Anda di halaman 1dari 8

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI DALAM KONTEKS MUTU

A. Pendahuluan
Perguruan tinggi adalah lembaga ilmiah, dan kampus adalah masyarakat
ilmiah. Konsekuensi logis dari kedudukan perguruan tinggi, baik sebagai lembaga
ilmiah maupun sebagai masyarakat ilmiah, mengacu kepada tanggung jawab dan
kewajiban untuk melaksanakan peranan, fungsi, guna mencapai tujuan pendidikan
yang pada gilirannya memerlukan unsur-unsur manusia, metode, dan materi, yang
secara bersama-sama saling terkait dan saling menunjang dalam kerangka
pelaksanaan proses pendidikan yang efektif.1
Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tetang Sistem Pendidikan
Nasional BAB VI Pasal 19, pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan
setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan diploma,
sarjana, magister, spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh perguruan
tinggi. Selanjutnya dalam Pasal 20, perguruan tinggi dapat berbentuk akademi,
politeknik, sekolah tinggi, institut, atau universitas.
Pendidikan tinggi sendiri seharusnya juga mampu mempersiapkan dan
memberikan pelayanan yang pasti terhadap para calon mahasiswa serta
masyarakat. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional BAB VI Pasal 24, yakni perguruan tinggi
memiliki

otonomi

penyelenggaraan

untuk

mengelola sendiri

pendidikan

tinggi,

penelitian

lembaganya
ilmiah,

sebagai

dan

pusat

pengabdian

masyarakat. Dapat dipahami dari paparan undang-undang di atas, bahwa yang


menentukan kebermutuan dari suatu pendidikan tinggi adalah perguruan tinggi itu
sendiri.
A. Wajah Baru Pendidikan Islam di Era Global
Semangat mendirikan lembaga pendidikan Islam dimana-mana begitu
besarnya. Demikian pula keinginan sebagian besar masyarakat untuk memberikan
1

Oemar Hamalik. 1991. Manajemen Belajar di Perguruan Tinggi. Bandung: Sinar Baru, h. 1.

pengajaran agama Islam kepada putra-putrinya di sekolah sedemikian kuat.


Fenomena itu menjadikan lembaga pendidikan Islam tumbuh dimana-mana, baik
yang berstatus negeri maupun swasta. Namun demikian, semangat yang tinggi
terhadap pendidikan Islam ini ternyata belum menjadikan kebanyakan lembaga
pendidikan itu tampak maju, dan menang bersaing dengan jenis lembaga
pendidikan lainnya. Kebanyakan lembaga pendidikan yang menggunakan label
atau beridentitas Islam belum banyak yang berhasil menempati posisi papan atas.
Bahkan sebaliknya, kebanyakan masih menunjukkan ketinggalan dari jenis
lembaga pendidikan lainnya. Bahkan tidak sedikit lembaga pendidikan Islam yang
berjalan seadanya. Fasilitas dan tenaga guru maupun daya dukung lainnya yang
tersedia terbatas, baik jumlah maupun kualitasnya. Label Islam yang dilekatkan
pada lembaga pendidikan yang dikembangkan tidak sedikit yang belum
menggambarkan keluhuran dan kebesaran ajaran Islam itu sendiri.
Suprayogo (Mantan Rektor UIN Malang) memberikan pendapat bahwa ada
sesuatu yang kurang tepat dalam merumuskan isi atau bahan ajar pendidikan
Islam. Mata pelajaran agama Islam dikemas dan dirumuskan menjadi sebatas halhal terkait dengan tauhid, fiqh, akhlak atau tasawuf, tarikh, dan bahasa arab.
Akibatnya Islam seolah-olah hanya memperbincangkan tentang peribadatan di
masjid, persoalan halal haram, puasa, zakat, haji, kelahiran dan kematian.
Persoalan ini memang penting dan Islam mengajarkan tentang itu. Jika kita
membuka Al-Quran, alangkah luas dan hebatnya isi kitab suci itu. Al-Quran yang
disebut sebagai petunjuk, penjelas, pembeda, rahmat dan juga bahkan sebagai
obat, maka isinya akan selalu relevan dengan kehidupan ini, dimana dan kapanpun
manusia hidup.2
Secara konsepsional pendidikan Islam itu bertujuan untuk membentuk pribadi
muslim seutuhnya, mengembangkan seluruh potensi manusia, baik yang
berbentuk jasmaniah maupun rohaniah, menumbuhsuburkan hubungan yang
harmonis setiap pribadi dengan Allah, manusia dan alam semesta. Dengan

Imam Suprayogo. 2009. Universitas Islam Unggul. Malang: UIN-Malang Pers, h. 8.

demikian pendidikan Islam itu berupaya untuk mengembangkan individu


seutuhnya sekaligus pewarisan nilai-nilai Islam.3
Suprayogo (Mantan Rektor UIN Malang) berpendapat bahwa, pandangan
tentang kebakuan wilayah kajian Islam, jika dikaitkan dengan tujuan dan orientasi
pendidikan agama Islam yang dimaknai sebagai bimbingan agar seseorang atau
peserta didik menjadi hidup berkualitas, maka perlu dilakukan rekonstruksi
kembali pengelompokan ilmu agama dan ilmu umum. Ajaran Islam yang seolaholah hanya sebatas dikebakuan di atas harus diperluan menjadi seluas kehidupan
manusia secara menyeluruh. Semua mata pelajaran yang diajarkan di lembaga
pendidikan Islam seharusnya bersumber dari Al-Quran dan hadis selain sumber
lain yang berupa ayat-ayat qauniyah, yakni hasil observasi, eksperimen dan
penalaran logis.4
Azyumardi Azra, dalam sambutan rektor pada Prospektus UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang dikutip oleh Muqoyyin, menyatakan: Perubahan IAIN
Syarif Hidayatullah Jakarta menjadi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada
dasarnya bertujuan untuk mendorong usaha reintegrasi epistemologi keilmuan
yang pada gilirannya menghilangkan dikotomi antara ilmu-ilmu agama dan ilmuilmu umum. Hal ini penting dalam rangka memberikan landasan moral Islam
terhadap perkembangan iptek dan sekaligus mengartikulasikan ajaran Islam secara
proporsional di dalam kehidupan masyarakat.5
Ke depan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, Al-Quran dan
hadis semestinya diposisikan sebagai sumber ilmu pengetahuan. Al-Quran dan
hadis kita sebut sebagai ayat-ayat qauliyah. Sedangkan sebagai sumber ilmu

Achmad Helmi. 2013. Strategi Universitas Islam Negeri Dalam Memajukan Pendidikan Islam
Pada Era Globalisasi. http://makalahmajannaii.blogspot.com/2013/05/urgensi-universitasislam-sebagai.html. 4 Maret 2014.
4
Imam Suprayogo. 2009. Universitas Islam Unggul. Malang: UIN-Malang Pers, h. 11.
5
Andik Wahnyun Muqoyyin, Integrasi dan Interkoneksitas Ilmu-Ilmu Agama dan Sains Menuju
Peradaban Islam Kosmopolitan. https://www.academia.edu/2948474/Universitas_Islam
_Center_of_excellences_Integrasi_dan_interkoneksitas_ilmu-ilmu_agama_dan_sains_
menuju_peradaban_Islam_kosmopolitan. 4 Maret 2014.

pengetahuan lainnya adalah hasil observasi, eksperimen dan penalaran logis yang
selanjutnya disebut sebagai ayat-ayat qauniyah.
B. Universitas Islam Negeri Bermutu
Mutu adalah paduan sifat-sifat produk yang menunjukkan kemampuannya
dalam memenuhi kebutuhan: pelanggan langsung atau tak langsung, baik
kebutuhan yang dinyatakan maupun yang tersirat, masa kini dan masa depan.6
Dari pengertian di atas jika dikaitkan dengan konsep universitas Islam bermutu,
maka dapat disimpulkan bahwa konsep universitas Islam bermutu adalah jika
universitas tersebut mampu memberikan dan memenuhi kebutuhan para
pelanggan atau mahasiswanya.
Universitas adalah pusat ilmu pengetahuan (centre of knowledge) dan pusat
pengembangan sumber daya manusia (human recources). Universitas muncul dan
berkembang dalam kehidupan masyarakat. Kehadirannya penting dalam upaya
memenuhi kebutuhan pendidikan tinggi bagi para warganya melalui kegiatan
pembelajaran dalam perkuliahan, dan untuk pengembangan masyarakat serta
pengembangan ilmu pengetahuan itu sendiri. Kebesaran universitas adalah karena
hasil karya dosen-dosennya dan mutu alumninya yang didukung oleh
kepemimpinan universitas yang penuh dedikasi, berbobot dan profesional yang
mampu mewujudkan kebebasan akademis dalam kehidupan kampus. Dasar utama
sebuah universitas atau perguruan tinggi adalah etos ilmiah.7
Islam bersifat universal, dan inilah sifat universalitas Islam, yang serba
mencakup, dan berlaku bagi setiap orang, setiap tempat, dan setiap waktu dalam
keseluruhan perjalanan hidup manusia. Islam menjamin ajaran-ajarannya
membimbing manusia ke arah kehidupan yang paling baik dan benar untuk
mencapai keselamatan duniwai dan ukhrawi. Suprayogo (Mantan Rektor UIN
6

Daulat Purnama Tampubolon. 2001. Perguruan Tinggi Bermutu. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, h. 108.
7
Andik Wahnyun Muqoyyin, Integrasi dan Interkoneksitas Ilmu-Ilmu Agama dan Sains Menuju
Peradaban Islam Kosmopolitan. https://www.academia.edu/2948474/Universitas_Islam
_Center_of_excellences_Integrasi_dan_interkoneksitas_ilmu-ilmu_agama_dan_sains_
menuju_peradaban_Islam_kosmopolitan. 4 Maret 2014.

Malang) berpendapat bahwa, universalitas Islam inilah yang harus dapat


diimplementasikan oleh lembaga pendidikan Islam yang disebut universitas.
Universitas Islam, dengan demikian, merealisasikan sifat universalitas Islam, yang
membekali generasi muda dengan ilmu pengetahuan tentang segalanya, dan untuk
kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
Cara memandang ilmu secara dikotomik -yang memisahkan ilmu umum dan
ilmu agama- dinilai kurang memadai. Dengan demikian beliau mencetuskan
sebuah perspektif ilmu yang teintegrasi dan holistik. Yang tidak membedakan
ataupun memisahkan ilmu agama dan ilmu umum. Tidak ada dikotomi atau
dualisme. Yang ada hanyalah kategori-kategori. Perbedaan antara perguruan
tinggi umum dan perguruan tinggi Islam dalam mengembangkan keilmuannya
terletak pada sumber yang digunakan.8
C. Mewujudkan Perguruan Tinggi Islam Unggul dan Bermartabat
Pendidikan bagi kaum muslimin menjadi sebuah tuntutan yang hukumnya
wajib dipenuhi. Semangat membangun lembaga pendidikan Islam yang kian
tinggi, yang tidak ditunjang oleh kemampuan finansial, kepemimpinan, dan
manajerial yang unggul dan tangguh, akan melahirkan sekolah Islam dengan label
bertahan hidup, namun sulit mengalami kemajuan.
Dapat diyakini bahwa seluruh umat Islam khususnya di Indonesia memiliki
keinginan dan berupaya keras untuk memiliki lembaga pendidikan yang sesuai
dengan kebutuhan dan ideal sebagaimana yang dicita-citakan. Lembaga
pendidikan yang diharapkan adalah lembaga yang dibangun berdasarkan ajaran
Islam. Transformasi perguruan tinggi Islam dari IAIN atau STAIN menjadi
sebuah Universitas Islam Negeri (UIN) adalah salah satu usaha besar dalam
mewujudkan cita-cita tersebut. Universitas Islam Negeri (UIN) sendiri merupakan
wujud perkembangan paling signifikan dari serangkaian perjuangan kelembagaan
PTAIN, setidaknya sampai sekarang ini. Sebab, perubahan dari IAIN, atau apalagi
STAIN, menjadi UIN memiliki implikasi yang luas, baik menyangkut posisi
8

Imam Suprayogo. 2009. Universitas Islam Unggul. Malang: UIN-Malang Pers, h. 43-45.

kelembagaan, peluang pembukaan program studi, persaingan akademik, maupun


penghapusan dikotomi ilmu agama dan ilmu umum.9
Suprayogo, memberikan 4 hal penting yang menjadi persoalan bagi para
lembaga pendidikan tinggi Islam yang ingin menjadi universitas Islam negeri,
yaitu : 1) Perumusan konsep Universitas Islam yang diinginkan, berikut kerangka
keilmuan yang dikembangkan; 2) membangun konsolidasi internal; 3)
penyelesaian proses administrasi, terutama terkait perizinan; 4) penyediaan sarana
dan prasarana pendidikan yang diperlukan.10 Di samping itu, ada dasar pemikiran
yang menjadi alasan berdirinya UIN sebagaicsebuah pengembangan kelembagaan
yang kehadirannya telah lama ditunggu-tunggu. Abuddin Nata yang dikuti oleh
Muqoyyin menjelaskan bahwa setidaknya ada lima alasan yang melatarbelakangi
perlunya konservasi IAIN menjadi UIN, yaitu sebagai berikut:11
a. Ada perubahan jenis pendidikan pada madrasah aliyah.
b. Ada dikotomi antara ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu umum.
c. Perubahan IAIN menjadi UIN akan memberikan peluang yang lebih luas
bagi para lulusannya untuk dapat memasuki lapangan kerja yang lebih
luas.
d. Perubahan IAIN menjadi UIN diperlukan dalam rangka memberikan
peluang kepada lulusan IAIN untuk melakukan mobilitas vertikal, yakni
kesempatan dan peran untuk memasuki medan gerak yang lebih luas.
e. Perubahan IAIN menjadi UIN sejalan dengan tuntutan umat Islam, yang
selain menghendaki adanya pelayanan penyelenggaraan pendidikan yang
profesional dan berkualitas tinggi juga dapat menawarkan banyak pilihan.
Berdasarkan alasan-alasan tersebut, keberadaan UIN bagi umat Islam
Indonesia merupakan suatu keniscayaan. Artinya, suatu keharusan untuk
9

Mujamil Qomar. 2007. Manajemen Pendidikan Islam: Strategi bagu Pengelelolaan Lembaga
Pendidikan Islam. Jakarta: Erlangga, h. 115.
10
Imam Suprayogo. 2009. Universitas Islam Unggul. Malang: UIN-Malang Pers, h. 43.
11
Andik Wahnyun Muqoyyin, Integrasi dan Interkoneksitas Ilmu-Ilmu Agama dan Sains Menuju
Peradaban Islam Kosmopolitan. https://www.academia.edu/2948474/Universitas_Islam
_Center_of_excellences_Integrasi_dan_interkoneksitas_ilmu-ilmu_agama_dan_sains_
menuju_peradaban_Islam_kosmopolitan. 4 Maret 2014.

diwujudkan dengan pengesahan pemerintah karena sudah sangat terlambat.


Tokoh-tokoh muslim, terutama yang memiliki perhatian kepada perguruan tinggi
Islam, telah lama menggagas berdirinya UIN. Kehadiran UIN harus dipandang
sebagai buah dari perjuangan yang panjang dan harus disambut dengan respons
yang positif-konstruktif. Setelah perjuangan itu berhasil, langkah berikutnya
adalah mengembangkan UIN supaya benar-benar menjadi perguruan tinggi yang
berkualitas, menjadi rujukan umat Islam Indonesia, memiliki kewibawaan
akademik, menghasilkan berbagai tawaran ilmiah, dan memiliki pengaruh dalam
skala internasional.
D. Upaya peningkatan Mutu Perguruan Tinggi Islam
Sebagaimana sebuah perguruan tinggi yang ingin menjadi unggul dan selalu
dapat memenuhi kebutuhan dan harapan stakeholder-nya, Universitas Islam
Negeri harus memiliki rencana jangka panjang yang mengarah kepada
kemampuan untuk selalu berkembang secara berkelanjutan. Kondisi tersebut
dapat dilihat pada skema rencana strategi Universitas Islam Negeri. Rencana
strategis tersebut tentu saja akan sulit untuk terealisir jika tidak silaksanakan
dengan manajemen yang baik, dalam artian manajemen yang mampu
menumbuhkan kemampuan untuk selalu berkembang secara berkelanjutan.12
Suprayogo memberikan beberapa kunci kemajuan dalam sebuah transformasi
perguruan tinggi untuk menjadi lebih baik adalah : 1) memiliki semangat dan
ikhlas berjuang yang ditunjukkan oleh seluruh warga kampus; 2) kebersamaan
dan kebersatuan serta membuang jauh-jauh nafsu meninggalkan yang lain; 3)
memiliki niat, kemauan dan bahkan tekad untuk maju dan berubah; 4) bekerja
keras dan selalu mengedepankan kepentingan lembaga di atas kepentingan pribadi
atau kelompok; 5) selalu mencari alternatif jalan baru yang memungkinkan untuk
maju dan berkembang; 6) mendasarkan pada rencana yang jelas serta tahap-tahap
implementasinya; 7) memiliki jaringan kerjasama yang luar dan produktif.

12

Sugeng Listyo Prabowo. 2009. Implementasi Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 di
Perguruan Tinggi. Malang: UIN-Malang Pers, h. 357.

DAFTAR PUSTAKA

Hamalik, Oemar. Manajemen Belajar di Perguruan Tinggi. Bandung: Sinar Baru,


1991.
Helmi, Achmad. Strategi Universitas Islam Negeri dalam Memajukan Pendidikan
Islam. 2013. http://makalahmajannaii.blogspot.com/2013/05/urgensiuniversitas-islam-sebagai.html (accessed Maret 4, 2014).
Muqoyyin, Andik Wahnyun. Integrasi dan Interkoneksitas Ilmu-Ilmu Agama dan
Sains Menuju Peradaban islam Kosmopolitan.
https://www.academia.edu/2948474/Universitas_Islam
_Center_of_excellences_Integrasi_dan_interkoneksitas_ilmuilmu_agama_dan_sains_ menuju_peradaban_Islam_kosmopolitan (accessed
Maret 4, 2013).
Prabowo, Sugeng Listyo. Implementasi Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008
di Perguruan Tinggi. Malang: UIN-Malang Pers, 2009.
Qomar, Mujamil. Manajemen Pendidikan Islam: Strategi Baru Pengelolaan
Lembaga Pendidikan Islam. Jakarta: Erlangga, 2007.
Suprayogo, Imam. Universitas Islam Unggul. Malang: UIN-Malang Pers, 2009.
Tampubolon, Daulat Purnama. Perguruan Tinggi Bermutu. Jakarta: Gramedia
Pustaka, 2001.

Anda mungkin juga menyukai