Anda di halaman 1dari 19

TINJAUAN TEORITIS ASUHAN KEPERAWATAN

PADA ANAK.L DENGAN ASTHMA BRONCHIALE

A.

Konsep Dasar Penyakit Asthma


1.

Pengertian
Asthma bronchiale merupakan gangguan inflamasi kronik jalan nafas
yang melibatkan berbagai sel inflamasi, dasar penyakit ini adalah
hiperaktivitas bronkus dalam berbagai tingkat, obstruksi jalan nafas, dan
gejala pernafasan (mengi dan sesak). (Kapita Selekta Kedokeran Edisi ke
tiga jilid satu : 476).
Asthma adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya therapi
yang tepat, obstruksi ini disebabkan oleh adanya spasme otot lunak
bronchiale, sekresi mukus yang berlebihan. (FKPP SPK se-jawa-barat
1996, : 36).
Asthma disebut juga sebagai reactive air way disease (RAD) adalah
suatu penyakit obstruksi pada jalan nafas secara riversibel yang ditandai
dengan bronkhospasme, inflamasi, dan peningkatan reaksi jalan nafas
terhadap berbagai. (Suriadi, Skp, 2001 : 7)
Asthma adalah penyakit paru dengan ciri khas yakni saluran nafas
sangat mudah bereaksi terhadap berbagai rangsangan atau pencetus dengan
manifestasi berupa serangan asthma. (Nastiyah, 1997 : 66)
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, penulis menyimpulkan
bahwa penyakit asthma adalah suatu penyakit obstruksi pada jalan nafas
yang ditandai oleh bronchospasme, inflamasi mukus yang berlebihan
dengan gejala pernafasan (mengi dan sesak).

2.

Anatomi Fisiologi Sistem Pernafasan


Sistem pernafasan dibagi menjadi dua yaitu saluran pernafasan bagian
atas yang terdiri dari hidung, pharing dan laring, saluran pernafasan bagian
bawah yang terdiri dari trachea, bronkhus, bronhiolus dan alveolus.

a.

Hidung
Hidung meurpakan saluran pernafasan teratas, bagian interior dari
hidung dibagi dalam paruhan kiri dan kanan oleh septum nasal. Setiap
paruhan dibagi secara tidak lengkap menjadi empat, mengarah pada
nasofaring. Area tepat dalam lubang hidung dilapisi oleh kulit yang
mengandung rambut yang kasar. Sisa dari interior dilapasi oleh
membran mukosa..

b.

Pharing
Pharing berasa dibelakang mulut dan rongga nasal. Dibagi tiga bagian
yaitu nasopharing, oropharing, dan laringo pharing. Pharing juga
merupakan saluran yang menghubungkan saluran pencernaan dan
saluran pernafasan.

c.

Laring
Laring terletak didepan dari faring dan diatas permulaan dari trakea.
Terutama terdiri dari tulang rawan tyroid dan cricoid, dan tujuh tulang
rawan lain yang dihubungkan secara bersama oleh membran.

d.

Trachea
Terletak dibagian oesopagus yang terdiri dari lapisan mukosa, kelenjar
sub mukosa dan dibawahnya terdapat jaringan otot yang terletak pada
bagian depan yang menghubungkan kedua bagian tulang rawan.
Trachea bercabang menjadi bronchus kanan dan kiri, tempat
percabangan disebut karina.

e.

Bronkhus
Bronkus primer dimulai dari karina, bronkus kanan lebih gemuk, lebih
pendek, serta lebih vertikal bila dibandingkan bronkhus kiri. Bronkhus
dilapisi oleh cilia yang berfungsi menangkap partikel dan mendorong
sekret ke atas untuk selanjutnya dikeluarkan melalui batuk atau
ditelan.

f.

Bronchiolus
Bronchiolus merupakan cabang dari bronkhus yang dibagi menjadi
saluran-saluran kecil yaitu bronchiolus terminal dan bronchiolus
respirasi.

g.

Alveolus
Alveolus merupkan percabangan dari bronchiolus. Duktus alveolus
menyerupai buah anggur, saccus alveolus mengandung alveolus yang
merupkan unit fungional paru sebagai tempat pertukaran gas.

h.

Paru-paru
Unit dasar dari struktur paru-paru dipertimbangkan adalah lobulus
sekunder. Beratus-ratus dari lobulus ini membentuk masing-masing
paru-paru. Setiap lobulus merupakan miniatur dari paru-paru dengan
percabangan bronchial.
Untuk lebih jelasnya dibawah ini disajikan gambar pohon Bronchial
dan paru-paru pada gambar dibawah ini.
Gambar 1

Gambar 2
ANATOMI SISTEM PERNAFASAN

3.

Etiologi
a.

Faktor ekstrinsik : Reaksi anti gen-anti body, karena


inhalasi alergen (debu dan serbuk-serbuk, bulubulu inatang).

b.

Faktor

intrinsik

Infeksi,

para

influenzavirus,

penumoni, mycoplasmal, kemudian dari fisik : cuaca dingin, perubahan


temperatur. Iritan : kimia, polusi udara (CO, asap rokok, parfum).
Emosional : takut, cemas, dan tegang. Aktifitas berlebihan juga dapat
menjadi faktor pencetus. Suriadi Skp, 2001 : 8).

4.

Patofisologi
a.

Asthma pada anak terjadi adanya penyempitan pada


jalan nafas dan hiperaktif dengan respon terhadap bahan iritasi dari
stimulus lain.

b.

Dengan adanya bahan iritasi atau alergen otot-otot


bronkus menjadi spasme dan anti body tubuh muncul (imunoglobulin
E atau IgE). Dengan adanya alergi IgE dimunculkan pada reseptor sel
mast yang menyebabkan pengeluaran histamin dan zat mediator
lainnya. Mediator tersebut akan memberikan gejala asthma.

c.

Respon asthma menjadi dalam tiga tahap : pertama


tahap immediatey yang ditandai dengan bronkho kontriksi (1-2 jam).
Tahap deleyed dimana bronkho kontiksi dapat berulang dalam 4-6
jam) dan terus-menerus 2-5 jam lebih lama : Tahap late yang ditandai
dengan peradangan dan hiperresponsif jalan nafas beberapa minggu
atau bulan.

d.

Asthma juga dapat terjadi faktor pencetusnya karena


latihan, kecemasan, dan udara dingin.

e.

Selama serangan asthmatik bronkhiolus

menjadi

meradang dan peningkatan sekresi mukus. Hal ini menyebabkan


lumen jalan nafas menjadi bengkak, kemudian meningkatan restensi
jalan nafas dan dapat menimbulkan distress pernafasan.
f.

Anak yang mengalami asthma mudah untuk inhalasi


dan sukar dalam ekhlasi karena edema pada jalan nafas. Dan ini
menyebabkan hiperinflasi poada alveoli dan perubahan pertukaran
gas, jalan nafas menjadi obstruksi yang kemudian tidak adekuat
ventilasi dan saturasi O2, sehingga terjadi penurunan PO2 (hypoxia).
Suriadi, SKp. 2001:7).

5.

Manifestasi Klinik
Gejala yang timbul biasanya behrubungan dengan beratnya derajat
hiperaktifitas bronkhus, obstruksi jalan nafas dapat reversibel secara
spontan maupun dengan pengobatan.

Gejala asthma antara lain :


a.

Bising mengi (wheezing) yang terdengar dengan atau


tanpa stetoskop

b.

Batuk produktif, sering pada malam hari

c.

Nafas atau dada seperti tertekan


Gejalanya bersifat paroksimal, yaitu membaik pada saat siang hari dan

memburuk pada malam hari. (Kapita Selekta Kedokteran edisi ketiga jilid
satu : 477).
6.

Klasifikasi Asthma Bronchiale


a.

Berdasarkan penyebab
-

Ekstinsik atau atopik dengan adanya alergen yang jelas

Intrinsik atau non alergik, dimana alergen tidak jelas tetapi


biasanya mempunyai faktor peradangan.

Bentuk campuran dari kedua jenis tersebut diatas. (Kapita Selekta


Kedokteran).

b.

Berdasarkan berat ringan penyakit asthma dibagi


menjadi :
Asthma persisten ringan
- Asthma dengan gejala lebih dari satu kali semingu tapi kurang
dari dua kali perhari.
- Serangan mengganggu aktivitas dan tidur
- Serangan malam lebih dari dua kali perbulan
Asthma persisten sedang
- Gejala tiap hari
- Serangan mengganggu aktivitas dan tidur
- Serangan asthma lebih dari satu kali seminggu
Asthma persisten berat
- Gejala terus-menerus sering mendapat serangan

- Gejala malam sering


(Ilmu Penyakit Dalam, jilid II 1999 : 2)

7.

Penatalaksanaan
a. Medik
Asthma dapat sedang tenang atau tidak ada serangan, tetapi juga dapat
dalam keadaan serangan dan serangan tersebut dapat ringan, sedang,
atau berat. Kadang dapat jatuh dalam keadaan status asmatikus.
Serangan demikian beratnya hingga dapat mengancam jiwa anak.
Oleh karena itu anak perlu dirawat di rumah sakit.
Serangan asthma ringan biasanya cukup diobati dengan obat
bronkhodilator oral atau aerosol, bahkan yang ringan sekali tidak
memerlukan pengobatan. Serangan asthma yang sedang akut perlu
pengobatan yang cepat kerjanya, misalnya bronkhodilator aerosol atau
bronkhodilator sub kutan, adrenalin misalnya bila pada serangan
ringan tidak perlu kortikosteroid pada serangan ringan kronik atau
serangan sedang perlu kortikosteroid disamping bronkhodilator pada
serangan sedang perlu oksigen.
Serangan asthma yang berat bila gagal dengan bronkhodilator aerosol
oral atau sub kutan dan kortikosteroid perlu teofilinum (teofilin) intra
vena dan koreksi penyimpangan asam basa yang demikian
memerlukan perawatan di rumah sakit. (Nastiyah, 1997 : 72).
b. Keperawatan
Perawatan pasien asthma ditunjukan pada :
-

Bila pasien sedang tidak mendapatkan serangan asthma

Bila pasien sedang mendapatkan serangan

Jika pasien sedang tidak mendapat serangan asthma dengan


memberikan pendidikan kepada pasien sendiri maupun keluarganya.
Serangan asthma dengan jalan menghilangkan faktor timbulnya
serangan.

8.

Dampak Asthma Bronchiale


a.

Terhadap sistem tubuh


1) Sistem pernafasan
Didapatkan adanya penggunaan otot aksesori atau tambahan,
pelebaran nasal, takipnea dan dispnea.
2) Sistem cardiovaskuler
Didapatkan adanya peningkatan tekanan nadi (Tachykardi)
3) Sistem pencernaan
Didapatkan adanya hiperaktif bunyi usus
4) Sistem integumen
Didapatkan adanya kulit kering dan bersisik serta kulit pucat pada
bibir dan kuku.
5) Sistem persyarafan
Didapatkan adanya sakit kepada daerah frontal
6) Sistem mukuloskeletal
Didapatkan adanya kelemahan otot dan keterbatasan gerak.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


Proses dasar Keperawatan adalah suatu pendekatan sistematis untuk
mengenal masalah-masalah pasien dan mencarikan alternatif pemecahan
masalah dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan pasien yang terdiri dari empat
tahap yaitu pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. (Drs. Nasrul
Effendi, 1991 : 3).
1.

Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan
suatu proses yang sistematis dalam mengumpulkan data dari berbagai
sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan
klien (Nursalam, 2001 ; 17).

a.

Pengumpulan Data
Merupakan tahap dari proses keperawatan, mengumpulkan informasi
yang sistematik termasuk kekuatan dan kelemahan pasien data
diperoleh dari orang terdekat/keluarga atau petugas kesehatan lain.
1)

Identitas
-

Identitas anak meliputi : Nama, umur, jenis kelamin,


tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian dan diagnosa
medis.

Identitas orang tua (ayah dan ibu), terdiri dari nama,


umur, pendidikan, pekerjaan, suku bangsa dan alamat.

2)

Riwayat Kesehatan
a) Keluhan Utama
Keluhan yang dirasakan oleh klien dan dikatakan oleh
keluarga, keluhan utama pada bronchopneumonia adalah
berupa sesak nafas dan nyeri dada.
b) Keluhan Utama Saat Didata
Merupakan lanjutan dari keluhan utama yang dikembangkan
secara PQRST.
P.

: Paliatif/Profokatif

yang

memperberat

dan

meringankan keluhan.
Q

: Qualitas/Quantitas bagaimana keluhan dirasakan

: Region/Radiasi : bagaimana yang terkena dan


penyebarannya.

: Skala

: Time/Kapan keluhan dirasakan.

c) Riwayat Kesehatan Dahulu


Pada riwayat kesehatan dahulu mencakup hal-hal yang
pernah dialami oleh klien seperti mempunyai penyakit
keturunan, obat-obatan, aspirasi, zat iritan atau terpapar polusi
udara terus-menerus.
d) Riwayat Kesehatan Keluarga

Data riwayat keluarga dikumpulkan dengan pertanyaan


apakah dalam keluarga klien ada yang menderita penyakit
yang sama atau mempunyai penyakit saluran pernafasan
lainnya.

3)

Pola kebutuhan sehari-hari


kaji terhadap pola aktivitas sehari-hari, mencakup pola makan
sehari-hari (frekuensi, jenis makanan, porsi makanan, keluhan
nafsu makan), pola umum (jumlah, jenis), pola istirahat tidur (siang
dan malam serta gangguan istirahat), personal hygiene (mandi, cuci
rambut, gosok gigi, mengganti pakaian, menyisir rambut,
menggunting kuku dan pola aktifitas).

4)

Riwayat pertumbuhan dan perkembangan


Pertumbuhan adalah suatu peningkatan dari berat atau ukuran dari
seluruh atau sebagian organisme sedangkan perkembangan aalah
peningkatan kemahiran dalam penggunaan tubuh. (Rosa M.
Sacharin, 1996 : 3)
a)

Pertumbuhan tinggi badan bayi pada saat


lahir adalah sekitar 50-55cm pada tahun pertama setelah
kelahiran panjang badan bertambah sekitar 50% sedangkan
pertumbuhan badan pada saat lahir adalah sekitar rata-rata 3,5
kg dalam rentang berat sekitar 2,7 sampai 4,5 kg. Pada akhir
tahun pertama berat badan normal anak sektar 3kali lipat dari
berat badan pada waktu lahir. (Rosa M. Sacharin, 1996 : 15).

b)

Perkembangan anak menurut Sigmen Preud


Fase oral (0-1tahun)
-

Kontak pertama melalui mulut

Kasih

sayang

menumbuhkan

rasa

kepercayaan terhadap dunia luar.


-

Menghidap jari sebagai suatu kenikmatan

Bersaing dengan saudara kandung

aman

serta

Fase anal (1-3 tahun)


-

Egois, keinginan dan fantasinya tidak cocok dengan


orang dewasa.

Mulai nakal, jorok dan sadis terhadap binatang

Fase Phalik (3-6 tahun)


Disebut juga fase pra sekolah dimana anak laki-laki
mencontoh bapaknya dan anak perempuan mencontoh
ibunya.
Fase laten (6-12 tahun)
-

Menerima peranan sebagai laki-laki dan perempuan

Berkelompok dengan sex yang sama

Fase pubertas (12-14 tahun)


-

Tidak mau dianggap anak kecil

Keberanian yang berlebihan atau sebaliknya

Fase pubertas (15-18 tahun)

5)

Terjadi beberapa perubahan fisik

Timbul tanda-tanda sex sekunder


Imunisasi

Imunisasi dasar diberikan pada usia 0-12 bulan, imunisasi yang


diberikan diantaranya BCG, DPT, polio dan campak.
6)

Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan

fisik

adalah

melakukan

tindakan

untuk

menentukan masalah kesehatan klien yang meliputi :


a) Ukuran antropometri terdiri dari berat badan, tinggi badan,
lingkar kepala, lingkar lengan, lingkar dada dan lingkar perut.
b) Pengukuran tanda vital terdiri dari suhu tubuh, denyut nadi,
pernafasan dan tekanan darah.
c) Pengkajian umum :
-

Kaji bunyi napas

Monitor apnea selama pase akut

Kaji tanda-tanda dehidrasi

kaji adanya batuk yang tidak efektif

Kaji sistem kardiovaskuler, bradikardi dan hipotensi

Kaji tingkat kesadaran

d) Pemeriksaan umum yaitu pengkajian treat total yang terdiri


dari:
-

Pemeriksaan kepala dimulai dari ditribusi, keadaan


kerontokan, pontanel anterior, pontanel superior dan sutura.

Pemeriksaan mata dimulai dari gerak mata, refleks


pupil, kornea, konjungtiva, sklera dan kelopak mata.

Pemeriksaan hidung dimulai dari mukosa hidung,


septum

pemeriksaan

pernafasan

cuping

hidung,

pemeriksaan sekret.
-

Pemeriksaan mulut dimulai dari warna mulut,


mukosa bibir, bentuk reflek rooting, reflek sucking,
pemeriksaan gigi, lidah mukosa.

Pemeriksaan telinga dimulai dari letak telinga


kebersihan dan pengeluaran sekret.

Pemeriksaan leher dimulai dari gerakan, kaku kuduk,


fungsi menelan dan pemeriksaan kelenjar getah bening.

Pemeriksaan thorak dimulai dari bentuk gerakan,


retraksi dada, pola pernafasan pada paru-paru, frekuensi dan
bunyi jantung.

Pemeriksaan perut dimulai dari warna kulit, bentuk,


bising usus, tekstur, turgor kulit, hepar, lien dan disertai
dengan distensi.

7)

Pemeriksaan ekstremitas atas dan bawah

Pemeriksaan genetalia dan anus.


Reaksi hospitalisasi

a) Lebih mengenal ibunya

b) Terjadi Stranger anxiety (Cemas pada orang-orang yang


belum dikenal.
-

Menangis

Marah

Pergerakan akan berlebihan

Merasa memiliki ibunya

Menangis sejadi-jadinya bila ditinggal ibunya

Sangat tergantung pada ibunya

Ekspresi wajah yang tidak menyenangkan

Tersentak atau menangis

8)

Data psikologis
a.

Status emosi
Status emosi merupakan alam perasaan yang dirasakan oleh
klien

b.

Konsep diri
Konsep diri adalah semua fikiran, keyakinan dan kepercayaan
klien untuk mengetahui dirinya.
Citra tubuh yaitu kumpulan dari individu yang didasari
terhadap tubuhnya.
Ideal diri yaitu persepsi tentang bagaimana seharusnya
berperilaku standar aspirasi, tujuan atau nilai personal
tertentu.
Harga diri yaitu penilaian individu tentang personal yang
diperoleh dengan menganalisa seberapa baik perilaku
seseorang sesuai dengan ideal diri.
- Penampilan peran yaitu serangkaian pola perilaku yang
diharapkan oleh lingkungan sosial berhubungan dengan
fungsi individu diberbagai kelompok sosial.
- Identitas

diri

yaitu

perorganisasian

prinsip

dan

kepribadian yang bertanggung jawab terhadap kesatuan,


berkesinambungan, konsistensi dan keunikan individu.
- Koping mekanisme

Koping mekenisme adalah suatu upaya untuk mengatasi


ansietas

yang

berhubungan

dengan

stress

yang

berlebihan.
- Pola kognitif
Timbulnya tuntutan dan arahan klien untuk mencari
kepuasan
9)

Pemeriksaan diagnostik
a) Pemeriksaan faal paru
Uji faal paru dikerjakan untuk menentukan derajat obstruksi,
menilai hasil provokasi bronkus, menilai hasil pengobatan dan
mengikuti perjalanan penyakit. Alat yang digunakan untuk uji
faal paru adalah peak flow meter, caranya anak disuruh meniup
flow meter beberapa kali (sebelumnya menarik napas dalam
melalui mulut kemudian menghembuskan dengan kuat) dan
dicatat hasil yang terbaik.
b) Foto toraks
Foto toraks terutama dilakukan pada anak yang baru
berkunjung pertama kali dipolilinik, untuk menyingkirkan
kemungkinan ada penyakit lain. Pada pasien asma yang telah
kronik akan terlihat jelas adanya kelainan berupa hiperinflasi
atau atelektasis.
c) Pemeriksaan darah
Hasilnya akan terdapat eosinofilia pada darah tepi dan sekret
hidung. bila tidak eosinofilia kemungkinan bukan asma. Selain
itu juga dilakukan uji tuberkulin dan uji kulit dengan
menggunakan alergen.
a)

b.

a
Analisa Data
Analisa

data

adalah

kemampuan

mengaitkan

data

dan

menghubungkan data tersebut dengan konsep teori dan prinsip yang

relavan untuk membuat kesimpulan dalam menentukan masalah


kesehatan dan keperawatan pasien (Drs. Nasrul Effendy, 1995 ; 25).
2.

Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu peryataan yang menjelaskan
respon manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu
atau kelompok dimana perawat secara akontabilitas dapat mengidentifikasi
dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan,
menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah. (A. Carpenito, 2000
dikutip dari Nursalam, 2001 ; 35).
Menurut suriadi (2001 : 12) beberapa diagnosa yang dapat ditemukan pada
pasien dengan asthma antara lain sebagai berikut :
a.

Gangguan pertukatan gas, tidak efektifnya jalan nafas,


dan tidak efektifnya pola nafas berhubungan dengan bronkhospasme,
edema mukosal dan meningkatnya sekret.

b.

Fatique berhubungan dengan hypoxia dan meningkatnya


usaha nafas

c.

Kecemasan

berhubungan

dengan

hospitalisasi

dan

distress pernafasan
d.

Resiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan


meningkatnya pernafasan dan menurunnya intake cairan

e.

Perubahan proses keluarga berhubungan dengan kondisi


kronik

f.

Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan proses


penyakit dan pengobatan.

3.

Perencanaan Keperawatan
Perencanaan keperawatan adalah mata rantai antara penetapan
kebutuhan klien dan pelaksanaan tindakan keperawatan, dengan demikian
rencana

asuhan

keperawatan

adalah

petunjuk

tertulis

yang

menggambarkan secara tepat mengenai rencana tindakan yang dilakukan


terhadap klien sesuai dengan kebutuhannya berdasarkan diagnosa

keperawatan. (Nasrul Effendy, 1995 : 72). Perencanaan pada klien asma


menurut Linda Juall Carpenito (1999 : 131-132) adalah sebagai berikut :
a.

Gangguan pertukaran gas, tidak efektif kebersihan jalan


nafas, dan tidak efektif pola nafas berhubungan dengan bronchospasme,
edema mukosa dan meningkatnya sekret.

Intervensi dan Rasional Dx1 Pada Klien Astma


Intervensi
1. Atur posisi klien dengan posisi semi
fowler (setengah duduk).
2. Observasi TTV
3. Berikan O2
4. Lakukan PVD (Perkusi, Vibrasi dan
Drainase).
b.

Rasional
1. Dengan Posisi semi fowler dapat
melebarkan diafragma sehingga
dapat mengembangkan paru-paru.
2. Tanda-tanda vital merupakan salah
satu indikator untuk mengetahui
keadaan umum klien.
3. Membantu memenuhi kebutuhan O2
dan membantu memperlancar
pernafasan.
4. Membantu memperlancar
pernafasan dan mengeluarkan dahak

Resiko tinggi inefektif penatalaksanaan regimen terapetik


yang berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi,
tindakan, pencegahan infeksi. latihan pernafasan.
Intervensi dan Rasional Dx2 Pada Klien Astma

Intervensi
1. Ajarkan tindakan untuk mengatasi
asthma dan perawatan di rumah
sakit.

Rasional
1. Pamahaman dapat membantu
mendorong kepatuhan dan
partisipasi dalam perawatan diri.

2. Berikan inhalasi uap

2. Untuk membantu mengencerkan


dahak dan memperlancar
pernafasan.

4. Implementasi
Impelemntasi merupakan tahap keempat, pada tahap ini dilakukan
pelaksanaan dari perencanaan keperawatan yang telah ditentukan, dengan
tujuan untuk memberikan tindakan keperawatan berdasarkan respon klien
terhadap masalah kesehatannya dan mencegah masalah baru yang akan
timbul. (Nursallam, 2001 : 113).
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan terhadap klien
(Nasrul Effendy, 1995 : 45).
5. Evaluasi
Tahap eveluasi adalah perbandingan hasil-hasil yang diamati dengan
kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Klien keluar dari siklus
proses keperawatan apabila kriteria hasil telah dicapai. Klien akan masuk
kembali ke dalam siklus apabila kriteria hasil belum tercapai. (allen, 1998 :
123).

Anda mungkin juga menyukai