Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Geng Motor dan Dampaknya Didalam Masyarakat


Dosen Pengampu: Bambang Suharjono. SPd. SIp. MPd

Disusun Oleh :
1.
2.
3.
4.
5.

Narmi Karlina
Suhardiman
Sudaryanto
Dian Venytaningrum
Bahtiar Rifai

(13144100048)
(13144100055)
(13144100060)
(13144100062)
(13144100067)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA
2014/2015

BAB II
PEMBAHASAN
A. Ciri-ciri komunitas formal dan informal beserta perbedaannya:
Ciri-ciri Komunitas Formal
Komunitas formal biasanya berbentuk

Ciri-ciri Komunitas Informal


Komunitas informal adalah komunitas yang

seperti kelembagaan, biasanya memiliki

tidak memiliki aturan dalam kegiatannya,

ciri-ciri:
1. Hubungan antar anggota memiliki

biasanya memiliki ciri-ciri:


1. Hubungan antar anggota tidak memiliki

aturan
2. Memiliki aturan dalam kegiatan

aturan

apapun
3. Lebih berbentuk umum (tidak
pribadi)
4. Seperti kelembagaan (teratur)

2. Tidak memiliki aturan dalam setiap kegiatan


3. Lebih berbentuk pribadi
4. Tidak seperti kelembagaan atau lebih seperti
komunitas yang bebas

B. Pengertian geng motor menurut pandangan dari segi sosiologi dan hukum dan
dampaknya didalam masyarakat
Geng motor merupakan kelompok sosial yang memiliki dasar tujuan yang sama atau
asosiasi yang dapat disebut suatu paguyuban tapi hubungan negatif dengan paguyuban yang
tidak teratur dan cenderung melakukan tindakan anarkis. Salah satu kontributor dari
munculnya tindakan anarkis adalah adanya keyakinan/anggapan/perasaan bersama (collective
belief). Keyakinan bersama itu bisa berbentuk, katakanlah, siapa yang cenderung dipersepsi
sebagai maling (dan oleh karenanya diyakini pantas untuk dipukuli) ; atau situasi apa yang
mengindikasikan adanya kejahatan (yang lalu diyakini pula untuk ditindaklanjuti dengan
tindakan untuk, katakanlah, melawan). Adanya keyakinan bersama (collective belief) tentang
suatu hal tersebut amat sering dibarengi dengan munculnya geng, simbol, tradisi, graffiti,
ungkapan khas dan bahkan mitos serta fabel yang bisa diasosiasikan dengan kekerasan dan
konflik. Pada dasarnya kemunculan hal-hal seperti simbol geng, tradisi dan lain-lain itu
mengkonfirmasi bahwa masyarakat setempat mendukung perilaku tertentu, bahkan juga bila
diketahui bahwa itu termasuk sebagai perilaku yang menyimpang Adanya dukungan sosial
terhadap suatu penyimpangan, secara relatif, memang menambah kompleksitas masalah serta,
sekaligus kualitas penanganannya. Secara perilaku, dukungan itu bisa juga diartikan sebagai
munculnya kebiasaan (habit) yang telah mendarah-daging (innate) dikelompok masyarakat
1

itu. Adanya geng-geng motor seperti XTC, BRIGEZ, GBR, M2R. Maka adanya pula
kecenderungan peningkatan anarki di masyarakat, sadarlah kita bahwa kita berkejaran dengan
waktu. Pencegahan anarki perlu dilakukan sebelum tindakan itu tumbuh sebagai kebiasaan
baru di masyarakat mengingat telah cukup banyaknya kalangan yang merasakan asyik-nya
merusak, menjarah, menganiaya bahkan membunuh dan lain-lain tanpa dihujat apalagi
ditangkap.
Para pelaku geng motor memang sudah menjadi kebiasaan untuk melanggar hukum.
Kalau soal membuka jalan dan memukul spion mobil orang itu biasa dan sering dilakukan
pada saat konvoi. Setiap geng memang tidak membenarkan tindakan itu, tapi ada tradisi yang
tidak tertulis dan dipahami secara kolektif bahwa tindakan itu adalah bagian dari kehidupan
jalanan. Apalagi jika yang melakukannya anggota baru yang masih berusia belasan tahun.
Mereka mewajarkannya sebagai salah satu upaya mencari jati diri dengan melanggar kaidah
hukum. Kondisi seperti ini sangat memprihatinkan dan perlu penyikapan yang bijaksana.
Dalam konteks penanganan kejahatan yang dilakukan anak-anak dan remaja masih
diperdebatkan apakah sistem peradilan pidana harus dikedepankan atau penyelesaian masalah
secara musyawarah (out of court settlement) tanpa bersentuhan dengan sistem peradilan
pidana yang lebih dominan walaupun dalam sistem hukum pidana positif kita, penyelesaian
perkara pidana tidak mengenal musyawarah. Dalam kutipan dari sebuah artikel pikiran rakyat
: Betapa rentan dan lemahnya anak-anak atau remaja yang melakukan kejahatan dapat dilihat
dari bunyi pasal 45 KUHP. KUHP kita tidak memberi ruang sedikit pun untuk menyelesaikan
kejahatan-kejahatan yang dilakukan anak selain melalui sistem peradilan pidana yang sering
dikatakan selalu memberikan penderitaan kepada pihak-pihak yang terlibat di dalamnya
khususnya pelaku kejahatan baik pelaku dewasa maupun pelaku anak-anak dan remaja.
Peradilan pidana bagi anak-anak pelaku kejahatan mempunyai dua sisi yang berbeda, di satu
sisi sebagaimana diakui konvensi anak-anak, bahwa anak-anak perlu perlindungan khusus. Di
sisi lain, "penjahat anak-anak" ini berhadapan dengan posisi masyarakat yang merasa
terganggu akibat perilaku jahat dari anak-anak dan remaja tersebut. Kemudian juga anakanak dan remaja ini akan berhadapan dengan aparat penegak hukum yang secara sempit
hanya bertugas melaksanakan undang-undang sehingga pelanggaran dan tata cara
perlindungan terhadap pelaku anak, rentan terjadi.
Sebetulnya perhatian kita terhadap perlindungan anak-anak dan remaja pelaku
kejahatan harus semakin meningkat. Dunia internasional pun sejak 1924 dalam deklarasi hakhak anak kemudian diperbarui 1948 dalam deklarasi hak asasi manusia dan mencapai
puncaknya dalam Deklarasi Hak anak (Declaration on The Rights of Child) 1958
2

menegaskan karena alasan fisik dan mental serta kematangan anak-anak, maka anak-anak
membutuhkan perlindungan serta perawatan khusus termasuk perlindungan hukum.
Manakala anak-anak dan remaja pelaku kejahatan tersebut bersentuhan dengan sistem
peradilan pidana, masyarakat meyakini bahwa mereka sedang belajar di akademi penjahat.
Hasil yang dikeluarkan oleh sistem peradilan pidana hanya akan menghasilkan penjahatpenjahat baru. Kegetiran ataupun masalah-masalah yang dihadapi anak dalam menghadapi
sistem peradilan pidana tentu harus ada perhatian dan penyelesaian yang baik, namun kita
juga tidak perlu mengabaikan terlaksana hukum dan keadilan, sebab peradilan menunjukkan
kepada kita bahwa penyelesaian melalui pengadilan dilakukan secara benar (due process of
law) demi kepentingan pelaku anak-anak dan remaja serta masyarakat di lain pihak. Satu hal
penting dalam peradilan anak adalah segala aktivitas harus dilakukan atau didasarkan prinsip
demi kesejahteraan anak dan demi kepentingan anak itu sendiri tanpa mengorbankan
kepentingan masyarakat mengingat setiap perkara pidana yang diputus pengadilan tujuannya
adalah demi kepentingan publik. Akan tetapi, kepentingan anak tidak boleh dikorbankan
demi kepentingan masyarakat Dalam dunia akademis penanganan delik anak selalu terfokus
kepada usaha penal dengan cara menggunakan hukum pidana dan usaha nonpenal yang lebih
mengedepankan usaha-usaha di luar penggunaan hukum pidana (preventif). Pendekatannya
lebih mengedepankan pendekatan khusus dengan alasan pertama bahwa anak yang
melakukan kejahatan jangan dipandang sebagai seorang penjahat, tetapi harus dipandang
sebagai anak yang memerlukan kasih sayang. Kedua, kalaupun akan dilakukan pendekatan
yuridis hendaknya lebih mengedepankan pendekatan persuasif, edukatif, serta psikologi.
Pendekatan penegakan hukum sejauh mungkin dihindari karena akan menjatuhkan mental
dan semangat anak tersebut untuk kembali ke jalan yang benar. Ketiga, tata cara peradilan
pidana kalaupun akan dilakukan haruslah benar-benar mencerminkan peradilan yang dapat
memberikan kasih sayang kepada anak-anak dan remaja tersebut.
Perlindungan hukum terhadap anak-anak dan remaja yang melakukan tindak pidana
telah diberikan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak di samping
instrumen hukum internasional berupa konvensi-konvensi yang dikeluarkan Majelis Umum
Perserikatan Bangsa-Bangsa seperti Beijing Rules. akan tetapi, secara subtansi masih terlihat
bahwa UU tentang Pengadilan Anak ini masih mengedepankan penggunaan sanksi pidana
baik pidana badan maupun pidana lainnya sehingga apa yang diharapkan kepada tindakan
persuasif dan edukatif belum terlihat. Dalam pengadilan anak semestinya dikembangkan
konsep-konsep seperti famili model dalam sistem peradilan pidana, pelaku kejahatan apalagi
anak-anak diperlakukan sebagai sebuah anggota keluarga yang tersesat dalam mengarungi
3

kehidupan sehingga penyelesaiannya lebih mengedepankan memberikan kesempatan dan


membimbing pelaku kejahatan supaya kembali lagi kepada kehidupan yang sejalan dengan
norma masyarakat dan norma hukum. Tidak kalah pentingnya dalam penanganan anak-anak
delikuen apabila menggunakan sarana penal melalui sistem peradilan pidana adalah
kesempatan menggunakan penasihat hukum atau access to legal council. Di samping hak-hak
lain yang harus dibedakan dengan pelaku dewasa. Kesempatan anak-anak pelaku kejahatan
menghubungi keluarganya harus dibuka lebar-lebar oleh polisi, jaksa, maupun pengadilan
mengingat seluruh subsistem peradilan pidana ini pun mempunyai kewajiban memikirkan
nasib anak-anak dan remaja pelaku kejahatan ini baik ketika menjalani hukuman maupun
setelah keluar dari lembaga pemasyarakatan. Sebetulnya, ruang pengadilan yang ada
sekarang ini tidak kondusif bagi peradilan pidana terhadap anak-anak delikuen. Harus
diciptakan suasana ruang pengadilan yang betul-betul mencerminkan perlindungan hukum,
perlindungan mental, dan suasana kasih sayang terhadap anak-anak dan remaja pelaku
kejahatan sehingga kejadian terdakwa yang anak-anak menangis di pengadilan tidak terulang
lagi. Pengadilan harus bisa menciptakan atau memutuskan perkara-perkara yang melibatkan
anak-anak dan remaja ke arah putusan yang menjadikan pelaku anak itu menjadi baik serta
menjamin hak-hak masyarakat tidak terabaikan.
C. Faktor Penyebab Remaja Terlibat dalam Geng Motor
Tentunya sangat banyak faktor penyebab remaja terjerumus ke dalam kawanan geng
motor. Namun, salah satu penyebab utama mengapa remaja memilih bergabung dengan geng
motor adalah kurangnya perhatian dan kasih sayang orang tua. Hal ini bisa jadi disebabkan
oleh terlalu sibuknya kedua orang tua mereka dengan pekerjaan, sehingga perhatian dan kasih
sayang kepada anaknya hanya diekspresikan dalam bentuk materi saja. Padahal materi tidak
dapat mengganti dahaga mereka akan kasih sayang dan perhatian orang tua.
Pada dasarnya setiap orang menginginkan pengakuan, perhatian, pujian, dan kasih
sayang dari lingkungannya, khususnya dari orang tua atau keluarganya, karena secara
alamiah orang tua dan keluarga memiliki ikatan emosi yang sangat kuat. Pada saat
pengakuan, perhatian, dan kasih sayang tersebut tidak mereka dapatkan di rumah, maka
mereka akan mencarinya di tempat lain. Salah satu tempat yang paling mudah mereka
temukan untuk mendapatkan pengakuan tersebut adalah di lingkungan teman sebayanya.
Sayangnya, kegiatan-kegiatan negatif kerap menjadi pilihan anak-anak broken home tersebut
sebagai cara untuk mendapatkan pengakuan eksistensinya.

Faktor lain yang juga ikut berperan menjadi alasan mengapa remaja saat ini memilih
bergabung dengan geng motor adalah kurangnya sarana atau media bagi mereka untuk
mengaktualisasikan dirinya secara positif.
Remaja pada umumnya, lebih suka memacu kendaraan dengan kecepatan tinggi.
Namun, ajang-ajang lomba balap yang legal sangat jarang digelar.Padahal, ajang-ajang
seperti ini sangat besar manfaatnya, selain dapat memotivasi untuk berprestasi, juga sebagai
ajang aktualisasi diri. Karena sarana aktualisasi diri yang positif ini sulit mereka dapatkan,
akhirnya mereka melampiaskannya dengan aksi ugal-ugalan di jalan umum yang berpotensi
mencelakakan dirinya dan orang lain.
D. Terbentuknya Geng Motor
Mulanya kumpul-kumpul sesama pecinta motor, kemudian berubah jadi geng yang
beranggotakan puluhan bahkan ratusan orang. Di jalanan, mereka membentuk gaya hidup
yang terkadang menyimpang dari kelaziman demi menancapkan identitas kelompok.
Ngetrack,

kebut-kebutan,

dan

tawuran

adalah

upaya

dalam

pencarian

identitas

mereka.Selama ini banyak anggota geng motor itu dari kalangan anak-anak Sekolah
Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) dengan menggunakan
berbagai jenis motor. Mereka berkeliaran di malam hari sekitar pukul 23.00 sampai 03.00,
dan melakukan berbagai keonaran, penganiayaan dan kejahatan lainnya, bahkan sampai
membunuh.
Geng motor merupakan wadah yang mampu memberikan gejala watak keberingasan
anak muda. Perkembangannya, tak lepas dari trend mode yang sedang berlangsung saat
itu.Aksi brutal itu perlu diredam.Mulanya berbuat jahat dari yang ringan seperti bolos
sekolah, lama-lama mencuri, merampok dan membunuh. Lumrahnya jika sudah berani jahat
ada indikasi mereka mengkonsumsi narkoba.
Begitu pun membenci dan melawan orang tua.Mereka sadar karena masih sekolah
sumber keuangan ada di orang tua.Oleh karenanya, jika orang tua tak memberi uang cukup,
mereka terpaksa membenci dan mengancam orangtuanya sendiri. Sedang aksi kejahatan
berupa perampasan dan perampokan, merupakan jalan lain untuk mendapatkan penghasilan.
Salah satu sebab kebrutalan adalah selain dekat dengan minuman keras, anggota geng
motor juga akrab dengan obat-obatatan terlarang. Bahkan, ada satu geng motor yang ketua
dan anggotanya merupakan pengedar dan pengguna obat-obatan.
Mereka ingin diakui keberadaannya.Tapi ada juga yang asal mulanya hanya karena
senang kebut-kebutan.Penyebab tawuran antar geng motor meliputi banyak hal yang bisa
5

menjadi pemicunya. Mulai dari masalah rebutan wanita, daerah kekuasaan, hingga wilayah
pemasaran obat-obatan. Seperti disebutkan tadi, tidak sedikit anggota geng motor yang
terlibat dalam perdagangan narkoba.
Banyak anggota geng motor yang tak begitu takut dengan aparat. Sebab tak sedikit pula
anggota geng motor yang punya beking kuat di polisi sendiri. Jumlah anggota geng di
Indonesia kini semakin banyak. Sebab jumlah motor semakin banyak serta kian teraturnya
organisasi geng motor. Di tiap wilayah mereka selalu mempunyai pemimpin. Kalau motor
hilang dirampas geng musuh atau polisi, mereka tidakakan rugi. Karena rata-rata mereka
memiliki motor itu dari hasil menjambret atau meminjam motor, Anggota geng sebagian
besar adalah remaja tanggung atau masih duduk di bangku SMU. Mereka belum mempunyai
penghasilan sendiri.Karena itulah mereka sering melakukan kejahatan agar bisa membeli
obat-obatan tersebut.
E. Geng Motor yang Terkenal Serta Ciri Khasnya
Berdasarkan penyelidikan, ada empat geng terkenal di Indonesia yakni Exalt To Coitus
(XTC), Grab On Road (GBR), Berigadir Seven (Briges) dan Mounraker yang pada
hakikatnya memiliki ideologi sama, mencetak anggota dari kalangan siswa SMP dan SMA
menjadi remaja yang berperilaku jahat dan tak lepas dari tiga sumpah di atas. Anggota bukan
saja laki-laki, tetapi banyak juga remaja putri yang senang berkumpul, berbaur dengan
putra.Merujuk dari tiga poin doktrin geng motor tersebut, dapat dimaklumi kalau mereka
selalu berbuat jahat karena termotivasi doktrin yang ada di kumpulanya itu.Hanya saja, aksi
kejahatan mereka kini semakin membabi buta.Bukan saja sebatas tawuran atau merampas
sepeda motor, tapi mereka sudah berani merampok dan membunuh.Masalah kejahatan inilah
yang kini jadi momok warga untuk tidak keluar pada malam hari.Dan sering membuat
kewalahan polisi untuk memberantasnya.
1. Geng XTC
Geng XTC berdiri pada tahun 1982 di Kota Bandung. Dengan menancapkan bendera
putih biru muda bergambarkan lebah itu awalnya didirikan sekelompok anak SMA swasta
elite di kotaBandung. Rekruitmen anggota terus dilakukan kelompok ini.
Sehingga pada usia belasan tahun geng ini mampu menarik anak sekolah dan dengan
cepat berkembang di daerah-daerah di Jawa Barat. Exalt To Coitus tercatat beranggotakan di
atas 5.000 orang. Anggota ini tersebar mulai dari Kota Bandung, Kabupaten Bandung,
6

Ciamis, Garut, Tasikmalaya, Sumedang, Cianjur, Subang, hingga Cirebon dan Kuningan.
Sejalan dengan tipe lebah, anggota geng tersebut selalu kompak bila ada anggotanya yang
disakiti anggota geng lain. Bagaikan lebah, ketika disakiti, mereka terus memburu musuhmusuhnya yang menggangu kenyamanan hidup mereka.Kami mengakui kalau XTC
merupakan geng terbesar di Bandung dibanding tiga geng lainnya.Kekuatan semakin besar
egonya pun tak ketulungan. Walau geng lain tak menggangu, XTC selalu membuat masalah,
kata sejumlah pentolan geng motor yang menolak ditulis namanya.
XTC merupakan geng motor yang terkuat saat ini. Jumlah anggota semakin bertambah,
sehingga daerah jajahan nya pun semakin luas.Semula XTC hanya menguasai sejumlah ruas
jalan di Kota Bandung mulai Jalan Peta, Buahbatu, Gatot Subroto dan Jalan
Diponogoro.Namun, belakangan, daerah kekuasaan geng ini semakin bertambah dan mampu
menguasai daerah Jalan Dago, Pasteur hingga Kiaracondong.
Dengan adanya ekspansi daerah kekuasaan ternyata banyak menyinggung kewibawaan
geng motor lainnya di Kota Bandung. Buntunya, percikan pertengkaran dan saling serang
menyerang terus terjadi meski harus menumbalkan nyawa anggotanya.Diakui atau tidak,
geng XTC dimusuhi tiga geng lainnya.Ini bukan impian tapi kenyataan, kata para remaja di
Bandung.
Dalam membuat anggota baru, XTC memiliki cara tersendiri. Para anggota yang
datang dari lingkungan sekolah SMP dan SMA selalu digodok di daerah Lembang selama
empat hari untuk mengikuti training loyalitas. Yang lebih parah lagi, semua anggota baru
yang lulus dalam uji loyalitas, harus mengikuti tes terakhir ketika mereka pulang ke rumah.
Tes itu berupa mengendarai sepeda motor Lembang-Bandung tanpa harus menggunakan rem.
Latihan ini yang kini terus dikembang dalam aksi kejahatan perampasan perampokan dan
penyerangan di tengah jalan, kata dia. Anggota XTC memiliki keunikan tersendiri dalam
organisasinya. Setiap orang mengundurkan diri dari keanggotaanya yang bersangkutan
diharuskan potong jari kelingking.Upacara ini menandakan kesetiaan seseorang terhadap
geng.
2. Brigadir Seven (Briges)
Tahun1980-an juga ditandai kelahiran Brigez dan GBR. Brigez lahir di SMUN 7
Bandung, sesuai dengan namanya Brigade Seven. Sejak masih embrio pada tahun 80-an
geng ini merupakan rival terberat XTC. Awal terbentuknya tak lebih dari hanya sekadar
kumpul-kumpul biasa.Dulu geng ini hanya beranggotakan tidak lebih dari 50 motor.

Kini pengikutnya mencapai ribuan motor dan tersebar di berbagai daerah di Jawa
Barat. Sistem pengorganisasiannya tidak jelas.Tidak ada pengurus, hanya ada ketua yang
bertugas mengkoordinir saja.Warna bendera negara Irak tanpa huruf Arab di tengahnya,
menjadi lambang identitas kelompok ini dengan kelelawar hitam sebagai simbolnya.
Nama Brigez acapkali diplesetkan menjadi Brigade setan atau Brigade Senja, karena
mereka sering nongkrong bersamaan dengan kepulangan sang surya. Berbeda dengan XTC,
Brigez identik dengan sikap anti birokrasi. Mereka menolak bersimbiosis dengan lembaga
plat merah atau ormas bentukan kelompok politik tertentu. Kalau pun ada anggotanya yang
menjadi kader partai, itu lebih bersifat individu dan tidak membawa bendera Brigez.
Berbeda dengan geng motor Brigadir Seven (Briges) dalam merekrut anggota
barunya.Tiga doktrin utama seperti musuhi polisi, lawan orang tua, dan berlaku jahat di
tengah malam terus dikembangkan pada tubuh geng yang semula beranggotakan siswa SMA
7 Bandung ini.
Terhadap anggota baru, Komandan Briges terus melakukan uji nyali mulai
keterampilan dalam beraksi hingga mereka diharuskan minum darah anjing dan ayam.Konon,
dua darah ini bisa menumbuhkan rasa berani pada diri seseorang.Dengan keberaniannya
dalam beraksi, Briges mengalami perkembangan cukup lumayan.Di bawah bendera negera
Jerman bergambarkan kelelawar hitam, Briges terus mengembangkan sayap dalam dunia
geng hingga mengalami kekuatan kedua setelah XTC. Dalam dunia pergengan di Bandung,
Briges yang berdiri pada tahun 1980-an menempati posisi kedua dan sekaligus musuh
bubuyutan XTC.
3. Moonraker
Moonraker, geng motor yang berdiri pada tahun 1978. Para pendiri geng ini
merupakan siswa SMA yang ada di Jalan Dago yang mencintai dunia balapan motor pada
waktu itu. Nama geng itu sendiri diambil dari judul film James Bond yang sedang naik daun
pada waktu itu.Dalam pencaturan jumlah anggota geng ini di bawah Briges.Kecilnya anggota
bukan jadi ukuran dalam dunia kejahatan. Anggota Moonraker sama saja dengan yang lain,
beringas, ganas dan selalu siap perang pada malam hari.
Di bawah naungan bendera merah putih biru bergambarkan kelelawar, Mounraker
mampu berkuasa di kota ini. Sepanjang Jalan Dago, Dipati Ukur dan Dago pojok merupakan
wilayah kekuasaanya. Masuk ke dalam komunitas ini tidak cuma-cuma. Calon anggota
Moonrakertak jarang diwajibkan mengendarai motor tanpa rem dari Lembang hingga Jalan

Setibudhi Bandung. Jaraknya sekitar 15 kilometer.Kalau tidak diperintah ngebut tanpa rem,
anak baru dipaksa berkelahi dengan seniornya.
Pendeknya, mereka tampil pada panggung kehidupan sosial dengan menawarkan
model-model kekerasan.Diakui atau tidak, itulah pola yang terbentuk melalui berbagai
gerakan yang mereka tampilkan. Tindakan kekerasan seperti kebutuhan spritual untuk
membentuk identitas kelompoknya. Belakangan geng ini sering bentrok dengan XTC
menyusul sebagian wilayahnya telah dieksvansi geng itu.Kelompok ini konsisten dengan
sistem keorganisasiannya.
Setiap tahun ada penggantian kepengurusan dan membuat program-program
kerja.Struktur Organisasinya terdiri atas Divisi Balap, Panglima Perang (Paper), dan Tim
SWAT atau regu penyelamat.Panglima Perang mungkin terdengar unik dalam sebuah
organisasi pencinta motor.Istilah ini biasanya digunakan oleh lembaga keamanan atau
kelompok bersenjata. Di Moonraker sendiri, Panglima Perang bertugas mengkoordinir
anggota pada saat terjadi tawuran, atau sebagai pembuat keputusan pada saat terjadi bentrok
dengan kelompok lain. Jika ada keputusan perang, informasi menyebar ke seluruh anggota
paling lama dalam waktu 24 jam. Bagi para pembangkang yang melanggar tata tertib
organisasi, sudah disiapkan tempat yang mereka sebut dengan nama Sel 13, semacam
mahkamah pengadilan.
Tempat ini paling dihindari oleh semua anggota. Jangan mengharap sebuah proses
hukum layaknya sebuah lembaga pengadilan. Di sini para pembangkang itu akan mendapat
penyiksaan dari senior-seniornya. Kategori pelanggaran itu antara lain memakai dan
mengedarkan narkoba, bertindak melanggar hukum dan menjalin hubungan kasih dengan
sesama anggota Moonraker.
Pengikut Moonraker semakin lama, terus membengkak. Kini tercatat anggotanya
mencapai 1.400 orang, tersebar di berbagai wilayah.
4. Grab On Road (GBR)
Grab On Road (GBR) merupakan geng motor paling muda di Kota Kembang. Anggota
mayoritas anak SMP 2 yang memiliki hobi balapan setiap malam.Awal terbentuknya tak lebih
dari hanya sekadar kumpul-kumpul biasa.Di bawah bendera merah kuning hitam, geng tetap
berjalan meski anggotanya hanya sedikit dibanding tiga geng lainnya.Kelompok ini
mengidentifikasi diri dengan segala sesuatu berbau Jerman, paling tidak warna benderanya
hitam-merah-kuning (urutan dari atas ke bawah).

Daerah kekuasaan mereka sepanjang Jalan Sunda, Sumatera dan sekitarnya.Geng ini
lamban dalam melakukan perkerutan anggota.Hal itu terjadi karena pentolan pengurus masih
anak SMP sehingga pola pegembangan organisasinya cukup lamban.
F. Permasalahan yang Ditimbulkan oleh Geng Motor
Tindakan yang dilakukan geng motor belakangan ini kian meresahkan warga. Geng
motor kini memang menjadi salah satu perhatian utama pihak berwenang karena tindakan
mereka kian berani. Selain meminta korban sesama anggota geng, tindakan mereka juga
mengambil korban masyarakat biasa.Tak salah jika masyarakat menyebut geng-geng motor
tersebut tidak berbeda dengan perampok atau pencuri.Tindak kejahatan yang dilakukan
sebagian besar perampasan barang berharga milik korban, seperti uang, HP, dompet, hingga
motor.
Dalam aksinya, mereka tak segan-segan menganiaya korban. Jika geng motor tersebut
tidak diantispasi sejak dini, dikhawatirkan kelompok-kelompok tersebut bisa kian besar
menjadi sebuah jaringan kriminal terorganisisasi. Indikasi itu mulai muncul dengan tindak
penganiayaan yang dilakukan oleh anggota geng motor akir-akir ini. Kalau geng motor brutal
itu tidak segera dibubarkan maka akan sangat membahayakan karena terdapat solidaritas
sempit yang telah didoktrinkan kepada setiap anggota geng motor tersebut, sehingga
mengarah pada tindakan kriminal.
G. Tanggapan Masyarakat Terhadap Aksi Kebrutalan Geng Motor
Keberadaan Geng Motor yang sudah mengganggu ketentraman masyarakat yang juga
sering terlibat tindak pidana kriminal agar segera dibubarkan dan ditumpas. Terkait masalah
Geng Motor yang sudah meresahkan masyarakat itu, Menteri Pemuda dan Olahraga meminta
pihak yang berwenang agar menumpas dan membubarkan Geng Motor. Para pelaku
kejahatan yang berhimpun dalam Geng tersebut, harus ditindak sesuai hukum.Sedangkan
bagi anggota yang tidak terlibat pelanggaran hukum, perlu segera disadarkan dan ditangani
secara persuasif.
Gejala sosial ini tidak boleh dibiarkan.Harus ditangani secara simultan, antara
penyadaran secara persuasif dan tindakan hukum. Jika dibiarkan, dikhawatirkan akansemakin
meresahkan masyarakat. Karena dalam praktek perekrutannya ada semacam baiat bagi
anggota baru dan ancaman hukuman.Seperti dipotong anggota badannya, bagi anggota yang
keluar dan buka mulut kepada orang tua atau kepada pihak berwajib.
10

H. Peranan keluarga dalam geng motor


Untuk memberantas wabah geng motor ini, kita tidak boleh hanya mengandalkan
tugas kepolisian sebagai pelindung masyarakat. Tindakan tegas dan represif kepada anggota
geng motor yang sudah berkali-kali melakukan tindakan kriminal memang sangat diperlukan.
Namun, masyarakat juga mempunyai tanggung jawab moral melakukan kontrol sosial untuk
mencegah berkembangnya geng motor di sekitar lingkungannya.
Dalam ilmu sosiologi, kontrol sosial merupakan suatu proses yang dilakukan untuk
memengaruhi orang-orang agar berperilaku sesuai harapan atau kaidah dalam masyarakat.
Proses kontrol sosial ini tidak harus melalui suatu paksaan, melainkan tindakan terencana
serta terus-menerus. Sehingga, menyesuaikan diri pada kebiasaan dan nilai-nilai hidup
berkelompok. Bentuk-bentuk kontrol sosial dapat bersifat dari kelompok ke kelompok;
kelompok ke individu; maupun individu dengan individu. Semakin banyaknya tindak
kejahatan yang melibatkan remaja belasan tahun merupakan indikasi dari menurunnya
fungsi-fungsi dalam keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat.
Menurut Allender (1998), salah satu fungsi keluarga yaitu fungsi socialization
(sosialisasi) yang bertujuan untuk mengenalkan kultur (nilai dan perilaku) serta sebagai
peraturan/pedoman hubungan internal dan eksternal. Orang tua bertanggung jawab untuk
menanamkan nilai-nilai agama dan norma sosial agar sang anak berperilaku sesuai dengan
nilai dan norma yang ada. Selain itu, keluarga juga berfungsi sebagai kontrol, yaitu
mempertahankan kontrol sosial yang ada di keluarga. Apabila melihat karakteristik anggota
geng motor yang rata-rata berusia belasan tahun, disadari atau tidak, kita sebagai orang tua
turut serta dalam membiayai aktivitas geng motor. Sebab, pada usia sekolah hingga kuliah,
kebutuhan ekonomi anak (kebutuhan uang saku, transportasi, hingga kendaraan) sangatlah
bergantung ke orang tua.
Oleh karena itu, mencegah maraknya geng motor maupun kenakalan remaja yang lain
harus dimulai dari revitalisasi fungsi-fungsi dalam keluarga. Salah satu fungsi keluarga yang
harus kembali diperkuat adalah fungsi kontrol sosial. Hal ini bukan berarti kembali kepada
metode diktator. Seperti metode orang tua dulu. Melainkan lebih pada memberikan
kebebasan yang bertanggung jawab. Kebebasan yang diberikan tetap harus dibatasi agar tidak
disalahgunakan. Menunjukkan rasa kasih sayang bukan berarti harus memenuhi segala
permintaan dan keinginan sang anak. Fasilitas (hak) yang kita berikan kepada anak harus
diiringi dengan kewajiban-kewajiban yang harus dilaksanakan. Dengan demikian, kita
mendidik anak untuk lebih bertanggung jawab. Beberapa hal sederhana yang dapat dilakukan
11

antara lain menerapkan metode imbalan dan hukuman (reward and punishment),
memberlakukan jam khusus belajar, dan jam malam.
Setelah keluarga, fungsi pembinaan dan pengawasan di lembaga pendidikan (sekolah
dan kampus) juga harus dioptimalkan. Anak didik diarahkan pada kegiatan-kegiatan positif
dan bermanfaat dengan memfasilitasi pengembangan unit-unit kegiatan siswa. Peran lembaga
pendidikan bukan sekadar meluluskan murid dengan nilai tinggi. Tapi juga bagaimana
membentuk karakter dan menyiapkan fondasi yang kuat bagi pengembangan diri anak didik.
Dengan adanya sinergi antara tindakan tegas dari aparat kepolisian, tanggung jawab dan
kontrol sosial dari keluarga, serta pembinaan oleh lembaga pendidikan, diharapkan wabah
geng motor dapat berkurang juga mewujudkan generasi muda lebih berkualitas.
I. Solusi untuk Meminimalisir geng-geng motor
Perlu penanganan yang holistik untuk mengatasi kasus-kasus kekerasan dan
kenakalan yang terjadi di kalangan remaja Indonesia. Untuk itu, antara guru, orangtua siswa,
masyarakat dan pemerintah harus bergandeng tangan untuk menyediakan fasilitas sebagai
tempat penyaluran energi remaja yang tengah tumbuh kembang. Selain menyediakan fasilitas
bagi remaja untuk menyalurkan energinya ke arah positif, yang harus dilakukan adalah
pendidikan karakter. Pendidikan karakter pun bukan hanya diitujukan untuk orang dewasa
saja, melainkan harus dibangun sejak usia dini/taman kanak-kanak hingga sekolah menengah.
Orangtua pun harus terus memantau ataupun mengawasi semua kegiatan anaknya. Dengan
ikut berperannya orangtua diharapkan dapat mencegah anak-anak tersebut bergabung
kedalam kelompok geng motor yang kini telah membuat keresahan didalam masyarakat.

BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
1.

Geng motor merupakan kelompok sosial yang memiliki dasar tujuan yang sama atau

asosiasi yang dapat disebut suatu paguyuban tapi hubungan negatif dengan paguyuban yang
tidak teratur dan cenderung melakukan tindakan anarkis.
12

2.

Menurut Allender (1998), salah satu fungsi keluarga yaitu fungsi socialization

(sosialisasi) yang bertujuan untuk mengenalkan kultur (nilai dan perilaku) serta sebagai
peraturan/pedoman hubungan internal dan eksternal. Orang tua bertanggung jawab untuk
menanamkan nilai-nilai agama dan norma sosial agar sang anak berperilaku sesuai dengan
nilai dan norma yang ada.
3.

Guru, orangtua siswa, masyarakat dan pemerintah harus bergandeng tangan untuk

menyediakan fasilitas sebagai tempat penyaluran energi remaja yang tengah tumbuh
kembang. Selain menyediakan fasilitas bagi remaja untuk menyalurkan energinya ke arah
positif, yang harus dilakukan adalah pendidikan karakter. Orangtua pun harus terus
memantau ataupun mengawasi semua kegiatan anaknya. Dengan ikut berperannya orangtua
diharapkan dapat mencegah anak-anak tersebut bergabung kedalam kelompok geng motor
yang kini telah membuat keresahan didalam masyarakat.
B. Saran
1.

Para pelaku kejahatan yang berhimpun dalam Geng tersebut, harus ditindak sesuai

hukum. Sedangkan bagi anggota yang tidak terlibat pelanggaran hukum, perlu segera
disadarkan dan ditangani secara persuasif.
2. Diperlukan semua pihak yang terkait dengan kehidupan umat beragama, untuk benarbenar memahami betapa pentingnya ajaran agama dan peningkatan amaliahnya.
3. Proses penyadaran aggota geng motor harus dilakukan dengan bimbingan konseling yang
mendalam dari ahlinya masing-masing.

DAFTAR PUSTAKA
wordpress.com/2007/01/30/pos-214
beritadotcom.blogspot.com/2007/10
www.seputar-indonesia.com Rabu, 07/11/2007
http://perilakumenyimpangandikalanganremaja.blogspot.com/
http://amanimidwife.blogspot.com/2013/10/makalah-ilmu-sosial-dan-budaya-dasar.html
13

14

Anda mungkin juga menyukai