id
digilib.uns.ac.id
Tesis
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Mencapai Derajat Magister
OLEH
SUHARIJANTO
S.610908008
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Disusun oleh:
SUHARIJANTO
S.610908008
Nama
Tandatangan
Mengetahui
Ketua Program Studi Agronomi
ii
Tanggal
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Disusun oleh :
SUHARIJANTO
S.610908008
Jabatan
Tanda
Tangan
Nama
Ketua
Sekretaris
Anggota
Penguji
Tanggal
Mengetahui,
Direktur Program Pasca Sarjana,
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya:
Nama
: SUHARIJANTO
NIM
: S.610908009
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis yang berjudul Induksi Tunas Jeruk
Pamelo (Citrus Maxima Merr.) Kultivar Bageng Secara Invitro Dengan Pemberian
Jenis Dan Konsentrasi Sitokinin. adalah betul-betul karya saya sendiri. Hal-hal yang
bukan karya saya dalam tesis ini diberi tanda sitasi dan ditunjukkan dalam daftar
pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti saya tidak benar, maka saya bersedia menerima
sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis
tersebut.
SUHARIJANTO
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Motto :
Persembahan :
Kupersembahkan untuk:
Isteriku tercinta Farikha Budiastuti, anak-anakku terkasih Hamida Parimita, Rakryanto
Priyahita.
Ayah dan bundaku (alm).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Atas tersusunnya tesis
berjudul Induksi Tunas Jeruk Pamelo (Citrus Maxima Merr.) Kultivar Bageng Secara
Invitro Dengan Pemberian Jenis Dan Konsentrasi Sitokinin.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada:
1.
2.
3.
Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D, selaku Direktur Program Pasca Sarjana UNS.
4.
Prof. Dr. Ir. Supriyono, MS, selaku Ketua Pengelola Pascasarjana Jurusan
Agronomi.
5.
6.
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan guna perbaikan dan
penyempurnaan tesis ini.
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
2)
3)
4)
Pengaruh Sitokinin............................................................................................... 10
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
A. Kalus ......................................................................................................................... 21
B. Tunas ......................................................................................................................... 24
V. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................................... 28
A. Kesimpulan ................................................................................................................. 28
B. Saran ............................................................................................................................ 28
DAFTAR PUSTAKA .......................................................... Error! Bookmark not defined.
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
13
14
17
Gambar 4. Eksplan (A) Mati, warna mencoklat (B) Stagnasi (Bertahan Hidup Tetapi
Tidak Ada Gejala Tumbuh)
19
Gambar 5. Pola Perubahan Jumlah Eksplan Bertunas, Berkalus, Tidak Berkembang
(Stagnasi) dan Coklat (Mati), Selama Masa Percobaan Berlangsung
20
21
22
Gambar 8. Kemunculan Kalus Karena Pengaruh (A) Kinetin 1mg/l, (B) Kinetin 2mg/l,
(C) Kinetin 3mg/l, (D) BA 1mg/l ,(E) BA 2mg/l ,(F) BA 3mg/l
23
Gambar 9. Perubahan Warna Kalus (A) Bagian Kalus Hidup Berwarna Putih, (B) Kalus
Mati Berwarna Coklat
24
Gambar 10. Induksi tunas akibat (A) BA 1mg/l, (B) 2mg/l dan (C) 3mg/l pada Media
MS, 8 MST
26
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
commit to user
xi
26
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
SUHARIJANTO
S.610908008
ABSTRAK
Pamelo (Citrus maxima Merr.) kultivar Bageng merupakan salah satu jeruk
besar yang berpotensi ekonomi tinggi. Pamelo Bageng tidak menghasilkan biji
sehingga perbanyakan tanaman dilakukan secara vegetatif (cangkok dan sambung),
sehingga perlu dilakukan penelitian terhadap tanaman ini guna mendapatkan metode
perbanyakan tanaman yang efektif untuk mendukung perbanyakan tanaman tersebut.
Penelitian bertujuan untuk mengetahui respon induksi tunas jeruk pamelo (Citrus
maxima) bageng akibat pemberian jenis dan konsentrasi sitokinin, secara in vitro.
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan Fakultas Pertanian
Universitas Muria Kudus, pada bulan Januari sampai Juni 2010.
Eksplan berupa nodia yang diambil dari lapangan. Eksplan dipelihara pada
medium padat MS dengan penambahan sitokinin berupa Benzyladenin (BA)(1 mg/l,
2 mg/l, 3 mg/l) dan Kinetin (1 mg/l, 2 mg/l, 3 mg/l). Parameter yang diamati
meliputi saat muncul kalus, warna dan tekstur kalus, persentase eksplan yang
membentuk kalus, saat terbentuk tunas, persentase eksplan yang membentuk tunas
dan jumlah tunas per eksplan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar eksplan menghasilkan kalus
. Kalus muncul mulai hari keempat setelah tanam. Secara visual ukuran, warna dan
tekstur kalus pada setiap eksplan tidak terdapat perbedaan. Media MS dengan BA
menghasilkan persentase eksplan berkalus lebih banyak dibanding MS + kinetin.
Dari 137 botol eksplan yang tidak terkontaminasi, hanya 7 botol yang membentuk
tunas yaitu pada media MS + BA 1 mg/l (2botol), MS + BA 2 mg/l (4 botol), dan MS
+ BA 3mg/l (1 botol). Setiap eksplan hanya menghasilkan satu tunas (tidak terjadi
multiplikasi). Media MS + Kinetin tidak membentuk tunas.
Kata kunci : Citrus maxima, Kultur in vitro, BA, Kinetin
commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
Bageng Pummelo (Citrus maxima Merr..) is one of the big orange with high
economic potential. Bageng Pummelo not produce seeds that carried through
vegetative propagation (grafting), so need to do research on this plant in order to
obtain an effective plant propagation methods to support the propagation of these
plants. This research aims to study the response of shoots induction Bageng
Pummelo as result of the type and concentration of cytokines, by in vitro method.
The experiment was conducted at Tissue Culture Laboratory of Agricultural
Faculty of Muria Kudus University, in January to June 2010.
Methods of research used was single factor experiment, arranged in Complete
Random Design (CRD). Explants taken from the field. Explants maintained on MS
agar medium with cytokines such Benzyladenin (BA)(1 mg / l, 2 mg / l, 3 mg / l) and
Kinetin (1 mg / l, 2 mg / l, 3 mg / l). The parameters observed included time
appeared callus, color and texture of callus, the percentage of explants that formed
callus, formed shoots time, the percentage of explants that formed shoots and
number of shoots per explant.
Result of research showed that most of the explants produced callus. Callus
appeared in fourth day after planting. There is no difference in size, color and
texture in each explant callus, visually. MS medium with BA produced a percentage
of explants that produced callus more than MS + kinetin. Of 137 bottles
uncontaminated explants, only 7 bottles that produced shoots on MS medium ie
MS+ BA 1 mg / l (2 bottle ), MS + BA 2 mg / l (4 bottles), and MS + BA 3mg / l (1
bottle .) Each explant produced only one shoot (no multiplication). Media MS +
Kinetin did not produced shoots.
Key words: Citrus maxima, in vitro culture, BA, Kinetin
commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jeruk pamelo merupakan salah satu jenis buah-buahan yang sudah dikenal sejak
lama di Indonesia. Beberapa ahli menduga bahwa tanaman jeruk pamelo merupakan salah
satu jenis tanaman asli Indonesia. Kebutuhan akan buah jeruk pamelo meningkat dari
tahun ke tahun bersamaan meningkatnya permintaan pasar baik dalam maupun luar negeri.
Meningkatnya pendapatan perkapita dan kesadaran orang akan kebutuhan sebagai sumber
gizi menyebabkan meningkatnya permintaan pasar akan kebutuhan buah-buahan.
Populasi tanaman jeruk pamelo di Indonesia tersebar secara luas di seluruh pelosok
nusantara. Di Indonesia varietas jeruk pamelo ada beberapa macam diantaranya Adas
Duku, Bali Merah, Bali Putih, Nambangan, Srinyonya, dan beberapa jenis lokal lainnya.
Di Kabupaten Pati terdapat satu jenis jeruk pamelo dan sedang dikembangkan oleh
pemerintah daerah Pati, yaitu jeruk pamelo Bageng. Jenis jeruk ini telah didaftarkan di
Perlindungan Varietas Tanaman (PVT) dan sudah dikaji oleh Tim Penilai Pelepas Varietas
Tanaman pada tanggal 2 Juli 2009 untuk direkomendasikan sebagai varietas unggul
nasional. Tanggal 10 Februari 2010 pamelo Bageng ditetapkan sebagai varietas unggul
nasional.
Menurut Kompas (2009) permintaan jeruk pamelo Bageng terus meningkat meski
harganya lebih mahal (karena unggulnya), sehingga produksi belum mencukupi kebutuhan
konsumsi. Dengan meningkatnya permintaan pasar pada komoditas buah-buahan, buah
jeruk Bageng yang memiliki rasa khas banyak diminati masyarakat. Rasa daging buah
manis tanpa getir sedikitpun meski buah belum matang, dengan kandungan air tinggi
membuat jeruk Bageng terasa segar saat dikonsumsi.
Jeruk Bageng tidak berbiji dan oleh karenanya, berdasarkan hasil pengamatan di
lapangan, selama ini petani memperoleh bibit jeruk pamelo dalam bentuk okulasi antara
jeruk Karag sebagai batang bawah dan jeruk pamelo Bageng sebagai batang atas, atau
pencangkokan. Jumlah pohon induk yang terbatas menyebabkan hasil perbanyakan tidak
banyak. Teknik cangkok menyebabkan tajuk pohon induk rusak dan memerlukan waktu
lama.
Sementara untuk pengembangannya, diperlukan jumlah bibit banyak dalam waktu
serempak. Oleh karena itu perlu dicari alternatif pemecahan masalah pengadaan bibit jeruk
commit to user
1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dalam jumlah yang besar dan waktu yang singkat. Menurut Suryowinoto (1996) salah satu
alternatif pemecahan masalah yaitu melalui teknik kultur jaringan atau teknik invitro.
Dalam budidaya tanaman dengan menggunakan teknik invitro, pemberian zat
pengatur tumbuh dalam media tanam dan pemilihan eksplan sebagai bahan inokulum
awal yang ditanam dalam media perlu diperhatikan karena mempengaruhi pertumbuhan
dan perkembangan eksplan tersebut menjadi bibit yang baru. Zat pengatur tumbuh yang
sering diberikan adalah auksin dan sitokinin.
Sitokinin adalah zat pengatur tumbuh yang berperan dalam mengatur pembelahan
sel serta mempengaruhi diferensiasi tunas pada jaringan kalus. Menurut Mariska et al.,
(1987) Benzyl Adenine (BA) merupakan zat pengatur tumbuh sintetik yang daya
rangsangnya lebih lama dan tidak mudah dirombak oleh sistem enzim dalam tanaman. BA
dapat merangsang pembentukan akar dan pembentukan tunas.
Pemakaian sitokinin dalam perbanyakan jeruk secara in vitro telah dilakukan oleh
Tao et al. (2004) pada jeruk pamelo dengan eksplan daun yang mendapatkan bahwa BA
konsentrasi 0.89 M menghasilkan jumlah tunas terbanyak (5-7 tunas); Mukhtar et al.
(2005) pada Citrus reticulata mendapatkan 1 mg/l BAP dan 1.5 mg/l kinetin menghasilkan
persentase tunas tertinggi.
Belum ada informasi tentang perbanyakan secara in vitro pada jeruk Bageng. Oleh
karena itu penelitian in vitro terhadap jeruk pamelo Bageng perlu dilakukan mengingat
kebutuhan bibit berkualitas terus meningkat dan harus dipenuhi, tanpa harus merusak
tanaman induk oleh karena metoda perbanyakan okulasi dan cangkok.
B. Perumusan Masalah
Jeruk Bageng banyak diminati konsumen sehingga pasokan tidak mencukupi
kebutuhan. Teknik perbanyakan jeruk Bageng masih menggunakan cara okulasi dan
cangkok. Cara ini menghasilkan jumlah bibit sedikit dan merusak tanaman induk yang
jumlahnya terbatas. Untuk mendapatkan jumlah bibit banyak dengan kualitas baik dalam
waktu singkat dapat ditempuh dengan teknik kultur jaringan. Sementara belum ada
informasi mengenai aplikasi teknik kultur jaringan pada jeruk Bageng.
Permasalahan yang dipelajari dalam penelitian ini adalah pengaruh konsentrasi zat
pengatur tumbuh sitokinin (BA dan Kinetin)
secara in vitro.
commit to user
2
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian untuk mengetahui respon induksi tunas jeruk pamelo (Citrus
maxima Merr.) varietas Bageng akibat pemberian jenis dan konsentrasi sitokinin, secara
invitro.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat menyumbangkan pengetahuan tentang
teknik
perbanyakan tanaman jeruk Bageng secara in vitro yang kemudian dapat dimanfaatkan
oleh pemerintah Kabupaten Pati untuk mempercepat penyediaan bibit dalam rangka
pengembangan pertanaman jeruk Bageng di Kabupaten Pati.
commit to user
3
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
: Plantae (Tumbuhan)
Kelas
Sub Kelas
: Rosidae
Ordo
: Sapindales
Famili
Genus
: Citrus
Spesies
Buahnya berbentuk bulat dengan bagian atas agak meruncing dan bagian
bawah mendatar. Ukuran buahnya tidak begitu besar dibanding jeruk pamelo
lainnya. Kulit buah bagian luar berwarna hijau saat muda dan setelah tua berubah
menjadi kekuning-kuningan. Keadaan kulitnya lebih tipis dibanding jeruk lainnya.
Daging buah berwarna merah muda dengan rasa manis, teksturnya halus, dan
berair banyak. Daging buah sangat rapat satu dengan lainnya. Jumlah biji sedikit,
commit to user
bahkan ada yang tidak berbiji sama sekali. Tinggi pohon antara 5,15 m. Tajuk
4
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pohon agak rendah dan melebar dengan percabangan tidak teratur. Ujung
percabangan biasanya merunduk. Garis tengah batang antara 10-30 cm (Christman,
2008). Kulit batang agak tebal dan berwarna cokelat kekuningan. Seperti spesies
jeruk lainnya, cabang dan ranting jeruk pamelo pun bersudut saat masih muda dan
membulat saat tua. Keadaan batangnya ada yang berduri dan ada yang tidak
berduri. Namun, biasanya duri tersebut ada pada tanaman yang berasal biji dan
masih muda. Setelah dewasa duri-duri tersebut biasanya hilang. Daun tanaman ini
berwarna hijau kuning agak suram dan berbulu. Akan tetapi, daun yang masih
muda kebanyakan tidak berbulu. Bentuk daun bulat telur dengan ujung tumpul dan
letaknya terpencar-pencar. Tepi daun agak rata, tetapi dekat ujung agak berombak.
Tangkai daun bersayap lebar berwarna hijau kekuningan. Bunga jeruk pamelo
berupa bunga majemuk atau bunga tunggal yang bertandan. Bentuknya agak besar
dan berbau harum. Kelopak bunga membentuk lonceng dengan tajuk berjumlah 45. Benangsari tegak, jumlahnya 25-35. Bakal buah berbentuk bulat kerucut dengan
jumlah biasanya dua buah (Manner et al., 2006).
Daging buah jeruk pamelo yang segar banyak mengandung air dapat
dikonsumsi langsung setelah dikupas dengan tangan atau dicampur dalam rujak.
Bagian dalam kulit buah yang berwarna putih dapat dijadikan manisan setelah
dibuang bagian kulit luarnya yang banyak mengandung kelenjar minyak. Di
Vietnam, bunga digunakan untuk membuat parfum. Kayu dimanfaatkan untuk
gagang perkakas. Pohon jeruk pamelo yang kualitas buahnya rendah pun masih
tetap dipelihara untuk dimanfaatkan daun, bunga, buah, dan bijinya untuk obat
batuk, demam, dan gangguan pencernaan (Manner, 2006).
Jeruk dapat tumbuh di sembarang tempat. Namun, tanaman ini akan
memberikan hasil optimum bila ditanam di lokasi yang sesuai. Ketinggian tempat
yang sesuai untuk tanaman ini yaitu dataran rendah sampai 700 m di atas
permukaan laut. Sedangkan yang ditanam di atas ketinggian tersebut rasa buahnya
lebih asam. Suhu optimum yang dibutuhkan untuk pertumbuhannya berkisar antara
25-30 C. Sedangkan sinar matahari harus penuh agar produksi optimum. Tanah
yang disukai tanaman jeruk ialah tanah gembur, porous, dan subur. Kedalaman
permukaan air tanah tidak lebih dari 1,5 m pada musim kemarau dan tidak boleh
kurang dari 0,5 m pada musim hujan. Tanah tidak boleh tergenang air karena akar
to user
akan mudah terserang penyakit.commit
Tanah yang
baik untuk tanaman jeruk ber-pH 5-6.
5
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Curah hujan berkisar antara 1.000-1.200 mm per tahun dengan kelembapan udara
50-85% (Christman, 2008).
Secara tradisonal, perbanyakan jeruk dilakukan dengan biji, sambung
(okulasi) atau dengan pencangkokan. Teknik ini mempunyai kelemahan jika
dibandingkan dengan teknik kultur jaringan.
2)
Kultur jaringan
Kultur jaringan atau budidaya in vitro adalah suatu metode untuk
mengisolasi bagian dari tanaman seperti protoplasma, sel, jaringan atau organ yang
serba steril, ditumbuhkan pada media buatan yang steril, dalam botol kultur yang
steril dan dalam kondisi yang aseptik, sehingga bagian-bagian tersebut dapat
memperbayak diri dan beregenerasi menjadi tanaman yang lengkap.
Landasan
Kultur biji (seed culture), kultur yang bahan tanamnya menggunakan biji.
commit to user
6
perpustakaan.uns.ac.id
2.
digilib.uns.ac.id
3.
Kultur kalus
media cair dengan pengocokan yang terus menerus menggunakan shaker dan
menggunakan sel atau agregat sel sebagai bahan eksplannya, biasanya
eksplan yang digunakan berupa kalus atau jaringan meristem.
5.
Kultur protoplasma. Eksplan yang digunakan adalah sel yang telah dilepas
bagian dinding selnya menggunakan bantuan enzim. Protoplas diletakkan
pada media padat dibiarkan agar membelah diri dan membentuk dinding
selnya kembali. Kultur protoplas biasanya untuk keperluan hibridisasi
somatik atau fusi sel soma (fusi dua protoplas baik intraspesifik maupun
interspesifik).
6.
Kultur haploid adalah kultur yang berasal dari bagian reproduktif tanaman,
yakni: kepalasari/ anther (kultur anther/kultur mikrospora), tepungsari/
pollen (kutur pollen), ovule (kultur ovule), sehingga dapat dihasilkan
tanaman haploid.
Media sebagai tempat tumbuh eksplan memegang peranan penting karena
fungsinya menyediakan hara makro dan mikro. Kedalam media juga ditambahkan
sumber energi, zat pengatur tumbuh dan lainnya yang dapat mendukung
pertumbuhan eksplan (George, 1993). Banyak ragam komposisi media, tetapi yang
sering digunakan adalah Murashige and Skoog (MS). Media ini kini telah banyak
dimodifikasi oleh para pengguna, misalnya yang disebut sebagai media setengah
MS yang mengandung setengah bagian unsur makro (dari yang seharusnya/dasar)
dan satu bagian unsur mikro.
Pada penelitian kultur jaringan jeruk, media MS digunakan oleh Paudyal
dan Haq (2000), Mukhtar et al. (2005), dan media setengah MS digunakan oleh
Bhalla et al. (2009).
Dalam perbanyakan tanaman secara kultur jaringan eksplan merupakan
commitHal-hal
to user yang harus dipertimbangkan dalam
factor penting penentu keberhasilan.
7
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pemilihan sebagai bahan kultur adalah jenis tanaman, bagian tanaman yang
digunakan, morfologi permukaan, lingkungan tumbuhnya, kondisi tanaman, dan
musim waktu mengambilnya. Umumnya bagian tanaman yang digunakan sebagai
eksplan adalah jaringan muda yang sedang aktif karena mempunyai regenerasi
yang tinggi.
Penggunaan eksplan dari jaringan muda lebih sering berhasil karena selselnya aktif membelah, dinding sel tipis karena belum terjadi penebalan lignin dan
selulose yang menyebabkan kekakuan pada sel. Gunawan (1995) menyatakan
bagian tanaman yang dapat digunakan sebagai eksplan adalah : pucuk muda,
batang muda, daun muda, kotiledon, hipokotil. Menurut Wattimena (1992)
perbedaan dari bagian tanaman yang digunakan akan menghasilkan pola
pertumbuhan yang berbeda. Eksplan tanaman yang masih muda menghasilkan
tunas maupun akar adventif lebih cepat bila dibandingkan dengan eksplan tanaman
yang sudah tua.
Ali dan Mirza (2006) meneliti berbagai tipe eksplan Citrus jambhiri Lush.,
yaitu batang, akar, daun dan kotiledon. Eksplan batang menghasilkan persentase
tertinggi dalam menghasilkan kalus jika dibanding lainnya. Dari kalus tersebut
ditumbuhkan tunas dan kemudian akar, dan eksplan batang menghasilkan tunas
dan akar terbanyak.
3)
jaringan dan organ. Interaksi dan perimbangan antara zat pengatur tumbuh yang
diberikan dalam media dan yang diproduksi oleh sel secara endogen, menentukan
arah perkembangan suatu kultur. Penambahan auksin atau sitokinin eksogen,
mengubah level zat pengatur tumbuh endogen sel. Level zat pengatur tumbuh
endogen ini kemudian merupakan trigerring factor untuk proses-proses yang
tumbuh dan morfogenesis (Abidin, 1995).
Golongan sitokinin adalah
committurunan
to user dari adenine (Wikipedia, 2009).
Golongan ini sangat penting dalam pengaturan pembelahan sel dan morfogenesis.
8
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sitokinin ada yang alamiah dan sintetis. Sitokinin yang pertama ditemukan, adalah
kinetin yang diisolasi oleh Skoog dalam laboratorium Botany di University of
Wisconsin. Kinetin diperoleh dari DNA ikan Herring yang diautoklaf dalam
larutan yang asam. Persenyawaan dari DNA tersebut sewaktu ditambahkan ke
dalam media untuk tembakau, ternyata merangsang pembelahan sel dan
differensiasi sel. Persenyawaan tersebut kemudian dinamakan kinetin. Fungsi
sitokinin terhadap tanaman antara lain adalah:
1. Memacu terbentuknya organogenesis.
2. Memacu terjadinya pembelahan sel.
3. Kombinasi antara auxin dan sitokinin akan memacu pertumbuhan kalus.
Sitokinin adalah kelompok zat pengatur tumbuh yang merangsang
pembelahan sel. Mereka utamanya terlibat dalam pertumbuhan sel, diferensiasi
dan proses-proses fisiologis lainnya. Ada dua tipe sitokiin, yaitu tipe adenin yang
direpresentasikan oleh kinetin, zeatin, dan 6-benzylaminopurin (BAP), dan tipe
diphenylurea atau thidiazuron (TDZ). Biosintesa Sitokinin tipe adenin terdapat di
batang, daun dan akar dimana terdapat kambium
membelah. Belum ada bukti TDZ dibentuk secara alami. Sitokinin terlibat dalam
signalling lokal ataupun jauh pada mekanisme transpor purin dan nukleotida
(Wikipedia, 2009).
Sitokinin terlibat dalam banyak proses, meliputi pembelahan sel,
pembentukan tunas dan akar, pematangan khloroplas, pembesaran sel,
pemunculan dan penuaan tunas ketiak daun. Rasio auksin terhadap sitokinin
penting selama pembelahan sel dan diferensiasi jaringan-jaringan tanaman.
Kelompok hormon ini secara khusus menginduksi transisi dari pertumbuhan
apikal ke pertumbuhan melalui sebuah sel apikal dalam moss protonema. Induksi
tunas ini dapat mengarah ke diferensiasi sel tunggal khusus, dan ini merupakan
efek khusus dari sitokinin (Wikipedia, 2009).
Kinetin (Kn) adalah salah satu macam sitokinin. Diberi nama kinetin
karena kemampuannya menginduksi pembelahan sel. Kinetin sering digunakan
pada
kultur
jaringan
tanaman
untuk
menginduksi
pembentukan
kalus
(bekerjasama dengan auksin) dan untuk meregenerasi jaringan pucuk dari kalus
(dengan konsentrasi auksin rendah). Kinetin dapat dibuat secara artifisial. Kinetin
commitsemua
to userorganisme meliputi sel manusia dan
ada secara alami dalam DNA hampir
9
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
berbagai tanaman. Sejak 1994 kinetin secara luas diuji pengaruhnya untuk anti
penuaan kulit manusia. Dan sekarang kinetin digunakan secara luas sebagai
komponen berbagai kosmetik pemeliharaa kulit (Wikipedia, 2009).
6-Benzylaminopurine (C12H11N5 ) atau
Pengaruh Sitokinin
Tao et al. (2004) meneliti pengaruh zat pengatur tumbuh dan macam
eksplan terhadap regenerasi tanaman Citrus maxima. Eksplan daun dengan 2,4-D
memunculkan kalus. Dari kalus yang muncul, kalus yang berwarna hijau yang
dapat membentuk tunas (lebih dari 13 tunas per kalus), setelah diberi BA dengan
konsentrasi 6.66 M. Eksplan pucuk langsung menghasilkan tunas sebanyak 5-7
tunas pada media dengan BA 0.89 M, dan akar muncul setelah tunas tunas ditanam
pada media mengandung 9.84 M IBA.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
membentuk akar berkurang. Jumlah tunas terbentuk: BAP terbaik 0.5 mg/l yaitu
7.33. jumlah dari eksplan pucuk lebih tinggi daripada eksplan nodia. Untuk kinetin
terbaik 1.5 mg/l yaitu 7.99.
Penelitian Rahman et al. (2004) pada zaitun, eksplan internodia diambil
dari lapangan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
intensifikasi.
commit to user
12
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pengembangan Pertanaman
Jeruk Pamelo Bageng di
Kabupaten Pati
commit to user
13
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mg/l. Setiap perlakuan diulang tiga kali dengan 10 kultur per perlakuan, sehingga
terdapat 180 kultur.
D. Pelaksanaan Penelitian
Sterilisasi alat dan media dengan menggunakan autoklaf pada suhu 121oC
tekanan 15 psi selama 20 menit.
Eksplan disterilkan dengan cara dicuci dengan detergen, dibilas dengan air
mengalir sampai bersih, direndam dengan 3 mg Dithane 80WP dan 2 mg Agrept
20WP dalam 1 liter aquades selama 12 jam, dicuci air steril tiga kali. Bagian tanaman
yang digunakan sebagai eksplan adalah lima tunas dari pucuk. Eksplan dipotongpotong dan setiap potongan terdapat satu buku, kemudian ditanam dalam kultur
aseptik.
Keasaman media diatur sehingga pH 5.8 + 0.1 sebelum disterilkan dengan
autoklaf pada tekanan 15 psi dan suhu 121oC selama 20 menit.
Media padat
menggunakan 8 g/l agar ditambah 30 g/l sukrosa. Media disterilkan kemudian dituang
kedalam botol kultur sebanyak 20 ml ditutup dengan aluminium foil dan selanjutnya
disterilkan dalam autoklaf, media dibiarkan selama 3 hari di rak kultur untuk melihat
terkontaminasi atau tidak.
Penanaman eksplan dilakukan dalam Laminar Air Flow yang sudah
disterilkan. Kultur menggunakan tabung gelas kapasitas 100 ml dengan diameter 4
cm. Botol yang telah berisi satu eksplan diletakkan pada rak kultur pada lingkungan
suhu 25oC + 1oC, lama penyinaran 16 jam menggunakan lampu intensitas 2000
3000 lux.
E. Variabel Penelitian
Pengamatan dilakukan terhadap kalus (saat muncul, warna dan tekstur),
persentase eksplan yang membentuk kalus, saat terbentuk tunas, persentase eksplan
yang membentuk tunas dan jumlah tunas per eksplan.
Pengamatan dilakukan setelah tujuh hari setelah tanam
hari.
F. Analisis Statistik
Data tentang saat muncul kalus, warna dan tekstur kalus, saat terbentuk
tunas, persentase eksplan yang membentuk
commit totunas
user dan jumlah tunas per eksplan yang
diperoleh dianalisis secara deskriptif.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
16
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kontaminasi terjadi sejak umur 3 hari setelah tanam (HST) sampai dengan 7
HST. Penyebabnya berupa cendawan putih dengan spora hitam, dan bakteri yang
mengeluarkan eksudat berupa lendir putih. Contoh eksplan terkontaminasi seperti
Gambar 3.
Kontaminasi juga terjadi karena adanya kontaminan internal, terutama bakteri.
Kontaminan internal ini sangat sulit dihilangkan, karena sterilisasi permukaan tidak
dapat mencapainya. Upaya menghilangkan kontaminan internal ditempuh dengan
perlakuan antibiotik atau fungisida yang sistemik.
Bagian tanaman yang dipergunakan sebagai ekplan berupa tunas lateral yang
sedang tumbuh dengan ukuran panjang antara 5 cm sampai 10 cm sehingga sel-sel
sekulen, yaitu bersifat meristematik dan mudah diisolasi karena kandungan air yang
cukup.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Eksplan dalam 137 botol yang tidak terkontaminasi selanjutnya ada yang
menghasilkan kalus, bertunas, stagnasi, dan mati. Tabel 1 memuat jumlah masingmasing eksplan tersebut, dan secara grafis pada Gambar 5.
Gambar 4. Eksplan (A) Mati, warna mencoklat (B) Stagnasi (Bertahan Hidup
Tetapi Tidak Ada Gejala Tumbuh)
Jumlah eksplan berkalus terus berkurang sejak minggu kedua dan semua mati
pada minggu kelima. Sedang eksplan yang stagnasi baru berkurang (mati) mulai
minggu ketiga. Kematian eksplan ditandai dengan perubahan warna secara pelan;
kalus berubah dari putih ke coklat,
sedangkan
commit
to usereksplan yang stagnasi dari hijau ke
coklat. Kematian eksplan berkalus lebih cepat diduga karena tingkat kepekaan sel
19
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
berkalus
70
54
25
12
bertunas
stagnan
31
31
31
10
mati
36
52
74
108
130
130
130
130
Jumlah
137
137
137
137
137
137
137
137
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2 mg/l dan terendah (30%) pada perlakuan Kn 1 mg/l meski tidak berbeda nyata
(Gambar 7).
tidak bertahan lama dan mati secara perlahan, diawali dengan gejala
perubahan warna putih kearah coklat. Usia kalus maksimal 5 MST (Tabel 1). Gambar
9 menunjukkan perubahan warna pada kalus mati.
Altaf, et al. (2009) mendapatkan sitokinin (BA dan kinetin) saja tidak
merangsang pembentukan kalus. Kalus diperoleh setelah BA dikombinasikan dengan
2,4-D yaitu pada BA 0,1 + 2,4-D 0,4 mg / liter dan BA0.3mg / liter + NAA 0.4mg /
liter dan pada kinetin
commit to user
22
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 8. Kemunculan Kalus Karena Pengaruh (A) Kinetin 1mg/l, (B) Kinetin 2mg/l,
(C) Kinetin 3mg/l, (D) BA 1mg/l ,(E) BA 2mg/l ,(F) BA 3mg/l
commit to user
23
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 9. Perubahan Warna Kalus (A) Bagian Kalus Hidup Berwarna Putih,
(B) Kalus Mati Berwarna Coklat
B. Tunas
Terdapat tujuh botol yang eksplannya menghasilkan tunas. Setiap eksplan hanya
membentuk satu tunas. Tunas mulai terbentuk pada minggu ketiga setelah tanam pada
eksplan berkalus (Tabel 1). Tunas muncul dari eksplan yang berkalus. Eksplan yang
stagnasi tidak menghasilkan tunas. Warna tunas hijau (Gambar 10). Perkembangan
tunas amat lambat. Daun tidak dapat membuka penuh, seperti hanya terdiri dari tulang
daun. Pada akhir masa percobaan tunas-tunas mati dengan gejala pencoklatan dimulai
commit to user
24
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dari pangkal tunas bergerak pelan keujung. Diduga ini disebabkan terjadinya
vitrifikasi.
Vitrifikasi adalah pertumbuhan yang tidak diinginkan, tampak dari bentuk daun
berupa penebalan dan ukurannya lebih panjang, yang terjadi pada semua daun.
Perubahan warna daun menjadi putih kecoklatan (transparan).
Rendahnya jumlah eksplan yang menghasilkan tunas diduga disebabkan oleh
adanya kandungan auksin endogen eksplan yang
sitokinin yang diberikan sehingga sebagian besar eksplan hanya membentuk kalus.
Skoog and Miller (1957 dalam George, 1993) berpendapat bahwa pembentukan tunas
dan akar dikendalikan oleh keseimbangan antara auksin dan sitokinin; jika auksin
tinggi dan sitokinin rendah maka terbentuk akar , jika auksin dan sitokinin seimbang
maka akan terbentuk kalus, dan jika auksin rendah dan sitokinin tinggi terbentuk
tunas.
Usman et al (2005) mendapatkan hasil bahwa eksplan terbaik dalam hal
pembentukan tunas adalah eksplan nodia, disebabkan oleh meristem yang sudah ada
pada nodia tersebut. Namun penelitian Altaf ( 2006) mendapatkan potongan nodia
memerlukan waktu lebih lama untuk pembentukan tunas. Sub kultur memegang
peranan penting. Pertumbuhan di sub kultur lebih cepat dibanding kultur pertama.
Tunas segera muncul dengan gejala pertumbuhan lebih normal. Oleh karena itu
dalam penelitian ini hasil akan lebih baik jika seandainya tunas yang didapat segera
disubkultur seperti yang dilakukan Altaf et al. (2006).
Dalam penelitian ini Tunas hanya dihasilkan dari tujuh eksplan yang mendapat
perlakuan BA yaitu BA 1 mg/l terdapat dua eksplan bertunas (9%),, BA 2 mg/l
terdapat 4 eksplan bertunas (18%) dan BA 3 mg/l terdapat 1 eksplan bertunas (6%)
Gambar 10 memperlihatkan kondisi tunas tersebut. Semua eksplan yang diberi kinetin
tidak menghasilkan tunas. Sehingga terkesan BA lebih baik daripada kinetin. Ini
sejalan dengan penelitian Miah et al. (2008) yang mendapatkan bahwa BA lebih baik
daripada Kn dalam hal pembentukan tunas. Hanya saja kinetin yang diberikan Miah et
al (2008) masih bisa menghasilkan tunas. Eksplan nodia dan pucuk dikultur dalam MS
dengan BA dan Kn baik sendiri-sendiri atau dalam kombinasi mampu beregenerasi
dan menghasilkan beberapa tunas. Jumlah maksimum tunas diperoleh dari eksplan
nodia pada MS dengan penambahan 1,0 mg / l BA.
commit to user
25
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 10. Induksi tunas akibat (A) BA 1mg/l, (B) 2mg/l dan (C) 3mg/l
pada Media MS, 8 MST
commit to user
26
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pada
tertinggi
commit to user
27
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pamelo Bageng dapat dikultur secara in vitro, terlihat dari keberhasilan eksplan
membentuk kalus dan tunas.
2.
Sebagian besar eksplan menghasilkan kalus . Kalus mulai terbentuk pada hari
keempat setelah tanam. Secara visual ukuran, warna dan tekstur kalus pada setiap
eksplan tidak terdapat perbedaan. Media MS + BA menghasilkan persentase
eksplan berkalus lebih tinggi dibanding MS + Kn.
B. Saran
1. Mengingat pertumbuhan tunas sangat lambat diduga akibat vitrifikasi, perlu
dilakukan penelitian lanjutan guna mengidentifikasi penyebab utama vitrifikasi.
2. Tunas yang muncul segera disubkultur agar lebih cepat pertumbuhannya.
commit to user
28