Program pendidikan
Tingkat persiapan bersama (tpb)
Institut pertanian bogor
A.
Manusia adalah makhluk Allah SWT, ia dan alam semesta bukan terjadi
dengan sendirinya tetapi keduanya diciptakan oleh Allah SWT (QS. ArRum/30:40). Manusia diciptakan dalam bentuk yang sebaik-baiknya (QS. AtTin/95:4) namun dalam situasi dan kondisi tertentu manusia dapat dikembalikan
ke tempat yang paling rendah (QS. At-Tin/95:5) kecuali orang-orang yang
beriman dan beramal saleh (QS. At-Tin/95:6).
Manusia ditempatkan oleh Allah SWT pada kedudukan yang mulia (QS. AlIsra/17:70). Ia diberikan tiga hal : ditiupkan ruh (QS.32:9), diberikan kelebihan
potensi yang tidak diberikan kepada makhluk lain (QS.17:70), dan seluruh alam
ditundukan untuknya (QS. 2:29).
Dalam proses penciptaannya manusia memiliki beberapa karakteristik
dasar, antara lain: berada pada fitrahnya (QS.30:30), bersifat lemah (QS.4:28),
bodoh jika tidak mendapatkan hidayah dari Allah SWT (QS.33:72), bersifat keluh
kesah lagi kikir (QS.70:19) kecuali orang-orang yang senantiasa menegakkan
shalat (QS.70:22-23).
Manusia di dunia untuk melaksanakan ibadah hanya kepada Allah SWT (QS.
51:56) dan mendapatkan amanah menjadi khalifah fil Ardhi (QS. 2:30).
Secara maknawiyah dengan akalnya manusia diberikan kemampuan untuk
memilih, apakah ia mau beriman kepada Allah SWT atau tidak mau beriman dan
menjadi kafir (QS. 90:10, 76:3, 18:29). Namun demikian atas pilihan yang
diambilnya, manusia akan mendapatkan balasan. Jika ia beriman dan beramal
shaleh sesuai dengan aturan Allah dan RasulNya maka ia akan mendapat balasan
kebaikan berupa surga (QS.32:19). Sedangkan bagi orang kafir akan
mendapatkan neraka (QS. 32:30).
1.
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat :
Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering
(yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Maka apabila Aku telah
menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan ke dalamnya ruh (ciptaan)
Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud. Maka bersujudlah para
malaikat itu semuanya bersama-sama kecuali iblis. Ia enggan ikut bersama-sama
(malaikat) yang sujud itu. (QS. Al-Hijr: 28-31).
Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang
memulai penciptaan manusia dari tanah. Kemudian Dia menjadikan
keturunannya dari sari air yang hina (air mani). Kemudian Dia menyempurnakan
dan meniupkan ke dalam (tubuh)nya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi
kamu pendengaran, penglihatan, dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali
bersyukur. (QS. As-Sajadah: 7-9)
Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan
kamu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan istrinya, dan dari
pada keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang
banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) namaNya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan
silaturahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.
(QS.4:1)
Adapun keturunan selanjutnya, manusia diciptakan Allah SWT melalui
sebuah proses pembuahan (perkawinan) seperti yang diungkap di dalam QS. AsSajadah : 7-9 dan QS. Al-Mukminun : 12-14.
Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati
(berasal) dari tanah. () Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang
disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). () Kemudian air mani itu Kami
jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging,
dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu
Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang
(berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik.
(QS.23:12-14)
Jenis proses penciptaan lain adalah yang terjadi pada Nabiyullah Isa AS. Beliau
dilahirkan ke dunia tanpa seorang ayah, tanpa melalui proses pembuahan. Hal ini
diungkap Al-Quran :
Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan)
Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya
: Jadilah (seorang manusia), maka jadilah dia (QS. 3 : 59)
Maha Suci Allah dengan segala kekuasaan-Nya, Yang telah menciptakan
manusia dengan berbagai ragam proses kejadian, yang menunjukan kekuasaanNya, ke-Maha Agung-an-Nya menciptakan segala sesuatu, yang sampai saat ini
ilmu pengetahuan hanya mampu mengidentifikasi jenis perkembangbiakkan
makhluq hidup secara seksual dengan pembuahan dan aseksual (tanpa
pembuahan, termasuk didalamnya adalah partenogenesis tumbuhnya biji dari sel
telur saja dan pembiakan vegetatif, tumbuhnya individu baru dari organ tubuh
tanaman). Perkembangan ilmu dan teknologi memang telah mampu melahirkan
bayi tabung, bahkan telah mampu melakukan kloning pada tanaman dan hewan,
namun manusia sampai saat ini tak mampu membuat sel sperma dan telur atau
bahan-bahan lain sebagai dasar dari rekaya ilmu dan teknologi. Kekuasaan Allah
yang demikian luas, selayaknya menjadikan manusia bertaqwa kepada-Nya,
tidak menyombongkan diri, sebaliknya selalu bergantung dan bermohon kepadaNya, sebab tanpa-Nya manusia hanyalh segenggam tanah yang kering tak
berguna, hanya setetes air yang hina, segumpal darah dan daging yang kotor,
yang mungkin tak mampu memberikan manfaat apa-apa dalam kehidupannya.
Dengan-nya manusia menjadi mulia, dengan-Nya manusia menjadi berguna. Hai
orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila
Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu, dan
ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya
Al-Quran. Siapakah yang menepati janjinya (selain) dari pada Allah ? maka
bergembiralah dengan jual beli yang kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan
yang besar (QS. At-taubah : 111).
2.4. Keseimbangan Pendayagunaan Potensi Manusia (Tawazun)
Aspek penting dalam pendayagunan sumberdaya (potensi) manusia adalah
tawazun (keseimbangan), yakni keseimbangan di dalam menjaga potensi dan
keseimbangan di dalam pendayagunaannya.
Tawazun (seimbang) merupakan ciri dari penciptaan makhluq termasuk juga
manusia dan alam. Allah SWT menciptakan alam secara seimbang dan stabil
sehingga perjalann alam teratur yang telah menciptakan tujuh langit berlapislapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada penciptaan Tuhan yang maha Pemurah
sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat
sesuatu yang tidak seimbang ? (QS. Al-Mulk :3). Perjalanan bulan, matahari,
bumi, dan bintang begitu seimbang dan teratur. Telah berabad-abad lamanya,
mereka tetap berputar tanpa adanya kekurangan sedikitpun, hal ini karena telah
diatur oleh Allah SWT dengan keseimbangan (tawazun) ciptaannya. Salah satu
contoh keseimbangan adalah adanya tarik menarik yang seimbang antara planet,
begitu pula kecepatan perputaran bumi yang sangat cepat, sehingga menjadikan
kita berdiri di bumi sama sekali tidak merasa berputar. tidaklah mungkin bagi
matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang. Dan
masing-masing berjalan pada garis edarnya.(QS. Yaasin : 40). Tawazun pada
diri manusia adalah keseimbangan diantara aspek-aspek (sumberdaya) yang ada
didalam diri manusia seperti ruh, akal, dan jasad; termasuk di dalamnya adalah
keseimbangan terpenuhinya segala kebutuhan bagi ruh, akal dan jasad.
Kebutuhan ruh dipenuhi dengan dzikrullah, sehingga hati menjadi tenteram,
jiwa menjadi tenang (QS. Ar-Raad : 29). Kekeringan jiwa, stres, merupakan
gejala sakitnya ruh akibat kurangnya porsi dzikrullah dalam hidup manusia. Islam
telah memberikan tuntunan yang sempurna bagi manusia untuk merawat
ruhaninya dengan sholat, zakat, membaca Al-Quran, berdoa, beramal sholeh
dan amal-amal Islami yang lain. Banyak manusia yang berusaha menenangkan
jiwanya dengan mendengar musik, nonton film, atau dengan hiburan-hiburan
lain, namun justru mereka tidak mampu mengusir keresahan dan kegelisahan
jiwanya, tanpa ingat kepada Allah (dzikrullah).
Kebutuhan akal manusia, dipenuhi dengan ilmu. Dengan ilmu, manusia
menemukan kebenaran, dengan kebenaran manusia menebarkan kebaikan dan
keindahan, dengan kebaikan dan keindahan dicapai kesejahteraan, dan diatas
kesejahteraan dibangun peradaban. Sungguh indah Islam mengajarkan bahwa
Allah meninggikan derajat orang-orang yang beriman dan berilmu pengetahuan
(QS. Al-Mujaadalah : 11). Tidak ada kesejahteraan dan kemakmuran yang
dibangun diatas kebodohan. Karenanya Islam dari awal memerintahkan orangorang yang beriman untuk membaca dan berilmu (QS. Al-Alaq : 1-5 ; Bacalah
dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptkan, Dia telah menciptkan
mausia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah,
yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada
manusia apa yang tidak diketahuinya ). Rasulullah SAW pun menyatakan :
Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim . Lebih jauh dari itu,
terhadap syahadat saja, seorang muslim diperintahkan untuk mempelajarinya
(QS. Muhammad : 19 ; Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada
Tuhan (yang Haq) melainkan Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan
bagi (dosa) orang-orang mumin, laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui
tempat kamu berusaha dan tempat tinggal). Islam mengajarkan keislaman dan
keimanan seseorang dibangun di atas ilmu dan kesadaran, bukan dengan dogma
dan ikut-ikutan (taqlid).
Kebutuhan jasad dipenuhi dengan makanan dan minuman; termasuk di
dalamnya adalah sandang dan papan, serta kesehatan. Terpenuhinya kebutuhan
pangan, sandang, papan, serta kesehatan secara thayyib (bersih, sehat, dan
bermutu) menjadikan kehidupan seseorang sehat dan kuat. Namun selain
thayyib, Islam pun mewajibkan pemehuhan kebutuhan jasad manusia dengan
halal (QS. Al-Baqarah:168 ; Hai sekalian manusia makanlah yang halal lagi
baik dari apa yang ada di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah
syetan, karena sesungguhnya syetan itu musuh yang nyata bagimu ). Kehalalan
merupakan suatu hal yang sangat penting untuk pertumbuhan jasad manusia.
Rasulullah SAW menyatakan : Daging yang tumbuh dari perkara yang haram itu
tidak akan bertambah kecuali neraka patut baginya (HR. Tirmidzi). Jasad
manusia adalah untuk amal, jika ia dipenuhi dengan barang haram akan mandul
potensinya dan tidak produktif aktivitasnya. Islam karenanya memerintahkan
setiap mumin untuk bekerja mencari yang halal, agar dicapai kemandirian dan
kesejahteraan. Pada beberapa hadist Rasulullah SAW menekankan akan urgensi
kerja dan larangan keras untuk meminta-minta dengan bentuk apa pun juga.
salah seorang di antara kamu keluar pada pagi hari dan mengumpulkan kayu
bakar agar ia dapat bersedekah kepada orang lain. Tindakan ini lebih baik
baginya daripada meminta kepada seseorang yang kadang-kadang memberi dan
kadang-kadang tidak. Ingatlah, tangan di atas lebih mulia daripada tangan di
bawah(HR Muslim). Pada hadist lain dikatakan : Barang siapa meminta
sesuatu padahal dia tidak membutuhkannya, pada hari kiamat mukanya akan
cacat (HR. Ahmad). Dan pada hadist lain diterangkan : jika seorang hamba
membuka pintu untuk mengemis maka Allah akan membuka pintu kemiskinan
baginya. Selain menekankan pentingnya kerja, Rasulullah SAW pun menjelaskan
tentang kemulyaan makan dari hasil usaha sendiri. Dan beliau pun menerangkan
pula bahwa nabi-nabi dahulu pun bekerja dengan profesi-profesi yang dimilikinya,
beliau mengatakan : Maa akala ahadun thoaamun kaana ya-kulu min
amali yadihi- makanan yang paling baik dimakan seseorang adalah dari hasil
kerjanya. Nabi Allah, Daud AS, makan dari hasil kedua belah tangannya(HR.
Bukhari). Al-Hakim menyebutkan dari Hadist Ibnu Abas bahwa para nabi
menekuni berbagai jenis profesi. Nabi Daud adalah pembuat baju besi dan
tameng, Nabi Adam petani, Nabi Nuh tukang kayu, Nabi Idris tukang jahit, dan
Nabi Musa penggembala (HR. Hakim). Lebih jauh dari situ bekerja merupakan
pintu datangnya ampunan Allah SWT, Man asma kaallan minamali yadihi
asma maghfuran lahu barang siapa yang terbekali oleh hasil keringatnya
sendiri, ia menjadi orang yang diampuni dan dalam hadits lain dinyatakan man
baata kaalan min thalabil halal baata maghfuran lahu barang siapa yang
lelap kelelahan karena mencari (rezeki) yang halal, ia lelap dalam ampunan(HR.
Ibnu Asakir dar Anas).
Tawazun yang ada pada diri manusia menjadikan hidupnya seimbang dan
teratur. Hidup seimbang dan teratur merupakan hidup dalam fithrah yang hanif,
cenderung kepada yang baik. Maka hadapkanlah wajahmu yang lurus kepada
agama (Allah); (tetaplah atas) fithrah Allah yang telah menciptakan manusia
menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang
lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya(QS. Ar-Rahman : 30).
Hidup yang fitri menjadikan jiwa tentram dan hati dapat menilai mana yang baik
dan mana yang buruk, khususnya pada nilai-nilai yang universal. Karenanya,
fitrah hendaknya dijaga agar tidak tertutupi oleh masiat dan dosa-dosa yang
mengakibatkan fitrah itu tidak lagi mempunyai kekuatan untuk menilai dan tidak
dapat lagi berfungsi dengan baik. Fitrah itu Allah berikan kepada setiap manusia,
bahkan semenjak manusia dilahirkan ia dalam keadaan fitrah, di mana, kapan,
dan kepada siapa pun ia dilahirkan. Namun, lingkungan sangat berpengaruh,
kotor, maka manusia makan dari makan yang baik (thayyibah). Kemulyaan lain
adalah Allah angkat manusia untuk mampu menguasai daratan dan lautan,
termasuk di dalamnya adalah udara. Manusia mampu mengarungi samudra yang
luas dengan bahtera dan petunjuk bintang-bintang. Manusia pun mampu
melintasi bumi yang luas dengan kendaraan yang ia ciptakan. Demikian pula
manusia mampu mengarungi angkasa luas terbang melintasi gunung-gunung
yang tinggi bahkan mampu menembus angkasa luar. Terlebih di abad modern ini
kemampuan manusia untuk mencapai ilmu dan teknologi begitu canggih, yang
semua itu tidak mampu dilakukan baik oleh tumbuh-tumbuhan, maupun hewan,
atau bahkan oleh makhluk-makhluk lainnya.
Manusia makhluk yang paling indah bentuk dan kejadiannya.
Sebagaimana di dalam Al-Quran Surat Tiin:4; dikemukakan bahwa manusia
diciptakan dalam bentuk yang seindah-indahnya. Postur tubuh manusia
merupakan bentuk yang paling tegak dibandingkan dengan postur tubuh hewan
yang ada. Otak manusia memiliki volume yang jauh lebih besar dibandingkan
binatang. Demikian pula pada bentuk fisik lainnya, seperti indah dan
seimbangnya bagian-bagian pada tubuh manusia.
Manusia makhluk yang diberi kebebasan memilih dan mampu
membedakan yang baik dan yang buruk. Dalam (Q.S. Asy-Syams : 7-10
dijelaskan maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan
ketaqwaan, sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya. Manusia
diberikan kemampuan untuk mengetahui kebaikan (ketaqwaan) dan keburukan
(kefasikan), namun manusia tidak dipaksakan utnuk mengikuti salah satunya,
melainkan diberikan kebebasan untuk memilihnya sesuai dengan pertimbangan
akal sehatnya. Sungguh ini adalah suatu nikmat, karena hal tersebut
mengisyaratkan
bahwa manusia adalah makhluk yang didewasakan dan
makhluk yang dipercayai untuk bertanggung jawab. Dalam ayat lain dikatakan
(QS.2:256; 18:29) :
Dan katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa
yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir)
biarlah ia kafir". Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang-orang zalim itu
neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. Dan jika mereka meminta minum,
niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang
menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat
yang paling jelek.(QS.18:29)
Manusia makhluk yang diberikan kemampuan untuk mendapatkan ilmu
pengetahuan. Manusia diciptakan Allah selain dari tanah dan ruh, di bekali pula
dengan perlengkapan-perlengkapan
yang mendukung manusia untuk
mendapatkan ilmu pengetahuan (QS. Al Alaq:1-5). Alat-alat tersebut antara lain :
pendengaran, penglihatan, akal pikiran, dan hati (QS. An Nahl :78 dan QS. Al
Mulk : 23; katakanlah: Dia-lah yang menciptakan kamu dan menjadikan bagi
kamu pendengaran, penglihatan, dan hati.( Tetapi) amat sedikat kamu
bersyukur). Lisan (QS. Ar Rahman : 1-4; (Tuhan) Yang Maha Pemurah, yang
telah mengajarkan Quran, Dia menciptkan manusia, mengajarnya pandai
berbicara. Pena (QS. Al-Qalam:1-2 Nuun, demi kalam danapa yang mereka
tulis, berkat nikmat Tuhanmu kamu (Muhammad) sekali-kali bukan orang gila).
3.2. Tugas Hidup Manusia
(b) Menjadi khalifah di muka bumi. Itugas pokok manusia kedua adalah
menjadi khalifah, sebagaimana difirmankan Allah SWT dalam Q.S. Al
Baqarah :30. Allah mengkhususkan tugas ini kepada manusia tidak kepada
makhluk lainnya, seperti dilukiskan Al-Quran berikut: Sesungguhnya kami
telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi, dan gunung-gunung,
maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir
akan mengkhianatinya, dan dipikulkan amat itu oleh manusia. Sesungguhnya
manusia itu sangat dzalim dan amat bodoh(QS. Al-Ahzab:72). Makna khalifah
adalah wakil Allah di muka bumi, yang memberikan makna agar manusia
melaksanakan perintah-Nya dan menegakkan kebenaran serta keadilah,
sebagaimana perintah Allah SWT kepada Nabi Daud : Hai Daud,
Sesungguhnya kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi,
maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan
janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu
dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat di jalan Allah akan
mendapat
adzab
yang
berat,
karena
mereka
melupakan
hari
perhitungan(QS. Shaad:26). Sebagai khalifah, setiap manusia berkewajiban
untuk menegakkan kebenaran dan keadilan serta berprilaku dengan akhlak
Allah SWT meski dengan kapasitas manusiawi. Manusia yang buruk dalam
pandangan Al-Quran, adalah manusia yang pasif dan lemah, tidak
mengatakan yang benar, tidak mampu berbuat sesuatu, menerima tidak
pernah memberi, mengkonsumsi tetapi tidak berproduksi, menjadi beban
orang lain, bahkan tidak mampu memberikan manpaat bagi siapa pun.
Sebaliknya manusia yang ideal adalah manusia yang aktif dan kreatif, baik
untuk dirinya maupun untuk kebaikan orang lain; mengatakan yang haq,
mengajak kepada kebajikan, memperjuangkan keadilan, dan pada saat yang
sama berada di atas jalan yang lurus, sebagaimana firman Allah : Dan Allah
membuat pula perumpamaan: dua orang lelaki yang seorang bisu, tidak
dapat berbuat sesuatu pun dan dia menjadi beban atas penanggungnya,
kemana saja dia disuruh oleh penanggungnya itu, dia tidak dapat
mendatangkan sesuatu kebajikan pun. Samakah orang itu dengan orang
yang menyuruh berbuat keadilan, dan dia berada pula di atas jalan yang lurus
? (QS. An-Nahl:76). Berkaitan dengan makna khalifah, perlu dipahami
tentang sifat-sifat kekhalifahan manusia sebagai berikut:
b.1 Adamu haqiqat al-Mulkiyah (bukan pemilik yang asli). Manusia bukanlah
pemilik asli alam semesta, manusia hanyalah diberikan amanah oleh Allah
SWT untuk mengelola alam ini dengan baik, membangun dan memeliharanya
(QS. Al-Ahzab:72).
b.2.Tasharuf Bil Iradatil Mustakhlaf (menggunakannya sesuai dengan
kehendak yang mewakilkannya). Allah SWT mengharapkan agar manusia
mengelola alam sesuai dengan kehendak-Nya. Allah sebagai pencipta alam
dan manusia telah menciptakan pula aturan-aturan yang lengkap. Alam
diciptakan Allah untuk manusia, karenanya, diharapkan manusia mengelola
alam tersebut sesuai dengan aturan-aturan-Nya, meski pengelolaannya
diserahkan kepada manusia.
b.3 Adamut Taadi alal Hudud (tidak menentang terhadap peraturan). Sejalan
dengan makna khalifah bahwa manusia harus mengelola alam sesuai dengan
kehendaknya, adalah manusia tidak boleh menentang aturan-aturan yang
Allah tetapkan. Manusia sebagai kahlifah yang merupakan wakil Allah di bumi
untuk membangun dan memelihara alam menjadi tidak wajar jika ia
fujur (jalan yang salah). Manusia yang bertaqwa adalah manusia yang selalu
membersihkan dirinya (tazkiyatun nafs). Jiwa yang bersih akan memunculkan
sifat-sifat seperti syukur (QS. Ibrahim : 7), sabar (QS. Al-Baqarah : 45, 153 ; QS.
Ali Imran : 16, 200), penyantun, penyayang, bijaksana, suka bertaubat,
lemah lembut, jujur, dapat dipercaya, hingga akhirnya akan diperoleh
keberhasilan. Keberhasilan merupakan balasan Allah atas pilihan manusia
terhadap ketaqwaan didalam mendayagunakan potensinya. Sebaliknya jika sifat
fujur yang diambil manusia, maka nerakalah balasannya. Balasan Allah SWT
merupakan keadilan-Nya kepada manusia, karena sesungguhnya Allah telah
menunjukan dua jalan dan manusia diberikan potensi untuk mengetahuinya,
bahkan manusia pun telah diberikan kebebasannya untuk memilih (QS. Al-Balad :
8-10; Bukankah Kami telah memberikan kepadanya dua buah mata, lidah, dan
dua buah bibir. Bukankah Kami telah menunjukan kepadanya dua jalan, lihat
pula QS. Al-Insaan: 3, At-Taghaabun: 2 ). Sifat fujur menjadikan manusia
memperturutkan syahwatnya dan cenderung bersifat tergesa-gesa (QS. Al-Isra:
11, Al-Anbiya: 37), berkeluh kesah (QS. Al-Maaarij: 19), gelisah (Al-Maaarij :
20), enggan berbuat (Al-Maaarij: 21), bakhil (QS. Al-Isra: 100), kufur (QS.
Ibrahim: 34), susah payah (QS. Al-Balad: 4), senang berdebat (QS. Al-Kahfi:
54), pembantah (QS. Al-Aadiyaat: 6), Zhalim (QS. Ibrahim : 34, QS. Al-Ahzab :
72), jahil (QS. Al-Ahzab : 72), lemah (QS. An-Nisa: 28) merasa cukup (QS.
Al-Alaq: 6-7), sombong (QS. Al-Isra: 83), merugi (QS. Al-Ashr: 1-3) dan akhirnya
mereka akan mengalami kegagalan.
Alif Laam Miim. Kitab (Al-Quran) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi
mereka yang bertaqwa, (yaitu) orang-orang yang beriman kepada yang ghaib,
yang mendirikan sholat dan menafkahkan sebahagian rezekinya yang Kami
anugerahkan kepada mereka (QS. Al-Baqarah: 1-3).
Al-Quran adalah petunjuk hidup yang tidak sedikit pun ada keraguan
padanya, yang telah terbukti kebenarannya, dan terjaga keasliannya (QS. Al-Hijr :
9; Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Quran dan sesungguhnya Kami
benar-benar memeliharanya). Bukan itu saja, Allah SWT pun memberikan
tantangan kepada manusia, jika mereka tidak mengimani Al-Quran dengan
menjadikannya sebagai petunjuk Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang
Al-Quran yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu
surat (saja) yang semisal Al-Quran itu dan ajaklah penolong-penolong selain
Allah, jika kamu orang-orang yang benar(QS. AL-Baqarah: 23). Dalam ayat
lain dikatakan Apakah hukum jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum)
siapakah yang lebih baik dari pada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin
(QS. Al-Maidah: 50).
Selain Al-Quran, petunjuk hidup manusia adalah Sunnah Rasul. Rasul
adalah manusia terbaik yang dipilih Allah untuk menyampaikan wahyu-Nya (QS.
Al-Kahfi: 110), tanpa kehadirannya manusia tidak mengenal petunjuk
Penciptanya. Melalui Rasul itulah manusia menerima ajaran Allah, melalui Rasul
manusia mengetahui bagaimana mempraktekkan ajaran Allah, karenanya
mengimaninya merupakan manifestasi dari keimanan kepada-Nya pula. Al-Quran
menandaskan :
Hai orang-orang yang beriman, thaatilah Allah dan thaatilah Rasul (Nya), dan
ulil amri di antara kamu. Dan jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu,
maka kembalikan ia kepada Allah (Al-Quran) dan Rasul (Sunnahnya), jika kamu
benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih
utama bagimu dan lebih baik akibatnya (QS. An-Nisa : 59).
Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang
dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah; dan bertaqwalah kepada Allah,
sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-Nya (QS. Al-Hasyr: 7).
Dalam hadits pun dikemukakan : Aku tinggalkan dua perkara, yang apabila
kamu berpegang teguh padanya, niscaya kamu tidak akan sesat selamalamanya, yaitu kitabullah dan sunnah Rasul-Nya. (HR. Bukhori Muslim).
5.2. Tujuan Hidup Manusia
Manusia diciptakan Allah SWT bukan tanpa tujuan. Dimuliakan
kedudukannya, diberi tugas dan amanah untuk ibadah dan memimpin dunia agar
terpenuhi kesejahteraan hidupnya, yang dengannya manusia akan diberikan
balasan setelah mereka dikembalikan kepada penciptanya. Al-Quran
menyatakan: Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami
menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan
dikembalikan kepada Kami ? (QS. Al-Muminuun : 115).
Katakanlah: "Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah
untuk Allah, Tuhan semesta alam, (QS. 6:162)
Allah menyeru (manusia) ke Darussalam (surga), dan menunjuki orang yang
dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus (Islam).(QS.10:25)
Dan di antara mereka ada orang yang berdo`a: "Ya Tuhan kami, berilah kami
kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa
neraka". (QS.2:201)
Tidak seperti orang-orang yang beriman, yang menganggap hidup hanyalah
di dunia saja (QS. Al-Anaam: 29), seorang beriman mencurahkan seluruh
hidupnya untuk mencapai kemenangan, yakni balasan kebaikan dari Allah SWT
dan keridhaan-Nya yakni surga yang penuh dengan kenikmatan, sebagaimana
dinyatakan dalam Al-Quran Dan diantara manusia ada orang yang
mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah; dan Allah Maha
Penyantun kepada hamba-hamba-Nya (QS. AL-Baqarah: 207). Dalam ayat lain
Allah berfirman : sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin,
diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka
berperang pada jalan Allah, lalu mereka terbunuh atau membunuh. (itu telah
menjadi) janji yang benar dari Allah dalam Taurat, Injil dan Al-Quran. Dan
siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah ? maka
bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah
kemenangan yang besar(QS. At-Taubah : 111).
6. Teladan Hidup Manusia
Dalam menggapai kebaikan hidup di dunia maupun di akhirat, kaum
muslimin harus disamping menjadikan alquran sebagai pedoman dalam
hidupnya, juga mereka harus meneladani orang-orang yang dicintai dan diridhai
Allah swt, yaitu: (1) Rasulullah Muhammad SAW (QS.33:21); (2) Para Nabi dan
Rasul lainnya (QS. 60:4); (3) Orang-orang yang mengikuti petunjuk Allah Swt
(Para Nabi,Shiddiqin, Syuhada, Shalihin dll(QS. 4:69).
Ada beberapa alasan mengapa manusia (khususnya umat Islam) harus
menjadikan Rasulullah SAW sebagai teladan dalam segala dimensi kehidupan,
diantaranya:
Pertama, Manusia diciptakan oleh Allah SWT untuk beribadah kepadanya
sebagaimana dinyatakan dalam Al-Quran.
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
menyembah-Ku. (QS.51:56)
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan
memurnikan keta`atan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus,
dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang
demikian itulah agama yang lurus. (QS. 98:5)
Katakanlah: "Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah
untuk Allah, Tuhan semesta alam, (QS. 6:162)
Ibadah yang dimaksud adalah segala ucapan dan perbuatan yang dicintai
Allah SWT sesuai dengan yang disyariatkan. Ibadah bukan hanya melaksanakan
shalat, zakat, puasa dan ibadah haji, melainkan seluruh aktivitas manusia dari
bangun sampai tidur, dari tidur hingga bangun (kembali). Semua aktivitas
tersebut jika dilakukan sesuai dengan syariat dan penuh keikhlasan, maka
aktivitas itu termasuk kategori ibadah, seperti menuntut ilmu, menolong orang
yang membutuhkan, menjalankan suatu perniagaan, berdiskusi, bersilaturahmi,
dan sebagainya.
Dalam melaksanakan ibadah ini umat Islam tidak boleh membuat aturan
dan melakukannya dengan keinginan sendiri melainkan harus meneladani ibadah
yang telah dilakukan oleh baginda Rasulullah SAW. karena beliaulah yang paling
tahu dan paling benar dalam menjalankan ibadahnya kepada Allah SWT. inilah
alasan pertama mengapa umat Islam harus meneladani Rasulullah SAW.
Kedua, sebagai bukti cinta kepada Allah SWT. artinya jika umat Islam
mencintai Allah SWT, maka diantara indikator kecintaannya itu tercermin dalam
mengikuti Rasulullah SAW. Hal ini ditegaskan dalam al-Quran surat Ali- Imran
ayat 31.
Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah
mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.(QS. Ali Imran:31)
Dari ayat tersebut ditegaskan bahwa mencintai Allah SWT harus diikuti dengan
mengikuti Rasulullah SAW. Dan barangsiapa yang mengikuti Rasulullah SAW ini
maka Allah SWT akan senantiasa mencintainya dan Dia akan mencurahkan
maghfirahNya.
Ketiga, Diperintah Allah SWT. maksudnya Allah SWT memepintahkan
kepada manusia untuk senantiasa mentaatiNya dan mentaati Rasul sebagaimana
ditegaskan dalam Al-Quran
Hai orang-orang yang beriman, ta`atilah Allah dan ta`atilah Rasul (Nya), dan ulil
amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu,
maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika
kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu
lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.(QS. An-Nisa:59)
maka
baik
diantara
kamu
ialah
yang
paling
baik
Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi wali
dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Barangsiap berbuat demikian,
niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah kecuali karena (siasat) memelihara diri
dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. Dan Allah memperingatkan kamu
terhadap diri (siksa)-Nya. Dan hanya kepada Allah kembali (mu) .(QS.3:28)
Lebih jauh dari itu, terhadap syetan hendaknya dijadikan sebagai musuh (QS.
Al-Baqarah : 208; Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam
Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu turut langlah-langkah syetan.
Sesungguhnya syetan itu musuh yang nyata bagimu). Dalam QS. Faathir : 6,
dijelaskan Sesunguhnya syetan itu musuh bagimu, maka anggaplah ia musuh
(mu), karena sesungguhnya syetan-syetan itu hanya mengajak golongannya
supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala . Pada sisi lain AlQuran memerintahkan pada sesama muslim untuk saling bersaudara dan saling
Dan orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan, sebahagian mereka
(adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh
(mengerjakan) yang maruf, mencegah dari yang mungkar, mendirikaan sholat,
menunaikan zakat, dan mereka thaat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu
akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana(QS. At-Taubah: 71).
Dari ayat di atas secara umum manusia terpilih menjadi dua golongan,
yakni golongan mukmin, yang dirahmati Allah dan golongan yang benci Allah,
dimana golongan yang dirahmati Allah hendaknya dijadikan kawan, dan golongan
yang dibenci Allah hendaknya tidak dijadikan kawan. Al-Quran mengungkap
lebih jauh tentang pembagian manusia tersebut, dengan berbagai variasi
sebutan. Adapun golongan manusia yang dicintai Allah antara lain :
1.
Al-Muhsinin (orang-orang yang berbuat ihsan; QS. Al-Baqarah : 195; AliImran : 134; dan Al-Maidah : 13)
2.
Al-Muttaqiin (orang-orang yang bertaqwa; QS. At-Taubah:7; Ali-Imran: 76).
3.
Ash-Shabirin (orang-orang yang Shabar, QS. Ali-Imraan : 146)
4.
Al-Mutawakkilin (orang-orang yang bertawakkal, QS. Ali-Imraan : 159)
5.
At-Tawwabiin wal Mutathahhirin (orang-orang yang bertaubat dan
mensucikan diri, QS. At-Taubah : 108 dan Al-Baqarah : 222)
6.
Al-Muqshithin (orang-orang yang adil, QS. Al-Maidah:42 dan Al-Hujurat : 9)
7.
Al-Mujaahidin (orang-orang yang berperang di jalan Allah, QS. Ash Shaf : 4
dan al-Maidah : 54)
8.
Yang mencintai Allah (QS. Ali-Imraan : 31 dan Al-Maidah : 54)
9.
Yang bersikap lemah lembut terhadap orang mukmin (QS. Al-Maidah :
54)
10. Yang tegas terhadap orang-orang kafir (QS. Al-Maidah : 54)
11. Yang tidak takut celaan dalam menegakkan Dienullah (QS. AlMaidah : 54)
12. Al-Muminin (Orang-orang yang beriman, QS. Al-Fath : 18)
13. Orang-orang yang takut kepada Allah (QS. Al-Bayyinah : 8)
Adapun golongan orang-orang yang dibenci Allah antara lain :
1. Al-Kaafirin (Orang-orang yang kafir, QS. Ali-Imraan : 32)
2. Al-Munafiqiin (orang-orang munafiq, QS. At-Taubah : 68 dan Al-Ahzab : 73)
3. Azh-Zhalimin (orang-oranmg yang zhalim, Qs. Ali-Imraan : 57 , 140)
4. Mufsidin (orang-orang yang merusak, QS. Al-Maidah:64 dan Al-Qashash: 77)
5. Mukhtal Fakhur (orang-orang yang angkuh, sombong, QS. Al-Qashash : 76)
6. Al-Mustakbirin (orang-orang yang sombong, QS. An-Nahl : 23)
7. Al-Farihin (orang-orang yang membanggakan dirinya, QS. Al-Qashash : 76)
8. Al-Musrifin (orang-orang yang boros, berlebihan, QS. Al-Araaf : 31 dan AlAnaam : 141)
9. Orang yang berkhianat dan bergelimang dosa (QS. An-Nisa : 107 dan AlHajj : 38)
10. Al-Musyrikin (orang-orang yang musyrik, QS. Al-Ahzab : 73)
11. Al-Faasiqin (orang-orang yang fasiq, QS. At-Taubah : 96)
12. Orang yang menghalangi jalan Allah (QS. Al-Araaf : 45)
C. AGAMA
1.
1. 1. Urgensi Agama
Manusia diciptakan Allah SWT dengan potensinya yang luar biasa (akal dan
ilmunya), ia mampu menundukan dunia ini. Jika manusia yang luar biasa
kemampuannya ini menggunakannya untuk kebaikan maka nikmat yang ada
dirasakan (QS. Luqman : 20). Namun sebaliknya, jika kehebatan ini digunakan
untuk memenuhi
hawa nafsu manusia, maka kehancuranlah yang akan
dirasakan. Al-Quran mengingatkan : Andaikata kebenaran itu menuruti hawa
nafsu mereka, pasti binasalah langit dan bumi, dan semua yang ada di
dalamnya. Sebenarnya kami telah mendatangkan kepada mereka kebanggaan
mereka tetapi mereka berpaling dari kebanggan itu (QS. Al-Muminun : 7).
Dalam ayat yang lain dikemukakan : Telah tampak kerusakan di darat dan di
laut disebabkab karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan
kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali
(ke jalan yang benar )(QS. Ar-Rum : 41). Agama dibutuhkan manusia dalam
rangka mengarahkan potensinya agar tidak digunakan secara tidak terkendali,
yang akan mengancam kelangsungan hidup bukan saja manusia, tetapi alam
semesta ini. Kerusakan-kerusakan alam yang sekarang dirasakan manusia di
mana-mana merupakan manifestasi dari rekayasa manusia terhadap potensi
sumber daya alam yang tak terkendali, akibat pengolahan sumber daya tersebut,
tidak bersandar pada aturan-aturan agama (Allah) yang benar.
Kehidupan modern telah membawa manusia pada realitas yang delematis.
Pada satu sisi manusia dituntut untuk hidup kreatif, dinamis dan maju. Namun di
sisi lain kemajuan menuntut manusia untuk menghabiskan segala potensi fisik
(jasad) dan akalnya dalam memenuhi tuntutan kemajuan tersebut. Sementara
potensi lain yang ada pada manusia yakni ruhani, sering terabaikan karena
kurangnya porsi waktu yang dipergunakan untuk memperhatikan ruhaninya.
Tawazunitas kehidupan manusia menjadi sesuatu yang sulit untuk dirasakan.
Tidak jarang jika kita menyaksikan manusia modern yang kelelahan mental dan
intelektualnya (alienasi), yang sering terapinya sering tidak logis. Mereka pergi
ke dukun, meramal dengan horoskop, mengkonsumsi obat-obat penenang,
hiburan, dan sebagainya, yang semuanya tidak dibenarkan menurut akal yang
sehat, dan semuanya akan menghancurkan kehidupan manusia itu sendiri. AlQuran mengingatkan : Demi masa. Sesungguhnya manusia itu berada di dalam
kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh dan nasehat
menasehati supaya mentaati
kebenaran dan nasehat menasehati supaya
menetapi kesabaran (QS. Al-Ashr : 1-3). Agama berperan di dalam
memberikan aspek tawazunitas kehidupan manusia di dalam menata potensinya,
dan menata waktu hidupnya yang disediakan secara terbatas.
Urgensi agama yang lain adalah bahwa agama selalu mendapat tantangan
yang dahsyat dari musuh-musuhnya. Ghazwul fikri (perang pemkiran), baik
melalui sarana budaya, informasi, maupun hiburan-hiburan yang dilakukan oleh
sekuralir dan orang-orang yang tidak senang dengan tegaknya dienullah (AlIslam), demikian keras dilakukan untuk membenturkan Islam dengan realitas
kehidupan, sehingga agama (Islam) disalah tafsir dan disalah-amalkan oleh
pemeluk-pemeluknya sendiri. Dalam pandangan mereka yang terkena penyakit
ini, Islam dipandang sebagai agama Muhammad atau agama yang sama dengan
agama-agama yang lain seperti Hindu, Budha, Nasrani dan juga kepercayaankepercayaan lainnya. Bila agama atau kepercayaan hanya menekanka satu
aspek kehidupan saja (parsial), seperti tata cara ibadah (ritual), maka Islam pun
dianggap hanya agama yang mengatur tata cara beribadah kepada Allah SWT.
yang pada intinya dilukiskan bahwa Islam adalah agama akhirat, yang tidak
mampu mengakomodasi realitas, tidak cocok dengan kehidupan nyata, dan
ujung-ujungnya ditinggalkan. Al-Quran mengungkapkan : Mereka ingin hendak
memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka,
dan Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya meski orang-orang kafir benci .
(QS. Ash-Shaaf : 8)
1. 2. Pengertian Agama
Dari penjelasan di atas, selain pentingnya agama dalam kehidupan manusia
dan alam, pengertian tentang agama (dien) juga merupakan suatu yang urgen,
mengingat bahwa agama telah dipahami secara keliru, sehingga begitu banyak
manusia beragama tetapi jiwa agama telah hilang dari dalam dadanya, telah
mengering dari buah pikirannya, dan telah hampa dari perilakunya.
Pengertian agama (dien) dalam terminologi arab bisa berarti kekuasaan,
sebagaimana hadits Rasul : Orang yang pintar adalah orang yang menguasai
hawa nafsunya dan bekerja untuk hari setelah mati . Dien juga berarti tunduk
(QS. Al-Taubah : 29 ; Perangilah orang-orang yang beriman kepada Allah dan
tidak (pula) kepada hari kemudian dan mereka tidak mengharamkan apa yang
telah diharamkan Allah dan Rasul-Nya dan tidak beragama dengan agama yang
benar (agama Allah), (yaitu orang-orang) yang diberikan Al-Kitab kepad mereka,
sampai mereka membayar jizyah dengan patuh sedang mereka dalam keadaan
tunduk). Makna lain dari dien adalah balasan (QS. Al-Fatihah : 4 ; Yang
menguasai hari pembalasan ), dan dien pun berarti undang-undang atau
peraturan (QS. Yusuf : 76 ; Tiadalah patut Yusuf menghukum saudaranya
menurut undang-undang raja, kecuali Allah menghendakinya. Kami tinggikan
derajat orang yang kami kehendaki : dan di atas tiap-tiap orang yang
berpengetahuan itu ada lagi yang maha mengetahui).
Sayyid Quthub memberikan komentar dalam menafsirkan ayat 76 Surat
Yusuf sebagai berikut : Sesungguhnya nash dalam ayat ini memberikan batasan
sangat mendetail tentang makna dien, bahwa makna kalimat Dien Malik dalam
ayat ini berarti peraturan dan syariat malik (raja). Lalu lanjutannya, Al-Quran
mengungkapkan bahwa peraturan dan syariat adalah dien, maka barang siapa
yang berada pada peraturan dan syariat Allah berarti dia berada dalam dien
Allah. Sebaliknya, barangsiapa yang berada pada peraturan seseorang dan
undang-undang seorang raja berarti ia berada dalam dien raja tersebut.
2. Islam dan Ciri Khas Dienul Islam
2.1 Pengertian Al-Islam
Islam secara harfiah memiliki makna seperti aslama (menundukan atau
menghadapkan wajah, QS. An-Nisa : 125 Dan siapakan yang lebih baik
agamanya daripada orang yang ikhlas menyerahkan diri kepada Allah, sedang
dia pun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus. Dan
Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayangan-Nya); sallama (menyerahlan diri,
QS Ali-Imran : 83; Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama
Allah , padahal kepada-Nya-lah berserah diri segala apa yang ada di langit dan di
bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allah-lah mereka
dikembalikan). Salaama (kesejahteraan atau keselamatan, QS. Al-Anam : 54;
Apabila orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat kami itu datang
kepadamu, maka katakanlah: salaamun alaikum. Tuhanmu telah menetapkan
atas diri-Nya kasih sayang, (yaitu) bahwasannya barang siapa yang berbuat
kejahatan di antara kamu lantaran kejahilan, kemudian ia bertaubat setelah
mengerjakannya dan mengadakan perbaikan, maka sesungguhnya Allah Maha
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
tidak dapat larut dan tunduk terhadap persoalan zaman dan perputaran
waktu. Inilah beberapa ciri khas dienul Islam yang membedakannya dari
dien yang lain,
dari peraturan-peraturan, dan undang-undang buatan
manusia.
3. Isi Kandungan Dienul Islam
Islam
adalah
dienullah
yang
syamil,
sempurna,
mutakammil
(menyempurnakan), merupakan sistem hidup yang lengkap. Jika di ibaratkan
dengan sebatang pohon ia adalah pohon yang kuat, kokoh, besar, rimbun dan
berbuah
lebat
yang
tak
ada
habis-habisnya.
Demikian
Al-Quran
mengumpamakan kalimah thayyibah (QS. Ibrahim : 24) jika diibaratkan
bangunan Islam pun merupakan bangunan yang kokoh, kuat lengkap, nyaman,
indah, yang dalam Al-Quran seperti bunyanuun marshuus (QS. Ash-Shaaf : 4).
Demikian gambaran tentang kandungan dienullah Al-Islam. Adapun jika dilihat
dari cakupan ajaran Islam, kandungan dienullah Al-Islam dapat digolongkan
sebagai berikut :
3.1. Pokok dan Pondasi (Asas)
Kandungan Islam mencakup hal-hal yang bersifat asas (fundamental)
dimana di atas fundamen ini ajaran-ajaran lain di bangun. Ia merupakan pangkal
dari ajaran (kandungan) Islam yang lain. Tanpa asas (fundamen) ini, ia
(kandungan lain) tidak memiliki pijakan yang akhirnya akan runtuh. Adapun
fundamen ajaran Islam adalah :
Aqidah, yang mencakup dua kalimah syahadat dan rukun iman yang enam (QS.
Al-Baqarah : 177).
3. 2. Bangunan (Binaa)
Bangunan yang kokoh tidak cukup pondasi saja, tetapi harus ada wujud
bangunannya sendiri, yakni ada tembok dan atapnya. Adapun yang termasuk
dalam bangunan Islam meliputi :
Pertama, ibadah; yang merupakan sistem ibadah yang paling lengkap dan
terperinci aturannya diantara berbagai sistem ibadah lain di dunia. Ibadah, yang
mencakup shalat, zakat, puasa, haji dan lain-lain, sebagaimana hadits Rasulullah
SAW : Islam didirikan atas lima pokok : Bersaksi bahwa tidak ada Tuhan
selain Allah dan Muhammad hamba dan utusan-Nya, mendirikan shalat,
menunaikan zakat, shaum di bulan ramadhan, dan menunaikan haji bagi yang
mampu.
Adapun
bangunan
yang
tercermin
dalam
ibadah
ghair
mahdhah/muamalah antara lain: Sistem politik, yang mencakup sistem
musyawarah (QS. Ali-Imaran :159 dan Asy-Syuura : 38). Sistem perdamaian (QS.
Al-Baqarah :208 dan Al-Anfal : 61), sistem hukum (QS. Al-Anam : 57 dan Yusuf :
40 ), serta sistem jinayah. Sistem perekonomian, yang mencakup utang
piutang (QS. Al-Baqarah : 283), pegadaian (QS. Al-Baqarah : 283), pengharaman
riba dan penghalalan jual beli (QS. Al-Baqarah : 275). Sistem Keprajuritan,
yang
mencakup
penyiapan
tentara
(QS.
8:
60).
Sistem
Sosial
Kemasyarakatan, yang mencakup sistem pengelolaan zakat (QS. Al-Taubah :60,
103), keadilan dalam menegakkan hukum (QS. An-Nisa :58), persaudaraan (QS.
Al-Hujurat : 10,13 ), dan lain-lain. Sistem Pengajaran, mencakup nasihatnasihat (QS. Al-Ashr : 1-3, Luqman : 12-19), kelembutan dalam pengajaran (QS.
Ali Imran : 159), dan lain sebagainya. Kedua, akhlak yang merupakan aturan
yang harus melekat pada setiap aspek kehidupan seorang mukmin,yang meliputi
akhlak terhadap Allah SWT, akhlak terhadap sesama manusia dan akhlak
terhadap alam semesta /lingkungan.