil yang tidak menunjukkan pertumbuhan
kapang menandakan sampelnya mempunyai daya mematikan pada pengenceran dan
menit tersebut. Sedangkan untuk sampel yang menunjukkan pertumbuhan kapang
berarti sampel tersebut sudah tidak mempunyai daya mematikan pada pengenceran
dan menit tersebut.
Untuk larutan baku fenol diperoleh pada hasil pengenceran 1 : 80 pada
menit ke 5 ada pertumbuhan kapang sedangkan pada menit ke 10 dan 15 tidak ada
pertumbuhan kapang. Pada pengenceran 1 : 90 pada menit ke 5 dan 10 menunjukkan
terjadinya pertumbuhan kapang sedangkan pada menit ke 15 tidak ada pertumbuhan
kapang. Dan pada pengenceran 1 : 100 pada menit ke 5, 10 dan 15 menunjukkan
terjadinya pertumbuhan kapang. Adanya pertumbuhan kapang ditandai dengan
keruhnya medium Selenit Cistein Broth (SCB) dan nampak adanya endapan pada
dasar tabung.
Dari hasil perhitungan fenol diperoleh nilai yaitu 1. Hal ini berarti bahwa
sampel antiseptik Instance termasuk antiseptik yang tidak efektif karena nilainya
lebih besar atau sama dengan 1.
BAB VI
PENUTUP
VI.1
Kesimpulan
Dari hasil percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa nilai
koefisien fenol sampel antiseptik Instance sebesar 1, berarti sampel tersebut
bersifat sebagai antiseptik yang efektif.
VI.2
Saran
-
DAFTAR PUSTAKA
1. Djidje,
M.N.,
Sartini.,
(2003),
Instrumentasi
Mikrobiologi
Farmasi,
DAFTAR PUSTAKA
1. Doerge, R.F., (1992), Buku Teks Wilson and Gisvold Kimia Farmasi dan
Medisinal, Bagian I, J.B Lippincott Company, Philadelphia Toronto, 131, 132
2. Schunank, W., Mayer, K., Haeke., (1990), Senyawa-Senyawa Obat, Gadjah
mada University press, Yogyakarta, 752, 780
3. Dwijdosoeputra, D., (1992), Dasar-dasar Mikrobiologi, Cetakan IV, Penerbit
Djambatan, Malang, 87, 93
4. Wattimena, J.R., (1982), Farmakodinamik dan Terapi Antibiotik, Gadjag Mada
University Press, Yogyakarta, 48, 62
5. Pelczhar, Michael J., Chan, E.C.S., (1986), Dasar-Dasar mikrobiologi, Jilid II,
Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta
6. Tjay, T.H., Rahardja, K., (1978), Obat-Obat Penting, Jakarta
7. Ditjen POM., (1979), Farmakope Indonesia, Edisi III, Depkes RI, Jakarta
LAMPIRAN
A. Komposisi Medium
1. Medium SCB (Selenite Cistein Broth)
Peptone dari casein
5,0
L-cystine
0,01
Lactose
4,0
Sodium phosphate
10,0
1000 ml
Pembuatan: Larutkan 23 g/liter pada suhu kamar jika tidak larut panaskan
60 C, tidak diotoklaf
1.
Whim
Komposisi
: 0,15 % Triclosan
Isi
: 100 ml
Aturan Pakai
Produksi
Nomor Registrasi
: POM CD 0302101815
Kegunaan
Plantae
Divisio
Eumycophyta
Class
Ascomycetes
Ordo
Saccharomycetes
Familia
Criptococcaceae
Genus
Candida
Spesies
Candida albicans
Latar belakang
Seiring dengan perkembangan yang pesat dari berbagai macam produk baik
dari industri rumah tangga maupun dalam industri farmasi. Dimana sekarang ini
terdapat berbagai macam produk yang digunakan untuk mencegah adanya
pertumbuhan suatu mikroorganisme atau suatu bahan yang dapat membunuh
atau menghancurkan mikroba yang patogen terutama pada benda-benda mati
yang pada dasarnya dapat pula merugikan manusia yang biasa disebut
desinfektan.
Seiring dengan perkembangan yang pesat dari berbagai macam produk
baik dari industri rumah tangga maupun dalam industri farmasi. Dimana
sekarang ini terdapat berbagai macam produk yang digunakan untuk mencegah
adanya pertumbuhan suatu mikroorganisme atau suatu bahan yang dapat
membunuh atau menghancurkan mikroba yang patogen terutama pada bendabenda mati yang pada dasarnya dapat pula merugikan manusia yang biasa
disebut desinfektan.
Dalam percobaan ini digunakan sampel Instance yang telah diketahui
nilai Minimum Inhibitory Minimum (MIC) nya yaitu pada perbandingan 1 : 80
yang diperoleh pada percobaan uji MIC. Dengan diketahuinya nilai MIC, kita
dapat membandingkan daya mematikan dari sampel Instance ini dengan larutan
baku fenol dengan menggunakan mikroba uji Staphylococcus aureus.