Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kita masih menemukan guru berada di dalam situasi yang kurang
menguntungkan untuk melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya.
Banyak guru yang ditempatkan di dalam ruang yang penuh sesak dengan
subjek didik dengan perlengkapan yang kurang memadai dengan dukungan
manajerial yang kurang mutakhir. Demikian pula dihadapkan lagi dengan
kemajuan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang didukung
dengan fasilitas minim dan iklim kerja yang tidak menyenangkan serta
ditambah lagi dengan berbagai tugas non-mengajar yang banyak menyita
waktu dan tenaga para guru.
Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di satu pihak
akan membawa suatu kemajuan dan perkembangan yang dialami masyarakat
serta aspirasi nasional dalam kemajuan bangsa dan umat manusia. Namun di
lain pihak akan membawa konsekuensi serta persyaratan yang semakin berat
dan kompleks bagi pelaksana sektor pendidikan pada umumnya dan guru
pada khususnya.
Ironisnya dari pengadaan berbagai bantuan dalam rangka peningkatan
kualitas lingkungan kerja yang menyenangkan seperti pengadaan alat-lat
laboratorium , workshop, bahan-bahan instruksional serta fasilitas yang
dibutuhkan, kemudian berakhir dengan frustasi dan kekecewaan, karena guruguru tidak ada sikap apresiasi, kreativitas, motivasi, dedikasi, serta
kompetensi profesional.
Dari permasalahan tersebut maka dapat dirumuskan masalahnya
sebagai berikut: "Bagaimanakah upaya guru untuk mengembangkan
profesinya dalam lembaga pendidikan?"
1.2. Rumusan Masalah
a. Jelaskan usaha-usaha pengembangan guru sebagai tenaga pendidik ?
b. Jelaskan dasar-dasar pengembangan profesi guru ?

1.3. Tujuan
a. Mengetahui bagaimana usaha-usaha pengembangan guru sebagai tenaga
pendidik
b. Mengetahui dasar-dasar pengembangan profesi guru

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Usaha-usaha pengembangan guru sebagai tenaga pendidik
a. Program pre-service education
Usaha pengembangan guru yang dilakukan sebelum seseorang
menduduki jabatan atau menjadi seorang guru. Misalnya PGSD dan
FKIP. Selama program pre-service education, seorang calon guru akan
belajar bagaimana menggunakan pengetahuan mereka untuk menyusun
rencana pembelajaran untuk mengajar di kelas. Topik umum meliputi
manajemen kelas, rencana pelajaran, dan pengembangan profesional.
Fokus utama selama program pendidikan tersebut adalah praktikum
dimana guru pre-service ditempatkan dalam setting sekolah (baik SD,
atau senior) dan bayangan seorang guru berpengalaman. Disini seoarang
calon

guru

akan

diberikan

kesempatan

untuk

mengembangkan

keterampilan melalui rencana pelajaran, mengajar pelajaran dan


manajemen kelas.
Program ini merupakan upaya pemerintah untuk perbaikan mutu
guru. Oleh karena itu sejak Pelita III, dimulai tahun 1979/1980 diadakan
pembaharuan

pendidikan

guru,

sehingga

ditetapkan

suatu

pola

pembaharuan sistem pendidikan tenaga kependidikan. Pembaharuan itu


menetapkan satu pola pengembangan pada IKIP atau FKIP/FIP yang
disebut Lembaga Pengadaan Tenaga Kependidikan (LPTK).
Lembaga Pengadaan Tenaga Kependidikan mempunyai empat
macam program pendidikan guru, yaitu:
1) Program gelar yang melalui jenjang Sarjana (SI) dengan lama studi 4 7 tahun.
2) Program Pascasarjana dengan lama studi 6 - 9 tahun (S2).
3) Program Doktor dengan lama studi 8 - 11 tahun (S3)
4) Program non-Gelar (program diploma) dengan rincian sebagai
berikut:
a. Program Diploma (D1) dengan lama studi 1 - 2 tahun.

b. Program Diploma (D-2) dengan lama studi 2 - 3 tahun


c. Program Diploma (D-3) dengan lama studi 3 - 5 tahun
Faktor tenaga kependidikan harus menjadi perhatian utama untuk
menjalin terwujudnya gagasan menjadi suatu realitas. Tenaga pendidikan
disiapkan melalui pre service teacher education sebagai lembaga
lembaga pendidikan tenaga kependidikan (LPTK) dengan strategi
pelaksanaan dan pengembangan yang ditangani oleh perguruan tinggi
(FKIP, FIP, STKIP, dan Tarbiyah) yang menghasilkan tenaga
kependidikan dan guru. Kemampuan LPTK menangani program dan
melakukan inovasi dengan menanamkan pemahaman yang mendalam
tentang kurikulum pada calon guru dengan melakukan evaluasi pada tiap
periode yang telah ditentukan untuk menjamin kesinambungan
pengembangan staf.
Loretta dan Stein (1989) mengemukakan kategori pendidikan
profesional pre-service adalah studi yang diwajibkan untuk menjadi
seorang guru yang secara historis terbentuk dari sejumlah mata pelajaran
yang diambil pada perguruan tinggi dengan memberikan pengalaman
lapangan supervisi yang didesain untuk memenuhi tamatan SLTA
memasuki profesi mengajar. Kemudian penataran guru untuk memenuhi
kebutuhan pejabat dan pegawai dalam daerah tertentu. Program pelajaran
berkelanjutan juga perlu dilakukan yang ditentukan secara individual
atau mata pelajaran yang dipilih untuk memenuhi minat dan kebutuhan
pencapaian tujuan spesifik dan gelar. Terakhir pengembangan kedudukan
staf yang perlu dilakukan baik secara pribadi maupun kelompok.
b. Program In- service Education
Program in-service education adalah program pengajaran atau
pelatihan yang disediakan oleh badan atau lembaga untuk karyawannya.
Program ini diadakan di lembaga atau instansi dan dimaksudkan untuk
meningkatkan keterampilan dan kompetensi karyawan di bidang tertentu.
Di dunia pendidikan, program ini dijalani bagi guru yang memiliki
jabatan dengan melanjutkan pendidikan. Salah satu ilmuwan menyatakan

bahwa in-service education adalah suatu usaha memberi kesempatan


kepada guru-guru untuk mendapatkan penyegaran atau menurut istilah
Jacobson sebagai penyegaran yang membawa guru-guru kearah up to
date.
In-service

education

adalah

program

yang

dilaksanakan

berdasarkan penelitian, teori, dan praktek pendidikan yang baik. Oliva


(1984) mengemukakan ciri-ciri program in-service education yang
efektif adalah desain program in-service education secara integratif
memberikan dorongan organisasi menjalankan fungsinya. Program inservice education direncanakan secara komprehensif antara sekolah dan
lembaga (guru, administrator, supervisor, staf non guru, dan siswa)
secara kolaboratif berdasarkan kebutuhan partisipan yang layak diterima.
Aktifitas in-service education senantiasa dievaluasi sepanjang waktu
disesuaikan dengan dasar filosofi dan pendekatan yang efektif. Dalam
pelaksanaan in-service education diperlukan kontrol agar semua program
terarah untuk mencapai tujuan, adapun yang berhak mengontrol aktifitas
in-service education adalah sekolah, direktur atau pimpinan kantor pusat
pengembangan, pusat pendidikan guru, dan departemen pendidikan.
Bagi mereka yang sudah memiliki jabatan guru dapat berusaha
meningkatkan profesinya melalui pendidikan lanjutan. Guru yang
berijazah diploma dapat melanjutkan ke S1, dari S1 dapat melanjutkan ke
S2 dan dari S2 ke S3. sudah tentu untuk itu harus melalui seleksi dan
melalui kriteria penerimaan yang ditentukan oleh LPTK yang
bersangkutan. Dikatakan in-service education bila mereka sudah
menjabat dan kemudian mengikuti kuliah lagi. Dari sisi ini LPTK
mempunyai fungsi in-service. Program ini adalah suatu usaha yang
memberi kesempatan kepada guru-guru untuk mendapatkan penyegaran
yang membawa guru-guru kearah up-to date. Yang jelas pemahaman
terhadap pengertian in-service harus dilihat dari fungsinya terhadap
subjek didik. Kalau lembaga pendidikan guru difungsikan untuk
meningkatkan mereka yang sudah punya jabatan dan bermanfaat untuk

mengembangkan kemampuan dan peranannya, maka lembaga itu


berfungsi in-service.
Perlu ditegakkan asumsi pentingnya in-service education yaitu :
1. Semua personel sekolah memerlukan in-service education sepanjang
kariernya.
2. Perkembangan praktek lapangan pendidikan meminta pertimbangan
waktu

dan

hasil

yang

sistematis

yang

selalu

memerlukan

pengembangan staf.
3. in-service education mempunyai dampak meningkatkan kualitas
program sekolah dan profesionalitas personel.
4. Perlunya motivasi belajar dimana mereka percaya ada kontrol dalam
belajarnya.
5. Educator berbeda-beda dalam kompetensi profesional, kesiapan, dan
pendekatan.
6. Pertumbuhan profesional perorangan maupun kelompok memerlukan
kesepakatan norma.
7. Organisasi yang sehat memerlukan masukan faktor iklim sosial,
kepercayaan,

komunikasi

terbuka,

dan

dorongan

sejawat

mengembangkan program profesional.


8. Lembaga sekolah sebagai unit belajar bertanggungjawab menyediakan
sumber dan kebutuhan latihan staf sekolah.
9. Kepala sekolah secara kreatif dan inovatif mengadopsi model
pengembangan staf yang baru untuk program sekolah secara kontinu.
Adapun kelemahan in-service education dan kesulitan untuk
melaksanakannya adalah dikarenakan kurang persetujuan dan tidak
pastinya ruang lingkup dan dasar in-service education.
c. Program In-service Training
Pelatihan pendidikan

bagi

guru untuk

membantu

mereka

mengembangkan keterampilan mereka dalam disiplin khusus bidang


keguruan. Pelatihan terjadi setelah seorang individu sudah menjadi
seorang guru. Kebanyakan biasanya, in-service training dilakukan

selama istirahat dalam jadwal kerja individu. Kelebihan dari program ini
adalah Peserta pelatihan dapat menarik dari pengalaman kerja mereka
sendiri. Sedangkan kekurangannya adalah para guru akan terganggu
kegiatan mengajarnya selama mengikuti program ini.
Program

in-service

training

merupakan

program

yang

meningkatkan kualitas guru dan pengakuan masyarakat maupun


pemerintah.. Program in-service dalam pengembangan profesi guru bisa
berbentuk penataran atau pelatihan. Harus dibedakan antara kegiatan
pengembangan staf dengan in service, Sergiovani dan starrat (1983)
membedakan antara kegiatan pengembangan staf dengan in-service :
1. Pengembangan staf bukan untuk guru disekolah tetapi sebagai pribadi
laki-laki maupun perempuan, in-service menangani kekurangan yang
khas pada guru.
2. Pengembangan staf bukan berorientasi pada pertumbuhan, in-service
mensyaratkan sejumlah ide-ide, ketrampilan, dan metode.
3. Pengembangan staf tidak menangani kekurangan guru yang khas
tetapi untuk kebutuhan masyarakat baik untuk pertumbuhan kerja
maupun pengembangan jabatan, in-service sebagai latihan kerja guruguru untuk mereduksi alternatif yang benar-benar cocok untuknya.
4. Pengembangan staf merupakan tempat latihan kerja tambahan,
sedangkan in-service boleh memilih program pengayaan atau
remedial.
Pada umumnya yang paling banyak dilakukan ialah melalui
penataran. Ada tiga macam penataran:
1. Penataran penyegaran, yaitu usaha peningkatan kemampuan guru agar
sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
memantapkan kemampuan tenaga kependidikan tersebut agar dapat
melakukan tugas sehari-harinya dengan lebih baik. Sifat penataran
ialah memberi kesegaran sesuai dengan perubahan yang terjadi.
2. Penataran

peningkatan

kualifikasi,

yaitu

usaha

peningkatan

kemampuan guru sehingga mereka memperoleh kualifikasi formal


tertentu sesuai dengan standar yang ditentukan.

3. Penataran penjenjangan adalah suatu usaha meningkatkan kemampuan


guru sehingga dipenuhi persyaratan suatu pangkat atau jabatan
tertentu sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
2.2. Dasar-dasar pengembangan profesi guru
Sebagai suatu profesi, guru harus berkembang sesuai dengan
persyaratan profesionalnya. Karena profesi guru memberikan layanan kepada
masyarakat dan anak didik, maka diperlukan pengetahuan, keterampilan, dan
sikap serta kemampuan yang selalu berkembang. Adapun dasar yang
digunakan mengapa profesi keguruan harus dikembangkan adalah :
a. Dasar Filosofis
Guru pada hakekatnya adalah pendidik yang bertugas sebagai
pemimpin atau pelayan (agogos). Sebagai pemimpin dan pelayan, guru
harus dapat memberikan layanan kepada masyarakat dan anak didik
sebaik-baiknya. Sementara tuntutan jaman dan tuntutan anak didik selalu
berkembang dari waktu ke waktu. Untuk itu profesi guru harus selalu
dikembangkan agar tidak tertinggal dari kemajuan zaman.
b. Dasar Psikologis
Guru selalu berhadapan dengan individu lain yang memiliki
keunikan dan kekhasan masing-masing. Setiap individu memiliki pikiran,
perasaan, kehendak, keinginan, fantasi, inteligensi, cita-cita, instink,
perangai, dan performansi yang berbeda dengan individu lain. Jika guru
tidak selalu meningkatkan pemahaman terhadap individu lain (anak
didik), maka ia tidak akan dapat menerapkan strategi pelayanannya
sesuai dengan keunikan anak didik. Di sinilah pentingnya guru
mengembangkan pemahaman aspek psikologis individu lain.
c. Dasar Pendagogis
Tugas profesional utama guru adalah mendidik dan mengajar.
Untuk dapat menjalankan tugas mendidik dan mengajar dengan baik,
guru harus selalu membina diri untuk mengetahui dan menerapkan
strategi mengajar baru, metode baru, teknik-teknik mendidik yang baru,
menciptakan suasana pembelajaran yang bervariasi, dan kemampuan
mengelola kelas dengan baik. Guru yang tidak mengembangkan
8

kemampuan pembelajarannya selalu menerapkan cara pembelajaran yang


telah puluhan tahun digunakan, dan sudah ketinggalan jaman. Guru akan
selalu mengikuti perkembangan inovasi di bidang metode pembelajaran.
d. Dasar Ilmiah
Ilmu pengetahuan, teknologi dan seni selalu berkembang dengan
pesat. Guru harus dapat mengembangkan cara berpikir ilmiah agar dapat
selalu mengikuti perkembangan IPTEK tersebut. Dalam melaksanakan
tugas sehari-hari prinsip-prinsip ilmiah selalu dipegang teguh, agar
tercipta keadilan dan keobjektifan dalam menyikapi perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi ini. Penggunaan sumber belajar yang
monoton dan ketinggalan jaman harus dihindarkan. Salah satu ciri orang
ilmiah adalah adanya rasa ingin tahu yang besar terhadap IPTEK yang
ditekuninya.
e. Dasar Sosiologis
Masyarakat modern dewasa ini menuntut guru untuk melakukan
hubungan dengan orang lain, organisasi dan masyarakat dengan cara-cara
modern juga. Profesi guru dituntut untuk selalu dikembangkan mengikuti
teknik-teknik komunikasi lisan dan tertulis melalui media grafis, media
massa, media elektronik, media organisatoris, dan media proses
kelompok yang serba canggih harus dikenal dan diterapkan dalam proses
mendidik. Guru harus pandai-pandai mengadakan hubungan sosial
dengan mendayagunakan sarana dan media yang berkembang begitu
pesat ini. Hal inilah yang mengharuskan profesi guru dikembangkan.

BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Berdasarkan tujuan dapat disimpulkan bahwa :
1. Usaha-usaha pengembangan guru sebagai tenaga pendidik yaitu :
a. Program pre-service education
b. Program in-service education
c. Program in-service training.
2. Dasar-dasar pengembangan profesi guru yaitu :
a. Dasar filosofis
b. Dasar psikologis
c. Dasar pedagogis
d. Dasar ilmiah
e. Dasar sosiologis
3.2. Saran
Bagi para pembaca makalah ini berisi tentang salah satu pengetahuan
penting bagi seorang calon guru yang berkaitan tentang usaha pengembangan
guru. Seorang calon guru juga harus dipersiapkan untuk mengemban tugas
sebagai tenaga kependidikan.

10

Anda mungkin juga menyukai