Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hipertensi dalam kehamilan merupakan 515 % penyulit kehamilan dan merupakansalah satu
dari tiga penyebab tertinggi mortalitas dan morbiditas ibu bersalin. DiIndonesia mortalitas dan
morbiditas hipertensi dalam kehamilan juga masih cukup tinggi.Menurut SDKI terdapat
sebanyak 228 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup. Angka kematian ibu di Indonesia
diantaranya disebabkan oleh Pendarahan 60%, toksemia gravidarum 20%, dan infeksi 20%.
(SDKI,2010). Hipertensi disebabkan selain karenaetiologi yang tidak jelas juga oleh
perawatan dalam persalinan masih ditangani oleh petugas non medic dan system rujukan yang
belum sempurna. Hipertensi dalam kehamilan dapat dialami oleh semua lapisan ibu hamil
sehingga pengetahuan tentang pengelolaan hipertensi dalam kehamilan harus benar-benar
dipahami oleh semua tenaga medik baik di pusat maupun di daerah (Sarwono,
2008)Preeklampsia terjadi pada 5-7% dari seluruh kehamilan. Trias diagnostiknyamencakuup
hipertensi, proteinuri, dan edema. National High Blood Pressure EducationWorking Group baru
saja merekomendasikan untuk meniadakan edema sebagai kriteria diagnostik karena kejadiannya
seringkali ditemukan pada kehamilan normal. Frekuensi kejadian preeklampsia meningkat pada
wanita muda dan nultipara. Akan tetapi distribusi frekuensinya berdasar usia dengan peningkatan
berikutnya pada wanita multipara dengan usia diatas 35 tahun. Pada wanita yang memiliki ibu
dengan riwayat preeklampsia, resiko preeklampsia lebih besar dibandingkan dengan populasi
wanita pada umumnya (Husnul Mubarak, 2009).

1. 2 Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui defenisi pre-eklamsi berat
2. Mahasiswa dapat memahami tanda dan gejala yang dialami PEB
3. Mahasiswa dapat menangani sesui wewenangnya terhadp pasien PEB
4. Mahasiswa dapat mengaplikasikan masalah PEB dalam sebuah Asuhan
Kebidanan.
1.3 Rumusan masalah
1. Bagaimana cara menangani ibu hamil dengan kasus PEB ?
2. Apa sajakah tindakan yang dapat dilakukan oleh seorang bidan sesuai
wewenangnya ?

BAB II
PEMBAHASAN
I. Defenisi
Pre-eklamsi berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan timbulnya hipertensi
160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria dan/atau edema pada kehamilan 20 minggu atau
lebih (Ai Yeyeh.R, 2011). Sedangkan menurut Rozihan (2007), Pre-eklampsia berat ialah
penyakit dengan tanda-tanda khas seperti tekanan darah tinggi (hipertensi),
pembengkakan jaringan (edema), dan ditemukannya protein dalam urin (proteinuria) yang timbul
karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi dalam triwulan ke-3 kehamilan, tetapi dapat
juga terjadi pada trimester kedua kehamilan. Pre eklamasi berat menurut Ilmu Kebidanan
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiharjo,
Fak. UI Jakarta (1998), diikuti dengan timbulnya hipertensi disertai protein urin dan edema
akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa pre-eklamsia berat adalah komplikasi yang terjadi pada saat kehamilan
dengan ciri yang khas yaitu disertai dengan hipertensi 160/110 mmHg dan atau disertai dengan
adanya protein urine positif 2 dan atau 3 dan lazim disertai dengan oedema pada kehamilan 20
minggu.

II. Tanda Dan Gejala


Adapun tanda dan gejala yang terjadi pada ibu hamil yang mengalami pre-eklamsi berat yaitu
tekanan darah sistolik >160 mmHg dan diastolik >110 mmHg, terjadi peningkatan kadar enzim
hati dan atau ikterus, trombosit <100.000/mm3 , terkadang disertai oligouria<400ml/24 jam,
protein urine >2-3 gr/liter, ibu hamil mengeluh nyeri epigastrium, skotoma dan gangguan visus
lain atau nyeri frontal yang berat,

perdarahan retina dan oedema pulmonum. Terdapat beberapa penyulit juga yang dapat terjadi,
yaitu kerusakan organ-organ tubuh seperti gagal ginjal, gagal jantung, gangguan fungsi hati,
pembekuan darah, sindrom HELLP, bahkan dapat terjadi kematian pada bayi, ibu dan atau
keduanya bila pre-eklamsi tidak segera ditangani dengan baik dan benar (Ai Yeyeh.R, 2011).
III. Faktor Resiko
Menurut Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiharjo (2005), faktor resiko pre- eklamsia berat
adalah :
1. Riwayat Preeklampsia
2. Primigravida, karena pada primigravida pembentukan antibody penghambat
(blocking antibodies) belum sempurna sehingga meningkatkan resiko terjadinya Preeklampsia
3. Kegemukan.
4. Kehamilan ganda, Preeklampsia lebih sering terjadi pada wanita yang
Mempunyai bayi kembar atau lebih.
5. Riwayat penyakit tertentu. Penyakit tersebut meliputi hipertensu kronik,

diabetes, penyakit ginjal atau penyakit degenerate seperti reumatik arthritis


atau lupus.
IV. Penatalaksanaan
Ditinjau dari umur kehamilan dan perkembangan gejala-gejala pre-eklamsia berat selama
perawatan maka perawatan dibagi menjadi perawatan aktif yaitu kehamilan segera diakhiri atau
diterminasi ditambah pengobatan medicinal dan perawatan konservatif yaitu kehamilan tetap
dipertahankan ditambah pengobatan medicinal (AYeyeh.R, 2011). Adapun penjelasannya adalah
sebagai berikut :
1. Perawatan aktif
Pada setiap penderita sedapat mungkin sebelum perawatan aktif dilakukan
pemeriksaan fetal assesment yakni pemeriksaan nonstrees test(NST) dan
ultrasonograft (USG), dengan indikasi (salah satu atau lebih), yakni :
a.
Pada ibu
Usia kehamilan 37 minggu atau lebih, dijumpai tanda-tanda atau gejala impending eklamsia,
kegagalan terapi konservatif yaitu setelah 6 jam pengobatan meditasi terjadi kenaikan desakan
darah atau setelah 24 jam perawatan edicinal, ada gejala-gejala status quo (tidak ada perbaikan).
b.
Janin
Hasil fetal assesment jelek (NST dan USG) yaitu ada tanda intra uterine growth retardation
(IUGR)
c.
Hasil laboratorium
Adanya HELLP sindrom (haemolisis dan peningkatan fungsi hepar dan trombositopenia).
2. Pengobatan medicinal pasien pre-eklamsi berst (dilakukan dirumah sakit dan atas instruksi
dokter), yaitu segera masuk rumah sakit dengan berbaring miring ke kiri ke satu sisi. Tanda vital
diperiksa setiap 30 menit, reflek patella setiap jam, infus dextrose 5% dimana setiap 1 liter
diselingi dangan infus RL (60-125 cc/jam) 500cc, berikan antasida , diet cukup protein, rendah
karbohidrat, lemak dan garam, pemberian obat anti kejang (MgSO4), diuretikum tidak diberikan
kecuali bila ada tanda-tanda edema paru, payah jantung kongestif atau edema anasarka.
Diberikan furosemid injeksi 40 mg/IM.
3. Antihipertensi diberikan bila tekanan darah sistolis lebih 180 mmHg atau MAP lebih 125
mmHg. Sasaran pengobatan adalah tekanan diastolis kurang 105 mmHg (bukan kurang 90
mmHg) karena akan menurunkan perfusi plasenta, dosis antihipertensi sama dengan dosis
antihipertensi pada umumnya.
4. Bila dibutuhkan penurun darah secepatnya, dapat diberikan obat-obat antihipertensi
parenteral (tetesan kontinyu), catapres injeksi. Dosis yang biasa dipakai 5 ampul dalam 500cc
cairan infus atau press disesuaikan dengan tekanan darah.
5. Bila tidak tersedia antihipertensi parenteral dapat diberikan tablet antihipertensi secara
sublingual diulang selang 1 jam, maksimal 4-5 kali. Bersama dengan awal pemberian sublingual
maka obat yang sama mulai diberikan secara oral (Syakib Bakri, 1997).
6. Pengobatan jantung jika ada indikasinya yakni ada tanda-tanda menjurus payah jantung,
diberikan digitalisasi cepat dengan celidanid D.

7. Lain-lain seperti konsul bagian penyakit dalam/jantung atau mata. Obat-obat antipiretik
diberikan bial suhu rectal lebih dari 38,5 0C dapat dibantu dengan pemberian kompres dingin
atau alkohol atau xylomidon 2 cc secara IM, antibiotik diberikan atas indikasi saja. Diberikan
ampicillin 1 gr/6 jam secara IV perhari. Anti nyeri bila penderita kesakitan atau gelisah karena
kontraksi uterus. Dapat diberikan petidin HCL 50-75 mg sekali saja, selambat-lambatnya 2 jam
sebelum janin lahir.
8. Pengobatan Obstetrik
Pengobatan obstetri dilakukan dengan cara terminasi terhadap kehamilan yang belum inpartu,
yaitu :
a.
Induksi persalinan: tetesan oksitocyn dengan syarat nilai bishop 5 atau lebih dan dengan
fetal heart monitoring.
b.
Seksio Sesaria (dilakukan oleh dokter ahli kandungan), bila: fetal assessment
jelek. Syarat tetesan oksitocyn tidak dipenuhi (nilai bishop < 5) atau adanya kontraindikasi
tetesan oksitocyn; 12 jam setelah dimulainya tetesan oksitocyn belum masuk fase aktif. Pada
primigravida lebih diarahkan untuk dilakukan terminasi dengan seksio sesaria.

BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL PATOLOGIS


Ny.Y G1P0A0 UMUR KEHAMILAN 28 MINGGU UMUR 23 TAHUN
DI RS PERSAHABATAN
No.Register

Masuk RS Tanggal/Pukul

: 18- 11- 2014/ 10.00

Dirawat di ruang

: IGD KEBIDANAN

I.PENGKAJIAN, Tanggal/Pukul

:18 -11-2014/11.00 WIB

Oleh : dr

A. Biodata
1.Nama Klien

: Ny.Y

Nama Suami

: Tn. T

2.Umur

: 23 tahun

Umur

: 28 tahun

3.Suku/ Kebangsaan : Jawa/Indonesia

Suku/ Kebangsaan

: Jawa/Indonesia

4.Agama

: Islam

Agama

: Islam

5.Pendidikan

: SMA

Pendidikan

: SMA

6.Pekerjaan

: IRT

Pekerjaan

: Wiraswasta

7.Alamat

: manga besar

Alamat

: manga besar

B. Data Subyektif
1.

Keluhan utama

Ibu mengatakan pusing,pandangan kabur dan nyeri perut bagian atas.


2. HPHT : 17- 05- 2014 pasti

3.

Riwayat menstruasi

Menarche

: 13tahun

Siklus

: 28 hari

Lama

: 6 hari

Teratur

: ya

Sifat darah

: cair

Keluhan

: tidak ada

:1

4.

Riwayat perkawinan

Status perkawinan

: sah

Menikah ke

Lama

: 1 tahun

Usia menikah pertama kali : 22

5.

Riwayat obstetrik :G1 P0 A0 H 28 minggu

Hamil

Persalinan

Ke

Nifas

tanggal umur kehamilan jenis persalinan komplikasi jk BB

Hamil

ini

6.

Riwayat kontrasepsi yang digunakan

Belum pernah memakai alat kontrasepsi


7.

Riwayat kehamilan sekarang

a.

ANC pertama umur kehamilan : 6 minggu

b.

Kunjungan ANC

Trimester I
Frekuensi

: 2x

Keluhan

: mual,pusing

laktasi komplikasi
-

Komplikasi : tidak ada


Terapi

: antasida 1x1

Trimester II
Frekuensi

: 1x

Keluhan

: pusing

Komlikasi

: tidak ada

Terapi

: tablet Fe, kalsium laktat, B16

Trimester III
Frekuensi

Keluhan

Komplikasi :
Terapi

d.

Imunisasi TT : 1 kali

TT 1 : 25 maret 2014
TT 2 : 26 april 2014
TT 3 :

TT 4 :

TT 5 :

e.

Pergerakan janin selama 24 jam (dalam sehari)

Ibu mengatakan merasakan pergerakan janinnya > 10 kali sehari.


8.

Riwayat kesehatan

a.

Penyakit yang pernah/sedang diderita (menular,menurun dan menahun)

Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menular seperti HIV/AIDS,Hepatitis


B,TBC
-

Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menurun seperti DM, Hipertensi,

Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menahun seperti jantung, ginjal, paruparu
b.

Penyakit yang pernah/sedang diderita keluarga (menular,menurun dan menahun)

Ibu mengatakan keluarga tidak pernah menderita penyakit menular seperti


HIV/AIDS,Hepatitis B,TBC
Ibu mengatakan keluarga tidak pernah menderita penyakit menurun seperti DM dan
Hipertensi
Ibu mengatakan keluarga tidak pernah menderita penyakit menahun seperti jantung, ginjal,
paru-paru

c.

Riwayat keturunan kembar

Ibu mengatakan tidak memiliki riwayat keturunan kembar

d.

Riwayat operasi

Ibu mengatakan tidak pernah menjalani operasi apapun

e.

Riwayat alergi obat

Ibu mengatakan tidak memiliki alergi obat apapun

9.

Pola pemenuhan kebutuhan

Sebelum hamil
a.

Saat hamil

Nutrisi

Makan
Frekuensi

: 3 x sehari

3 x sehari

Jenis

: nasi,lauk,sayur

nasi,lauk, sayur

Porsi

: 1 piring

Keluhan

: tidak ada

1 piring
tidak ada

Pantangan

: tidak ada

tidak ada

Frekuensi

: 5 kali sehari

7 kali sehari

Jenis

: air putih,teh

air putih,teh, susu

Porsi

: 1 gelas

Minum

1 gelas

Keluhan

: tidak ada

cepat haus

Pantangan

: tidak ada

tidak ada

Frekuensi

2 xsehari

1xsehari

Warna

: kuning

kuning

Konsistensi

: lembek

lembek

Keluhan

: tidak ada

tidak ada

Frekuensi

: 6xsehari

8-9 xsehari

Warna

: kuning

kuning,jernih

Konsistensi

: cair

cair

Keluhan

:tidak ada

tidak ada

Lama

: 1-2 jam

lama

Keluhan

: tidak ada

keluhan : tidak ada

b.

Eliminasi

BAB

BAK

c.

Istirahat

Tidur siang

Tidur malam

: jam

Lama

: 8 jam

7 jam

Keluhan

: tidak ada

tidak ada

d.

Personal hygiene

Mandi

:2

x/hari

x/hari

Ganti pakaian : 3

x/hari

x/hari

Gosok gigi

x/hari

x/hari

x/minggu

Keramas

e.

:3
:3

x/minggu

Pola seksualitas

Frekuensi: 3

x/ minggu

Keluhan: tidak ada


f.

x/ minggu

tidak ada

Pola aktivitas(terkait kegiatan fisik,olah raga)

Ibu mengatakan mengerjakan pekerjaan rumah tangga seperti mencuci, menyapu, memasak dan
tidak melukukan aktifitas lain seperti berolahraga.
10. Kebiasaan yang mengganggu kesehatan (merokok, minum jamu, minuman beralkohol)
Ibu mengatakan baik sebelum maupun saat hamil tidak ada kebiasaan yang mengganggu
kesehatan seperti merokok, minum jamu, minuman beralkohol.
11. Data psikososial, spiritual dan ekonomi (penerimaan ibu/suami/keluarga terhadap
kelahiran,dukungan keluarga, hubungan dengan suami/keluarga/tetangga, perawatan bayi,
kegiatan ibadah, kegiatan social, keadaan ekonomi keluarga.
-

Ibu mengatakan dirinya/suami/keluarga menerima dan menginginkan kehamilan ini

Ibu mengatakan keluarga mendukung kehamilannya

Ibu mengakan hubungan dengan suami/keluarga tetangga baik

Ibu mengatakan belum mengetahui tentang perawatan pada bayi

Ibu mengatakan kehamilannya tidak mengganggu kegiatan ibadah

Ibu mengatakan mengikuti kegiatan arisan

Ibu mengatakan pendapatan suami mencukupi kebutuhan sehari-hari

12. Pengetahuan ibu (tentang kehamilan, persalinan, nifas)


Ibu mengatakan sudah mengetahui tentang nutrisi ibu hamil dari kunjungan sebelumnya, tetapi
ibu belum mengetahui tentang persalinan dan nifas.
13. Lingkungan yang berpengaruh(sekitar rumah dan hewan peliharaan)
-

Ibu mengatakan sekitar rumahnya bersih, rapi, aman dan nyaman

Ibu mengatakan baik dirinya dan tetangga tidak memelihara unggas, seperti ayam, bebek.

C. Data Objektif
1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum

: baik

Kesadaran

: composmentis

Status emosional

: stabil

Tanda vital
Tekanan darah

:160/110 mmHg

Nadi

Pernafasan

:20 x/menit

Suhu

BB

:50 kg

TB

:80 x/menit
:37 oC
:155 cm

2. Pemeriksaan Fisik
Kepala

:Bersih ,tidak berketombe,

Mata

:tidak ada secret,sclera putih,kunjungtiva merah muda

Hidung

:hidung tidak ada polip,tidak ada pernafasan cuping hidung.

Mulut

:bersih ,tidak ada karies gigi

Leher

:tidak ada pembesaran kelenjar tiroid,parotis,getah bening

Payudara
:simetris, putting susu menonjol, areola mamae hiperpigmentasi,tidak ada masa,
tidak nyeri tekan, belum ada pegeluaran kolostrum.
Abdomen

: tidak ada striae, tidak ada bekas operasi, terdapat linea nigra,

Palpasi
Leopold I

: teraba bagian lunak, bulat dan tidak melenting

Leopold II kiri

: teraba bagian kecil-kecil janin

Leopold II kanan : teraba panjang, keras,ada tahanan


Leopold III

: teraba bulat, keras, melenting(kepala)

Leopold IV

: konvergen

Pemeriksaan Mc. Donald


TFU

: 25

cm

:145

x/menit

TBJ

: (25-12)x 155= 2015 gram

Auskultasi
Djj

Ekstremitas Atas

: simetris, jumlah jari lengkap,terdapat odema. LILA :26 cm

Ekstremitas Bawah

: simetris,jumlah jari lengkap, odema.

Genitalia Luar

: bersih, tidak ada varises, tidak ada pembesaran kelenjar batholini.

Pemeriksaan Panggul

:tidak dilakukan

(bila perlu)
3. Pemeriksaan Penunjang
Test Proteinurin +2
4. Data Penunjang
Tidak ada

Tanggal:18-11-2014

pukul: 12.10 WIB

II. INTERPRETASI DATA


A.

Diagnosa kebidanan

Data Dasar:
Ny.Y G1P0A0 hamil 28 minggu janin tunggal hidup intra uteri preskep,puka dengan
preeklamsia berat.

Ds:
-

Ibu mengatakan usianya 23 tahun

Ibu mengatakan ini kehamilannya yang pertama dan tidak pernah abortus

Ibu mengatakan dirinya pusing dan nyeri perut bagian atas

Do:
Keadaan umum

: baik

Kesadaran

: composmentis

Status emosional

: stabil

Tanda vital
Tekanan darah

:160/110 mmHg

Nadi

Pernafasan

:20 x/menit

Suhu

BB

:50 kg

Protein urin +2

B.

Masalah

Tidak dapat mengatasi sakit kepala dan nyeri perut


Data dasar:

TB

:80 x/menit
:37 oC
:155 cm

Ds: ibu mengatakan kepalanya pusing,pandangan kabur dan nyeri perut bagian atas
Do: ibu tampak kesakitan dan cemas

III. IDENTIFIKASI DAN ANTISIPASI DIAGNOSA POTENSIAL


Eklamsia

IV. TINDAKAN SEGERA


A.

Mandiri

Pantau keadaan umum ibu setiap sejam


B.

Kolaborasi

Melakukan kolaborasi dengan dokter specialis obstetric ginekologi

V. PERENCANAAN

Tanggal:18-11-2012

pukul: 12.15 WIB

1. Beri tahu ibu dan keluarga kondisi kehamilan ibu berdasarkan hasil pemeriksaan
2. memberitahu ibu tentang keluhan yang ibu rasakan
3. menganjurkan ibu untuk istirahat
4. Lakukan observasi

VI. PELAKSANAAN

Tanggal:18-11-2014

pukul: 12.20 WIB

1.
Memberitahu ibu dan keluarga hasil pemeriksaan yaitu TD: 160/110 mmHg, N: 80 x/menit,
R:20 x/menit, S: 37oc, BB: 50 kg,LILA:26 cm, protein urin +2.
2.
Memberitahu pada ibu tentang keluhan yang dirasakan yaitu ibu merasa pusing ibu dapat
mengatasinya dengan bangun secara perlahan dari posisi istirahat, ambil posisi miring kiri saat
berbaring. Ibu juga merasa sakit nyeri bagian atas ibu dapat mengatasinya dengan tidak makan
makanan yang kecut, pedas.

3.
Melakukan pemasangan infuse Ringer Laktat 20 tetes per menit, oral nifedipine 15 mnt
sekali, menyiapkan MgoS4 dan siapkan tongue spatel untuk persiapan apabila ibu kejang, supaya
ibu tidak menggigit lidahnya.
4. Lanjut observasi
VII. EVALUASI
1.

Tanggal:18-11-2014

pukul:12.30

WIB

Ibu sudah mengetahui tentang keadaannya.

2.
Ibu sudah paham dan dapat menjelaskan kembali tentang cara mengatasi keluhan yang
dirasakan ibu.
3.

Ibu sudah mengerti dan dapat menjelaskan kembali untuk istirahat.

4.
Infus RL 20tetes sudah dijalan kan, nifedipine setiap 15 menit kunyah sudah diberikan dan
pemberian MgoS4 menuggu intruksi dokter jaga

BAB IV
PENUTUP

D. KESIMPULAN
Penanganan yang tepat pada kasus PEB dapat dilakukan dengan cara meninjau dari umur
kehamilan dan perkembangan gejala-gejala pre-eklamsia berat selama perawatan yang dibagi
menjadi perawatan aktif. Penderita sedapat mungkin sebelum perawatan aktif dilakukan
pemeriksaan fetal assesment yakni pemeriksaan nonstrees test(NST) dan ultrasonograft (USG),
dengan indikasi (salah satu atau lebih), yakni Pada ibu yang berusia kehamilan 37 minggu atau
lebih, dijumpai tanda-tanda atau gejala impending eklamsia, kegagalan terapi konservatif yaitu
setelah 6 jam pengobatan meditasi terjadi kenaikan desakan darah atau setelah 24 jam perawatan
edicinal.
Ada gejala-gejala status quo (tidak ada perbaikan), Janin yang memiliki hasil fetal assesment
jelek (NST dan USG) yaitu ada tanda intra uterine growth retardation (IUGR) dan hasil
laboratorium yang menunjukan adanya HELLP sindrom (haemolisis dan peningkatan fungsi
hepar dan trombositopenia), pengobatan medicinal pasien pre-eklamsi berat (dilakukan dirumah
sakit dan atas instruksi dokter), yaitu segera masuk rumah sakit dengan berbaring miring ke kiri
ke satu sisi. Tanda vital diperiksa setiap 30 menit, reflek patella setiap jam, infus dextrose 5%
dimana setiap 1 liter diselingi dangan infus RL (60-125 cc/jam) 500cc, berikan antasida , diet
cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam, pemberian obat anti kejang (MgSO4),

diuretikum tidak diberikan kecuali bila ada tanda-tanda edema paru, payah jantung kongestif
atau edema anasarka. Diberikan furosemid injeksi 40 mg/IM, antihipertensi diberikan bila
tekanan darah sistolis lebih 180 mmHg atau MAP lebih 125 mmHg.
Sasaran pengobatan adalah tekanan diastolis kurang 105 mmHg (bukan kurang 90 mmHg)
karena akan menurunkan perfusi plasenta, dosis antihipertensi sama dengan dosis antihipertensi
pada umumnya bila dibutuhkan penurun darah secepatnya, dapat diberikan obat-obat
antihipertensi parenteral (tetesan kontinyu), catapres injeksi. Dosis yang biasa dipakai 5 ampul
dalam 500cc cairan infus atau press disesuaikan dengan tekanan darah, bila tidak tersedia
antihipertensi parenteral dapat diberikan tablet antihipertensi secara sublingual diulang selang 1
jam, maksimal 4-5 kali.
Bersama dengan awal pemberian sublingual maka obat yang sama mulai diberikan secara oral
(Syakib Bakri, 1997), pengobatan jantung jika ada indikasinya yakni ada tanda-tanda menjurus
payah jantung, diberikan digitalisasi cepat dengan celidanid D, lain-lain seperti konsul bagian
penyakit dalam/jantung atau mata. Obat-obat antipiretik diberikan bial suhu rectal lebih dari 38,5
0C dapat dibantu dengan pemberian kompres dingin atau alkohol atau xylomidon 2 cc secara IM,
antibiotik diberikan atas indikasi saja. Diberikan ampicillin 1 gr/6 jam secara IV perhari.
Anti nyeri bila penderita kesakitan atau gelisah karena kontraksi uterus. Dapat diberikan petidin
HCL 50-75 mg sekali saja, selambat-lambatnya 2 jam sebelum janin lahir. Jika Pengobatan
Obstetrik cara terminasi kehamilan yang belum inpartu dapat dilakukan dengan induksi
persalinan: tetesan oksitocyn dengan syarat nilai bishop 5 atau lebih dan dengan fetal heart
monitoring dan seksio sesaria (dilakukan oleh dokter ahli kandungan), bila: fetal assessment
jelek.
Syarat tetesan oksitocyn tidak dipenuhi (nilai bishop < 5) atau adanya kontraindikasi tetesan
oksitocyn; 12 jam setelah dimulainya tetesan oksitocyn belum masuk fase aktif. Pada
primigravida lebih diarahkan untuk dilakukan terminasi dengan seksio sesaria. Tindakan yang
dapat dilakukan oleh seorang bidan sesuai wewenangnya yaitu menegakan diagnosa awal PEB
dengan cara melakukan peneriksaan awal yaitu test protein urine dan melakukan asuhan
kebidanan yang berisikan tentang pemeriksaan fisik lengkap, diagnosa dan rencana serta
pelaksanaannya. Sesuai wewenangnya bidan harus merujuk segera ibu hamil yang sesuai dengan
tanda dan gejala pre-eklamsi berat. terdapat protein urine +2.

E. Saran
Pre-eklamsia berat memiliki beberapa faktor penyebab seperti faktor genetik namun
pelaksanaannya harus diawai dengan baik oleh tenaga kesehatan supaya dapat ditanggulangi dan
tidak terjadi eklamsia yang dapat membahayakan kesehatan ibu dan janin.

DAFTAR PUSTAKA
Ochtar, Rustam. 1998.Sinopsis Obstetri. ObstetriFisiologi Dan ObstetriPatologi. Jilid 1. Jakarta:
EGC. Hlm: 198-208.
Prawirohardjo,Sarwono.2010.Ilmu Kebidanan.Jakarta:PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Rukiyah,Ai Yeyeh.2010.Asuhan Kebidanan IV (Patologi Kebidanan).Jakarta:
Trans Info Media.

Anda mungkin juga menyukai