PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap aktifitas yang dilakukan oleh manusia sangat erat interaksinya dengan
tempat-tempat umum, baik untuk bekerja, melakukan interaksi sosial, belajar maupun
melakukan aktifitas lainnya. Menurut Chandra (2007), tempat-tempat umum
memiliki potensi sebagai tempat terjadinya penularan penyakit, pencemaran
lingkungan ataupun gangguan kesehatan lainnya. Kondisi lingkungan tempat-tempat
umum yang tidak terpelihara akan menambah besarnya resiko penyebaran penyakit
serta pencemaran lingkungan sehingga perlu dilakukan upaya pencegahan dengan
menerapkan sanitasi lingkungan yang baik.
Tempat atau sarana layanan umum yang wajib menyelenggarakan sanitasi
lingkungan antara lain, tempat umum atau sarana umum yang dikelola secara
komersial, tempat yang memfasilitasi terjadinya penularan penyakit, atau tempat
layanan umum yang intensitas jumlah dan waktu kunjungannya tinggi. Tempat umum
semacam itu meliputi hotel, terminal angkutan umum, pasar tradisional atau swalayan
pertokoan, bioskop, salon kecantikan atau tempat pangkas rambut, panti pijat, taman
hiburan, gedung pertemuan, pondok pesantren, tempat ibadah, objek wisata, dan lainlain. (Chandra, 2007)
Tempat-tempat ibadah merupakan salah satu sarana tempat-tempat umum
yang dipergunakan untuk berkumpulnya masyarakat guna melaksanakan kegiatan
ibadah. Masalah kesehatan lingkungannya merupakan suatu masalah yang perlu di
perhatikan dan ditingkatkan. Dalam hal ini pengelola/pengurus tempat-tempat ibadah
tersebut sangat perlu untuk diberikan pengetahuan tentang kesehatan lingkungan yang
berhubungan dengan tempat-tempat umum (tempat ibadah) guna mendukung upaya
peningkatan kesehatan lingkungan melalui upaya sanitasi dasar, pengawasan mutu
lingkungan tempat umum, termasuk pengendalian pencemaran lingkungan.
1
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui sanitasi tempat ibadah Masjid Agung Baitussalam
Purwokerto
2. Tujuan Khusus
a. Untuk memperoleh
gambaran
umum
mengenai
Masjid
Agung
Baitussalam Purwokerto
b. Untuk mengetahui pengukuran pencahayaan, kebisingan dan kelembaban
Masjid Agung Baitussalam Purwokerto
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Sanitasi
Sanitasi adalah usaha kesehatan masyarakat yang menitikberatkan
pada pengawasan terhadap berbagai faktor lingkungan sedemikian rupa
sehingga munculnya penyakit dapat dihindari. Sehingga dapat dikatakan
bahwa sanitasi adalah suatu usaha pengendalian faktor-faktor lingkungan
untuk mencegah timbulnya suatu penyakit dan penularannya yang disebabkan
Secara estimologi, kata masjid berasal dari bahasa Arab yaitu sajada,
yang artinya tempat sujud. Kemudian kata sajada mendapat awalan masehingga terbentuklah kata masjid. Menurut arti katanya, fungsi masjid
yang utamaadalah sebagai tempat sujud. Namun, jika dilihat secara lebih
mendalam, fungsi masjid yang sebenarnya meliputi segala segi kehidupan
manusia. Hal ini sebagai-mana yang terkandung dalam surat Al-Alaq: 19,
Sujudlah kepada Tuhan dan beribadahlah.
Menurut Dr. Ir. Soegijanto dalam Novita (2013), melalui penelitian
kinerja akustik di Indonesia sesuai dengan fungsi dan dimensinya masjid
dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu :
1. Masjid raya yaitu masjid yang mem-punyai skala kota. Masjid ini
umum-nya terletak di sebelah barat alun-alun di depan bangunanbangunan peme-rintah. Contoh Masjid Raya Pondok Indah.
2. Masjid kecil yaitu biasa disebut masjid jami. Contoh Masjid Jami
Lebuh Aceh.
3. Masjid komunitas yaitu masjid yang dapat dijadikan tempat untuk
salat far-du berjemaah/tempat berkumpul secara komunitas. Contoh
Masjid Kampus.
b. Fungsi masjid:
Masjid memiliki fungsi dan peran yang dominan, di antaranya:
1. Sebagai tempat beribadah
2. Sebagai tempat menuntut ilmu
3. Sebagai tempat pembinaan Jemaah
4. Sebagai pusat dakwah dan kebudayaan Islam
5. Sebagai pusat kaderisasi umat
6. Sebagai basis kebangkitan umat Islam (Aslah dalam Novita, 2013).
Fungsi masjid yang utama adalah sebagai tempat pusat ibadah dan
kebudayaan Islam. Sedangkan ibadah dalam Islam mencakup:
1. Hubungan manusia dengan Allah (hablunminallah), yang berwujud
salat, iktikaf, dan lain-lain.
2. Hubungan
manusia
dengan
manusia
(hablunminannas),
yang
5) Gerbang
Bagian inipun sama dengan minaret, tidak terdapat bentuk
yang khas mengenai bentuk gerbang selama hal tersebut tidak
menyalahi aturan Al Quran dan Al Hadits. Banyak mesjid yang
menggunakan pintu gerbang dan banyak juga yang tidak memiliki
gerbang sebagai pintu masuk ke dalam mesjid
6) Kursi
Tempat untuk menyimpan Al Quran. Tidak semua mesjid
mempunyai kursi, tergantung dari kebutuhan dari mesjid tersebut.
7) Dikka
Tempat penyimpanan yang berada dibawah mimbar yang
mempunyai tangga (Dharmawan, 2012/2013).
e. Persyaratan Elemen bangunan Masjid yang sesuai standar kesehatan
1) Atap masjid
Atap
merupakan
salah
satu
komponen
penting
Nomor
416/MENKES/PER/IX/1990
dijelaskan
bahwa air adalah air minum, air bersih, air kolam renang dan
air pemandian umum. air bersih adalah air yang digunakan
untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat
kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Masalah
pengawasan kualitas air dapat dimonitor melalui prosedur
pemeriksaan secara berkala baik dari segi fisik, kemis maupun
mikrobiologis.
10
najis,
sehingga
kurang
dianjurkan
tidak
11
dengan penutup
Tempat sampah terbuat dari bahan yang kuat,
tahan karat, permukaan bagian dalam rata dan
c)
d)
sampah
yang
disesuaikan
dihasilkan
sertiap
tunggu
Tersedianya
tempat
pembuangan
sampah
12
Pencahayaan buatan
sesuai
dengan
kebutuhan
manusia.
berperan
penting
dalam
perkembangannya.
13
Keadaan
yang
lembab
dapat
Saluran
14
BAB III
HASIL
A. Data
1. Data Umum
a. Nama Lokasi
: Masjid Agung
Baitussalam
b. Alamat
c.
d.
e.
f.
Purwokerto
Tahun berdiri
Jumlah pengunjung rata-rata perminggu
Jumlah kapasitas Masjid
Jumlah rata-rata jamaah
15
: 1950
: 600 pengunjung
: 2000 jamaah
:
b.
c.
d.
e.
(becek)?
Jawaban : Ya.
Jenis air bersih apa yang digunakan oleh Masjid/Gereja tersebut?
Jawaban : PAM dan bor.
Bagaimana kualitas air bersih yang tersedia?
Jawaban : Bersih.
Berapa kali alas seperti karpet, tikar dan plester dibersihkan?
Jawaban : 1 bulan sekali, mukena 1 minggu sekali.
Apakah pada Masjid/Gereja tersebut terdapat fasilitas tempat cuci
tangan, kamar mandi dan WC?
Jawaban : Ada. Tempat wudhu perempuan sebanyak 28 dan kamar
mandi/ WC sebanyak 5. Sedangkan tempat wudhu laki-laki
16
17
BAB IV
PEMBAHASAN HASIL
A. Gambaran Umum
Masjid Agung Baitussalam adalah tempat peribadahan umat islam
yang berdiri pada 21 Agustus 1970 yang berlokasi di Jalan Masjid Nomor 1,
Purwokerto
Kabupaten
Banyumas.
Masjid
Agung
Baitussalam
ini
Pendidikan
Al
Quran
(TPA),
kajian
rutin,
kajian
khusus
kemuslimahan, tamir setelah sholat subuh dan maghrib, tamir khusus ibuibu, kajian Muhammadiyah, kajian salafiah dan lain sebagainya.
Fasilitas yang tersedia di Masjid Agung Baitussalam diantaranya
adalah tempat wudhu sebanyak 64 buat yang terdiri dari 28 tempat wudhu
perempuan dan 36 tempat wudhu laki-laki, kamar mandi sebanyak 8 yang
terdiri dari 5 kamar mandi perempuan dan 3 kamar mandi laki-laki, tempat
sampah, perpustakaan, alat-alat sholat yang lengkap, juga tersedia tempat
parkir yang luas di sebelah timur dan selatan masjid.
B. Komponen Penilaian
1. Kondisi Bangunan
a. Kebersihan Lantai
Kualitas lantai masjid dapat dilihat dari lantainya yang kuat,
mudah dibersihkan dan tidak licin. Kami memberi nilai 5 dari bobot 5
pada lantai yang kuat, 5 dari bobot 5 pada lantai yang mudah
dibersihkan dan 5 dari bobot 5 pada lantai yang tidak licin, sehingga
diperoleh jumlah nilai pada aspek kualitas lantai adalah 15. Menurut
Depkes RI (2002), Lantai harus cukup kuat untuk manahan beban di
atasnya. Bahan untuk lantai biasanya digunakan ubin,kayu plesteran,
atau bambu dengan syarat-syarat tidak licin, stabil tidak lentur waktu
18
diinjak, tidak mudah aus, permukaan lantai harus rata dan mudah
dibersihkan.
Lantai masjid merupakan salah satu aspek kondisi bangunan
masjid yang perlu diperhatikan kebersihannya agar terhindar dari najis.
Perawatan lantai masjid dapat dilihat dari lantainya yang tidak terdapat
debu dan kotoran serta mengkilap. Menurut bapak penjaga masjid,
setiap hari lantai masjid dibersihkan dengan cara disapu dan dipel.
Kami memberi nilai 10 dari bobot 10 pada lantai yang tidak terapat
debu dan kotoran dan 5 dari bobot 5 pada lantai yang mengkilap,
sehingga diperoleh jumlah nilai pada aspek perawatan lantai adalah
15.
b. Kebersihan Dinding/ Langit
Kualitas dinding/ langit masjid dapat dilihat dari dinding
masjid yang permanent, kedap air dan tidak lembab. Kami memberi
nilai 5 dari bobot 5 pada dinding/ langit yang permanent, 5 dari bobot
5 pada dinding/ langit yang kedap air dan 5 dari bobot 5 pada dinding/
langit yang tidak lembab,sehingga diperoleh jumlah nilai pada aspek
kualitas dinding/ langit masjid adalah 15.
Perawatan dinding/ langit masjid dapat dilihat dari dinding/
langit masjid yang berwarna terang dan tidak berdebu. Kami memberi
nilai 8 dari bobot 8 pada dinding/ langit dengan warna terang dan 3
dari bobot
berdasarkan observasi
19
penelitian
Zainurrahman
(2012),
kualitas
20
standar
21
kesehatan
lingkungan
ditentukan
oleh
berbagai
22
23
menggunakan toilet jongkok (sunah nabi untuk buang air kecil dan
besar dengan jongkok (Arsyad, 2012).
c.
Peturasan
Di dalam kamar mandi harus tersedia bak dan air bersih dalam
keadaan cukup dan peturasan harus dilengkapi dengan air yang
mengalir.Sebaiknya jamban juga dilengkapi dengan sapu tangan kertas
atau tissue (Depkes RI dalam Prasetya).
Kuantitas dari peturasan dapat dilihat apabila jumlah peturasan
yang tersedia melebihi kebutuhan Jemaah. Jumlah peturasan diberi
nilai 45 dari total bobto 45 karena masjid memiliki peturasan yang
sudah mencukupi. Adanya saluran khusus kereapan kami beri nilai 9
dari bobot 9. Peturasan yang tidak berbau kami memberi nilai 9 dari
bobot 9. Ketersediaan air yang cukup untuk menggelontor kami beri
nilai 9 dari bobot 9.lantai peturasan yang tidak licin kami beri nilai 9
dari bobot 9. Peturasan yang bersih dan tidak terdapat kotoran kami
beri nilai 9 dari bobot 9. Hal ini menujukan kodisi peturasan yang ada
di masjid jumlahnya sudah mencukupi dan kondisinya bersih.
d.
24
12 dari bobot 12. Ketersediaan bak control kami beri nilai 12 dari
bobot 12. Untuk kualitas sumber air, aliranair yang mengalir serta
kondisi saluranpembawa yang bersih kami beri nilai masing masing 12
dari bobot 12.
Saluran pembuangan air limbah yang tidak mengalir lancar,
dengan bentuk SPAL tidak tertutup dibanyak tempat, sehingga air
limbah menggenang ditempat terbuka. Keadaan ini berpotensi sebagai
tempat berkembang biak vector dan bernilai negative dari aspek
estetika (Soejadi, 2003).
e.
25
terhadap
kesehatan maka
26
berdasarkan
barang-barang
seperti, Al-Quran,
buku-buku,
alat-alat
sembahyang
seperti
mukena
dan
sarung
28
29
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
1. Berdasarkan penilaian pada cheklist inspeksi sanitasi Masjid Agung
Baitussalam Purwokerto diperoleh jumlah nilah sebesar 831. Hal tersebut
menunjukkan bahwa sanitasi masjid sudah baik.
2. Masjid Agung Baitussalam adalah tempat peribadahan umat islam yang
berdiri pada 21 Agustus 1970 yang berlokasi di Jalan Masjid Nomor 1,
Purwokerto Kabupaten Banyumas. Masjid Agung Baitussalam ini
berkapasitas sebanyak kurang lebih 2000 jamaah dengan rata-rata jamaah
tiap harinya kurang lebih 600 jamaah. Kegiatan yang ada di masjid
30
diantaranya TPA, kajian dan tamir. Fasilitas yang dimiliki antara lain
kamar mandi, tempat wudhu, tempat sampah perlengkapan sholat,
perpustakaan dan tempat parkir.
3. Berdasarkan hasil pengukuran diperoleh nilai pencahayaan sebesar 15,7
fc, kebisingan -7,61 dB dan kelembaban sebesar 92%.
B. Saran
1. Saran Bagi Institusi
Diharapkan jurusan Kesehatan Masyarakat dapat memberikan ilmu
pengetahuan yang berkaitan dengan sanitasi tempat-tempat umum kepada
mahasiswa jurusan Kesehatan Masyarakat sehingga mahasiswa dapat
memberikan pengajaran dan mampu mengaplikasikan ilmu pengetahuannya
kepada masyarakat.
2. Saran Bagi Pemerintah
Pemerintah perlu mengadakan pembinaan perilaku hidup bersih dan
sehat kepada petugas masjid khususnya pada aspek sanitasi kebersihan
masjid.
3. Saran Bagi Masjid Baitussalam
Diharapkan petugas masjid dapat mempertahankan aspek-aspek sanitasi yang
sudah baik dan memperbaiki aspek-aspek sanitasi masjid yang belum
memenuhi syarat elemen bangunan masjid yang sesuai dengan standar
kesehatan
31