Anda di halaman 1dari 23

/

BAB III
NEGARA DAN KONSTITUSI
Negara merupakan sarah satu bentuk organisasi
yang ada daram
kehidupan masyarakat. Fada prirrsipnya setiap

warga masyarakat menjadi

anggota dari suatu negara dan harus tunduk pada


kekuasaan negara, karena
organisasi negara sifatnya mencakup semua orang
yang ada di wirayahnya,
dan kekuasaan negara berlaku bagi orang-orang
tersebut,.
Sebaliknya

negara

juga memiliki kewajiban tertentu terhadap

orang-orang yang

menjadi anggotanya. Merarui kehidupan bernegara


dengan pemerintahan
yang ada di dalamnya, masyarar<at ingiu mewujudr<an
tujuan-tujuan
tertentu seperti terwujudnya ketenteraman, ketertiban,
dan kesejahteraan
rnasyarakat. Tanpa nrelarui organisasi negara
kondisi masyarakat yang
semacam

itu sulit untuk dirvujudkan, karena tidak ada

pemerintahan yang

mengatur kehidupan mereka bersama.

Agar pemerintah suatu negara ya'g memilik! kekuasaan


untuk
mengatur kehidupan masyarakat tidak bertindak
seenaknya, maka ada
sistem aturan yang mengaturnya. Sistem aturan tersebut
menggambarkan

suatu hierarkhi atau pertingkatan dari aturan yang paring


tinggi
tingkatannya sampai pada aturan yang paling rendah. Aturan yang
paring

tinggi tingkatannya dalam suatu negara dinamal<an konstitusi


atau sering
disebut denga'undang-undang dasar, dua sebutan yang
sebenarnya tidak

persis sama artinya. Dengan konstitusi dftarapkan


organisasi negara
tertata dengan baik dan teratur, da' pemerintah yang ada

di daramnya

tidak bertindak sewenang-wenang terhadap rakyatnya. Daram


turisan ini
akan dipaparkan tentang organisasi negara dan konstitusi yang
mengatur
kehidupan negara tersebut.

A. Negara
l. Pengertian

Bangsa dan Negara

Bangsa dan negara rnemiliki kaitan yang sangat erat saru


sama

lain. Menurut Ernest Renan, seorang guru besar universitas Sorbone

25

ba'gsa adalah suatu lcesatua' soridaritas,

r<e

satuan yang ter.diri dari crang-

orang yang sali'g merasa setia kawa'dcngan satu


sama lar'. Nation
adalah suatu jiwa, suatu asas spiritual Ia adalah
suatu l<esatua'
solidaritas yang besar, tercipta oreh perasaan pengorbanan
yang telah
dibuat di rnasa lampau dan oreh orarg-orarlg yang bersangkutan
bersedia

dibuat

di

masa depan. Nation mempunyai masa lampau, tetapi


melanjutka' dirinya pada masa kini merarui suatu rcenyataan
yang

yaitu

ia

.1elas:

kesepakatan, keinginan yang dikemukakan dengan


nyata untul( te*rs

hidup bersama. oreh

sebab

itu suatu

tidar< tergantu'g pada


kesamaan asal ras, suku bangsa, agama, bahasa, geografi,
atar_r hal_hai lain
yarg sejenis. Akan tetapi kehadiran suatu
adalah seolah_olah

'asior-r

suatu

'asiou

kesepakatan bersama yang terjadi setiap hari (Bqchtiar,


19g7:2'3).

Benedict Anderson merumusr<an bangsa secara unil<.

Menur-ut

pengamatannya, bangsa nrerupakan komunitas politir<


yang dibayangkan

(Imagined Politicar communit,v) dararn wirayah yang jelas


batasnya dan
berdaulat. Dil<atakan sebagai komunitas poritil< yang
dibayangkan karena
bangsa yang paling kecil sekalipun para anggotanya
tidak kenal

lai'.

satu sama

Dibayanglcan secara terbatas karena bangsa yang paring

besar

sekalipu'ya'g penduduk'ya ratusa' juta rnempunyai batas wirayah


yang
jelas' Dibayangkan berdaurat karena bangsa ini
berada

di

bawah suatu
negara mempunyai kekuasaan atas seluruh wilayah
dan bangsa tersebut.
Akhi'rya bangsa disebut sebagai komunitas yang dibayangka'
karena

terlepas adanya kesenjangan, para anggota bangsa


itu seraru memanciang

satu sama lain sebagai saudara sebangsa dan setanah


air. perasaan
sebangsa inilah yang menyebabkan berjuta-juta
orang bersedia mati
baei

komunitas yang dibayangkan itu (Surbakti, 1992: 42).

Merujuk pendapat Anderson di atas, penciptaan soridaritas


digambarkan sebagai

proses pengembangan

imagi'asi di karanga'

nasionar
arlggota

masyarakat tentang komunitas mefgka, sehingga


orang Aceh yang tidak
pernah berkunjung ke Jawa Tengah dan tidak pernah
beftemu denean

oral-lg Jawa Tengah bisa rnengernbangkan


l<esetialawanan terhadap

sesama anggota komunitas Incionesia


itu.

pengertian bangsa
rnengandung elemen pokol<
berupa jir.va,
kehendal<, perasaan, pir<iran, semangat,
yang bersama-sama membentuk
kesatuan, keburatan dan ketLrnggaran
serta senluanya itu yang crimaksud
adalah asperr kerorraniannya. Bangsa,
bukanrah r<enyataan yang bersifat
lahiriah' nielainkan bercorak rohaniarr, yang
ada'ya hanya dapat
disimpulkan berdasarkan pernyataan senasib
sepenangungan dan hemauan

mem bentuk kolektivitas.

Munculnya

tidak dapat dilepaskan dari keberadaan


manusia sebagai makrrruk sosiar, di mana
sebagai malchrur< sosiar manusia
memiliki dorongan untuk hidup bersama dengan
manusia
negara

lain,

berkelompok dan bekerjasama. Karena iturah


daram masyarakat dijumpai
berbagai-bagai macam organisasi, dari

organisasi politilik, organisasi


sosial' organisasi profesi, organisasi keagamaan,
dan sebagainya. Sarah
satu bentuk organisasi daram r<ehidupan
masyarakat adarah organisasi
yang dinamakan negara. Namun perlu
clinyatar<an bahwa organisasi yang
dinamakan negara ini memiriki kaiarcteristir<
atau sifat-sifat yang khusus
yang membedal<an dengan organisasi_organisasi
lainnya.

Menurut O. Hood phillips, dkl<. Negara atau


state adalah ,,An
independent political socielt occuplting
a defined territory, tlte mentber ctf
which are united together
for the purpose of resisting externar force and
the preservation of internar ctrder" (Asshiddiqie,
20r0: 9). Dengan
ungkapan lain dapat dinyatar<an bahwa negara
adarah masyarakat poritik
independen yang menernpati wilayah tertentq
dan yang
anggotanya

bersatu dengan tujuan untuk menghadapi tantangan


atau kekuatan dari luar
dan mempertahankan tatanan internal. (terjemahan

penulis). Daram tataran


yang lebih filosofis Hans Kersen (Asshiddiqie,
2010: l0) daram bukunya
General Theory of Law and state memandang
negara sebagai entitas
yuridis (state as a juristik entity) dan negara
sebagai
masyarakat yang

terorganisasikan secara politis

(po

titicatty organized sociefu).

27

Menurur wirjono prodjodir<oro (1983:2), .egara adalah suatu


organisasi di antara lcelompok atau beberapa lcelompoh manusia ang
.r

bersama-sama me.diami suatu wilayah

(territoir) terteutu

der_sar.r

mengalcui adanya suatu pemerintahan yang mengurlls tata tertib dan


keselamata' sekelompok atau beberapa kelompol< ma'usia tadi.
Pendapat lain dircemukakan oreh o. Notohaniicljojo,
i,ang

menyatakan bahwa negara adalah orga'risasi masyaral<at

ya'g

bertLrjuan

mengatur dan memelihara masyarakat tertentu dengan kekuasaannya.


Sedangkan rnerrurut Soenarko negara adalah organisasi masyaralcat

1,ang

mempunyai daerah tertentu di mana kekuasaan negara berlaku sepenuhnva


sebagai souvereir.r. (Lubis, l9B2 26).

Dengan memperhatikan beberapa pendapat

di atas, dapat ditaril<

pemahaman ballva negara adalah organisasi masyarakat yang rnemilil<i


wilayah tertentu dan berada di bawah pemerintahan yang berdaulat yang
mengaturkehidupan masyaral<attersebut. Negara merupal<an konstruksi
yang diciptakan oleh manusia untuk mengatur pola hubungan antar manusia
dalarn kehidupan masyarakat.

2. Unsur-unsur Negara
De'gan memperhatikan pe'gertian
oleh beberapa pemil<ir

lcenegaraan

di

negara sebagaimana dikemukakan

atas, dapat dikatakan bahrva nesara

memiliki 3 (tiga) unsur yaitu:


a. Rakyat

Rakyat suatu negara dapat dibedakan antara penduduk dan bukan


penduduk. Penduduk adalah orang-orang yang berternpat tinggal
menetap

atau berdomisili di suatu negara. Kalau seseorang dikatakan bertempat


tinggal menetap di suatu negara berarti sulit untuk dikatakan sampai kapan
tempat tinggal itu. Sedangkan yang bukan penduduk adalah orang-orang
yang bertempat tinggal di suatu negara hanya untuk sementara waktu.
dan

bukan dalam maksud untuk menetap. penduduk yang merupakan a'ggota


yang sah dan resmi dari suatu negara dan dapat diatur sepenuhnya oleh

28

pelrlerlntal.l negara yang bersangkutan


clinamal<an warga
Sedangkan di ruar itu semua dinaniakan
orang asing

negara.

atau warga negara


yang rebih erat hubungannya
dengan bangsa di
disebut warga negara asli, yang
dibedakan

asi'g' warga llegara


negara itu

pengertiannya

dengan warga llegara ketdrunan.

Pembedaan rarcyat negara sebagaimana


dikemukakan
skematis dapat disajil<an sebagai

di

atas,

secara

berikut:

!::

WARGA NEGARA

,}

PENDUDUK

WARGA NEGARA
KETURUNAN

BUKAN
PENDUDUK

Perbedaan antara penduduk dan


bukan penduduk, warga negara
dan bukan
warga negara terkait dengan perbedaan
hak dau kewajiban di antara orang_
orang yang berada di wilayah negaraDi antara

status orang-orang daram

rlegara tenturrya status yang kuat


dan memiriki hubungan yang
erat dengan

pemerintah negara yang benangkutan


adalah status warga negara.
Status kewarganegaraan suatu negara

akan berimplikasi sebasai


berikut (Samekto dan Kridalaksana, 200g:59):
a) Hak atas perrindungan dipromatik di ruar negeri
merupakan hak
kewarganegaraan. suatu negara berhak
merindungi warganya di ruar
negeri;

29

b)

Kewarganegaraan menuntut kesetiaan, dan salah satu bentr,rk kesetiaan


tersebut adalah kewajiban melahsanakan wajib miiiter:

c) Suatu negara berhak untuli menolak mengekstradisi \\.arga uegaranya


lcepada negara lain;
d)

Berdasarl<a' pral<tel<, r".uru guri, besar l<ewarganegaraar sescurang


dapat diperoleh:

l)
2)

Berdasarkan kewarganegaraan orang tua (Ius Sanguinis);


Berdasarl<an tempat kelahiran (Ius Soli);

3) Berdasarlcan asas .Ilrs Sanguinis dan lus Soli.


4) Melalui naturalisasi (rnelalui perkawinan, misarnya seorang istri
yang mengambiI l<ewarganegaraan suarni, atau dengan
permohonan yang diajukan kepada negara).

b.

Wilayah dengan Batas-batas Tertentu

Wilal,ah suaJu negara pada umumnya meliputi witayah

darat,

wilayah laut, dan wilayah udara. walaupun ada negara tertentu yang karena

letaknya

di

tengah benua sehingga tidak memilir<i wilayah laut, seperti


Afganistan, Mongolia, Austria, Hungaria, Zambia, Bolivia, dan sebagainya.
Di samping wilayah darat, laut, dan udara dengan batas-batas terteutu ada
juga wilayah yang disebut ekstra teritorial. Yang termasuk witayah elcstra

teritorial adalah kapal

di

bawah bendera suatu negara

dan kantor

perwakilan diplomatik suatu negara di negara lain.


Batas

negara

wilayah

lain yang

negara Indonesia ditetapkan dalarn perjanjian dengan

berbatasan. Batas wilayah negara Indonesia ditentukan

dalam beberapa perjanjian internasional yang dulu diadakan oleh pemerintah

Belanda dengan beberapa negara lain. Berdasarkan pasal 5 persetujuan


perpindahan yang ditetaplcan dalam Konferensi Meja Bundar (KMB),
perjanjian-perjanjian internasional itu sekarang berraku juga bagi negara
Indonesia. Perjanjian-perjanjian tersebut adatah Konvensi London lgl4 di

mana Inggris menyerahkan kembali wilayah Hindia Belanda kepada

<tl

Kerajaan Belanda, dan beberapa traktat rainnya


berl<enaan dengan witayah
negara (Utrecht, 1966: 30g).
Berkenaan denga' wirayarr

peraira' ada 3 (tiga) batas wirayah

raut

Indonesia. Batas- batas tersebut adalah:

a)

Batas Laut Teritorial

I-aut ter:itoriar adalah raut yang merupakan bagian wirayah


suatu
negara dan berada di bawah kedaurata' negara yang
bersanglcutan.
Batas

laut teritorial tersebut semula diumumkan melalui Deklarasi


Djuanda l3
Desember 1957. Sesuaipengumuman tersebut, batas raut
teritoriar
Indonesia adalah r2 mir yang dihitung dari garis dasar, yaitu

garis yang

menghubungkan titik-titik terluar

dari pulau-pulau terruar Indonesia, di


mana jarak dari satu titik ketitik lain yang dihubungkan
tidak boleh lebih
dari 200 mil. Pokok-pokok azas negara kepurauan sebagaimana
termuat
dalam deklarasi diakui dan dicantumkan dalam united Nation
convention
on The Law of The sea (uNCLos) tahun r9g2. rndo'esia meratifikasi

uNCLos

1982 melalui uU. No.

l7 tahu' l9g5 pada tanggal

Desember

I 985.

b) Batas Landas

Kontinen

Landas kontinerr (cortinental shelf) adalah dasar lautarr, baik dari


segi geologi maupun segi morforogi merupakan kera'jutan dari
kontinen

atau benuanya' Pada tahun

"1969

pemerintah rndonesia mengeruarkan

pengumuman tentang Landas Kontinen lndonesia sampai


kedalaman laut
200 meter, yang memuat pokok-pokok sebagai berikut:
I

segala sumber kekayaan aram yang terdapat daram kontinen


Indonesia adatah mitik ekskrusif negara Repubrik Indonesia;

2)

Pemerintah Indonesia bersedia menyelesaikan garis batas landas


ko ntinen dengan negara-negara tetangga me ralu i p eru'd ingan;

3) . Jika tidak ada perjanjian garis batas, maka batas landas kontinen
Indonesia adalah suatu garis yang ditarik di tengah-tengah antara
pulau terluar Indonesia

dan

titik terluar wilayah negara tetangga;

31

4)

Tur-rtutan (claim) di atas tidal< mempengaruhi sifat dan starus perarran

di atas landas lcontinen sefta udara di atas perairan itu.

Batas landas kontinen dari garis dasar tidak tentu jaralcnya, tetapi
paling jar,rh 200 mil. Kalau ada dua negara atau lebih menguasai lautan di
atas landas kontinen, maka batas landas kontinen negara-negara

itu ditaril<
jauhnya
sama
dari garis dasar masing-masing. Sebagai contoh adalah batas
landas kontinen Indonesia dan Malaysia di Selat Malalca sebelah selatan.
Kewenangan atau

hak suatu negara dalam landas kontinen

aclalah

kewenangan atau hak untul< memanfaatkan sumber daya alam yang terdapat
di dalam dan

c) Batas

di bawah wilayah

Zona Ekonomi

landas kontinen tersebut.

BI<sl<lusif (ZEE)

Pada ta.ggal 21 Maret 1980 pemerintah Indonesia mengumumkan

Zona El<onomi Ekslclusif (zEE). Pengumuman pemerintah ini kernudian


disahkan dengan undang-undang No. 5 tahun I983. Batas ZEE adatah

mil dari garis dasar ke arah laut bebas. Kewenangan negara di wilayah
zEF adalah kewenangan memenfaatkan sumber daya, bail< di laut
200

maupun

di

bawah dasar

kesepakatan bahwa

laut. Dalam Konperensi Hul<um laut

di zEE ini negara tidak memiliki

tercapai

kedaulatan pcnuh

tetapi memiliki hak dan yurisdiksi terbatas pada bidang-bidang rertenru.


Dalam pasal 56 Konvensi Hukum Laut tahun l9g2 ditentukan bahwa

negara pantai memiliki hak berda.ulat untuk melakukan eksplorasi,


eksploitasi sumber-sumber kekayaan alam hayati dan non hayati, dan
kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan eksplorasi dan eksploitasi
tersebut seperti pembuatan energi arus dan angin.

Sedangkan kewajiban negara

di

kawasan

ZEE

merupakan

kewajiban yang berkaitan dengan status ZEE sebagai perairan laut lepas,
di mana negara pantai tidak boleh menghalangi kebebasan berlayar,
penerbangan

di

atas

zEE,

dan pemasangan kabel-kabel

di

bawah laut.

32

Negara pantai iuga berkervajiban melakurcau


lconservasi l<ertayaa'
raut,
yaitu rnenjaga keseimbangan hidup sumber
daya yang ada di laut,
Sedangkan wilayah udara suatu negara
meliputi wilayah udara
yang berada di atas wirayah raut dan wirayah
perairan negara yang
bersangrcutan. Berr<aitan dengan pemanfaatan
ruang udara r<hususnya
penerbangan, oreh masyarakat internasionar
telah disusun perjanjian
internasionar utama yaitu Convention on [nternqtionar
civit Aviation t944
atau secara singkat dikenal sebagai Konvensi
chicago 1944. perjanjian
internasionar ya'g diprar<arsai Amerika Serikat
ini bersifat pubrik dan
mengatur kepentingan umum yang merupakan
tanggungjawab
pemerintah

dalam kegiatan penerbangan sipil internasional.


c. Pemerintah yang Berdaulat

Kata "rcedaulatan" artinya adarah kekuasaan tertinggi.

Dengan

demikian pemerintah yang berdaurat artinya pemerintah


yang mempunyai
kekuasaan tertinggi, kekuasaan yang tidak berada
di bawah lcekuasaan
lainnya. Kedauratan negara dapat diartikan sebagai
kedauratan ke daram
da' kedauratan ke ruar. Kedauratan ke dalam adarah kekuasaan
tertinggi
untuk mengatur rakyatnya sendiri. Sedanglcan kedaulata'
ke luar adalah
kekuasaan tertinggi yang harus dihormati oleh negara-negara
rain. Dengan
kedaulatannya pemerintah berhak mengatur negaranya
sendiri tanoa
campur tangan dari negara Iain.

Menurut Jean Bodin (Samekto dan Kridalaksana, 200g:


33)
kedaulatan sebagai atribut negara merupakan ciri
khuius dari sebuah
negara. Kedaulatan merupakan kekuasaan yang mutlak
dan abadi, tidak
terbatas dan tidak dapat dibagi-bagi. Menurutnya tidak
ada kekuasaan lain
yang lebih tinggi yang dapat membatasi kekuasaan
negara. Kedaulatan
mem bawakan

ifat-s ifat:

l) Asli, daram arti tidak diturunkan dari kekuasaan yang rain;


2) Tertinggi, daram arti tidak ada kekuasaan rain yang lebih tinggi
yang dapat membatasi kedaulatan:

33

3) Abadi atau kekal, dalaur artikeberadaannya tetap;


4) Tidak dapat dibagi, daram arti ha'ya ada satu
teringgi

sa.ja

lcer<uasaan

dalarn uegara.

Dengan ungkapan lain ada yang menyatakan bahwa kedaulatrtn itu


membawakan sifat permaneu, crsli, tidak dapat dibagi-bagi, cl,an ridak
terbatas.

3. Sifat-sifat Negara
Umumnya sepal<at untulc mengatakan bahwa negara lrernilil<i sifat
memaksa,

monopoli, dan mencakup

senua.

untuk lebih jelasnya beril<ut

ini akan diuraikan s ifat-sifat tersebut.

a.Sifat Memal<sa
Negara merriliki sifat rnemaksa artinya bahwa negara merniliki

hal<

atau kewenangan untuli memaksakan berbagai peratllran yang dibuatnya

untuk ditaati oleh seluruh warganya. untuk memaksakan berbagai


peraturan yang dibuatnya pemerintah negara memiliki sarana seperti
tentara, polisi, hakim, jaksa, dan sebagainya. Negara berhak menentul<an

sanksi bagi pelanggaran atas aturau yang dibuatnya,

dari sanlcsi vang


ringan sampai sanl<si yarrg sangat berat yaitu berupa pidana, bahkan
hukuman mati.

Berkenaan dengan sifat memaksa ini, dalam masyarakat yang telah

tertanam konsensus nasional yang kuat mengenai tujuan bersama yang


hendak dicapai, biasanya sifat memaksa ini tidak tampak begitu menonjol.
Sebaliknya

di

negara-negara yang baru

tentang tujuan bersama

tampak.

Di

itu belum begitu

di

mana konsensus nasional

lcuat, maka sifat paksaan

ini lebih

negara-negara yang lebih demokratis, diupayakan pemaliaian

kekerasan seminimal mungkin dan sedapat-dapatnya dikedepankan cara-

cara yang persuasif

untuk

menyelesaikan berbagai persoalan bangsa.

(Budiardjo, 20 t 0:50).

54

b. Sifat Monopoli

Negara

juga

ntembawal<an

silat monopoli, yaitu

yangmenunjukrian ada'ya hak atau kewenangan


,egafa

urtu*

sifat

mengelora

atau menenturcan sesuatu tindakan tanpa adanya


hak atau l<ewenangan
yang sama di pilrarr rain. sifat monopori ya.g
crimirirci oreh negara
mcnyangkut beberapa har. Negara memiriki
hak monopori untul<
menentukau tu-iuan dari sebuah masyarakat,
yaitu masyarakat daram
negara yang bersangkutan. Di Indonesia
misalnya tujuan masyarakat
itu

adalah sebagaimana dirumuskan daram arinea

IV

pemburcaan

wD

1g45.

sebagai konsekuensinya negara berhak untuk


merarang berkembangnya
faham atau aliran yang dianggap mengganggu
pencapaian tujuan yang
dimalcsudkan. Negara juga memiriki hak monopori
pengeroraan
sumber

daya alam yang mengriasaihajat hidup masyararcat.


Hak monoporiyang
lain adalah n-ronopoli pengeroraan sarana kekerasan
untur<

l<epentingan

r.regara. Negara

me'rililri

polisi ya'g dilengl<api dengan


sistem persenjataan sepeni senjata api, tanl<, pesawat
tempur, kapal
perang dan sebagainya,

satuarr tentara dan

adarah merupakan

perwujudan dari hal< monooori

tersebut.

c.Sifat Mencakup Semua


Dengan sifat lni maksudnya bahwa kekuasaan negara
berraku bagi

semua orang

di

wirayah negara yang bersangkutan. Tidak ada warga


masyarakat yang dapat mengecuarikan dirinya dari pengaruh
kekuasaan
negara. Berkenaan dengan itu bahwa peraturan yang
dibuat oreh negara
pada prinsipnya berraku bagi setiap orang di wirayah
negara itu
tanpa

kecuali. Ketika peraturan sudah dibuat atau ditetapkan,


semua orang
dianggap tahu dan harus mentaatinya. Siapapun yang
merakukan

pelarggaran akan dikenai sanksi sesuai dengan peraturan


yang berraku.
Menjadi warga negara bukanrah sesuatu yang berdasarkan pada

kemauan

sendiri (involuntary membership), dan di sinilah letak perbedaan


antara

35

keanggotaan suatu uegara dengan keanggdtaan pacia asosiasi

atau

organisasi lair-r yang sifatnya sul<arela. (Budiardjo, 2010:50).

4. Tujuan dan

Fungsi Negara

secara urruln dapat dikatakan bahwa tujuan setiap negara adalah

mewujudkan l<ebahagiaan bagi rakyatnya. walaupr-rn kenyataan jr-rga


menunjukkan adanya perrerintah yang bertindal< sewenang-wenang

Di sinilah perrunya dibedakan antara negara


sebagai sebuah organisasi yang lebih netral pengertiannya, oengan
terhadap ralcyatnya sendiri.

pemerintah sebagai penyelenggara organisasi negara. pemerintah sebagai

penyelenggara negara dalam rnenjalankan tugasnya tidal< lepas dari

berbagai kepentingan, sepefii kepentingan golongan, kepentingan


kelompol<, bahkan juga liepentingan pribadi, di sampir-ig lcepentingan
bangsa dan negara yang seniestinya diutamakan.

Menurut Roger H. soltau, tujuan negara adalah memunghinl<an


rakyatnya "berkembang sefia menyelenggarakan daya ciptanya sebebas
mungkin" (the freest possible development and creative self-expression

of

its member). sedangkan menurut Harold J. Laski tujuan uegara aclalah


"rnenciptakan l<eadaan

di

mana rakyatnya dapat mencapai lieinginan-

keinginan secara maksimal" (creation of those conditions under whicl.t the


members

of the stdte may ailuin the maximum satis.faction of their desires)

(Budiardjo, 2010:54).

uuD

Tujuan negara Indonesia sesuai dengan Alinea IV pernbr-rkaan


1945, adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh

tumpah darah Indonesia; memajulcan kesejahteraan umurr; mencerdaslcan

kehidupan bangsa; dan

ikut

melaksanakan ketertiban

dunia

yang

berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Ttrjuan


negara tersebut hendak diwujudkan di atas landasan Ketuhanan

yang lr{aha

Esa; kemanusiaan yang adil dan beradab; persatuan Indonesia; kerakyatan

yang dipimpin oleh

hikmat kebijalcsanaan

dalam

36

permusyawaratan/perwakiran; serta keadilan

sosial bagi seluruh

rar<yat

lndonesia.

Namun setiap uegara, apapun ideologi yang dianutnya


menyelenggarakan fungsi minimum yang mutlak
sifatnya, yaitu
(Budiardjo, 2010:55)

a'

Melaksanakan penertiban(raw and order). Untuk mencapai


tujuan
bersama dan mencegah be'trokan-bentrokan daram
masyarar<at,

negara harus melaksanakan penertiban. Dapat dikatakan


bahwa
negara bertindak sebagai stabilisator.

b.

Mengusahakan kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya.


Fungsi
iui dianggap sangat penting, terutama bagi negara_negara baru di
mana tingkat kesejahteraan masyarakat masih sangat membutuhkan
perhatian dari pemerintah;

c'

Pertahanan- Fungsi

ini untuk mempertahankan

negara dari

kemungkinan serangan dari ruar, sehingga negara harus dilengkapi


dengan alat-alat pertahanan;

d.

Menegakkan keadilan.

untuk mewujudkan keadilan

negara

memiliki badan-badan peradilan.


sedangkan menurut charres

E. Meriam, fungsi yang harus

dijalankan oleh negara meliputi:

a. Fungsi keamanan ekstern;


b. Fungsi ketertiban intern;
c. Fungsikeadilan;
d. Fungsi kesejahteraan umum;
e. Fungsi kebebasan.
Atas dasar pendapat di atas dapat dinyatakan bahwa secara garis
besar fungsi yang harus dijalankan oleh negara meliputi:

a.

Mengupayakan kesejahteraan warganya agar dapat menikmati


kehidupan yang layak;

b.

Meningkatkan kecerdasan dan membina budi pekertiwarganya;

37

c. Menjaga keamanan dan ketertiban dalarii urasyarakat;


d. Mempertahankan negara dari gangguan eksternal: sefta
e. ivlervujudlcan l<eadilan bagi masyarakat.
Fungsi-fungsi tersebut harus diserenggarakan oreh negara yang
dalam hal i'i adalah pemerintah uegara yang bersangkutan agar tujuan
negara tersebut dapat diwujudkan.

B. Konstitusi

1. I(onstitusi dan Undang-Undang Dasar


Kata 'l<onstitusi" yang berarti pembentukan, berasar dari kata
"constituer" (Perancis) yang berzrrti membentuk. Sedanglcan istilah
"undang-undang dasar" merupakan terjemahan

dari bahasa Belanda

"grondwet". "Grond" berarti dasar, dan.,wet,, berarti undang_urtdang. Jadi


Grondwet sama dengan undang-undang dasar. Namun dalam kepustakaan
Belanda dilcenal pula istilah "consritutie" yang artinya juga uridangundang dasar.. Dalam kepustakaan hukum di rndonesia juga dijumpai

istilah "hukum dasar". Hukum memiliki pengertian yang lebifr luas


dibandingkan dengan undang-undang. Kaidah hukum bisa tertr-rlis dan
bisa tidak tertulis, sedangkan undang-undang menunjuk pada aturan
hukum yang tertulis.

Atas dasar

pemahaman tersebu! konstitusi disamakan

pengertiannya dengan hukum dasar, yang berarti sifatnya bisa

tertulis

dan

tidak tertulis. Sedangkan undang-undang dasar adalah hukum dasar yang


tertulis atau yang tertuang dalam suatu naskatr/dokumen. Dengan demikian
undang-undang dasar merupakan bagian dari konstitusi. sedangkan di
samping undang-undang masih ada bagian lain dari hukum dasar yakni

yang sifatnya tidak tertulis, dan biasa disebut dengan konvensi atau
kebiasaan ketatanegaraan. Konvens! ini merupakan aturan-aturan dasar
yang timbul dan terpelihara dalam praktek penyelenggaraan negara
walaupun tidak tertulis.

38

Berikut

ini

pengertian yang menggambarkan


perbedaan antara

undang-undang dasar dan rionstitusi.


Bahrva undang_undang dasar
adarah

suatu kitab atau dokunen yang


memuar aturan-aturan hukum
dan
ketentuan-ketentuan hurstm yang pokok-porrok
atau dasar-crasar yang
sifutnya terturis, yang menggambarkan
tentang sistem
suatu

negara.

ketat*negqraqn

Sedangkan konstitusi

adalah dokumen vang memuat


aturan-aturan hukum dan ketentuan-ketentuan
hukum yang pokok-pokok
atau dasqr-dasar, yang sifatnya terttilis
martpxm tidak terturis, yang
menggambarkan tentang sistem ketatanegaraan
su,tlr negara. (Soehi.o.
I

985: | 82).

Menurut James Bryce, konstitusi adarah suatu


kerangr<a masyarakat
politik (negara) yang diorganisir dengan dan
melalui .rukum. (Stong,
2008:15). Dengan demikian konstitusi
merupakan kerangka kehidupan
negara yang diatur dengan lcetentuan hukum.

Pe.dapat lai*ya menyatakan bahwa konstitusi


memiriki 2 (dua)
pengertian, yaitu pengertian yang ruas
dan pengertian yang sempit.
Namun hampir semua negara di dunia memberi
arti r<onstitusi daram
pengertian yang sempit, kecuali di Inggris.
(Martosoewignjo, lggl:62).
Dalani pengertian yang sempit konstitusi
hanya mengacu pada
ketentuan-ketentuan dasar yang tertuang daram
dokumen terturis yaitu
undang'undang dasar, sehingga muncur
sebutan seperti,

Konstitusi
Amerika serikat, Konstitusi perancis, Konstitusi
swiss, dan sebagainya.
Sedangkan dalam pengertian yang ruas,
konstitusi juga mencakup
kebiasaan ketatanegaraan sebagai suatu
kaidah yang

Jadi

ketika istitah "konstitusi:' disamakan pengertiannya

"undang-undang dasar",

pengertian
7

sifutnya tidak terturis.

istilah

tersebut hendaknya

dengan

dipahami

dalam

sempit.

Unsur-unsur yang Terdapat dalam Konstitusi


Undang-undang dasar atau konstitusi negara
tidak hanya
berfungsi membatasi kekuasaan pemerintah, akan
tetapi juga

39

menggambarkan

struktur

pemerintahan suatu"negara.

Menurut Savornin

Lohman ada 3 (tiga) unsur yang terdapat dalam konstitusi yaitu:


a. Konstitr-rsi dipandang sebagai perwujudan perjanjian rnasyarakat

(kontrak sosial), sehingga rnenurut penge(ian ini, konstitusikonstitusi yang ada merupakan hasil atbu konklusi dari
persepakatan masyarakat untuk membina negara dan pemerintahan
yang akan mengatur mereka.

piagam yang menjamin hak-hak asasi manusia,


berarti perlindungan dan jaminan atas hak-hak manusia clan rvarga

b. Konstitusi sebagai

negara yang sekaligus penentuan

batas-batas hak

dan kewaiiban

baik warganya maupun alat-alat pemerintahannya.

c. Konstitusi

sebagai

forma

regimenis, yaitu kerangka bangunan

pemerintahan. (Lubis, I 982:48)

Pendapat lain dikernukakan oleh Sri Sumantri, yang menyatal<an


bahwa materi muatan kor-rstitusi dapat dikelompokkan

a-

menjaditiga, yaitu:

Pengaturan tentang perlindungan hak asasi rnanusia dan warga


negara,

b.

Pengaturan tentang susunan ketatanegaraan suatu negara yang


mendasar,

c.

Pembatasan dan pembagian tugas-tugas ketatanegaraan yang juga


mendasar. (Chaidir, 2007:38),

Menurut CF. Strong, konstitusi memuat hal-hal sebagai berilcut:

ab-

Jenis kekuasaan yang diberikar, kepada institusi-institusi tersebut;

c.

Dengan cara bagaimana kekuasaan tersebut dilaksanakan. (Stong,

Cara pengaturan berbagaijenis institusi;

2008:16).

40

Dari beberapa pe'dapat

sebagaimana

di atas, dapat del<emukakan

bahwa unsLrr-Lr-lsur yang terdapat dalam konstitusi modern


meliputi
ketentuan tentang:

a.

Strul<tur organisasi negara dengan lembaga-lembaga negara


di
dalamnya;

b. Tugas/wewenang

masing-masing lembaga negara

dan hubungan

tatakerja antara satu lembaga dengan lembaga lainnya;

c. Jaminan hak asasi manusia dan warga negara.


3. Perubahan Konstitusi
Betapapun sempurnanya sebuah konstitusi, pada suaru saat
konstitusi itu bisa ketinggalan jaman atau tidak sesuai lagi dengan
dinamika dan perkembangan masyarakat. Karena itulah perubahan atau
amandemen konstitusi merupakan sesuatu hal yang wajar dan tidak perlu
dianggap sebagai sesuatu yang istimewa. Yang penting bahwa perubahan

itu didasarkan pada kepentingan negara dan bangsa dalam arti yang
sebenarnya, dan bukan hanya karena kepentingan politik sesaat dari
golongan atau kelompok tertentrr.

Secara teoritik perubahan undang-undang dasar dapat terjadi


melalui berbagai

cara.

CF. Strong menyebutkan 4 (empat) macam cara

perubahan terhadap undang-undang dasar, yaitu:

a. oleh kekuasaan

legislatif tetapi dengan pembatasan-pembatasan

tertentu,

b.

oleh rakyat melaluireferendum,

c.

oleh sejumlah negara bagian- khususnya untuk negara serikat,

d.

dengan kebiasaan ketatanegaraan, atau oleh suatu lembaga negara


yang

..

khusus

Sedangkan

dibentuk untuk keperluan perubahan.

KC. Wheare (2010)

mengemukakan bahwa

perubahan konstitusi dapat terjadi dengan berbagai cara, yaitu:

a.
b.

perubahan resmi,
penafsiran hakirn,

+t

c. kebiasaan ketatanegaraan/konvensi.
Tentang perubahan terhadap
tentang perubahan

a. usul

uuD

1945, sesuai pasar 37 rcete'tr-ran

itu adalah sebagai berilcut:

perubahan pasar-pasal daram unda'g-Unda'g Dasar crapat

dalam sidang Majelis permusyawaratan Rakyat


apabila diajukan oleh sekurang-kurang'ya l/3 darijumlah anggora
diagendakar-r

Majelis Perm usyawaratan Ralcyat.

b.

setiap usul perubahan pasal-pasar undang-Undang Dasar diajr-rl<an

tertulis dan ditunjukkan dengan jelas bagian yang diusull<an


untuk diubah beserta alasannya.
secara

c. untuk

mengubah pasal-pasal undang-undang Dasar, sidang


Majelis Permusyawaratan Rarcyat dihadiri oleh sekura'gkurangnya

2/3 dari jumlah

anggota Majelis permusyawaratan

Rakyat.

d.

Putusan

untuk mengubah

pasal-pasal Undang-undang Dasar

dilakukan dengan persetujuan sekurang-kurangnya timapuluh


persen ditambah satu anggota dari seluruh anggota Majelis
Permusyawaratan Rak),at.

e'

Khusus mengenai bentuk Negara Kesatuan Republik lndo'esia


tidak dapat dilakukan perubahan.

Sejak memasuki era

reformasi muncul arus pemiriiran teutang

uLrD 1945, yang sangat berbeda dengan pemikiran yar-rg ada


sebelumnya' secara garis besar arus pemikiran tersebut danat
keberadaan

dikemukakan antara lain sebagai berikut:

Pertama, bahwa uLrD r 945 mengandung rumusan pasar yang


membuka peluang timbulnya penafsiran ganda.

Kedua, bahwa UUD 1945 membawakan sifat executive heavy,


yakni memberikan kekuasaan yang terlalu besar kepada presiden sebagai
pemegang kekuasaan

elaekuti{ sehingga

kekuasaan yang lain

yaitu

42

legislative

da' yudikatif

seakan-akan tersubordi.asi

oreh

kekuasaan

eksekutif.

Ketigct, sistem pemerintahan menurut ULID 1945 yang tidak


regas
di antara sistem pemerirrtahan presidensiil dan sistem pemerintahan
parlementer, sehingga ada yang menyebutnya sebagai
sistern quasi
presidens

iil.

Keempat, perlunya memberikan kekuasaan yang luas


pemerintah daerah untuk mengatur dan menyelenggarakan
tangganya sendiri, agar daerah dapat mengembangr<a.

diri

kepada
rumah

sesuai dengan

potensinya masing-mas ing.

Kelima, rumusan pasal-pasal tentang hak asasi rnanusia yang


ada
dalam UUD 1945 dirasa kurang memadai lagi untuk mer.vadahi
tuntutan
perlindungan terhadap hal< asasi manusia darr warga negara
seiring cle'gan

perkembangan global.

Arus pemikian
mqwarnai perubahan

di atas kemudian
uuD 1945. Dengan

sebagaimana dikemukakan
(amandemen) terhadap

demikian amandemen terhadap IJUD 1945 pada prinsipnya mengarah pada

perubahan

untul< menjawab

persoalan-persoalan sebagaimana

dikemukakan di atas.

Dengan adanya ketentuan pasal ULID lg4l yang dapat


menimbull<an penafsiran ganda, telah dilakuhan amandemen dengan
menetapkan rumusan baru yang lebih jelas dan eksplisit. Misalnya masa
jabatan presiden, sebelum amandemen dinyatakan bahwa .,presiden
dan

wakil Presiden memegang jabatan


dapat

dipilih kembali". Dalam

serama

lima tahur-r dan sesudahnya

ketentuan tidak menyebutkan secara regas

dipilih kembali untuk berapa kali masa jabatan. Dengan demikian


dimaknai bahwa seseorang dapat dipilih menjadi presiden atau wakil
Presiden

untuk beberapa kali

amandemen
dapat

uuD

masa jabatan

tanpa

batas.

Dalam

1945 dirumuskan secara tegas bahwa presiden hanya

dipilih kembali untuk satu kali

masa jabatan,

yang berarti bahwa

r+5

orang yang sama arian dapat memegang'jabata' sebagai presiden


malcsimal dua kali masa jabatan.
Terkait dengan sifat executive heavy yang dibar.vaka' oleh UUD

1945, pada

amandemen pertama telah dirahukan perubar-ran dan

penambahan atas

pasal 5 (l),

pasal 15, pasal 17

pasal

7, pasalg, pasal

(2) (3), pasal 20,

13 (2), pasal 14,

dan pasal 21, yang pada

i'tr'ya

mengatur pemb atas an j ab atan pres iden, rnengubah kewenangan legis lative

yang semula

di

tangan presiden menjadi kewenangan DpR, sefia


menambah beberapa substansi yang rnembatasi kewenangan prseiden.
(Hidayat,

2002:I).

Kewenangan-kewenangan tertentu yang sebelumnya.

dapat dilakukan sendiri oleh presiden, setelah amandemen harus


dilakukan dengan mernperhatikan pertimbangan dari lembaga yang rain,
seperti rnengangl<at duta dan konsul harus dengan pertimbangan DpR,
memberi grasi dan rehabilitasi dengan pertimbangan Mahkamah Agung,
dan memberikan amrresti serta abolisi harus dengan pertimbangan DpR.
Hal itu jelas merupakan pengurangan terhadap kekwenangan presiden.
Berkaitan dengan ketentuan sistem pemerintahan yang tidal< tegas

antara presidential

dan parlementer, melalui amandemen uUD l g45


ditegaskan system pemerintahan preside*tial dengan muncurnya
ketentuan bahwa presiden dipilih secara langsung oleh rakyat. (pasal
6A
(1)). Dengan pemilihan secara langsung oleh rakyat, kosekuensinya
bahwa

presiden tidak lagi berta'ggungjawab kepada MpR. MpR hanya


dapat
memberhentikan presiden di tengah masa jabatannya setelah ada'ya

keputusan melanggar hukum yang dikeluarkan oreh Mahkarnah


Konstitusi, yakni berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi,
penyuapan, tindak pidana berat

laimya, atau perbuatan tercela, dan/atau

pendapat bahwa Presiden dan/atau wakir presiden tidak lagi


memerruhi

jabatannya. presiden juga tidak bertanggungjawab


DPR baik langsung maupun tidak tangsung, sehingga presiden

syarat menduduki
kepada

dan DPR tidak dapat saling menjatutrkan. semua

itu

merupakan indikasi

sistem pemerintahan presidential.

44

Menyanglcut perlunya kesempatan yang


lebih luas bagi daerah
untuk mengatur urusan daerahnya
sendiri
terhadap pasal
menambahrcan

terah dirakukan amandemen

lB uuD Ig45 dengan menambahkan beberapa


ayat serta
pasar lg A clan pasar lg B. Dengan
arnandemen

tersebut
pemerintah daerah diberi kesempatan
untuk nenjarankan otonomi
seluas_
luasnya, adanya pe'ghargaan
dari pemerintah
pusat atas keragaman
daerah

dan kekhususan yang terdapat pada


daerah_daerah tertentu, serta
pembagian kekuangan yang Iebih
adil antara pemerintah pusat
dan

pemerintah daerah.

sedangkan yang berkait dengan masarah


hak asasi manusia
sangat jeras tampar< bahwa amandemen
terhadap

uuD rg45

terah

memasukkan cukup banyak runlusan-rumusan


baru tentang hak asasi
manusia dan warga negara dengan
menambahkan

pasal 2g A

dengan pasal

Selanjut'ya
beberapa

samoai

28 J.
perubahan terhadap

segi yaitu

uuD dapat

ditelaarr dari
menyangkut sistem perubahan
dan

prosedur/mekanisme perubahannya,
bentuk hukum perubahannya,
serta
substansi materi yang diubah. (Hidayat,
2002:4).

Tentang sistem perubahan dan prosedur

perubahannya,

amandemen terhadap

ULID 1945 menggunakan landasan sistem


dan
prosedur yang ditentukan pasal 37
UUD 1945. Mengenai bentulr
hukumnya, secara teoritis dan praktek ketatanegaraan

dike'ar adanya
pola perubahan yarig secara langsung
dituangkan daram teks uuD yang
lama dengan merakukan perubahan terhadap
naskah asrinya (moder Eropa
Kontinental).

Di

samping

itu ada

pora addendum

dimana

substansi

perubahannya dituangkan dalam suatu


naskah yang terpisah

dari naskah
itu sendiri dibiarkan tetap dengan
rumusan asrinya (moder Amerika serikat).
Dirihat dari aspek itu
amandemen terhadap trLID 1945 dapat dikatakan
mengikuti moder
asliny4 sedangkan naskah

asri

Amerika Serikat.

45

C.

Peranan Konstitusi dalam Kehidupan lJerneg:i.ra

secara umum dapat dilcatakan bahwa ko'stitusi


disusun sebagai
pedoman dasar daram penyele'ggaraa'
kehiciupan negara aga,egara
berjalan tertib, teratur, dan tidah terjadi tindalcan
yang sewenang_wenang dari
pernerintah terhadap rakyatr-rya' untuh
itu maka dalam.konstitusi ditentul(an
kerangka bangunan suatu negara, kewenangan
pemerintah sebagai pihak yang
berkuasa, serta hal(-hak asasiwarga negara.

Menurut cF. Strong (2008:16), tujuan r<onstitusi


adarah membatasi
ti'dahan sewenang-wenarg perneri.tah, menjami'
hak-hak rakyat yang
diperintah' dan menetapkan peraksanaan kekuasaan
yang berdaurat. Dengan
lconstitusi tindakan pemerintah yang sewenang-wenang
dapat
dicegah karena

kekuasaan yang

dimiliki oleh pernerintah telah ditentukan dalam


konstirusi
dan pemerintah tidak dapat meralcul<an ti'dar<an
semaunya di Iuar apa yang
telah ditentukan dalam rconstitr-rsi tersebut.
Di pihak rain, halc_hak rakyat
iliperintah mendapatkan perri'dungan dengan
dituangkannya

1,3119

jaminan

har<

asasi dalam pasal-pasal konstitusi.

me'urut Lord Bryce, nrotif yang mendasari pembentukan


sebagai berikut (Chaidir, 20A7 30):

Sedangkan

lconstitusi adalah

a.

The desire of the citizens


and to restrain the

b'

to secure their own rights


action of the ruler;

when threatened.

The desire on the part eitrrer of the ruled,


or of the rurer wishing to
prease his peopre,

to set out of the form of the existing system


in

government, hither
that in future there

to in an indenifite form, in positive terms in


order
shat be no possibirity of arbitrary action.

c'

The desire of those creating a new poritical


community to secure the
rnethod of government in a form which
shalr have permanence and be
comprehensible to the subjects.

d'

The desire to secure effective joint action


by hither to separate
communities, which at the same time wish
to retain certain

rights and

interest to themselves separately.

46

Atas dasar pendapat

di

atas dapatrarr dinyatakan bahwa peranan

bagi kehidupan negara adalah untuk memberikan landasan


dan
pedoman dasar bagi pe.yerenggaraan ketatanegaraan
suaru negara,
konstitusi

membatasi tindakan pemerintah agar tidak bertindak


sewenang-wenang, dan
memberikan jaminan atas hak asasi bagi warga
negara.

47

Anda mungkin juga menyukai