Usia
: 26 tahun
Jenis Kelamin
: Laki - laki
Alamat
Pekerjaan
: Karyawan Swasta
Status Pernikahan
: Belum Menikah
Agama
: Islam
Suku/Bangsa
: Indonesia
Tanggal Masuk RS
II. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 27 November 2013
pukul 07.00 WIB.
A. Keluhan Utama
rumah sakit.
Keluhan Tambahan : badan terasa meriang.
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Seorang laki laki datang ke IGD RSUD Budhi Asih Jakarta dengan
keluhan luka bakar pada punggung sejak 1 hari yang lalu. Luka bakar tersebut
diakibatkan karena tersengat listrik saat membenarkan atap rumah. Kemudian
pasien terjatuh dari atap. Pasien mengaku kepalanya terbentur dan terdapat luka
pada kepalanya, tetapi tidak pusing, tidak mual dan muntah.
Setelah kejadian itu, kemudian pasien dibawa ke poliklinik dekat tempat
tinggal pasien, disana luka di kepala pasien di jahit.
Pasien dirawat di bangsal RSUD Budhi Asih Jakarta pada tanggal 26
November 2013.
C. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak memiliki riwayat tekanan darah tinggi dan kencing manis.
Gangguan ginjal disangkal, gangguan jantung disangkal. Kelemahan maupun
1
kelumpuhan kaki dan tangan disangkal. Dulu pernah luka juga di kaki sebelah
kanan namun sekarang sudah sembuh. Riwayat alergi obat dan makanan
disangkal.
D. Riwayat Penyakit Keluarga
Ayah dan Ibu pasien tidak ada riwayat kencing manis maupun penyakit
jantung. Tidak ada riwayat tekanan darah tinggi pada keluarga.
E. Riwayat Kebiasaan
Merokok dan minum minuman beralkohol disangkal.
III.PEMERIKSAAN FISIK
Dilakukan pada tanggal 27 November 2013 pukul 07.30 WIB.
A. Keadaan Umum
Keadaan umum
Kesadaran
: compos mentis
Tanda vital
simetris
Suhu: 36.5oC
Pernapasan: 22x / menit, tipe abdominotorakal
Tekanan darah: 120/80 mmHg
Gizi
: kesan cukup
Kulit
: sawo matang
Sianosis
: (-)
Oedem umum
: (-)
Sesak napas
: (-)
Habitus
: tidak dinilai
Cara berjalan
Mobilitas
: aktif
: normocephali
Rambut
Wajah
Mata
Mulut
Hidung
Telinga
Tenggorokan
Leher
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
:-
Auskultasi
Thorax
Paru-paru
Inspeksi
: bentuk dada barrel chest (-), bentuk tulang dada datar, sela iga
normal, retraksi sela iga (-/-), gerakan dinding dada saat statis
dan dinamis simetris
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Palpasi
Perkusi
Ekstremitas
Lengan
dan Tangan
Kanan
Kiri
Otot
Tonus
Normotoni
Normotoni
Massa
Tidak ada
Tidak ada
Sendi
Bebas
Bebas
Gerakan
Aktif
Aktif
Kekuatan
+5
+5
Oedem
Tidak ada
Tidak ada
Kanan
Kiri
Varises
Tidak ada
Tidak ada
Otot
Normal
Normal
Tonus
Normotoni
Normotoni
Massa
Tidak ada
Tidak ada
Sendi
Bebas
Bebas
Gerakan
Aktif
Aktif
Kekuatan
+5
+5
Oedem
Tidak ada
Tidak ada
C. Status Lokalis
Tampak luka bakar api pada :
Punggung : 13%
Tangan
: 1%
Kaki
: 3%
Hasil
18,3
15,1
45
261
85
142
4,3
101
Satuan
ribu/uL
g/Dl
%
ribu/Ul
Mg/dl
Mmol/L
Mmol/L
Mmol/L
Normal
3.8-10.6
13.2-17.3
40-52
150-440
< 110
135-155
3,6-5,5
98-109
Interpretasi
Meningkat
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
2. Elektrokardiogram Normal
V. RESUME
Seorang Laki laki Tn. Imam Mansur usia 26 tahun datang ke IGD RSUD Budhi
Asih Jakarta pada tanggal 25 November 2013 dengan keluhan luka bakar pada
punggung sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Luka bakar tersebut
diakibatkan karena tersengat listrik saat membenarkan atap rumah. Kemudian
pasien terjatuh dari atap dan mengaku kepalanya terbentur dan terdapat luka pada
kepalanya.Pada pemeriksaan fisik didapatkan suhu 36.5oC, nadi 84x/menit,
tekanan darah 120/80 mmHg dan pernapasan 20x/menit. Didapatkan luka bakar
pada punggung, kaki dan tangan dengan luas 17%.(). Hasil
Laboratorium ditemukan Leukosit meningkat, dan hasil EKG ditemukan normal.
Kemudian tanggal 26 November pasien dirawat di bangsal.
VI. DIAGNOSIS KERJA
Luka bakar grade II dengan luas 17% et causa listrik
VII.
PENATALAKSANAAN
Pada pasien ini diberikan pengobatan sebagai berikut.
1. Konservatif
Medikamentosa:
a. IVFD Asering / 8 jam
b. Ceftriaxon 2 x 1 g vial IV
c. Nutriflam 3 x 1 tab
d. Ranitidin 2 x 1 amp IV
e. Tradosic 3 x 1 amp IV
f. Kaltrofen 2 x 1 supp
g. Injeksi ATS dan TT
Non-medikamentosa:
1. Mandi dengan air dettol
2. Luka diolesi dengan salep Mebo
O.
KU
Kesadaran
: compos mentis
TD
: 120/80 mmHg
: 80 x/menit
RR
: 18 x/menit
: 36,7 oC
A.
P.
O.
KU
Kesadaran
: compos mentis
TD
: 120/80 mmHg
: 68 x/menit
RR
: 18 x/menit
: 36,7 oC
B.
P.
O.
KU
Kesadaran
: compos mentis
TD
: 120/80 mmHg
: 88 x/menit
RR
: 18 x/menit
: 36,5 oC
C.
P.
: bonam
8
TINJAUAN PUSTAKA
10
tersebut merupakan luka bakar derajat II III dan dengan angka kematian >40 %
dengan masa rawat terpanjang antara 32 38 hari.1
Insiden puncak luka bakar pada orang dewasa muda terdapat pada umur
20-29 tahun, diikuti oleh anak umur 9 atau lebih muda. Luka bakar jarang terjadi
pada umur 80 tahun ke atas. Sekitar 80% luka bakar terjadi di rumah. Pada anak
di bawah umur 3 tahun, penyebab luka bakar paling umum adalah kecelakaan
jatuh pada kepala. Pada umur 3-14 tahun, penyebab paling tersering adalah nyala
api yang membakar baju.2
ETIOLOGI
Luka bakar disebabkan oleh pengalihan energi dari suatu sumber panas
kepada tubuh melalui hantaran atau radiasi elektromagnetik. Berikut ini adalah
beberapa penyebab luka bakar, antara lain :3
1. Suhu : - panas (api, uap panas, air panas)
- dingin (frost bite)
2. Arus listrik
3. Petir, ledakan
4. Sinar matahari
5. Kimia
Bahan kimia yang dapat menyebabkan luka bakar adalah asam kuat atau basa
kuat. Luka bakar akibat bahan kimia umumnya disebabkan karena sifat
kimiawi bahan tersebut yang tajam dan dapat membakar kulit, seperti sodium
hidroksida, asam sulfur ataupun asam nitrat. Asam hidroflorik dapat
menyebabkan kerusakan tulang, namun jenis kerusakan yang terjadi sulit
dibuktikan.3
6. Radiasi
7. Laser
bakar lebih dari 20 % akan terjadi syok hipovolemik dengan gejala yang khas
yaitu : gelisah, pucat dingin berkeringat, nadi kecil, dan cepat, tekanan darah
menurun dan produksi urine menurun (kegagalan fungsi ginjal).4
2. Respon kardiovaskuiler
Curah jantung akan menurun sebelum perubahan yang signifikan pada volume
darah terlihat dengan jelas. Karena berlanjutnya kehilangan cairan dan
berkurangnya volume vaskuler, maka curah jantung akan terus turun dan
terjadi penurunan tekanan darah. Keadaan ini merupakan awitan syok luka
bakar. Sebagai respon, sistem saraf simpatik akan melepaskan katekolamin
yang meningkatkan resistensi perifer (vasokontriksi) dan frekuensi denyut
nadi. Selanjutnya vasokontriksi pembuluh darah perifer menurunkan curah
jantung.
3. Respon Pulmoner
Pada luka bakar yang berat, konsumsi oksigen oleh jaringan akan meningkat
dua kali lipat sebagai akibat dari keadaan hipermetabolisme dan respon lokal.
Cedera pulmoner dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kategori yaitu
cedera saluran napas atas terjadi akibat panas langsung, cedera inhalasi di
bawah glotis terjadi akibat menghirup produk pembakaran yang tidak
sempurna atau gas berbahaya seperti karbon monoksida, sulfur oksida,
nitrogen oksida, senyawa aldehid, sianida, amonia, klorin, fosgen, benzena,
dan halogen. Gejala yang timbul adalah sesak nafas, takipneu, stridor, suara
serak, sedangkan CO akan mengikat hemoglobin dengan kuat sehingga tak
mampu mengikat oksigen lagi.
4. Respon Renalis
Ginjal berfungsi untuk menyaring darah, jadi dengan menurunnya volume
intravaskuler maka aliran ke ginjal dan GFR menurun mengakibatkan
keluaran urin menurun dan bisa berakibat gagal ginjal.
5. Respon Gastro Intestinal
Respon umum pada luka bakar > 20 % adalah penurunan aktivitas
gastrointestinal. Hal ini disebabkan oleh kombinasi efek respon hipovolemik
dan neurologik serta respon endokrin terhadap adanya perlukan luas.
13
yang
seharusnya
memfagositosis
kuman-kuman,
14
15
16
berguna sebagai pelindung, dasar luka berwarna merah pucat, sering terletak
lebih tinggi di atas kulit normal. Luka ini dibedakan atas dua bagian, yaitu :
a. Derajat II dangkal atau Partial thickness superficial (IIA) : Kerusakan
mengenai bagian epidermis dan lapisan atas dari dermis. Organ-organ kulit
seperti folikel rambut, kelenjar keringat, dan kelenjar sebasea masih utuh.
Penyembuhan terjadi secara spontan dalam waktu 10-14 hari.
b. Derajat II dalam atau Partial thickness deep (IIB) : Kerusakan mengenai
hampir seluruh bagian dermis dan sisa-sisa jaringan epitel tinggal sedikit.
Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, dan kelenjar
sebasea tinggal sedikit. Penyembuhan terjadi lebih lama tergantung epitel
yang tersisa, biasanya penyembuhan terjadi dalam waktu lebih dari satu
bulan, dan disertai parut hipertrofi.
17
3.
18
19
ekstremitas atas kiri, paha kanan, paha kiri, tungkai dan kaki kanan, serta
tungkai dan kaki kiri masing-masing 9%. Sisanya 1% adalah daerah genitalia.6
3. Metode Lund dan Browder
Metode ini jika digunakan dengan benar, merupakan metode paling akurat.
Metode ini mengkompensasi variasi tubuh bentuk dengan usia sehingga dapat
memberikan penilaian yang daerah luka bakar yang akurat pada anak-anak.
Apabila tidak tersedia tabel tersebut, perkiraan luas permukaan tubuh pada
anak dapat menggunakan Rumus 9 dan disesuaikan dengan usia : anak di
bawah usia 1 tahun: kepala 18% dan tiap tungkai 14%. Torso dan lengan
persentasenya sama dengan dewasa. Untuk tiap pertambahan usia 1 tahun,
tambahkan 0.5% untuk tiap tungkai dan turunkan persentasi kepala sebesar
1% hingga tercapai nilai dewasa.6
20
Tabel 1. Lund and Browder chart illustrating the method for calculating the
percentage of body surface area affected by burns in children (dikutip dari
daftar pustaka no 6)
KLASIFIKASI LUKA BAKAR
Kriteria berat ringannya luka bakar menurut American Burn Association yaitu :7
1. Luka bakar ringan
21
Luka bakar mengenai wajah, telinga, mata, dan genitalia atau perineum
Berdasarkan kritieria di atas dimana pasien memiliki luka bakar derajat II dengan
luas luka bakar 70 %, maka pasien termasuk dalam kriteria luka bakar berat
(mayor burn).7
luka
bakar
demikian
kompleks.
Untuk
dapat
22
Terjadi setelah penutupan luka sampai terjadi maturasi. Masalah yang timbul
adalah jaringan parut, kontraktur dan deformitas akibat kerapuhan jaringan
atau struktur tertentu akibat proses inflamasi yang hebat dan berlangsung
lama.8,9
Luka bakar derajat II lebih dari 15% pada dewasa dan lebih dari 10% pada
anak.
Luka bakar derajat III lebih dari 2% pada orang dewasa dan setiap derajat III
pada anak.
Luka bakar yang disertai trauma visera, tulang dan jalan nafas.9
PENATALAKSANAAN
Penalataksanaan dan penanganan awal luka bakar berjalan simultan
mengikuti kaidah standar Advanced Trauma Life Support dari Komite Trauma
American College of Surgeons. Pada survei primer dinilai dan ditangani A, B, C
dan D penderita.
A (Airway) : Jalan nafas, adalah sumbatan jalan atas (laring, faring) akibat
cedera inhalasi yang ditandai kesulitan bernafas atau suara nafas yang
berbunyi (stridor hoarness). Kecurigaan dibuat bila ditemukan oedem mukosa
mulut dan jalan nafas, ditemukan sisa-sisa pembakaran di hidung atau mulut
dan luka bakar mengenai muka atau leher. Cedera ini harus segera ditangani
karena angka kematiannya sangat tinggi.
B (Breathing) : Kemampuan bernafas, ekspansi rongga dada dapat
terhambat karena nyeri atau eskar melingkar di dada.
C (Circulation) : Status volume pembuluh darah. Keluarnya cairan dari
pembuluh darah terjadi karena meningkatnya permeabilitas pembuluh darah
(jarak antara sel endotel dinding pembuluh darah). Bila disertai syok (suplai
23
PENANGANAN
Prinsip penanganan luka bakar adalah penutupan lesi sesegera mungkin,
pencegahan infeksi, mengurangi rasa sakit, pencegahan trauma mekanik pada
kulit yang vital dan elemen di dalamnya, dan pembatasan pembentukan jaringan
parut.10
A. Pertolongan pertama (penanganan darurat di tempat kejadian)
1) Tidak panik, untuk memudahkan tindakan selanjutnya pertolongan
diberikan untuk mengurangi akibat yang terjadi kemudian.
2) Mengurangi berat luka bakar
a) Jauhkan
benda
panas
api
dipadamkan
(pakaian
penderita
ditanggalkan)
b) Dinginkan tubuh
Panas akan menetap pada kulit selama 15 menit dan akan menjalar ke
bagian yang lebih dalam, menyiram dengan air dingin 20 - 30 C dan
bersih sangat menolong,
karena menurunkan
suhu, sehingga
24
25
Pasien luka bakar memerlukan resusitasi volume cairan yang besar segera
setelah trauma. Resusitasi cairan yang tertunda atau yang tidak adekuat
merupakan faktor resiko yang independent terhadap tingkat kematian pada pasien
dengan luka bakar yang berat. Tujuan dari resusitasi pasien luka bakar adalah
untuk tetap menjaga perfusi jaringan dan meminimalkan edema interstisial.
Idealnya sedikit cairan dibutuhkan untuk menjaga perfusi jaringan perlu
diberikan. Pemberian volume cairan seharusnya secara terus menerus dititrasi
untuk menghindari terjadinnya resusitasi yang kurang atau yang berlebihan.
Ketika resusitasi cairan pada pasien luka bakar ditingkatkan, volume cairan yang
besar ditunjukkan untuk menjaga perfusi jaringan. Akan tetapi resusitasi cairan
yang berlebihan dapat menyebabkan terjadinnya edema dan terjadinya sindroma
kompartemen pada daerah abdomen dan ekstremitas. Mengutip dari Pruitt, Paruparu dan kompartemen jaringan akan dikorbankan untuk meningkatkan fungsi
ginjal, yang bermanifestasi sebagai edema post resusitasi, kebutuhan fasciotomi
pada ektremitas bawah yang tidak terbakar, dan kejadian strong kompartement
pada abdomen.11
Sampai saat ini, belum ada kesepakatan tentang jenis cairan yang harus
digunakan untuk resusitasi luka bakar. Pada kenyataannya setiap jenis cairan
mempunyai keuntungan dan kerugian masing masing pada berbagai macam
kondisi. Akan tetapi yang paling penting adalah apaun jenis cairan yang diberikan,
volume cairan dan garam yang adekuat harus diberikan untuk menjaga perfusi
jaringan dan memperbaiki homeostatis.
Kristaloid merupakan cairan isotonik yang aman dan efektif digunakan untuk
tujuan resusitasi kasus hipovolemia, karena cairan ini memiliki osmolariras
sesuai dengan cairan tubuh dan tidak mempengaruhi efek osmotik cairan, dan
cenderung meninggalkan kompartemen intravaskular ( mengisi kompartemen
interstisial ).
Berdasarkan hal tersebut, maka partisi cairan dan kadar elektrolitnya serupa
dengan cairan tubuh 75 % cairan ekstravaskuler dan 25 % cairan intravaskuler.
Sehingga secara prinsipal, cairan kristaloid digunakan untuk melakukan terapi
cairan pada kompartemen ekstravaskuler.
26
> 25%, atau bila pasien tidak dapat minum. Terapi cairan dihentikan bila masukan
oral dapat menggantikan parenteral. Tiga cara yang lazim digunakan untuk
menghitung kebutuhan cairan pada penderita luka bakar yaitu : metoda Evans,
metoda Brook dan metoda Baxter.12
Metoda
Elektrolit
Evans
Koloid
1 cc/kgBB/%LB
1 cc/kgBB/%LB
(NaCl 0,9%)
Brooke
1,5 cc/kgBB/%LB
2000 cc dewasa
1000 cc anak
0,5 cc/kgBB/%LB
( R.L )
Baxter
Dextrose
2000 cc dewasa
1000 cc anak
4 cc/kgBB/%LB
( R.L )
Tabel 2. Formula perkiraan resusitasi cairan pada luka bakar (dikutip dari daftar
pustaka no 12)
Dextrose untuk penggantian insensible water loss (IWL), cairan diberikan
dalam tetes merata. Cara menghitung tetes, dipakai rumus :
P
g=
Qx3
Keterangan :
g : Jumlah tetes per menit
P : Jumlah cairan dalam cc
27
24 jam II :
Kebutuhan faal :
1 3 tahun : BB 75 cc
3 5 tahun : BB 50 cc
Formula Resusitasi
Banyak formula telah dirancang untuk menentukan jumlah cairan yang
tepat untuk diberikan pada pasien luka bakar, dan semuanya berasal dari studi
eksperimental tentang patofisiologi syok pada luka bakar. Kebanyakan unit luka
bakar umumnnya menggunakan formua Parkland atau yang mirip dengannya.
Formula Parkland yang menggunakan larutan kristaloid Ringer Laktat (RL) 4
cc/kg/% luka bakar. Setengahnya diberikan dalam 8 jam pertama dan sisanya
diberikan dalam 16 jam kemudian. Formula Ini merupakan pedoman untuk
resusitasi langsung dari jumlah cairan yang diperlukan untuk mempertahankan
perfusi yang memadai.13
Selain dari jumlah cairan di atas, pada anak-anak menerima cairan
pemeliharaan dengan perhitungan perjamnya :
Formula
Koloid pada 24
RL : 4 ml
20 60 %
Pemantauan
Hari I :
Baxter
kgBB % LB
Estimate
output urine 30
separuh
plasma
ml / jam
diberikan 8
volume
jam I, separuh
sisanya dalam
29
16 jam
berikutnya.
Hari II :
Bervariasi
ditambahkan
koloid
Evans
Larutan saline
50% volume
50 % volume
Hari 1
ml / kg % BB
cairan 24 jam
cairan 24 jam
Hari 2
pertama +
pertama
2000ml D5W
2000ml D5W
Koloid 1 ml /
kg / % LB
Pemantauan
diuresis ( 50
ml / jam )
Brooke
RL 1,5
50% volume
50% volume
Hari 1
ml / kg %
cairan 24 jam
cairan 24 jam I
Hari 2
LB
I + 2000ml
Koloid 0,5
D5W
ml/ kg %
LB
2000ml
D5W
Pemantauan
: diuresis
(30 50
ml/jam)
Modified
RL 2 ml /
brooke
kg % LB
30
Metro
RL + 50 mEq
larutan
1 U fresh frozen
health/
sodium
saline, pantau
plasma untuk
cleveland
bicarbonat per
liter 4 ml/kg/
%LB
digunakan +
D5W
dibutuhkan
untuk
hipoglikemi
Rumus
Larutan RL (atau
Separuh
konsensus
lar saline
diberikan
seimbang
dalam 8 jam
lainnya) : 2-4 ml
pertama,
kg BB% LLB
sisanya
diberikan
dalam 16 jam
berikutnya
Tabel 3. Beberapa formula pemberian cairan pada pasien dengan luka bakar
(dikutip dari daftar pustaka no 13)
Kristaloid saat ini merupakan cairan terpilih dan paling sering digunakan
dalam resusitasi cairan awal pada penderita luka bakar. Sebagian besar studi tidak
memperlihatkan peningkatan insiden edema paru pada pasien yang mendapatkan
cairan kristaloid. Holm dkk dalam penelitiannya mengemukakan bahwa sebagian
besar pasien luka bakar tidak memperlihatkan peningkatan permeabilitas kapiler
paru setelah trauma dan insiden edema paru jarang terjadi sepanjang tekanan
pengisian intravaskuler dipertahankan dalam batas normal.13
Cairan koloid dan atau cairan hipertonik sebaiknya dihindari 24 jam
pertama setelah trauma luka bakar. Koloid tidak memperlihatkan keuntungan
dibanding kristaloid pada awal terapi cairan pada penderita luka bakar dan bahkan
memperburuk edema formasi pada awal terjadinya luka bakar. Hal ini oleh karena
8 24 jam setelah terjadinya luka bakar, terjadi peningkatan permeabilitas kapiler
sehingga koloid mengalami influks masuk ke dalam interstitium sehingga
memperburuk edema.13
31
PERAWATAN LUKA
Dikenal dua cara merawat luka :
a. Perawatan terbuka (exposure method)
Keuntungan perawatan terbuka adalah mudah dan murah.
Permukaan luka yang selalu terbuka menjadi dingin dan kering sehingga
kuman sulit berkembang. Kerugiannya bila digunakan obat tertentu, misalnya
nitras-argenti, alas tidur menjadi kotor. Penderita dan keluargapun merasa
kurang enak karena melihat luka yang tampak kotor.
32
TINDAKAN BEDAH
Tindakan bedah selanjutnya pada penderita luka bakar yang dapat
melewati fase aktif adalah eksisi dan penutupan luka. Hal ini sangat penting bila
ingin menghindarkan kematian oleh sepsis dan akibat hipermetabolisme yang sulit
diatasi. Eksisi eskar dilakukan secara tangensial. Seluruh jaringan nekrotik
dibuang, bila perlu sampai fascia atau lebih dalam.
Keuntungan eksisi eskar dan penutupan luka yang dini adalah :
Keadaan umum cepat membaik.
Jaringan nekrotik sebagai media tumbuh bakteri dihilangkan.
Penyembuhan luka menjadi lebih pendek bila dilakukan skin graft.
33
TERAPI SUPORTIF
Luka bakar menimbulkan hipermetabolisme dengan akibat nitrogen balans
negatif. Hiperpigmentasi dimulai hari ke 4 selama 7 10 hari dengan formula :
KOMPLIKASI
1. Infeksi
Infeksi merupakan masalah utama. Bila infeksi berat, maka penderita dapat
mengalami sepsis. Berikan antibiotika berspektrum luas, bila perlu dalam
bentuk
kombinasi.
Kortikosteroid
jangan
diberikan
karena
bersifat
PROGNOSIS
Morbiditas dan mortalitas penderita luka bakar berhubungan dengan luas
luka bakar, derajat luka bakar, umur, tingkat kesehatan, lokalisasi luka bakar,
cepat
lambatnya
pertolongan
yang
diberikan
dan
fasilitas
tempat
pertolongannya.15
35
DAFTAR PUSTAKA
1. Moenadjat RY. Luka bakar pengetahuan klinis praktis.Cet 1. Jakarta: Farmedia
; 2000
2. Tim Bantuan Medis 110 [Online]. 2011 Feb 10 [cite 2013 Des 15]; Available
from : URL: http://www.tbm110.org/artikel-medis/manajemen-luka-bakar.
3. Arif SK. Panduan tatalaksana terapi cairan perioperatif: terapi cairan pada luka
bakar berat. Jakarta : PP IDSAI; 2010: 193-205.
4. Burn surgery.org: Educating the burn care professionals worldwide [Online].
[cite
2013
Des
15];
[10
screens].
Available
from:
URL:
http://www.burnsurgery.org/
5. Wolf S, Herndon DN. Burn care. Texas (USA): Landes Bioscience; 1999: 24561.
36
37