PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hipertensi dalam kehamilan merupakan 515 % penyulit kehamilan dan merupakansalah satu
dari tiga penyebab tertinggi mortalitas dan morbiditas ibu bersalin. DiIndonesia mortalitas dan
morbiditas hipertensi dalam kehamilan juga masih cukup tinggi.Menurut SDKI terdapat
sebanyak 228 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup. Angka kematian ibu di Indonesia
diantaranya disebabkan oleh Pendarahan 60%, toksemia gravidarum 20%, dan infeksi 20%.
(SDKI,2010). Hipertensi disebabkan selain karenaetiologi yang tidak jelas juga oleh
perawatan dalam persalinan masih ditangani oleh petugas non medic dan system rujukan yang
belum sempurna. Hipertensi dalam kehamilan dapat dialami oleh semua lapisan ibu hamil
sehingga pengetahuan tentang pengelolaan hipertensi dalam kehamilan harus benar-benar
dipahami oleh semua tenaga medik baik di pusat maupun di daerah (Sarwono,
2008)Preeklampsia terjadi pada 5-7% dari seluruh kehamilan. Trias diagnostiknyamencakuup
hipertensi, proteinuri, dan edema. National High Blood Pressure EducationWorking Group baru
saja merekomendasikan untuk meniadakan edema sebagai kriteria diagnostik karena kejadiannya
seringkali ditemukan pada kehamilan normal. Frekuensi kejadian preeklampsia meningkat pada
wanita muda dan nultipara. Akan tetapi distribusi frekuensinya berdasar usia dengan peningkatan
berikutnya pada wanita multipara dengan usia diatas 35 tahun. Pada wanita yang memiliki ibu
dengan riwayat preeklampsia, resiko preeklampsia lebih besar dibandingkan dengan populasi
wanita pada umumnya (Husnul Mubarak, 2009).
1. 2 Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui defenisi pre-eklamsi berat
2. Mahasiswa dapat memahami tanda dan gejala yang dialami PEB
3. Mahasiswa dapat menangani sesui wewenangnya terhadp pasien PEB
4. Mahasiswa dapat mengaplikasikan masalah PEB dalam sebuah Asuhan
Kebidanan.
1.3 Rumusan masalah
1. Bagaimana cara menangani ibu hamil dengan kasus PEB ?
2. Apa sajakah tindakan yang dapat dilakukan oleh seorang bidan sesuai
wewenangnya ?
BAB II
PEMBAHASAN
I. Defenisi
Pre-eklamsi berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan timbulnya hipertensi
160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria dan/atau edema pada kehamilan 20 minggu atau
lebih (Ai Yeyeh.R, 2011). Sedangkan menurut Rozihan (2007), Pre-eklampsia berat ialah
penyakit dengan tanda-tanda khas seperti tekanan darah tinggi (hipertensi),
pembengkakan jaringan (edema), dan ditemukannya protein dalam urin (proteinuria) yang timbul
karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi dalam triwulan ke-3 kehamilan, tetapi dapat
juga terjadi pada trimester kedua kehamilan. Pre eklamasi berat menurut Ilmu Kebidanan
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiharjo,
Fak. UI Jakarta (1998), diikuti dengan timbulnya hipertensi disertai protein urin dan edema
akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa pre-eklamsia berat adalah komplikasi yang terjadi pada saat kehamilan
dengan ciri yang khas yaitu disertai dengan hipertensi 160/110 mmHg dan atau disertai dengan
adanya protein urine positif 2 dan atau 3 dan lazim disertai dengan oedema pada kehamilan 20
minggu.
perdarahan retina dan oedema pulmonum. Terdapat beberapa penyulit juga yang dapat terjadi,
yaitu kerusakan organ-organ tubuh seperti gagal ginjal, gagal jantung, gangguan fungsi hati,
pembekuan darah, sindrom HELLP, bahkan dapat terjadi kematian pada bayi, ibu dan atau
keduanya bila pre-eklamsi tidak segera ditangani dengan baik dan benar (Ai Yeyeh.R, 2011).
III. Faktor Resiko
Menurut Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiharjo (2005), faktor resiko pre- eklamsia berat
adalah :
1. Riwayat Preeklampsia
2. Primigravida, karena pada primigravida pembentukan antibody penghambat
(blocking antibodies) belum sempurna sehingga meningkatkan resiko terjadinya Preeklampsia
3. Kegemukan.
4. Kehamilan ganda, Preeklampsia lebih sering terjadi pada wanita yang
Mempunyai bayi kembar atau lebih.
5. Riwayat penyakit tertentu. Penyakit tersebut meliputi hipertensu kronik,
7. Lain-lain seperti konsul bagian penyakit dalam/jantung atau mata. Obat-obat antipiretik
diberikan bial suhu rectal lebih dari 38,5 0C dapat dibantu dengan pemberian kompres dingin
atau alkohol atau xylomidon 2 cc secara IM, antibiotik diberikan atas indikasi saja. Diberikan
ampicillin 1 gr/6 jam secara IV perhari. Anti nyeri bila penderita kesakitan atau gelisah karena
kontraksi uterus. Dapat diberikan petidin HCL 50-75 mg sekali saja, selambat-lambatnya 2 jam
sebelum janin lahir.
8. Pengobatan Obstetrik
Pengobatan obstetri dilakukan dengan cara terminasi terhadap kehamilan yang belum inpartu,
yaitu :
a.
Induksi persalinan: tetesan oksitocyn dengan syarat nilai bishop 5 atau lebih dan dengan
fetal heart monitoring.
b.
Seksio Sesaria (dilakukan oleh dokter ahli kandungan), bila: fetal assessment
jelek. Syarat tetesan oksitocyn tidak dipenuhi (nilai bishop < 5) atau adanya kontraindikasi
tetesan oksitocyn; 12 jam setelah dimulainya tetesan oksitocyn belum masuk fase aktif. Pada
primigravida lebih diarahkan untuk dilakukan terminasi dengan seksio sesaria.
BAB III
TINJAUAN KASUS
Masuk RS Tanggal/Pukul
Dirawat di ruang
: IGD KEBIDANAN
I.PENGKAJIAN, Tanggal/Pukul
Oleh : dr
A. Biodata
1.Nama Klien
: Ny.Y
Nama Suami
: Tn. T
2.Umur
: 23 tahun
Umur
: 28 tahun
Suku/ Kebangsaan
: Jawa/Indonesia
4.Agama
: Islam
Agama
: Islam
5.Pendidikan
: SMA
Pendidikan
: SMA
6.Pekerjaan
: IRT
Pekerjaan
: Wiraswasta
7.Alamat
: manga besar
Alamat
: manga besar
B. Data Subyektif
1.
Keluhan utama
3.
Riwayat menstruasi
Menarche
: 13tahun
Siklus
: 28 hari
Lama
: 6 hari
Teratur
: ya
Sifat darah
: cair
Keluhan
: tidak ada
:1
4.
Riwayat perkawinan
Status perkawinan
: sah
Menikah ke
Lama
: 1 tahun
5.
Hamil
Persalinan
Ke
Nifas
Hamil
ini
6.
a.
b.
Kunjungan ANC
Trimester I
Frekuensi
: 2x
Keluhan
: mual,pusing
laktasi komplikasi
-
: antasida 1x1
Trimester II
Frekuensi
: 1x
Keluhan
: pusing
Komlikasi
: tidak ada
Terapi
Trimester III
Frekuensi
Keluhan
Komplikasi :
Terapi
d.
Imunisasi TT : 1 kali
TT 1 : 25 maret 2014
TT 2 : 26 april 2014
TT 3 :
TT 4 :
TT 5 :
e.
Riwayat kesehatan
a.
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menurun seperti DM, Hipertensi,
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menahun seperti jantung, ginjal, paruparu
b.
c.
d.
Riwayat operasi
e.
9.
Sebelum hamil
a.
Saat hamil
Nutrisi
Makan
Frekuensi
: 3 x sehari
3 x sehari
Jenis
: nasi,lauk,sayur
nasi,lauk, sayur
Porsi
: 1 piring
Keluhan
: tidak ada
1 piring
tidak ada
Pantangan
: tidak ada
tidak ada
Frekuensi
: 5 kali sehari
7 kali sehari
Jenis
: air putih,teh
Porsi
: 1 gelas
Minum
1 gelas
Keluhan
: tidak ada
cepat haus
Pantangan
: tidak ada
tidak ada
Frekuensi
2 xsehari
1xsehari
Warna
: kuning
kuning
Konsistensi
: lembek
lembek
Keluhan
: tidak ada
tidak ada
Frekuensi
: 6xsehari
8-9 xsehari
Warna
: kuning
kuning,jernih
Konsistensi
: cair
cair
Keluhan
:tidak ada
tidak ada
Lama
: 1-2 jam
lama
Keluhan
: tidak ada
b.
Eliminasi
BAB
BAK
c.
Istirahat
Tidur siang
Tidur malam
: jam
Lama
: 8 jam
7 jam
Keluhan
: tidak ada
tidak ada
d.
Personal hygiene
Mandi
:2
x/hari
x/hari
Ganti pakaian : 3
x/hari
x/hari
Gosok gigi
x/hari
x/hari
x/minggu
Keramas
e.
:3
:3
x/minggu
Pola seksualitas
Frekuensi: 3
x/ minggu
x/ minggu
tidak ada
Ibu mengatakan mengerjakan pekerjaan rumah tangga seperti mencuci, menyapu, memasak dan
tidak melukukan aktifitas lain seperti berolahraga.
10. Kebiasaan yang mengganggu kesehatan (merokok, minum jamu, minuman beralkohol)
Ibu mengatakan baik sebelum maupun saat hamil tidak ada kebiasaan yang mengganggu
kesehatan seperti merokok, minum jamu, minuman beralkohol.
11. Data psikososial, spiritual dan ekonomi (penerimaan ibu/suami/keluarga terhadap
kelahiran,dukungan keluarga, hubungan dengan suami/keluarga/tetangga, perawatan bayi,
kegiatan ibadah, kegiatan social, keadaan ekonomi keluarga.
-
Ibu mengatakan baik dirinya dan tetangga tidak memelihara unggas, seperti ayam, bebek.
C. Data Objektif
1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum
: baik
Kesadaran
: composmentis
Status emosional
: stabil
Tanda vital
Tekanan darah
:160/110 mmHg
Nadi
Pernafasan
:20 x/menit
Suhu
BB
:50 kg
TB
:80 x/menit
:37 oC
:155 cm
2. Pemeriksaan Fisik
Kepala
Mata
Hidung
Mulut
Leher
Payudara
:simetris, putting susu menonjol, areola mamae hiperpigmentasi,tidak ada masa,
tidak nyeri tekan, belum ada pegeluaran kolostrum.
Abdomen
: tidak ada striae, tidak ada bekas operasi, terdapat linea nigra,
Palpasi
Leopold I
Leopold II kiri
Leopold IV
: konvergen
: 25
cm
:145
x/menit
TBJ
Auskultasi
Djj
Ekstremitas Atas
Ekstremitas Bawah
Genitalia Luar
Pemeriksaan Panggul
:tidak dilakukan
(bila perlu)
3. Pemeriksaan Penunjang
Test Proteinurin +2
4. Data Penunjang
Tidak ada
Tanggal:18-11-2014
Diagnosa kebidanan
Data Dasar:
Ny.Y G1P0A0 hamil 28 minggu janin tunggal hidup intra uteri preskep,puka dengan
preeklamsia berat.
Ds:
-
Ibu mengatakan ini kehamilannya yang pertama dan tidak pernah abortus
Do:
Keadaan umum
: baik
Kesadaran
: composmentis
Status emosional
: stabil
Tanda vital
Tekanan darah
:160/110 mmHg
Nadi
Pernafasan
:20 x/menit
Suhu
BB
:50 kg
Protein urin +2
B.
Masalah
TB
:80 x/menit
:37 oC
:155 cm
Ds: ibu mengatakan kepalanya pusing,pandangan kabur dan nyeri perut bagian atas
Do: ibu tampak kesakitan dan cemas
Mandiri
Kolaborasi
V. PERENCANAAN
Tanggal:18-11-2012
1. Beri tahu ibu dan keluarga kondisi kehamilan ibu berdasarkan hasil pemeriksaan
2. memberitahu ibu tentang keluhan yang ibu rasakan
3. menganjurkan ibu untuk istirahat
4. Lakukan observasi
VI. PELAKSANAAN
Tanggal:18-11-2014
1.
Memberitahu ibu dan keluarga hasil pemeriksaan yaitu TD: 160/110 mmHg, N: 80 x/menit,
R:20 x/menit, S: 37oc, BB: 50 kg,LILA:26 cm, protein urin +2.
2.
Memberitahu pada ibu tentang keluhan yang dirasakan yaitu ibu merasa pusing ibu dapat
mengatasinya dengan bangun secara perlahan dari posisi istirahat, ambil posisi miring kiri saat
berbaring. Ibu juga merasa sakit nyeri bagian atas ibu dapat mengatasinya dengan tidak makan
makanan yang kecut, pedas.
3.
Melakukan pemasangan infuse Ringer Laktat 20 tetes per menit, oral nifedipine 15 mnt
sekali, menyiapkan MgoS4 dan siapkan tongue spatel untuk persiapan apabila ibu kejang, supaya
ibu tidak menggigit lidahnya.
4. Lanjut observasi
VII. EVALUASI
1.
Tanggal:18-11-2014
pukul:12.30
WIB
2.
Ibu sudah paham dan dapat menjelaskan kembali tentang cara mengatasi keluhan yang
dirasakan ibu.
3.
4.
Infus RL 20tetes sudah dijalan kan, nifedipine setiap 15 menit kunyah sudah diberikan dan
pemberian MgoS4 menuggu intruksi dokter jaga
BAB IV
PENUTUP
D. KESIMPULAN
Penanganan yang tepat pada kasus PEB dapat dilakukan dengan cara meninjau dari umur
kehamilan dan perkembangan gejala-gejala pre-eklamsia berat selama perawatan yang dibagi
menjadi perawatan aktif. Penderita sedapat mungkin sebelum perawatan aktif dilakukan
pemeriksaan fetal assesment yakni pemeriksaan nonstrees test(NST) dan ultrasonograft (USG),
dengan indikasi (salah satu atau lebih), yakni Pada ibu yang berusia kehamilan 37 minggu atau
lebih, dijumpai tanda-tanda atau gejala impending eklamsia, kegagalan terapi konservatif yaitu
setelah 6 jam pengobatan meditasi terjadi kenaikan desakan darah atau setelah 24 jam perawatan
edicinal.
Ada gejala-gejala status quo (tidak ada perbaikan), Janin yang memiliki hasil fetal assesment
jelek (NST dan USG) yaitu ada tanda intra uterine growth retardation (IUGR) dan hasil
laboratorium yang menunjukan adanya HELLP sindrom (haemolisis dan peningkatan fungsi
hepar dan trombositopenia), pengobatan medicinal pasien pre-eklamsi berat (dilakukan dirumah
sakit dan atas instruksi dokter), yaitu segera masuk rumah sakit dengan berbaring miring ke kiri
ke satu sisi. Tanda vital diperiksa setiap 30 menit, reflek patella setiap jam, infus dextrose 5%
dimana setiap 1 liter diselingi dangan infus RL (60-125 cc/jam) 500cc, berikan antasida , diet
cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam, pemberian obat anti kejang (MgSO4),
diuretikum tidak diberikan kecuali bila ada tanda-tanda edema paru, payah jantung kongestif
atau edema anasarka. Diberikan furosemid injeksi 40 mg/IM, antihipertensi diberikan bila
tekanan darah sistolis lebih 180 mmHg atau MAP lebih 125 mmHg.
Sasaran pengobatan adalah tekanan diastolis kurang 105 mmHg (bukan kurang 90 mmHg)
karena akan menurunkan perfusi plasenta, dosis antihipertensi sama dengan dosis antihipertensi
pada umumnya bila dibutuhkan penurun darah secepatnya, dapat diberikan obat-obat
antihipertensi parenteral (tetesan kontinyu), catapres injeksi. Dosis yang biasa dipakai 5 ampul
dalam 500cc cairan infus atau press disesuaikan dengan tekanan darah, bila tidak tersedia
antihipertensi parenteral dapat diberikan tablet antihipertensi secara sublingual diulang selang 1
jam, maksimal 4-5 kali.
Bersama dengan awal pemberian sublingual maka obat yang sama mulai diberikan secara oral
(Syakib Bakri, 1997), pengobatan jantung jika ada indikasinya yakni ada tanda-tanda menjurus
payah jantung, diberikan digitalisasi cepat dengan celidanid D, lain-lain seperti konsul bagian
penyakit dalam/jantung atau mata. Obat-obat antipiretik diberikan bial suhu rectal lebih dari 38,5
0C dapat dibantu dengan pemberian kompres dingin atau alkohol atau xylomidon 2 cc secara IM,
antibiotik diberikan atas indikasi saja. Diberikan ampicillin 1 gr/6 jam secara IV perhari.
Anti nyeri bila penderita kesakitan atau gelisah karena kontraksi uterus. Dapat diberikan petidin
HCL 50-75 mg sekali saja, selambat-lambatnya 2 jam sebelum janin lahir. Jika Pengobatan
Obstetrik cara terminasi kehamilan yang belum inpartu dapat dilakukan dengan induksi
persalinan: tetesan oksitocyn dengan syarat nilai bishop 5 atau lebih dan dengan fetal heart
monitoring dan seksio sesaria (dilakukan oleh dokter ahli kandungan), bila: fetal assessment
jelek.
Syarat tetesan oksitocyn tidak dipenuhi (nilai bishop < 5) atau adanya kontraindikasi tetesan
oksitocyn; 12 jam setelah dimulainya tetesan oksitocyn belum masuk fase aktif. Pada
primigravida lebih diarahkan untuk dilakukan terminasi dengan seksio sesaria. Tindakan yang
dapat dilakukan oleh seorang bidan sesuai wewenangnya yaitu menegakan diagnosa awal PEB
dengan cara melakukan peneriksaan awal yaitu test protein urine dan melakukan asuhan
kebidanan yang berisikan tentang pemeriksaan fisik lengkap, diagnosa dan rencana serta
pelaksanaannya. Sesuai wewenangnya bidan harus merujuk segera ibu hamil yang sesuai dengan
tanda dan gejala pre-eklamsi berat. terdapat protein urine +2.
E. Saran
Pre-eklamsia berat memiliki beberapa faktor penyebab seperti faktor genetik namun
pelaksanaannya harus diawai dengan baik oleh tenaga kesehatan supaya dapat ditanggulangi dan
tidak terjadi eklamsia yang dapat membahayakan kesehatan ibu dan janin.
DAFTAR PUSTAKA
Ochtar, Rustam. 1998.Sinopsis Obstetri. ObstetriFisiologi Dan ObstetriPatologi. Jilid 1. Jakarta:
EGC. Hlm: 198-208.
Prawirohardjo,Sarwono.2010.Ilmu Kebidanan.Jakarta:PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Rukiyah,Ai Yeyeh.2010.Asuhan Kebidanan IV (Patologi Kebidanan).Jakarta:
Trans Info Media.