Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap aktifitas yang dilakukan oleh manusia sangat erat interaksinya dengan
tempat-tempat umum, baik untuk bekerja, melakukan interaksi sosial, belajar maupun
melakukan aktifitas lainnya. Menurut Chandra (2007), tempat-tempat umum
memiliki potensi sebagai tempat terjadinya penularan penyakit, pencemaran
lingkungan ataupun gangguan kesehatan lainnya. Kondisi lingkungan tempat-tempat
umum yang tidak terpelihara akan menambah besarnya resiko penyebaran penyakit
serta pencemaran lingkungan sehingga perlu dilakukan upaya pencegahan dengan
menerapkan sanitasi lingkungan yang baik.
Tempat atau sarana layanan umum yang wajib menyelenggarakan sanitasi
lingkungan antara lain, tempat umum atau sarana umum yang dikelola secara
komersial, tempat yang memfasilitasi terjadinya penularan penyakit, atau tempat
layanan umum yang intensitas jumlah dan waktu kunjungannya tinggi. Tempat umum
semacam itu meliputi hotel, terminal angkutan umum, pasar tradisional atau swalayan
pertokoan, bioskop, salon kecantikan atau tempat pangkas rambut, panti pijat, taman
hiburan, gedung pertemuan, pondok pesantren, tempat ibadah, objek wisata, dan lainlain. (Chandra, 2007)
Tempat-tempat ibadah merupakan salah satu sarana tempat-tempat umum
yang dipergunakan untuk berkumpulnya masyarakat guna melaksanakan kegiatan
ibadah. Masalah kesehatan lingkungannya merupakan suatu masalah yang perlu di
perhatikan dan ditingkatkan. Dalam hal ini pengelola/pengurus tempat-tempat ibadah
tersebut sangat perlu untuk diberikan pengetahuan tentang kesehatan lingkungan yang
berhubungan dengan tempat-tempat umum (tempat ibadah) guna mendukung upaya
peningkatan kesehatan lingkungan melalui upaya sanitasi dasar, pengawasan mutu
lingkungan tempat umum, termasuk pengendalian pencemaran lingkungan.
1

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui sanitasi tempat ibadah Masjid Agung Baitussalam
Purwokerto
2. Tujuan Khusus
a. Untuk memperoleh

gambaran

umum

mengenai

Masjid

Agung

Baitussalam Purwokerto
b. Untuk mengetahui pengukuran pencahayaan, kebisingan dan kelembaban
Masjid Agung Baitussalam Purwokerto

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Sanitasi
Sanitasi adalah usaha kesehatan masyarakat yang menitikberatkan
pada pengawasan terhadap berbagai faktor lingkungan sedemikian rupa
sehingga munculnya penyakit dapat dihindari. Sehingga dapat dikatakan
bahwa sanitasi adalah suatu usaha pengendalian faktor-faktor lingkungan
untuk mencegah timbulnya suatu penyakit dan penularannya yang disebabkan

oleh faktor lingkungan tersebut, sehingga derajat kesehatan masyarakat dapat


optimal (Depkes RI, 2002).
B. Tempat-tempat Umum
Tempat tempat umum merupakan tempat kegiatan bagi umum
yangmempunyai tempat, sarana dan kegiatan tetap yang diselenggarakan oleh
badanpemerintah, swasta, dan atau perorangan yang dipergunakan langsung
olehmasyarakat (Adriyani, 2005).
C. Sanitasi Tempat-Tempat Umum
Tempat-tempat umum memiliki potensi sebagai tempat terjadinya
penularan penyakit, pencemaran lingkungan, ataupun gangguan kesehatan
lainnya. Pengawasan

atau pemeriksaan sanitasi terhadap tempat-tempat

umum dilakukan untuk mewujudkan lingkungan tempat-tempat umum yang


bersih guna melindungi kesehatan masyarakat dari kemungkinan penularan
penyakit dan gangguan kesehatan lainnya (Chandra, 2007). Sanitasi tempattempat umum, merupakan masalah kesehatan masyarakat yang cukup
mendesak. Karena tempat umum merupakan tempat bertemunya segala
macam masyarakat dengan segala penyakit yang dipunyai oleh masyarakat.
Oleh sebab itu tempat umum merupakan tempat menyebarnya segala penyakit
terutama penyakit yang medianya makanan, minuman, udara dan air. Dengan
demikian sanitasi tempat-tempat umum harus memenuhi persyaratan
kesehatan dalam arti melindungi, memelihara, dan meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat (Mukono, 2005).
Tempat atau sarana layanan umum yang wajib menyelenggarakan
sanitasi lingkungan antara lain, tempat umum atau sarana umum yang dikelola
secara komersial, tempat yang memfasilitasi terjadinya penularan penyakit,
atau tempat layanan umum yang intensitas jumlah dan waktu kunjungannya
tinggi. Tempat umum semacam itu meliputi hotel, terminal angkutan umum,
pasar tradisional atau swalayan pertokoan, bioskop, salon kecantikan atau
tempat pangkas rambut, panti pijat, taman hiburan, gedung pertemuan,
pondok pesantren, tempat ibadah, objek wisata, dan lain-lain (Chandra, 2007)

Sanitasi tempat-tempat umum merupakan usaha untuk mengawasi


kegiatan yang berlangsung di tempat-tempat umum terutama yang erat
hubungannya dengan timbulnya atau menularnya suatu penyakit, sehingga
kerugian yang ditimbulkan oleh kegiatan tersebut dapat dicegah. Sanitasi
tempat-tempat umum menurut Mukono (2006), meurpakan problem kesehatan
masyarakat yang cukup mendesak. Karena tempat umum merupakan tempat
bertemunya segala macam masyarakat dengan segala penyakit yang dipunyai
oleh masyarakat. Oleh sebab itu tempat umum merupakan tempat
menyebarnya segala penyakit terutama penyakit yang medianya makanan,
minuman, udara dan air. Dengan demikian sanitasi tempat-tempat umum
harus memenuhi persyaratan kesehatan dalam arti melindungi, memelihara,
dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Tempat-tempat umum harus
mempunyai kriteria sebagai berikut :
1. Diperuntukkan bagi masyarakat umum, artinya masyarakat umum
boleh keluar masuk ruangan tempat umum dengan membayar atau
tanpa membayar.
2. Harus ada gedung/ tempat peranan, artinya harus ada tempat
tertentu dimana masyarakat melakukan aktivitas tertentu.
3. Harus ada aktivitas, artinya pengelolaan dan aktivitas dari
pengunjung tempat-tempat umum tersebut.
4. Harus ada fasilitas, artinya tempat-tempat umum tersebut harus
sesuai dengan ramainya, harus mempunyai fasilitas tertentu yang
mutlak diperlukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di
tempat-tempat umum.
D. Masjid
a. Definisi Masjid
Masjid merupakan bangunan karya peradaban umat yang berkembang
setiap masanya sebagai tuntutan kebutuhan umat dalam beribadah,
bersyukur, dan berserah diri kepada Allah yang menciptakan alam semesta
ini. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW, Di mana pun engkau salat,
tempat itulah masjid (Susanta, dkk, 2007).

Secara estimologi, kata masjid berasal dari bahasa Arab yaitu sajada,
yang artinya tempat sujud. Kemudian kata sajada mendapat awalan masehingga terbentuklah kata masjid. Menurut arti katanya, fungsi masjid
yang utamaadalah sebagai tempat sujud. Namun, jika dilihat secara lebih
mendalam, fungsi masjid yang sebenarnya meliputi segala segi kehidupan
manusia. Hal ini sebagai-mana yang terkandung dalam surat Al-Alaq: 19,
Sujudlah kepada Tuhan dan beribadahlah.
Menurut Dr. Ir. Soegijanto dalam Novita (2013), melalui penelitian
kinerja akustik di Indonesia sesuai dengan fungsi dan dimensinya masjid
dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu :
1. Masjid raya yaitu masjid yang mem-punyai skala kota. Masjid ini
umum-nya terletak di sebelah barat alun-alun di depan bangunanbangunan peme-rintah. Contoh Masjid Raya Pondok Indah.
2. Masjid kecil yaitu biasa disebut masjid jami. Contoh Masjid Jami
Lebuh Aceh.
3. Masjid komunitas yaitu masjid yang dapat dijadikan tempat untuk
salat far-du berjemaah/tempat berkumpul secara komunitas. Contoh
Masjid Kampus.
b. Fungsi masjid:
Masjid memiliki fungsi dan peran yang dominan, di antaranya:
1. Sebagai tempat beribadah
2. Sebagai tempat menuntut ilmu
3. Sebagai tempat pembinaan Jemaah
4. Sebagai pusat dakwah dan kebudayaan Islam
5. Sebagai pusat kaderisasi umat
6. Sebagai basis kebangkitan umat Islam (Aslah dalam Novita, 2013).
Fungsi masjid yang utama adalah sebagai tempat pusat ibadah dan
kebudayaan Islam. Sedangkan ibadah dalam Islam mencakup:
1. Hubungan manusia dengan Allah (hablunminallah), yang berwujud
salat, iktikaf, dan lain-lain.
2. Hubungan

manusia

dengan

manusia

berwujud zakat, fitrah, dan lain-lain.

(hablunminannas),

yang

3. Hubungan manusia dengan dirinya, yang berwujud mencari ilmu,


mengaji, dan lain-lain.
4. Hubungan manusia dengan alam, yang berwujud memelihara, memanfaatkan, dan tidak merusak alam (Aslah dalam Novita, 2010).
c. Unsur kelengkapan Struktur Bangunan Masjid
Menurut Susanta (2007), secara garis besar kelengkapan struktur suatu
bangunan masjid dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Ruang inti, merupakan ruang-ruang utama pada sebuah masjid yang terdiri
dari ruang salat, ruang untuk bersuci (khususnya untuk berwudu), dan
teras atau serambi.
2. Ruang penunjang, biasanya disesuai-kan dengan kategori dan daya
tampung masjid, antara lain:
a) Ruang pertemuan
b) Ruang audio
c) Ruang perpustakaan
d) Toko atau kantor sewa
e) Ruang kantor pengelola
f) Ruang kegiatan remaja masjid
g) Gudang
h) Parkir
i) Pos keamanan
j) Menara
k) Ruang terbuka atau lapangan olahraga
l) Taman.
d. Unsur Kelengkapan Peralatan Mesjid
Secara umum unsur dasar arsitektur mesjid diberbagai negara sama, terdiri
dari
1) Mimbar

Merupakan tempat untuk memberikan pengarahan tentang


masalah-masalah kehidupan umat Muslim. Bisanya berupa meja
yang dinaikkan, sehingga umat Muslim dapat mendengarkan dan
melihat Imam memberikan ceramah.
2) Mihrab
Merupakan bagian tempat Iman memimpin Sholat, biasanya
berupa cerukan yang terdapat di depan Mesjid, kadang-kadang di
dalam mihrab terdapat mimbar, atau berada diluar mihrab,
tergantung pada kondisi bangunan masjid. Arah Mihrab mengacu
ke Kaba.
3) Area Sholat Utama
Merupkan bagian yang paling besar dari bangunan mesjid.
Pada area ini tidak terdapat hal-hal yang khusus, hanya sebuah
ruangan besar yang diperguinakan untuk sholat secara berjamaah
atau secara sendiri-sendiri, dan area sholat ini dapat dipergunakan
untuk hal-hal lain di luar ibadah sholat seperti mengaji, ceramah,
berdiskusi dengan syarat kegiatan tersebut dalam rangka syiar
Islam.
4) Minaret
Tempat untuk mengumandangkan Adzan berupa menara. Tidak
semua mesjid mempunyai menara tersebut. Hal ini dikarenakan
kondisi geografis dan budaya di mana mesjid tersebut dibangun.
Tidak ada syarat khusus bahwa masjid harus mempunyai minaret
untuk mengumandangkan Adzan. Ynag utama dalam hal ini ialah
bahwa di dalam mesji harus terdapat atau bagian yang dapat
digunkan untuk megumandangkan Adzan sebagai seruan untuk
sholat. Pada saat ini dengan teknologi yang semakin tinggi,
minaret dapat dirubah oleh tempat yang kecil dengan seperangkat
alat audio yang dapat mengumandangkan Adzan dengan radius
dengar yang cukup luas.

5) Gerbang
Bagian inipun sama dengan minaret, tidak terdapat bentuk
yang khas mengenai bentuk gerbang selama hal tersebut tidak
menyalahi aturan Al Quran dan Al Hadits. Banyak mesjid yang
menggunakan pintu gerbang dan banyak juga yang tidak memiliki
gerbang sebagai pintu masuk ke dalam mesjid
6) Kursi
Tempat untuk menyimpan Al Quran. Tidak semua mesjid
mempunyai kursi, tergantung dari kebutuhan dari mesjid tersebut.
7) Dikka
Tempat penyimpanan yang berada dibawah mimbar yang
mempunyai tangga (Dharmawan, 2012/2013).
e. Persyaratan Elemen bangunan Masjid yang sesuai standar kesehatan
1) Atap masjid
Atap

merupakan

salah

satu

komponen

penting

pembangunan untuk melindungi bangunan dari suhu maupun


hujan. Agar kualitas atap optimal, maka daya serap air harus
seminimal mungkin, Kemiringan atap harus sedemikian rupa
sehingga tidak memungkinkan terjadinya genangan air pada
atap dan agar kebocoran dapat diminimalisir (Musabbikhah
dan Sartono, 2007). Atap yang mempunyai ketinggian 10 meter
atau lebih harus dilengkapi dengan penangkal petir. Mengingat
fungsi penting atap dalam suatu bangunan untuk pelindung dari
terik matahari, hujan dan perubahan cuaca lainnya. Maka atap
harus mempunyai sifat mekanis yang baik, seperti kekuatan
tekan, kekuatan pukul, kekerasan dan sifat lainnya (Saragih,
2007).
2) Dinding
Dinding berfungsi sebagai elemen pembatas antar
ruang. Elemen dinding terbuat dari material batu bata. Dinding

difinishing dengan penggunaan cat dinding atau sekedar batu


bata yang diekspos. Permukaan dinding harus bersih, tidak
lembab dan berwarna terang. Permukaan dinding yang selalu
terkena percikan air harus terbuat dari bahan yang kuat dan
kedap air. Pertemuan lantai dan dinding serta pertemuan dua
dinding lainya harus berbentuk lengkung (conus). bahwa
dinding rumah yang paling baik adalah tahan api yaitu dinding
dari batu (Keman dalam Safitri, 2007).
3) Lantai
Material lantai harus dari bahan yang tidak licin dan
mudah dibersihkan. Menyediakan alur air agar lantai cepat
kering lebih bagus lagi jika lantai tersebut mendapat
pencahayaan dari matahari. Penelitian ini juga didukung oleh
teori yang menyatakan bahwa lantai yang baik harus kedap air,
tidak lembab, bahan lantai mudah dibersihkan, dan dalam
keadaan kering dan tidak menghasilkan debu. Lantai yang
tidak kedap air dapat menimbulkan peningkatan kelembaban
dan kepengapan (Depkes RI, 2002).
4) Pencuci Kaki
a) Tersedianya pencuci kaki luar
Tersedianya beberapa kran harus memiliki
perletakan yang mudah diakses dan terlihat dariakses
jalan ke dan dari masjid. Kran bisa digunakan untuk
menggantikan kolam pencuci kaki antara ruang luar
dengan masjid. Jika menggunakan kolam pencuci kaki,
sebaiknya diletakkan dengan sedikit jarak dari lantai
pertama masjid. Hal ini untuk menghindari basah yang
berlebihan pada lantai masjid. Ukurannya harus cukup
memadai dan dilengkapi dengan mekanisme yang
memungkinkan air mengalir.

b) Pencuci kaki wudhu


Kolam pencuci kaki sebaiknya juga dapat
mengalir airnya sehingga terjadi pergantian air dan
dilakukan perawatan rutin untuk menghindari kolam
dari lumut dan karat(jika menggunakan besi sebagai
alas kolam dan pegangan).
c) Pencuci kaki toilet
Karena toilet merupakan tempat untuk buang air
kecil dan besar, maka perlu disediakan kran pencuci
kaki dengan penampungnya. Kran ini diletakkan dekat
dengan toilet dan sedikit jauh dengan lantai masjid agar
najis tidak menyebar kemana-mana (Bahar, 2012).
5) Ketersediaan air bersih
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia

Nomor

416/MENKES/PER/IX/1990

dijelaskan

bahwa air adalah air minum, air bersih, air kolam renang dan
air pemandian umum. air bersih adalah air yang digunakan
untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat
kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Masalah
pengawasan kualitas air dapat dimonitor melalui prosedur
pemeriksaan secara berkala baik dari segi fisik, kemis maupun
mikrobiologis.

Menurut Ichsan (1979) pada dasarnya air

dikatakan bersih, apabila telah memenuhi 3 persyaratan, yaitu:


a) Syarat fisik, artinya air tersebut harus tidak
berwarna (jernih), tidak berbau, tidak berasa, tidak
keruh, mempunyai suhu di bawah udara setempat
(segar)
b) Syarat-syarat bakteri, setelah melalui pemeriksaan,
maka sekurang-kurangnya dalam 90 % dari jumlah

10

contoh air yang dikumpulkan tidak terdapat bakteri


golongan coli
c) Syarat-syarat kimia, air tidak mengandung racun
atau zat-zat mineral dalam jumlah terlalu banyak
dan tidak boleh mengandung zat kimia yang
dipergunakan dalam pengolahan dengan jumlah
yang terlalu besar.
6) Ketersediaan jamban
Jamban adalah suatu bangunan yang digunakan untuk
membuang dan mengumpukan kotoran manusia dalam suatu
tempat tertentu, dan tidak menjadi penyebab atau penyebar
penyakit dan mengotori lingkungan pemukiman ( Dirjen P2M
& PL, 1998). Percikan air kencing yang sangat lembut tetap
dihukumi

najis,

sehingga

kurang

dianjurkan

tidak

menggunakan urinaria. Apalagi jika ada orang yang tak


terbiasa menggunakannya, pasti mengalami kesulitan untuk
mensucikannya. Begitu juga untuk toilet duduk yang percikan
airnya kadang mengenai badan dan pakain, Jadi lebih baik
menggunakan toilet jongkok (sunah nabi untuk buang air kecil
dan besar dengan jongkok) (Arsyad, 2012).
7) Ventilasi
Ventilasi berfungsi untuk membebaskan udara ruangan
dari bau, asap atau debu dan zat-zat pencemar lain dengan cara
pengenceran udara, sehingga pengenceran udara bersih
menjadi lancer. Luas lubang ventilasi alamiah minimal 10%
luas (Mukono, 2000). Sirkulasi udara Masjid dipengaruhi oleh
banyaknya lubang-lubang dan bukaan di setiap bidang dinding
bangunan. Desain bukaan dan sirkulasi di semua sisi ini
dimaksudkan untuk memasukkan udara luar ke dalam ruang
sholat utama, hal ini dikarenakan pergerakan udara merupakan

11

faktor penting di dalam sebuah perencanaan, karena hal ini


sangat berpengaruh terhadap kondisi iklim bangunan tersebut
(Rahim, 2012).
8) Pengolahan sampah
Sampah ialah suatu bahan/ benda yang terjadi karena
berhubungan dengan aktfitas manusia yang tidak terpakai lagi,
tidak disenangi dan dibuang dengan cara-cara saniter kecuali
bungan yang berasal dari tubuh manusia. Mengingat efek dari
sampah terhadap kesehatan maka pengelolaan sampah harus
memenuhi kriteria sebagai berikut :
a)
Tersedia tempat sampah yang dilengkapi
b)

dengan penutup
Tempat sampah terbuat dari bahan yang kuat,
tahan karat, permukaan bagian dalam rata dan

c)

dilengkapi dengan penutup


Tempat sampah dikosongkan setiap 1 x 24 jam

d)

atau 2/3 bagian telah terisi penuh


Jumlah dan volume sampah
dengan

sampah

yang

disesuaikan

dihasilkan

sertiap

kegiatan. Tempat sampah harus disediakan


minimal 1 buah untuk setiap radius 10 meter,
dan tiap jarak 20 meter pada ruang terbuka dan
e)

tunggu
Tersedianya

tempat

pembuangan

sampah

semetara yang mudah dikosongkan, tidak


terbuat dari beton permanen, terletak dilokasi
yang terjangkau kendaraan pengangkut sampah
dan harus dikosongkan sekurang-kurangnya 3
x 24 jam (Kusnoputranto, 2000).
9) Pencahayaan
Pencahayaan dalam suatu bangunan berfungsi untuk
memberikan penerangan agar memudahkan manusia dlam

12

beraktivitas. Pencahayaan dibagi menjadi dua berdasarkan


jenisnya, yaitu:
a) Pencahayaan alami
Untuk mengoptimalkan pencahayaan alami
pada masjid, khususnya masjid di lingkungan
perkotaan padat penduduk, ada baiknya mengatur
sedemikian rupa jenis dan ukuran bukaannya.
Untuk bukaan dengan jenis kaca bening yang
memasukkan cahaya cukup banyak sebaiknya
menggunakan ukuran rasio bukaan dan dinding 2 :3
atau 1 : 1. Untuk jenis bukaan dengan jenis kaca
film yang relatif menghalangi cahaya, sebaiknya
menggunakan ukuran rasio 3 : 2 atau lebih dari itu
(Zainurrahman, 2012).
b) Pencahayaan buatan
Pencahayaan buatan adalah pencahayaan yang
berasal dari sumber cahaya buatan manusia yang
dikenal dengan lampu atau luminer. Pada cuaca
yang kurang baik dan malam hari, pencahayaan
buatan sangat dibutuhkan.

Pencahayaan buatan

membutuhkan energi untuk diubah menjadi terang


cahaya. Segi efisiensi menjadi pertimbangan yang
sangat penting selain menjadikan pencahayaan
buatan

sesuai

dengan

kebutuhan

manusia.

Pencahayaan buatan yang efisien mempunyai fokus


kepada pemenuhan pencahayaan pada bidang kerja
(Satwiko, 2004).
10) Kelembaban
Kelembaban sangat

berperan

penting

dalam

pertumbuhan kuman penyakit.Kelembaban yang tinggi dapat


menjadi tempat yang disukai oleh kuman untuk pertumbuhan
dan

perkembangannya.

13

Keadaan

yang

lembab

dapat

mendukung terjadinya penularan penyakit (Notoatmodjo,


2007).
11) Saluran pembuangan air limbah
Air limbah adalah sisa air yang dibuang yang berasal
dari rumah tangga, industry dan pada umumya mengandung
bahan atau zat yang membahayakan. Sesuai dengan zat yang
terkandung didalam air limbah, maka limbah yang tidak diolah
terlebih dahulu akan menyebabkan gangguan kesehatan
masyarakat dan lingkungan hidup antara lain limbah sebagai
media penyebaran penyakit (Notoadmodjo, 2003).

Saluran

pembuangan air limbah yang tidak mengalir lancar, dengan


bentuk SPAL tidak tertutup dibanyak tempat, sehingga air
limbah menggenang ditempat terbuka. Keadaan ini berpotensi
sebagai tempat berkembang biak vector dan bernilai negative
dari aspek estetika (Soejadi, 2003).
12) Drainase
Drainase berasal dari bahasa Inggris yaitu drainage
mempunyai arti mengalirkan, menguras, membuang, atau
mengalihkan air. Secara umum, drainase dapat didefinisikan
sebagai suatu tindakan teknis untuk mengurangi kelebihan air,
baik yang berasal dari air hujan, rembesan,limpahan air
masyarakat adapun jenis drainase dapat diklasifikasikan
berdasarkan menurut asal terbentuknya:
a) Drainase Alamiah (Natural Drainage)
Drainase yang terbentuk secara alami dan tidak
terdapat bangunan-bangunan penunjang seperti
bangunan pelimpah, pasang batu/beton, goronggorong, dan lain-lain. Saluran ini terbentuk oleh
gerusan air yang permanen seperti sungai.
b) Drainase Buatan (Arficial Drainage)
Drainase yang dibuat dengan maksud dan tujuan
tertentu hingga memerlukan bangunan-bangunan

14

seperti selokan pasang batu/beton, gorng-gorong,


pipa-pipa dan sebagainya (Saprianto, 2014).

BAB III
HASIL
A. Data
1. Data Umum
a. Nama Lokasi

: Masjid Agung

Baitussalam
b. Alamat
c.
d.
e.
f.

: Jl. Masjid No. 1

Purwokerto
Tahun berdiri
Jumlah pengunjung rata-rata perminggu
Jumlah kapasitas Masjid
Jumlah rata-rata jamaah

15

: 1950
: 600 pengunjung
: 2000 jamaah
:

1) Untuk anak anak


: 100 per hari
2) Untuk dewasa
: 500 per hari
2. Data Khusus
a. Apakah bila musim hujan halaman Masjid/Gereja digenangi air

b.
c.
d.
e.

(becek)?
Jawaban : Ya.
Jenis air bersih apa yang digunakan oleh Masjid/Gereja tersebut?
Jawaban : PAM dan bor.
Bagaimana kualitas air bersih yang tersedia?
Jawaban : Bersih.
Berapa kali alas seperti karpet, tikar dan plester dibersihkan?
Jawaban : 1 bulan sekali, mukena 1 minggu sekali.
Apakah pada Masjid/Gereja tersebut terdapat fasilitas tempat cuci
tangan, kamar mandi dan WC?
Jawaban : Ada. Tempat wudhu perempuan sebanyak 28 dan kamar
mandi/ WC sebanyak 5. Sedangkan tempat wudhu laki-laki

sebanyak 36 dan kamar mandi/ WC sebanyak 3.


f. Apakah jumlah tersebut mencukupi kebutuhan pengunjung?
Jawaban : Mencukupi.
g. Jenis pencahayaan apa yang digunakan di dalam Masjid/Gereja?
Jawaban : Pencahayaan alami dan buatan (lampu).
h. Apakah pada Masjid/Gereja terdapat tempat sampah? jika Ya,
apakah jumlahnya sudah mencukupi untuk menampung volume
sampah yang dihasilkan?
Jawaban : Ada dan mencukupi.
i. Apakah pada Masjid/Gereja terdapat saluran pembuangan air
limbah dan air hujan?
Jawaban : Ada.
j. Apakah ventilasi dalam ruangan Masjid/Gereja sudah mencukupi?
Jawaban : Mencukupi
k. Kegiatan apa saja yang dilakukan oleh Masjid/ Gereja?
Jawaban : Taman Pendidikan Al Quran (TPA), takhsin, kajian
untuk ibu-ibu, tamir setelah sholat subuh dan sholat maghrib,
tamir kewanitaan, kajian Muhammadiyah, kajian Salafi, dan lainlain.
B. Penilaian
a. Penilaian Inspeksi
Inspeksi dilakukan pada hari Selasa, 25 November 2014. Hasil
keseluruhan dari cheklist inspeksi sanitasi Masjid Agung Baitussalam

16

Purwokerto diperoleh nilai sebesar 831 yang menunjukkan bahwa


sanitasi masjid tersebut sudah baik.
b. Nilai Kebisingan
Nilai Kalibrasi
: 95
Hasil Pengukuran
: 87.8, 87.7, 87.7, 87.6, 87.6, 87,6 87.5, 87.5,
87.4, 87.4, 87.4, 87.3, 87.3, 87.3, 87.2, 87.2, 87.1, 87.1, 87.1, 87.0.
Rata-rata hasil
: 87.39 95 = -7,61 dB
c. Pencahayaan
Pengukuran pencahayaan dilakukan sebanyak 20 kali dengan jarak
kurang lebih 3 meter sekali dikarenakan luas masjid sangat besar.
Pengukuran dilakukan pada setiap bagian sisi masjid dan tengah
berurutan berdasarkan lebar masjid dari kiri ke kanan sebanyak 5 kali
pengukuran masing-masing 4 kali.
Nilai Kalibrasi pengukuran adalah 0,1 sehingga setiap pengukuran
dilakukan pengurangan sebesar 0,1.
Hasil Pengukuran
: 4.1, 4.4, 8.4, 4.2, 4.7, 25, 17.1, 22.4, 15.2, 7.5,
9.3, 11.8, 5.8, 124.4, 3.4, 3.4, 6.2, 19.2, 10.6, 5.4.
Rata-rata Hasil
: 15.7 fc
d. Suhu dan Kelembaban
1) Suhu
: 29oC
2) Kelembaban
:Dry Wet
: (28 27) oC = 1 oC 92%
Dry
: 28oC
Wet: 27oC

17

BAB IV
PEMBAHASAN HASIL
A. Gambaran Umum
Masjid Agung Baitussalam adalah tempat peribadahan umat islam
yang berdiri pada 21 Agustus 1970 yang berlokasi di Jalan Masjid Nomor 1,
Purwokerto

Kabupaten

Banyumas.

Masjid

Agung

Baitussalam

ini

berkapasitas sebanyak kurang lebih 2000 jamaah dengan rata-rata jamaaah


tiap harinya kurang lebih 600 jamaah. Selain sebagai tempat ibadah sholat,
Masjid Agung Baitussalam juga mempunyai kegiatan-kegiatan lain seperti
Taman

Pendidikan

Al

Quran

(TPA),

kajian

rutin,

kajian

khusus

kemuslimahan, tamir setelah sholat subuh dan maghrib, tamir khusus ibuibu, kajian Muhammadiyah, kajian salafiah dan lain sebagainya.
Fasilitas yang tersedia di Masjid Agung Baitussalam diantaranya
adalah tempat wudhu sebanyak 64 buat yang terdiri dari 28 tempat wudhu
perempuan dan 36 tempat wudhu laki-laki, kamar mandi sebanyak 8 yang
terdiri dari 5 kamar mandi perempuan dan 3 kamar mandi laki-laki, tempat
sampah, perpustakaan, alat-alat sholat yang lengkap, juga tersedia tempat
parkir yang luas di sebelah timur dan selatan masjid.
B. Komponen Penilaian
1. Kondisi Bangunan
a. Kebersihan Lantai
Kualitas lantai masjid dapat dilihat dari lantainya yang kuat,
mudah dibersihkan dan tidak licin. Kami memberi nilai 5 dari bobot 5
pada lantai yang kuat, 5 dari bobot 5 pada lantai yang mudah
dibersihkan dan 5 dari bobot 5 pada lantai yang tidak licin, sehingga
diperoleh jumlah nilai pada aspek kualitas lantai adalah 15. Menurut
Depkes RI (2002), Lantai harus cukup kuat untuk manahan beban di
atasnya. Bahan untuk lantai biasanya digunakan ubin,kayu plesteran,
atau bambu dengan syarat-syarat tidak licin, stabil tidak lentur waktu

18

diinjak, tidak mudah aus, permukaan lantai harus rata dan mudah
dibersihkan.
Lantai masjid merupakan salah satu aspek kondisi bangunan
masjid yang perlu diperhatikan kebersihannya agar terhindar dari najis.
Perawatan lantai masjid dapat dilihat dari lantainya yang tidak terdapat
debu dan kotoran serta mengkilap. Menurut bapak penjaga masjid,
setiap hari lantai masjid dibersihkan dengan cara disapu dan dipel.
Kami memberi nilai 10 dari bobot 10 pada lantai yang tidak terapat
debu dan kotoran dan 5 dari bobot 5 pada lantai yang mengkilap,
sehingga diperoleh jumlah nilai pada aspek perawatan lantai adalah
15.
b. Kebersihan Dinding/ Langit
Kualitas dinding/ langit masjid dapat dilihat dari dinding
masjid yang permanent, kedap air dan tidak lembab. Kami memberi
nilai 5 dari bobot 5 pada dinding/ langit yang permanent, 5 dari bobot
5 pada dinding/ langit yang kedap air dan 5 dari bobot 5 pada dinding/
langit yang tidak lembab,sehingga diperoleh jumlah nilai pada aspek
kualitas dinding/ langit masjid adalah 15.
Perawatan dinding/ langit masjid dapat dilihat dari dinding/
langit masjid yang berwarna terang dan tidak berdebu. Kami memberi
nilai 8 dari bobot 8 pada dinding/ langit dengan warna terang dan 3
dari bobot

7 pada dinding/ langit yang tidak berdebu, karena

berdasarkan observasi

sehingga diperoleh jumlah nilai dari aspek

perawatan dinding/ langit masjid adalah 11. Dinding berfungsi sebagai


elemen pembatas antar ruang. Elemen dinding terbuat dari material
batu bata. Dinding difinishing dengan penggunaan cat dinding atau
sekedar batu bata yang diekspos. Permukaan dinding harus bersih,
tidak lembab dan berwarna terang. Permukaan dinding yang selalu
terkena percikan air harus terbuat dari bahan yang kuat dan kedap air.
(Keman dalam Safitri, 2007).
c. Pencahayaan

19

Kualitas pencahayaan masjid dapat dilihat dari pengukuran


pencahayaan dengan angka pencahayaan minimal 10 fc atau masih
dapat membaca dengan jelas pada tempat tergelap. Hasil rata-rata
pengukuran pencahayaan yang kami peroleh setelah melakukan
pengukuran sebanyak 20 kali pada setiap sisi masjid dengan jarak
antar sisi kurang lebih 3 meter adalah 15.7 fc, yang artinya telah
memenuhi dari angka minimal pencahayaan. Sehingga kami memberi
nilai 20 pada aspek kualitas pencahayaan.
Menurut UU Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan
Gedung, setiap bangunan gedung harus mempunyai pencahayaan
alami dan atau pencahayaan buatan, termasuk pencahayaan darurat
sesuai dengan fungsinya. Pencahayaan alami yang ada di Masjid
Agung Baitussalam adalah melalui pencahayaan langsung dari sinar
matahari, sedangkan pencahayaan buatan masjid dengan menggunakan
lampu neon.
Menurut

penelitian

Zainurrahman

(2012),

kualitas

pencahayaan alami pada masjid di daerah perkotaan padat penduduk


belum menjamin kenyamanan di setiap sisi ruangan masjid.
Pencapaian kenyamanan hanya didapatkan pada beberapa titik di
dalam ruangan masjid. Disamping dipengaruhi oleh jenis dan ukuran
bukaan, kualitas pencahayaaan alami juga dipengaruhi oleh posisi
masjid terhadap bangunan sekitarnya.
d. Penghawaan
Kualitas penghawaan dapat dilihat bila luas penghawaan
minimal 20 % dari luas bangunan. Penghawaan di masjid Agung ini
sudah cukup baik, sebab ada cukup banyak pembukaan atau ventilasi
untuk penghawaan dan memenuhi 20 % dari luas bangunan. Hasil
perhitungan terhadap suhu dan kelembaban masjid diperoleh suhu
masjid 29oC dan kelembaban ruang dalam masjid 92 %. Menurut
Lippsmeier (1994) dalam Satwiko (2006) mengatakan batas nyaman
daerah katulistiwa adalah 22,5-29,5C dengan kelembaban ruang

20

dalam yang nyaman berkisar 40-60%, sehingga dapat disimpulkan jika


kelembaban ruang dalam masjid belum memenuhi

standar

kenyamanan. Maka kami memberi nilai 15 dari bobot 20 dalam aspek


penghawaan masjid.
Menurut UU Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan
Gedung, Untuk memenuhi persyaratan sistem penghawaan, setiap
bangunan gedung harus mempunyai ventilasi alami dan atau ventilasi
mekanik/buatan sesuai dengan fungsinya. Ventilasi alami pada Masjid
Agung Baitussalam adalah melalui pintu, jendela dan lubang angin.
Sedangkan ventilasi buatannya menggunakan fan (baling-baling) yang
menempel di langit-langit masjid untuk menggerakkan udara.
2. Fasilitas Sanitasi
a.

Ketersediaan air bersih ditinjau dari kuantitas dan kualitasnya


Air adalah sumber daya alam yang mutlak diperlukan bagi
kehidupan manusia dan dalam sistem tata lingkungan, air adalah unsur
lingkungan. Kebutuhan manusia akan kebutuhan air selalu meningkat
dari waktu ke waktu, bukan saja karena meningkatnya jumlah manusia
yang memerlukan air tersebut, melainkan juga karena meningkatnya
intensitas dan ragam dari kebutuhan akan air, (Silalahi. M.D., 2002).
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 416/MENKES/PER/IX/1990 dijelaskan bahwa air adalah air
minum, air bersih, air kolam renang dan air pemandian umum. Air
bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang
kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila
telah dimasak. Masalah pengawasan kualitas air dapat dimonitor
melalui prosedur pemeriksaan secara berkala baik dari segi fisik, kemis
maupun mikrobiologis. kuallitas air bersih secara kasat mata bisa
dilihat dari parameter air secara fisik, yaitu air tidak berwarna, tidak
berbau, tidak berasa, dan tidak keruh (Ichsan, 1979).

21

Kebutuhan akan air dikategorikan dalam kebutuhan air domestik


dan non domestik. Kebutuhan air domestik adalah kebutuhan air yang
digunakan untuk keperluan rumah tangga yaitu untuk keperluan
minum, masak, mandi, mencuci pakaian serta keperluan lainnya,
sedangkan kebutuhan air non domestik digunakan untuk kantor, tempat
ibadah, niaga dan lain-lain (Moegijantoro, 1995).
Hasil obeservasi di Masjid Baitussalam menunjukan kuantitas
penyediaan air bersih telah melebihi kebutuhan wudlu Jemaah masjid
walaupun dimusimkemarau, sehingga kami memberikan nilai untuk
kuantitas ketersediaan air bersih sebesar 100 dari bobot 100.
Sementara untuk kualitas fisik air dengan parameter air tidak berbau,
tidak berwarna, tidak berasa masing- masing memperoleh nilai 25.
Total keseluruhan nilai dari parameter kulitas fisik air yaitu 100 dari
bobot 100. Hal ini menunjukan bahwa ketersediaa air di Masjid Agung
Baitussalam baik di tinjau dari segi kuantitas maupun kualitasnya
sudah memenuhi persyaratan kesehatan.
Ditinjau dari jumlah atau kuantitas air yang dibutuhkan manusia,
kebutuhan dasar air bersih adalah jumlah air bersih minimal yang perlu
disediakan agar manusia dapat hidup secara layak yaitu dapat
memperoleh air yang perludisediakan untuk melakukan aktivitas dasar
sehari-hari Sunjaya (Karsidi, dalam silalahi 2002).
b.

Ketersediaan jamban sehat


Tingkat

kesehatan

lingkungan

ditentukan

oleh

berbagai

kemungkinan bahwa lingkungan berperan sebagai pembiakan agen


hidup, tingkat kesehatan lingkungan yang tidak sehat bisa diukur
dengan Penyediaan air bersih yang kurang, Pembuangan air limbah
yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan, Penyediaan dan
pemanfaatan tempat pembungan kotoran serta cara buang kotoran
manusia yang tidak sehat, serta tidak adanya penyediaan dan

22

pemanfaatan tempat pembuangan sampah yang memenuhi persyaratan


kesehatan (Suyono dalam Puspitawati, 2013). Tempat pembuangan
kotoran manusia (jamban) merupakan hal yang sangat penting, dan
harus selalu bersih, mudah dibersihkan, cukup cahaya dan cukup
ventilasi, harus rapat sehingga terjamin rasa aman bagi pemakainya,
dan jaraknya cukup jauh dari sumber air (Puspitawati, 2013).
Kuantitas jamban dapat dilihat bila jumlah jamban yang tersedia
mencukupi yaitu tersediaa 1 jamban untuk setiap 200 jemaah. Masjid
agung baitussalam memiliki 5 buah jamban untuk Jemaah wanita dan 3
buah jamban untuk Jemaah pria total ketersediaan jamban seluruhnya
8 buah. Sementara rata-rata jumlah Jemaah perhari 600 orang. Hasil
penilaian untuk ketersediaan jamban berdasarkan jumlah Jemaah
perhari diberi nilai 30 dari bobot 30. Jamban yang tersedia merupakan
jamban dengan jenis leher angsa, kondisi jamban bersih dan bebas dari
serangga dan vektor diberi nilai 28 dari bobot 30. Jamban di Masjid
angung purwokerto bersih, hal ini dapat dilihat tidak adanya ceceran
tinja yang kami beri nilai 6 dari total bobot 6. Ketersediaan air
penggotor di beri nilai 6 dari bobot 6, hal ini dikarenakan jumlah air
yang tersedia untuk sarana penggontor kontoran tersedia dalam jumlah
yang cukup.kondisi jamban tidak berbau diberi nilai 6 dari bobot 6,
kondisi lantai kamarmandi yang itdak licin diberi nilai 6 dari bobot 6,
dan ketersediaan sabun dalam kamar mandi diberi nilai 4 dari bobot 6.
Kondisi jamban yang bersih dipengaruhi oleh perawatan kamarmandi
yang baik dan rutin yang dilakukan oleh pihak pengelola masjid.
Percikan air kencing yang sangat lembut tetap dihukumi najis,
sehingga kurang dianjurkan tidak menggunakan urinaria. Apalagi jika
ada orang yang tak terbiasa menggunakannya, pasti mengalami
kesulitan untuk mensucikannya. Begitu juga untuk toilet duduk yang
percikan airnya kadang mengenai badan dan pakain, Jadi lebih baik

23

menggunakan toilet jongkok (sunah nabi untuk buang air kecil dan
besar dengan jongkok (Arsyad, 2012).
c.

Peturasan
Di dalam kamar mandi harus tersedia bak dan air bersih dalam
keadaan cukup dan peturasan harus dilengkapi dengan air yang
mengalir.Sebaiknya jamban juga dilengkapi dengan sapu tangan kertas
atau tissue (Depkes RI dalam Prasetya).
Kuantitas dari peturasan dapat dilihat apabila jumlah peturasan
yang tersedia melebihi kebutuhan Jemaah. Jumlah peturasan diberi
nilai 45 dari total bobto 45 karena masjid memiliki peturasan yang
sudah mencukupi. Adanya saluran khusus kereapan kami beri nilai 9
dari bobot 9. Peturasan yang tidak berbau kami memberi nilai 9 dari
bobot 9. Ketersediaan air yang cukup untuk menggelontor kami beri
nilai 9 dari bobot 9.lantai peturasan yang tidak licin kami beri nilai 9
dari bobot 9. Peturasan yang bersih dan tidak terdapat kotoran kami
beri nilai 9 dari bobot 9. Hal ini menujukan kodisi peturasan yang ada
di masjid jumlahnya sudah mencukupi dan kondisinya bersih.

d.

Saluran pembuangan air limbah


Air limbah adalah sisa air yang dibuang yang berasal dari rumah
tangga, industry dan pada umumya mengandung bahan atau zat yang
membahayakan. Sesuai dengan zat yang terkandung didalam air
limbah, maka limbah yang tidak diolah terlebih dahulu akan
menyebabkan gangguan kesehatan masyarakat dan lingkungan hidup
antara lain limbah sebagai media penyebaran penyakit (Notoadmodjo,
2003).
Kualitas pembuangan saluran air limbah dapat dilihat dari
tersedianya saluran pembawa permanen dan kedap air kami beri nilai

24

12 dari bobot 12. Ketersediaan bak control kami beri nilai 12 dari
bobot 12. Untuk kualitas sumber air, aliranair yang mengalir serta
kondisi saluranpembawa yang bersih kami beri nilai masing masing 12
dari bobot 12.
Saluran pembuangan air limbah yang tidak mengalir lancar,
dengan bentuk SPAL tidak tertutup dibanyak tempat, sehingga air
limbah menggenang ditempat terbuka. Keadaan ini berpotensi sebagai
tempat berkembang biak vector dan bernilai negative dari aspek
estetika (Soejadi, 2003).
e.

Pembuangan air hujan/drainase


Pembuatan drainase bertujuan untuk mengalirkan air lebih dari
suatu kawasan yang berasal dari air hujan maupun air buangan, agar
tidak terjadi genangan yang berlebihan pada suatu kawasan tertentu.
Kualitas saluran pembuangan air hujan dapat dilihat dari
tersedianya saluran khusus ke saluran umum kota dan air mengalir
sehingga tidak menggenang. Masjid telah menyediakan saluran
pembuangan air hujan dari saluran khusus ke saluran umum kota
sehingga kami memberi nilai 15 dari bobot 15. air hujan yang ada
dimesjid juga mengalir sehingga tidak menggenang maka kami
memberi nilai 15 dari bobot 15.
Drainase berguna untuk menghindari dari suatu genangan air
atau banjir banjir. masalah genangan / banjir sering terjadi dikarenakan
curah hujan yang cukup tinggi, konsisi topografi serta sikap ulah
manusia itu sendiri yang kurang peduli terhadap lingkungan. Misalnya
kebiasaan membuang sampah rumah tangga ke got / saluran-saluran
bahkan ke sungai-sungai yang ada sehingga terjadi penyempitan dan

25

pendangkalan pada saluran pembuang, sehingga tidak dapat dialirikan


sebagaimana mestinya (Seprianto, 2014).
f.

Tempat pembuangan sampah


Mengingat efek dari sampah

terhadap

kesehatan maka

pengelolaan sampah harus memenuhi kriteria yaitu tersedia tempat


sampah yang dilengkapi dengan penutup, tempat sampah terbuat dari
bahan yang kuat, tahan karat, permukaan bagian dalam rata dan
dilengkapi dengan penutup. Selain itu, tersedianya tempat pembuangan
sampah semetara yang mudah dikosongkan, tidak terbuat dari beton
permanen, terletak dilokasi yang terjangkau kendaraan pengangkut
sampah dan harus dikosongkan sekurang-kurangnya 3 x 24 jam
(Kusnoputranto, 2000).
Kualitas tempat pembuangan sampah dilihat berdasarkan temapt
sampah yangt tertutup, mudah dibersihkan dan kedap air. Tempat
smpah masjid tertutup sehingga kami meberi nilai 8 dari bobot 8.
Tempat sampah mudah di bersihkan sehingga kami memberi nilai 8
dari bobot 8. Tempat sampah kedap air sehingga kami meberi nilai 8
dari bobot 8. Kuantitas tempat pembuangan sampah dilihat dari apabila
volume tong sampah mencukupi volume sampah. Tempat pembuangan
sampah di masjid telah mencukupi volume sampah sehingga kita
memberi nilai 25 dari bobot 25.
Pengelolaan sampah yang tidak baik akan menimbulkan dampak
lingkungan. Tempat pembuangan sampah dapat sebagai media untuk
perkembangan binatang-binatang pembawa penyakit seperti lalat,
tikus, nyamuk yang dapat menyebabkan penyakit menular kepada
manusia melalui perantara hewan tersebut. Sampah dapat pula
menyebabkan pencemaran pada tanah, bahan-bahan asing baik yang
bersifat organik maupun bersifat anorganik, berada di permukaan tanah

26

yang menyebabkan daratan menjadi rusak dan tidak dapat memberikan


daya dukung bagi kehidupan manusia (Doelle,kusnoputranto 2000).

3. Pengawasan Serangga dan Vektor


Menurut Budiman (2007) vektor adalah serangga atau hewan
lain yang biasanya membawa kuman penyakit yang merupakan suatu
risiko bagi kesehatan masyarakat. Di Masjid Agung Baitussalam
Purwokerto selalu dilakukan pengawasan serangga dan vektor akan
tetapi pada kenyataanya masih terdapat beberapa vektor seperti lalat,
kecoa dan tikus meskipun jumlahnya tidak banyak.
Masjid
Agung
Baitussalam
Purwokerto

berdasarkan

dilakukannya observasi tidak terdapat jentik nyamuk pada airnya


sehingga diberikan penilaian sebesar 20 nilai terbesar berdasarkan
bobot. Akan tetapi karena masih terdapat lalat kecoa dan tikus maka
pengawasan terhadap vektor tersebut diberikan nilai masing-masing
15. Oleh karena itu jumlah keseluruhan penilaian pada pengawasan
serangga dan vektor adalah 65.
4. Pengaturan Barang-barang
Masjid Agung Baitussalam Purwokerto memiliki berbagai
macam

barang-barang

seperti, Al-Quran,

buku-buku,

alat-alat

sembahyang. Berdasarkan hasil observasi penempatan barang-barang


sudah sesuai yaitu barang-barang ditempatkan pada tempatnya
masing-masing, disana terdapat rak khusus untuk penyimpanan alquran.
Perlengkapan

sembahyang

seperti

mukena

dan

sarung

tersimpan rapi pada tempatnya. Selain itu, Masid Baitussalam


memiliki perpustakaan sendiri yang berada didalam masjid. Bukubuku yang ada di perpustakaan tersimpan rapi pada raknya. Penilaian
yang diberikan pada aspek penempatan barang-barang teratur di
tempat yang sesuai dengan fungsinya adalah 15 nilai terbesar
berdasarkan bobot. Sedangkan penilaian kotor atau tidaknya
27

penempatan barang-barang diberikan penilaian sebesar 10 dari bobot


15 sehingga jumlah penilaian keseluruhan pengaturan barang-barang
adalah 25.
5. Fasilitas P3K
Masjid Agung Baitussalam Purwokerto memiliki kotak P3K
oleh karena itu diberi penilaian 15 dari bobot 15. Akan tetapi isi kotak
P3K tidak lengkap sehingga diberikan penilaian 2 dari bobot 5 dan
kotak P3K juga tidak berfungsi dengan baik dikarenakan isinya tidak
lengkap maka diberi penilaian 3 dari bobot 5. Jumlah nilai keseluruhan
fasilitas P3K adalah 15. Penting disediakannya fasilitas P3K yang
berfungsi untuk menolong orang yang kecelakaan disekitar daerah
masjid karena di masjid pun memungkinkan untuk terjadi kecelakaan
seperti jatuh dari tangga, terpeleset di lantai yang licin sekitar kamar
mandi dan tempat pengambilan air wudhu. (Budiman, 2007)
6. Kebersihan Perlengkapan Sembahyang
Alat-alat perlengkapan sembahyang yang ada di Masjid Agung
Baitussalam berdasarkan hasil observasi utuh, sehingga diberikan
penilaian 20 dari bobot 20. Akan tetapi kualitasnya tidak 100% tidak
berbau, tidak kotor, tidak berdebu tidak sehingga masing-masing
diberikan nilai 15 dari bobot 20 dengan jumlah nilai keseluruhan
adalah 65. Hal tersebut dikarenakan pencucian mukena dilakukan
hanya seminggu sekali maka kemungkinan mukena bau itu ada karena
setiap harinya dipakai oleh banyak orang. Begitu juga karpet hanya
dilakukan pembersihan sebulan sekali makan dipastikan terdapat debu
pada karpet tersebut meskipun debu tidak terlihat jelas oleh kasat mata
secara langsung.
7. Fasilitas Wudhu
Kuantitas fasilitas wudhu di Masjid Baitussalam memenuhi
syarat. Kuantitas Fasilitas wudhu yang memenuhi syarat dapat dilihat
dari jumlah kran berbanding kapasitas jemaah masjid 1:50 jamaah.

28

Sehingga kami memeberikan penilaian sebesar 20 dari bobot yang ada.


Hal tersebut dikarenakan jumlah kuantitas kran yang ada di masjid
Baitussalam tersedia cukup banyak dan memenuhi jumlah kuota
jamaah yang datang.
Kualitas fasilitas wudhu di Masjid Baitussalam belum
memenuhi syarat. Kualitas fasilitas wudhu yang memenuhi syarat
apabila fasilitas wudhu menggunakan kran dan menggunakan bak
tertutup. Kami memberikan nilai 10 dari bobot 10 untuk kategori
menggunakan kran, karena di Masjid Baitussalam menggunakan kran
untuk wudhu jamaah. Sedangkan untuk bak air tertutup kami beri nilai
0 dari bobot 10 karena di Masjid Baitussalam menggunakan bak air
terbuka dan belum bak air tertutup.
Penempatan fasilitas wudhu di Masjid Baitussalam memeuhi
syarat. Penempatan memenuhi syarat karena fasilitas wudhu terpisah
dengan masjid yang diberi nilai 10 dari bobot 10 dan fasilitas wudhu
di Masjid Baitussalam tidak berbau sehingga kami beri nilai 10 dari
bobot 10.
Perawatan fasilitas wudhu di Masjid Baitussalam memenuhi
syarat dengan penilaian sebesar 20 dari bobot 20. Penilaian tersebut
dilihat dari bak air lantai dan dinding tidak berlumut dengan nilai 10
dari bobot 10, dan tidak ada endapan air dengan nilai 10 dari bobot 10.
8. Karyawan Masjid
Kebersihan perorangan dari petugas Masjid Baitusalam dengan
pembobotan 40, kami memberikan penilaian sebesar 30 dari bobot 40.
Petugas tidak dalam keadaan sakit mata/kulit dengan nilai 20 dari
bobot 20. Petugas berpenampilan bersih dengan nilai 10 dari bobot 20.
Pemeriksaan kesehatan petugas kebersihan masjid seharusnya
melakukan pemeriksaan kesehatan berkala setiap 6 bulan 1 x. Namun
petugas kesehatan yang bekerja di Masjid Baitussalam tidak
melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala 6 bulan 1 x. Petugas
memeriksaan diri ketika dalam keadaan sakit yang tidak dapat

29

melakukan aktifitas fisik saja. Sehingga kami memberikan nilai


sebesar 0 dari bobot nilai 40.

BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
1. Berdasarkan penilaian pada cheklist inspeksi sanitasi Masjid Agung
Baitussalam Purwokerto diperoleh jumlah nilah sebesar 831. Hal tersebut
menunjukkan bahwa sanitasi masjid sudah baik.
2. Masjid Agung Baitussalam adalah tempat peribadahan umat islam yang
berdiri pada 21 Agustus 1970 yang berlokasi di Jalan Masjid Nomor 1,
Purwokerto Kabupaten Banyumas. Masjid Agung Baitussalam ini
berkapasitas sebanyak kurang lebih 2000 jamaah dengan rata-rata jamaah
tiap harinya kurang lebih 600 jamaah. Kegiatan yang ada di masjid

30

diantaranya TPA, kajian dan tamir. Fasilitas yang dimiliki antara lain
kamar mandi, tempat wudhu, tempat sampah perlengkapan sholat,
perpustakaan dan tempat parkir.
3. Berdasarkan hasil pengukuran diperoleh nilai pencahayaan sebesar 15,7
fc, kebisingan -7,61 dB dan kelembaban sebesar 92%.
B. Saran
1. Saran Bagi Institusi
Diharapkan jurusan Kesehatan Masyarakat dapat memberikan ilmu
pengetahuan yang berkaitan dengan sanitasi tempat-tempat umum kepada
mahasiswa jurusan Kesehatan Masyarakat sehingga mahasiswa dapat
memberikan pengajaran dan mampu mengaplikasikan ilmu pengetahuannya
kepada masyarakat.
2. Saran Bagi Pemerintah
Pemerintah perlu mengadakan pembinaan perilaku hidup bersih dan
sehat kepada petugas masjid khususnya pada aspek sanitasi kebersihan
masjid.
3. Saran Bagi Masjid Baitussalam
Diharapkan petugas masjid dapat mempertahankan aspek-aspek sanitasi yang
sudah baik dan memperbaiki aspek-aspek sanitasi masjid yang belum
memenuhi syarat elemen bangunan masjid yang sesuai dengan standar
kesehatan

31

Anda mungkin juga menyukai