Anda di halaman 1dari 10

ILMU KEPERAWATAN

Ilmu keperawatan merupakan ilmu yang mempelajari segala hal mengenai cara
merawat seseorang (pasien) yang mengalami gangguan kesehatan, seseorang yang
membutuhkan suatu terapi penyembuhan secara fisik (jasmani) mau pun mental (rohani)
dan seseorang yang masih sehat tetapi membutuhkan suatu konsultasi. Menurut Florence
Nightingale (1895), keperawatan adalah menempatkan pasien dalam kondisi paling baik
bagi alam dan isinya untuk bertindak. Sementara menurut Calilista Roy (1976),
keperawatan merupakan definisi ilmiah yang berorientasi kepada praktik keperawatan yang
memiliki sekumpulan pengetahuan untuk memberikan pelayanan kepada klien.
Pada lokakarya nasional tahun 1983, disepakati pengertian keperawatan adalah
pelayanan professional yang merupakan bagian dari pelayanan kesehatan berdasarkan ilmu
dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio psiko sosio spiritual yang komprehensif
yang ditujukan kepada individu, kelompok dan masyarakat baik sakit maupun sehat yang
mencakup seluruh proses kehidupan manusia. Dari beberapa macam definisi tersebut, dapat
disimpulkan bahwa keperawatan merupakan upaya pemberian pelayanan/asuhan yang
bersifat humanistic dan professional, holistic berdasarkan ilmu dan kiat, standar pelayanan
dengan berpegang teguh kepada kode etik yang melandasi perawat professional secara
mandiri atau melalui upaya kolaborasi.
Profesi keperawatan sendiri lebih mengacu pada individu yang menekuni karir di
bidang tenaga kesehatan sebagai seorang perawat. Perawat menurut UU RI no. 23 tahun
1992 tentang Kesehatan adalah mereka yang memiliki kemampuan dan kewenangan
melakukan tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimiliki diperoleh melalui
pendidikan keperawatan. Menurut Virginia Henderson, profesi keperawatan (nursing)
didefinisikan dari sisi fungsional, bahwa tugas unik seorang perawat adalah membantu
seseorang. Sakit atau sehat dengan aksi-aksinya dalam memberikan sumbangan bagi
kesehatan atau penyembuhan (atau kematian yang damai) yang akan mereka kerjakan
tanpa bantuanseandainya dia memiliki kekuatan, kehendak atau pengetahuan. Dan
melakukan hal ini dengan suatu cara untuk membantunya meraih kemandirian secepat
mungkin.
Menurut Taylor C. Lillis C. Lemone (1989), perawat adalah seseorang yang
berperan dalam merawat atau memelihara, membantu dengan melindungi seseorang karena
sakit, luka dan proses penuaan. Sedangkan menurut ICN (International Council of Nursing)
tahun 1965, perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan pendidikan keperawatan
yang memenuhi pendidikan keperawatan yang memenuhi syarat serta berwenang di negeri

bersangkutan untuk memberikan pelayanan keperawatan yang bertanggung jawab untuk


meningkatkan kesehatan, pencegahan penyakit dan pelayanan penderita sakit.

Artikel Ilmu keperawatan


PENDIDIKAN KESEHATAN PADA PASIEN CONGESTIVE HEART FAILURE
BER
BASIS TETENURSING

ABSTRAK
Teknologi informasi yang berkembang pesat di era globalisasi saat ini menuntut
perawat juga harus berubah. Praktek Telenursing memberikan peluang untuk meningkatkan
akses kesehatan, biaya, dan hasil. Pendidikan kesehatan yang perlu diberikan pada pasien
dengan CHF untuk bisa mandiri antara lain: tanda dan gejala CHF, manajemen berat badan,
rekomendasi diit dan pengobatan.
Pelaksanaan pendidikan kesehatan dapat dilakukan salah satunya dengan cara
telenursing melalui telepon. Penggunaan telepon dalam memberikan pendidikan kesehatan
kepada pasien sangat efektif dan efisien karena dapat mengurangi readmission, lama
perawatan dan biaya perawatan di rumah sakit secara signifikan.
Perawat

specialist

diharapkan

mampu

menerapkan

strategi

telenursing

menggunakan telepon untuk memberikan pendidikan kesehatan pada pasien CHF. Dalam
memberikan pendidikan kesehatan perawat harus selalu melibatkan keluarga atau orang
terdekat dan memperhatikan keterbatasan yang dialami pasien dan membantu dalam
mengatasi permasalahan tersebut.

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Teknologi informasi yang berkembang pesat di era globalisasi saat ini menuntut
perawat juga harus berubah. Tenaga perawat sebagai salah satu tenaga yang mempunyai
kontribusi besar bagi pelayanan kesehatan, mempunyai peranan penting untuk
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. Dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan, seorang perawat harus mampu melaksanakan asuhan keperawatan sesuai
standar, yaitu dari mulai pengkajian sampai dengan evaluasi.
CHF(Congestive Heart Failure) adalah penyakit kronis yang menimbulkan beban yang
signifikan bagi klien dan keluarga maupun bila dirawat di rumah sakit karena kondisinya
yang kompleks. Perawat ditantang untuk memberikan asuhan pada pasien dengan CHF
yang sesuai dengan tuntutan masyarakat saat ini. Pendidikan pasien yang berfokus pada
self-manajemen diakui sebagai hal yang sangat penting. Perawat memegang peran kunci
dalam penyelenggaraan pendidikan pasien. Terlebih pada pasien dengan Congestif Hearth
Failure (CHF) yang memiliki segudang permasalahan fisik maupun psikologis yang
membutuhkan bantuan perawatan dalam mengatasinya khususnya dalam hal memberikan
pendidikan kesehatan. Seorang perawat specialist mempunyai tuntutan mampu menjadi
konsultan keperawatan untuk mendampingi pasien dan keluarga dalam menyelesaikan
permasalahan fisik maupun psikologis pasien dengan CHF.
Dalam memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas kepada pasien, keterlibatan
pasien dan keluarga sangat menentukan keberhasilan pencapaian tujuan keperawatan pada
pasien tersebut. Interaksi yang efektif dan efisien harus selalu dilakukan, baik saat pasien
berada di ruang perawatan dan bertemu secara langsung dengan perawat maupun saat
pasien berada diluar rumah sakit, dimanapun ia berada. Interaksi di luar rumah sakit
seringkali diperlukan terkait dengan kebutuhan pendidikan kesehatan tentang penyakit
pasien yang akan berubah sesuai kondisi pasien.
Praktek Telenursing memberikan peluang untuk meningkatkan akses kesehatan, biaya,
dan hasil, namun kekhawatiran khusus untuk telenursing juga telah diidentifikasi (ANA,
1996; Hutcherson & Williamson, 1999; Valanis, 2000; Warner, 1998; Yensen, 1996). Kita
harus menyadari bahwa masyarakat akan memaksa kita untuk mengadopsi e-health karena
beberapa alasan menarik antara lain: Kenyamanan, dengan berbasis teknologi mudah
diakses, Biaya, dengan telekomunikasi harga lebih murah dan akses lebih cepat Budaya:
pada era globalisasi ini, e-health teknologi harus semakin bermanfaat (Brommeyer, 2005).
Dalam artikelnya yang berjudul The Domain of Telenursing: Issues and Prospects
Nursing Economics, M. Elizabeth Greenberg (2000) menyatakan bahwa meningkatnya
penggunaan teknologi dan dampaknya yang tidak manusiawi meningkatkan kekhawatiran
bahwa hubungan perawat / klien dan kualitas asuhan keperawatan mungkin menurun
(Ozbolt, 1996). Namun demikian, untuk mempertahankan hubungan perawat klien

teknologi tidak boleh digunakan sebagai pengganti asuhan keperawatan, tetapi lebih
sebagai alat untuk memperluas dan meningkatkan layanan (ANA, 1996; Warner, 1998;
Yensen, 1996). Selain itu, dengan memberikan akses terhadap informasi, teknologi dapat
digunakan untuk meningkatkan keterlibatan pasien dalam pengambilan keputusan, dengan
demikian kualitas dan kepuasan dengan perawatan meningkat (Hutcherson & Williamson,
1999).
B. Tujuan
Penulisan makalah ini bertujuan memberikan analisa tentang teknologi strategi edukasi
pasien dengan Congestive Heart Failure dengan metode telenursing.
C. Manfaat
Analisa topic tentang tentang teknologi strategi edukasi pasien dengan Congestive Heart
Failure dengan metode telenursing diharapkan dapat menjadikan bahan kajian agar dapat
diterapkan di berbagai unit pelayanan kesehatan yang memberikan asuhan keperawatan
pada pasien dengsan CHF.

II. KAJIAN LITERATUR


A. CHF (Congestive Heart Failure)
1. Pengertian
Congestive Heart Failure (CHF) adalah suatu kondisi dimana jantung tidak secara
memadai memompa darah ke seluruh tubuh (Black, 2009)
2. Pendidikan kesehatan pada pasien CHF
Pendidikan kesehatan yang perlu diberikan pada pasien dengan CHF untuk bisa
mandiri antara lain : tanda dan gejala CHF, manajemen berat badan, rekomendasi diit
dan pengobatan (whasburn, 2008).
Menurut Bruner (2005), Pada saat pasien pulang untuk menjalani perawatan di rumah,
pasien atau pengasuh diberikan pendidikan kesehatan dan akan dapat:
a.

Mengidentifikasi CHF sebagai penyakit kronis yang dapat dikelola dengan obatobatan dan dapat dilakukan manajemen secara mandiri.

b. Mengambil dan minum obat setiap hari, sesuai program.


c.
d.

Memantau dampak dari obat-obatan.


Mengenali tanda-tanda dan gejala hipotensi ortostatik dan bagaimana untuk
mencegahnya.

e. Timbang berat badan sendiri setiap hari. Dapatkan berat pada waktu yang sama setiap
hari

(misalnya,

setiap

pagi

setelah

buang

air

kecil).

mencatat dan melaporkan kenaikan berat badan 2-3 lb (0,9-1,4 kg) dalam 1 hari
atau 5 lb (2,3 kg) dalam 1 minggu.
f.

Batasi asupan natrium untuk 2-3 g sehari: beradaptasi diet dengan memeriksa label
nutrisi untuk memeriksa kandungan natrium melayani; menghindari makanan kaleng
atau olahan; makan makanan segar atau beku; berkonsultasi rencana diet ditulis dan
daftar makanan diperkenankan dan dibatasi; menghindari penggunaan garam, dan
menghindari ekses dalam makan dan minum.

g.

Review program kegiatan.

1) Berpartisipasi dalam program latihan sehari-hari.


2)

Meningkatkan kemampuan berjalan dan kegiatan lainnya secara bertahap, asalkan


tidak menyebabkan kelelahan yang tidak biasa atau dyspnea.

3) Menghemat energi dengan menyeimbangkan aktivitas dengan waktu istirahat.


4)

Hindari aktivitas pada titik ekstrim panas dan dingin, yang meningkatkan kerja
jantung.

5) Mengakui bahwa pengkondisian udara bisa saja penting dalam lingkungan yang panas
lembab.
h. Mengembangkan metode untuk mengelola stres.
i.

buat janji teratur dengan dokter atau klinik.

j.

Waspada untuk gejala yang mungkin mengindikasikan CHF berulang.

1) Ingat gejala yang dialami ketika sakit dimulai.


2)

Laporkan

segera

ke

dokter

atau

klinik

hal-hal

berikut:

peningkatan berat badan 2-3 lb (0,9-1,4 kg) dalam 1 hari, atau 5 lb (2,3 kg) dalam 1
minggu
3) Kehilangan nafsu makan
4) sesak napas yang tidak biasa dengan aktivitas
5) Pembengkakan pergelangan kaki, kaki, atau perut
6) Batuk terus-menerus
7) Gelisah saat tidur; peningkatan jumlah bantal yang diperlukan untuk tidur
B.

PENATALAKSANAAN PASIEN CHF BERBASIS TETENURSING

1. Penatalaksanaan Pasien CHF di Rumah melalui telepon


Hasil penelitian Patti Staples, Wendy Earle tahun 2007 menyatakan bahwa
perawat menghabiskan 24% dari jam kerja mereka melakukan 1.914 kunjungan
telepon dalam satu tahun. Obat-obatan yang berubah 583 kali dan tes diagnostik yang
diperintahkan sebanyak 207 kali. Panggilan pertama perawat 65% dari operator,
lainnya diterima dari pasien, anggota keluarga, dan tim kesehatan lainnya. Dalam
penelitian ini disimpukan bahwa: Sebuah kombinasi dari praktisi perawat dan perawat
terdaftar dengan arahan medis bisa mengatasi masalah yang biasa timbul pada
penatalaksanaan pasien CHF melalui telepon (Patty, 2007)
2. Pendidikan Kesehatan Melalui Telepon
Berikut adalah contoh penggunaan telepon untuk pendidikan kesehatan yang
dilakukan di klinik. Pendidikan dapat sangat efektif melalui telepon karena kontak
dengan pasien bisa lebih sering daripada kunjungan kantor, informasi dapat lebih dari
sekali untuk memastikan pemahaman. Namun, untuk menjadi efektif, harus dilakukan
dengan benar. Walaupun mungkin ada lebih banyak waktu untuk membahas masalah
dengan pasien di telepon daripada di kantor, perawat mencoba untuk fokus pada satu
topik selama percakapan mereka sehingga mereka tidak membebani pasien dengan
banyak informasi.
Dengan bantuan sebuah modul pendidikan, informasi jelas, konsisten, berulang,
dan diikuti untuk memastikan bahwa pasien mengerti. Bahan tertulis biasanya
dikirimkan kepada pasien setelah percakapan telepon, dan setelah menerima materi,
perawat memanggil pasien lagi memberikan penjelasan. Skrip yang tersedia
mengguakan perangkat lunak dan ditulis oleh staf klinik. Pertanyaan dan jawaban
dalam skrip memberikan bantuan pasien mengatur dan mencapai tujuan. Misalnya, jika
pasien CHF sedang berjuang untuk mengurangi garam dalam dietnya, skrip akan

memandu perawat untuk mengatakan, "Saya memahami bahwa Anda mencari cara
untuk mengurangi asupan garam Anda. Ini adalah beberapa cara bahwa kami dapat
membantu Anda mencapai tujuan. "Perawat itu kemudian akan memberikan beberapa
pilihan pada pasien seperti menghilangkan makanan yang tinggi dalam garam dari diet
nya, atau tidak menambah garam untuk makanan pada hari-hari tertentu dalam
seminggu. Perawat selalu meminta izin sebelum membahas isu-isu sensitif dengan
pasien. Dalam manajemen perawatan CHF pasien berbicara kepada perawat yang sama
setiap kali mereka dipanggil. Setelah pasien dalam program, hubungan tergantung
pada gejala mereka, bisa mingguan setiap minggu, bulanan, atau setiap tiga bulan dan
dijadualkan (Mikelson, 2010).

III.

PEMBAHASAN
Pendidikan kesehatan pada pasien dengan CHF sangat penting diberikan dan akan

efektif bila dilakukan secara terus menerus. Meskipun ringkasan informasi yang diterima
pasien ketika merekahabis dari rumah sakit itu disesuaikan dan ditujukan untuk pasien,
juga dilayani sebagai sumber informasi bagi perawat di rumah perawatan. Studi ini
menunjukkan bahwa perawat dan dokter sering merasa bertanggung jawab untuk
memastikan bahwa pasien mereka mendapat cukup informasi setelah pulang. Untuk tujuan
ini, mereka menggunakan pemberian informasi. Kurangnya pertukaran informasi dan
kolaborasi di seluruh tingkat organisasi dalam perawatan kesehatan dengan baik
didokumentasikan (vosipala, 2008).
Pelaksanaan pendidikan kesehatan dapat dilakukan salah satunya dengan cara
telenursing melalui telepon. Strategi ini telah dilakukan di layanan kesehatan seperti
dinyatakan dalam artikel yang ditulis oleh Mikelson (2010), dengan bantuan sebuah modul
pendidikan, informasi jelas, konsisten, berulang, dan diikuti untuk memastikan bahwa
pasien mengerti. Bahan tertulis biasanya dikirimkan kepada pasien setelah percakapan
telepon, dan setelah menerima materi, perawat memanggil pasien lagi memberikan
penjelasan. Skrip yang tersedia mengguakan perangkat lunak dan ditulis oleh staf klinik
(Mikelson, 2010).
Penggunaan telepon dalam memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien sangat
efektif dan efisien. Hal ini didukung dengan pernyataan hasil penelitian yang dilakukan
oleh M. Renee Slater dkk (2008) bahwa Program CHF teleponi sangat sukses dalam focus
interaksi dengan pasien dan tujuan organisasi yang terkait dengan readmissions, lama
tinggal, dan biaya perawatan.
Pendidikan kesehatan pada pasien CHF dapat dipahami dan bermanfaat bila
dilakukan dengan benar dan terarah sesuai kebutuhan pasien. Program pengajaran yang
diberikan oleh perawat kardiologi di rumah sakit dilakukan sebagai berikut: Sesi didaktik
1 jam diadakan dan setiap sesi ditawarkan kepada pasien. Isi meliputi review CHF,
penggunaan catatan pendidikan interdisipliner, pasien mengakses materi pendidikan di
Internet, dan penggunaan DVD CHF. Perawat dan dokter kardiologi menciptakan DVD
untuk menambah petunjuk untuk pasien CHF yang akan pulang. Pasien diberi DVD saat
keluar rumah sakit. pasien CHF dihubungi melalui telepon post-discharge dan ditanya
tentang pemahaman dan kepuasan dengan pendidikan kesehatan yang diberikan. Evaluasi
dan Hasil: Hasil penelitian menunjukkan kecenderungan positif (Paul, 2008).
Melalui telepon, pasien dapat menghubungi perawat kapan saja dan dimana saja
sehingga bila terjadi perubahan kondisi secara tiba-tiba, pasien dan keluarga dapat
melakukan penanganan lebih awal. Strategi ini pada akhirnya dapat menurunkan
mortalitas. Disamping interaksi yang dapat dilakukan secara isindental, pendidikan
kesehatan melalui telepon dapat deilakukan secara periodic, bisa dua kali seminggu setelah

pasien pulang dari rumah sakit, kemudian satu kali seminggu atau sebulan sekali. Hal ini
dapat membantu pemahaman pasien tentang penyakitnya dan apa yang harus dilakukan
dengan dirinya. Fokus panggilan telepon dalam Program manajemen perawatan CHF
adalah manajemen gejala, diet, dan aktivitas. Mereka tidak selalu dihubungi oleh perawat
yang sama. Kebijakan penggunaan dan prosedur dan informasi sangat terstruktur, maka
pasien tidak benar-benar mendengar sesuatu yang berbeda dari perawat yang satu dengan
yang lain (Mikelson, 2010).
Pelaksanaan pendidikan kesehatan melalui telepon kepada pasien akan mengalami
kendala bila pasien mengalami keterbatasan memori, usia tua atau kelemahan akibat
kondisi penyakitnya. Kondisi ini memerlukan keterlibatan keluarga yang sangat besar
karena peran keluarga dalam merawat pasien untuk mencapai kemandirian sangat
ditentukan oleh orang terdekat yang ada dalam keluarga.
Pemahaman yang baik tentang penyakit CHF yang dialami pasien sangat
berpengaruh pada pengurangan terjadinya readmission pada pasien. Hal ini dibuktikan
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Slater (2008) yang menyatakan bahwa terjadi
pengurangan admission dari 854 pasien menjadi 612 pada pasien yang sama. Demikian
pula pada LOS (Leng of Stay) di rumah sakit, dari rata-rata 5, 98 menjadi 4, 95. Hal ini
tentu akan berdampak pada pengurangan biaya perawatan yang sangat significan yang
dikeluarkan oleh pasien dan keluarga.

IV.

KESIMPULAN

1.

Komunikasi melalui telepon merupakan pilihan dalam strategi pemberian pendidikan

2.

kesehatan pada pasien dan keluarga yang efektif dan efisien.


Pendidikan kesehatan melalui telepon sangat efektif meningkatkan pemahaman
pasien dan keluarga tentang CHF, mengurangi readmission dan bila pasien kemudian
dirawat mengurangi lama perawatan dan berdampak pada pengurangan biaya

3.

perawatan
Fokus pendidikan kesehatan pada pasien CHF yang diberikan melaui telepon adalah

4.

manajemen gejala, diet, dan aktivitas.


Pelaksanaan pendidikan kesehatan melaui telepon memiliki keterbatasan untuk
beberapa pasien sehingga perawat perlu memahami hambatan pemahaman diri pasien
dan membantu pasien mengatasi hambatan ini.

V. REKOMENDASI
1. Perawat specialist diharapkan mengembangkan dan menerapkan system pendidikan
kesehatan pada pasien dengan CHF dengan pendekatan telenursing sesuai dengan
2.

tuntutan masyarakat di era globalisasi.


Selalu melibatkan keluarga atau orang terdekat saat memberikan pendidikan
kesehatan kepada pasien dengan CHF

3.

Dalam memberikan pendidikan kesehatan perawat harus selalu memperhatikan


keterbatasan yang dialami pasien dan membantu dalam mengatasi permasalahan
tersebut.

Anda mungkin juga menyukai