Anda di halaman 1dari 8

PENTINGNYA AGAMA BAGI KEHIDUPAN

A.

Pengertian Agama

Dalam Al-Quran, agama disebut Millah, misalnya Millatu Ibrahim yang artinya agama
(yang dibawa) ibrahim. (An-Nahl:123). Selain itu dalam Al-Quran agama disebut
jugadin atau ad-din. Misalnya: lakum dinukum waliya din yang artinya bagimu din (agama)
mu, dan bagiku din (agama) ku. (Al-Kafirun ayat 6).
Tetapi kata din, selain berarti agama juga berarti : pembalasan hari kiamat, adat kebiasaan,
undang-undang, peraturan, dan taat atau patuh.
Kemudian menurut arti istilah (terminologi), sebuah rumusan tentang pengertian agama
menyebutka, bahwa agama itu mengandung tiga unsur pokok:
1.
Satu sistem CREDO (tata keimanan atau tata keyakinan) atas adanya sesuatu
yang mutlak di luar manusia;
2.
Satu sistem RETUS (tata peribadatan) manusia kepada yang dianggapnya
yang mutlak itu; dan
3.
Satu sistem NORMA (tata kaidah) yang mengatur hubungan manusia dengan
sesama manusia dan hubungan manusia dengan alam lainnya, sesuai dan sejalan
dengan tata keimanan dan tata peribadatan termaksud di atas (Anshari, 1979: 110111).
Drs. Hasbullah Bakry, dalam sebuah artikelnya Bicara tentang Definisi Agama Surat
Kabar Kedaulatan Rakyat terbitan 10 Mei 1961 menyebutkan bahwa: Agama adalah jalan
hidup dengan kepercayaan kepada Tuhan YME serta berpedoman kitab suci dan dipimpin
oleh seorang Nabi.
Dengan definisi itu dapat diketahui, bahwa yang disebut agama itu mengandung empat unsur:
1.
Agama itu merupakan jalan hidup atau way of life. Suatu jalan muamalah
yang konkret. Dia memiliki aturan-aturan tertentu guna pedoman bagi amal
kehidupan penganut-penganutnya.
2.
Agama itu mengajarkan kepercayaan (keimanan) adanya Tuhan YME. Tuhan
itu mustahil tidak ada, dan mustahil jumlahnya berbilangan.
3.
Agama itu memiliki kitab suci yang merupakan kumpulan wahyu yang
diterima oleh Nabinya dari Tuhan YME itu, dengan melalui bisikan Roh Suci
(Malaikat Jibril).
4.
Agama itu dipimpin oleh seorang Nabi. Kalau Nabi itu masih hidup, beliau
tidak tersembunyi di lingkungan orang-orang awam yang bodoh, tetapi menyebarkan
ajarannya dengan terbuka, dan sanggup berdiskusi di tengah orang-orang pandai. Dan
kalau Nabi itu sudah wafat, maka ada bukti-bukti yang terang bahwa beliau pernah
hidup, mengatakan ini dan itu guna petunjuk bagi umatnya (hafidy, 1982:123-124).
B. Pentingnya Agama dalam Kehidupan
Agama sangatlah penting dalam kehidupan manusia. Demikian pentingnya agama dalam
kehidupan manusia, sehingga diakui atau tidak sesungguhnya manusia, sangatlah
membutuhkan agama. Dan sangatlah dibutuhkannya agama oleh manusia, tidak saja di masa
primitif dulu sewaktu ilmu pengetahuan belum berkembang, tetapi juga di zaman modern
sekarang sewaktu ilmu dan teknologi telah sedemikian maju.
Berikut ini adalah sebagian dari bukti-bukti mengapa agama itu sangat penting dalam
kehidupan manusia.
1.
Karena agama sumber moral.
1.

Karena agama merupakan petunjuk kebenaran.


3.
Karena agama merupakan sumber informasi tentang masalah metafisika.
4.
Karena agama memberikan bimbingan rohani bagi manusia, baik di kala suka
maupun di kala duka.
2.

Pentingnya Agama
Posted on
Mengapa agama diperlukan?
Yang pertama kali harus dilakukan oleh seseorang yang meyakini keberadaan Allah adalah
mempelajari apa-apa yang diperintahkan dan hal-hal yang disukai Penciptanya. Dia lah yang
memberinya ruh dan kehidupan, makanan, minuman dan kesehatan. Selanjutnya dia harus
mengabdikan seluruh hidupnya untuk patuh kepada perintah-perintah Allah dan mencari
ridhaNya.
Agama lah yang membimbing kita kepada moral, perilaku dan cara hidup yang diridhai
Allah. Allah telah menjelaskan dalam Al-Quran bahwa orang yang patuh kepada agama
berada di jalan yang benar, sedangkan yang lainnya akan tersesat.
Dia yang dadanya terbuka untuk Islam mendapat cahaya dari Tuhannya. Sungguh celaka
orang-orang yang berkeras untuk tidak mengingat Allah! Mereka dalam kesesatan yang
nyata. (Surat az-Zumar: 22)
Bagaimana cara menjalankan agama (dien)?
Orang yang beriman kepada Allah dan menghambakan diri kepadaNya, mengatur hidupnya
agar sesuai dengan seruan Allah dalam Al-Quran. Dia menjadikan agama sebagai petunjuk
hidupnya. Patuh kepada hal-hal yang baik menurut hati nuraninya, dan meninggalkan segala
yang buruk yang ditolak hati nuraninya.
Allah menyatakan dalam Al-Quran bahwa Dia menciptakan manusia agar siap untuk
menghidupkan agamaNya:
Maka, teguhkanlah pengabdianmu kepada Agama yang benar yang Allah ciptakan untuk
manusia. Tiada yang mampu merubah ciptaan Allah. Itulah agama yang lurus, tetapi
kebanyakan manusia tidak mengetahuinya. (Surat Ar-Rum: 30)
Dapatkah moral tegak tanpa agama?
Pada lingkungan masyarakat yang tak beragama, orang cenderung melakukan beragam
tindakan yang tak bermoral. Perbuatan buruk seperti penyogokkan, perjudian, iri hati atau
berbohong merupakan hal yang biasa. Hal demikian tidak terjadi pada orang yang taat
kepada agama. Mereka tidak akan melakukan semua perbuatan buruk tadi karena mengetahui
bahwa ia harus mempertanggungjawabkan semua tindakannya di akhirat kelak.
Sukar dipercaya jika ada orang mengatakan, Saya ateis namun tidak menerima sogokan,
atau Saya ateis namun tidak berjudi. Mengapa? Karena orang yang tidak takut kepada Allah
dan tidak mempercayai adanya pertanggungjawaban di akhirat, akan melakukan salah satu
hal di atas jika situasi yang dihadapinya berubah.
Seseorang yang mengatakan, Saya ateis namun tidak berjinah cenderung melakukannya jika
perjinahan di lingkungan tertentu dianggap normal. Atau seseorang yang menerima sogokan
bisa saja beralasan, Anak saya sakit berat dan sekarat, karenanya saya harus menerimanya,
jika ia tidak takut kepada Allah. Di negara yang tak beragama, pada kondisi tertentu maling
pun bisa dianggap sah-sah saja. Contohnya, masyarakat tak beragama bisa beranggapan
bahwa mengambil handuk atau perhiasan dekorasi dari hotel atau pusat rekreasi bukanlah
perbuatan pencurian.
Seorang yang beragama tak akan berperilaku demikian, karena ia takut kepada Allah dan tak
akan pernah lupa bahwa Allah selalu mengetahui niat dan pikirannya. Dia beramal setulus
hati dan selalu menghindari perbuatan dosa.
Seorang yang jauh dari bimbingan agama bisa saja berkata Saya seorang ateis namun pemaaf.
Saya tak memiliki rasa dendam ataupun rasa benci. Namun sesuatu hal dapat terjadi padanya
yang menyebabkannya tak mampu mengendalikan diri, lalu mempertontonkan perilaku yang

tak diinginkan. Dia bisa saja melakukan pembunuhan atau mencelakai orang lain, karena
moralnya berubah sesuai dengan lingkungan dan kondisi tempat tinggalnya.
Sebaliknya, orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir tidak kan pernah menyimpang
dari moral yang baik, seburuk apapun kondisi lingkungannya. Moralnya tidak berubah-ubah
melainkan tetap kokoh. Orang-orang beriman memiliki moral yang tinggi. Sifat-sifat mereka
disebut Allah dalam ayatNya:
Mereka yang teguh dengan keyakinannya kepada Allah dan tidak mengingkari janji; yang
menghubungkan apa yang diperintahkan Allah untuk menghubungkannya dan takut kepada
Tuhan mereka dan takut pada hisab yang buruk; mereka yang sabar untuk mencari
perjumpaan dengan Tuhan mereka, dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian harta
yang kami berikan kepadanya secara sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan, menolak
kejahatan dengan kebaikan. Merekalah yang mendapat kedudukan yang tinggi. (Surat ArRad: 20-22)
Apa yang terjadi dengan sistem sosial jika tidak ada agama?
Konsep pertama yang akan hilang pada sebuah lingkungan tak beragama adalah konsep
keluarga. Nilai-nilai yang menjaga keutuhan keluarga seperti kesetiaan, kepatuhan, kasihsayang dan rasa hormat akan ditinggalkan sama sekali. Harus diingat bahwa keluarga
merupakan pondasi dari sistem kemasyarakatan. Jika tata nilai keluarga runtuh, maka
masyarakat pun akan runtuh. Bahkan bangsa dan negara pun tidak akan ada lagi, karena
seluruh nilai moral yang menyokongnya telah musnah.
Lebih jauh lagi, tak akan ada lagi rasa hormat dan kasih-sayang terhadap orang lain. Ini
mengakibatkan anarki sosial. Yang kaya membenci yang miskin, yang miskin membenci
yang kaya. Angkara murka tumbuh pada mereka yang merasa dirintangi, hidup susah atau
miskin. Atau menimbulkan agresi terhadap bangsa lain. Karyawan bersikap agresif kepada
atasannya. Demikian pula atasan kepada bawahannya. Para bapak berpaling dari anaknya,
dan anak berpaling dari bapaknya.
Sebab dari pertumpahanan darah yang terus-menerus dan berita-berita kriminalitas di surat
kabar adalah ketiadaan agama. Setiap hari dapat kita baca tentang orang-orang yang saling
bunuh karena alasan yang sangat sepele.
Orang yang mengetahui bahwa ia akan diminta pertanggungjawaban di akhirat kelak, tidak
akan melakukan pembunuhan. Dia tahu bahwa Allah melarang manusia melakukan
kejahatan. Ia selalu menghindari murka Allah karena rasa takutnya kepadaNya.
Janganlah berbuat kerusakan di muka bumi, setelah (Allah) memperbaikinya. Dan berdoalah
kepadaNya dengan rasa takut dan harapan. Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada
orang-orang yang berbuat baik. (Surat al-Araf: 56)
Tindakan bunuh diri pun disebabkan oleh ketiadaan agama. Orang yang melakukan bunuh
diri sama saja dengan melakukan pembunuhan. Orang yang hendak bunuh diri karena
ditinggal pacar, misalnya, harus mengajukan pertanyaan-pertanyaan berikut sebelum
melakukannya: Apakah ia akan melakukan bunuh diri jika pacarnya menjadi cacat? atau
menjadi tua? atau jika wajah pacarnya terbakar? Tentunya tidak. Dia terlalu berlebihan
menilai pacarnya seolah sebanding dengan Allah. Bahkan menganggap pacarnya lebih
penting dari Allah, lebih penting dari hari akhirat dan dari agama. Ia lebih mempertaruhkan
jiwanya bagi pacarnya tersebut dibanding bagi Allah.
Orang yang dibimbing Al-Quran tidak akan melakukan hal semacam itu, bahkan tidak akan
terlintas sedikitpun dalam benaknya. Seorang yang beriman menyerahkan hidupnya hanya
untuk keridhaan Allah, dan menjalani dengan sabar segala kesusahan dan masalah yang Allah
ujikan padanya di dunia ini. Ia pun tidak lupa bahwa kesabarannya itu akan mendapatkan
balasan berlipat ganda baik di dunia maupun di akhirat.

Pencurian pun merupakan hal yang sangat biasa pada masyarakat yang tak beragama.
Seorang pencuri tak pernah berpikir seberapa besar kesusahan yang ditimbulkannya terhadap
orang yang dicurinya. Harta yang dikumpulkan korbannya puluhan tahun diambilnya dalam
semalam saja. Ia tak peduli seberapa besar kesusahan yang akan diderita korbannya. Mungkin
saja ia pernah sadar dan menyesali perbuatannya yang telah menimbulkan kesusahan pada
orang lain. Jika tidak, keadaannya menjadi lebih buruk. Itu berarti bahwa hatinya telah
membatu dan selalu cenderung untuk melakukan segala tindakan yang tak bermoral.
Dalam masyarakat yang tak beragama, nilai-nilai moral seperti keramahan, mau berkorban
untuk orang lain, solidaritas dan sikap murah hati telah lenyap sama sekali. Orang-orangnya
tidak menghargai orang lain sebagaimana layaknya manusia. Bahkan ada yang memandang
orang lain sebagai mahluk yang berevolusi dari kera. Tak satu pun dari mereka mau
menerima, melayani, menghargai atau memberikan sesuatu yang baik kepada orang lain.
Apalagi terhadap mereka yang dianggapnya sebagai berasal dari kera.
Orang-orang yang berpikiran seperti ini tidak menghargai orang lain. Tak satu pun
memikirkan kesehatan, kesejahteraan atau kenyamanan orang lain. Mereka tak peduli jika
orang lain terluka, atau pernah berusaha agar orang lain terhindar dari kecelakaan semacam
itu.
Di rumah sakit, misalnya, orang yang hampir meninggal dibiarkan begitu saja terlentang di
ranjang-gotong dalam jangka waktu yang tak tentu; tak seorangpun pun peduli kepadanya.
Contoh lain misalnya, pemilik restoran yang menjalankan restorannya tanpa peduli dengan
kebersihan. Tempatnya yang kotor dan tidak sehat tak digubrisnya, tidak peduli dengan
bahaya yang mungkin ditimbulkan terhadap kesehatan orang lain yang makan di sana. Ia
hanya peduli kepada uang yang dihasilkannya. Ini hanya sebagian kecil contoh yang kita
temui sehari-hari.
Logikanya, orang hanya baik terhadap orang lain jika bisa mendapat imbalan yang
menguntungkan. Namun bagi mereka yang menjalankan standar moral Al-Quran,
menghargai orang lain merupakan pengabdian kepada Allah. Mereka tak mengharapkan
imbalan apa pun. Semuanya merupakan usaha untuk mencari ridha Allah dengan terusmenerus melakukan amal baik, dan berlomba-lomba dalam kebaikan.
Apa manfaat material dan spiritual bagi masyarakat jika mereka taat pada Al-Quran?
Perlu kami ingatkan bahwa pengertian agama di sini adalah cara hidup yang bermoral. Cara
hidup yang disukai Allah. Cara yang dipilihNya dan yang paling tepat bagi semua jenis
manusia. Cara hidup yang terbebas dari takhyul-takhyul dan mitos-mitos, dan sepenuhnya di
bawah bimbingan Al-Quran.
Agama menciptakan lingkungan moral yang sangat aman dan nyaman. Sikap anarkis yang
menyebabkan kerusakan pada bangsa negara terhenti sama sekali karena rasa takut kepada
Allah. Orang tidak lagi melakukan tindakan yang merugikan ataupun berbuat kerusuhan.
Orang-orang yang memegang nilai-nilai moral siap bangkit bagi bangsa dan negaranya serta
tidak hendak berhenti untuk berkorban. Orang-orang semacam ini selalu berusaha untuk
kesejahteraan dan keamanan negaranya.
Di dalam masyarakat yang mengamalkan moral Al-Quran, orang-orangnya sangat
menghargai satu sama lain. Setiap orang selalu berusaha agar orang lain merasa nyaman dan
aman, karena menurut ajaran islam, solidaritas, persatuan dan kerjasama merupakan hal yang
sangat penting. Setiap orang merasa berkewajiban untuk mendahulukan kenyamanan dan
kepentingan orang lain. Ayat berikut merupakan contoh moralitas dari orang-orang yang
beriman:
Mereka yang lebih dulu tinggal di Madinah, dan telah beriman sebelum mereka datang,
mencintai mereka yang datang kepada mereka untuk berhijrah, dan tak terbetik keinginan di
hati mereka akan barang-barang yang diberikan kepada mereka, melainkan mendahulukan

mereka dibanding dirinya sendiri meskipun mereka sendiri sangat membutuhkannya. Siapa
yang terpelihara dari ketamakan, mereka itulah orang-orang yang beruntung. (Surat AlHashr: 9)
Dalam lingkungan yang orang-orangnya takut kepada Allah, setiap orang berusaha untuk
kesejahteraan masyarakat. Tak seorang pun bersikap boros. Setiap orang bekerja sama dan
bersatu padu sambil memperhatikan kepentingan orang lain. Hasilnya berupa masyarakat
yang kaya dengan tingkat kesejahteraan yang tinggi.
Masyarakat demikian kaya akan moral dan material. Kekacauan yang mengandung sikap
memberontak sama sekali sirna. Setiap orang dapat mengekang hawa nafsunya dan setiap
masalah diselesaikan dengan cara yang logis. Segala persoalan dipecahkan dengan kepala
dingin. Dan kehidupan, karenanya, selalu aman tentram.
Sumber :http://id.harunyahya.com/id/works/574/CARA_CEPAT_MERAIH_KEIMANAN

PENTINGNYA AGAMA
Tentunya berbicara manusia adalah berbicara bagaimana manusia itu, seperti apa manusia dan
apakah manusia itu,??
Pendekatan pertama adalah bahwa manusia itu mahluk hidup yang unik, yang memiliki kelebihan
akal, sehingga manusia itu ketika mampu mempergunakan akalnya secara maksimal dia bahkan bisa
lebih baik dari malaikat
(dalam pemahaman agama malaikat adalah makhluk yang selalu taat dan patuh, tidak pernah
membantah)
Namun ada satu sudut pandang lain yaitu bila manusia tidak mampu mempergunakan akalnya
manusia lebih hina dari binatang.
Oleh karena itu, kita sebagai manusia harus maksimal UNTUK MENGGUNAKAN AKAL DAN
PIKIRAN kita yaitu mencari sebuah prinsip dasar kehidupan.
Singkat kata, satu pondasi dasar untuk memaksimalkan penggunaan akal kita (walupun banyak
keterbatasan tentunya (karena satu sisi manusia mahluk lemah yang suka berkeluh kesah, mudah
putus asa dll),
Manusia dianjurkan untuk berpikir tentang penciptaan Alam semesta, pergantian siang dan malam,
knapa dan mengapa manusia itu diciptakan?, apakah ada manusia yang tidak akan meninggal dan
manusia akan kekal hidup abadi, apakah ada hari pembalasan itu?, apakah ada kehidupan setelah
mati?, dan tentunya masih banyak sekali pertanyaan-pertanyaan lain yang menantang manusia untuk
mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu.
Dari rentetan pertanyaan itu, sulit kiranya kalo kita menjawabnya hanya berdasarkan akal saja.
Knapa? Karena kita PASTI GA BAKALAN MAMPU bro, kita butuh panduan (sumber informasi yang
membimbing kita untuk bisa menjawab pertanyaan2 diatas, so pasti kita butuh panduan dari Tuhan
karena kita diciptakan oleh-Nya).
Lihat kasus di jepang, statistik orang bunuh diri berdasarkan salah satu lembaga riset disana sangat
tinggi, tentunya ini sangat memprihatinkan, mereka tidak memahami arti dan fungsi hidup secara
benar. Oleh karena itu perlunya pengetahuan dan secara benar untuk memahami arti hidup ini,
jangan kita hidup tapi ibarat sampah dilautan (kita dengan mudah terombang ambing tanpa ada
kejelasan, sehingga mau tidak mau sangat patut kiranya dalam hidup ini kita membuhkan kompas
(dalam hal ini kembali lagi adalah panduan Tuhan)
Oleh sebab itu bro, peranan agama sangat penting untuk membina karakter dan mental manusia
dalam menjalani proses kehidupan ini, knapa??? karena didalam agama lah terdapat aturan-aturan
dan panduan supaya kita manusia bisa dan mampu melakukan segala aktivitas dan perilaku supaya
manusia kembali menghadap tuhan dengan keadaan yang baik pula. So, supaya KARAKTER DAN
MENTAL MANUSIA itu baik pahamilah agama secara baik. AGAMA ADALAH PILIHAN HIDUP,
AGAMA ADALAH PRINSIP, AGAMA ADALAH KEYAKINAN MENDASAR MANUSIA SELAMA
HIDUP DI DUNIA. Sehingga secara ideal (karena setiap manusia itu dilahirkan adalah fitrah/suci),
kewajiban untuk memahami, mengamalkan agama secara benar adalah tuntutan pada setiap

manusia.
Khususnya Islam, islam menganjurkan manusia yang memeluk agama Islam itu secara menyeluruh
(kaffah) tidak setengah-setengah, sehingga dengan kondisi seperti itulah rasa keyakinan kita
terhadap agama yang kita anut itu perlu dimaksimalkan dengan mencari tau secara sungguh2,
artinya dalam islam ada pondasi yang sangat mendasar yakni pemahaman tauhid, yaitu pemahaman
dan keyakinan bahwa Allah adalah tuhan yang Esa(Tuhan yang satu) tidak beranak dan tidak di peranakkan. Sehingga umat islam dituntut untuk menyembah dan beribadah hanya untuk Allah semata
(tidak ada sekutu bagi-Nya), dan bahwa nabi Muhammad SAW adalah utusan Allah yang
membawa ajaran-ajaran perintah agar manusia kembali kepada Fitrah, mempunyai perilaku(Akhlaqul
Karimah).
Pemahaman ini tidak bisa ditawar-tawar karena ini merupakan pilar utama yang harus dipahami betul
oleh umat Islam. Sejarah mencatat, bahwa nabi muhammad selalu mengajarkan kesopanan,
kesantunan, kejujuran tidak hanya kepada umat seagama, bahkan orang di luar islam pun sangat
beliau hormati. Selain itu dari kecil sebelum jadi Nabi, Beliau sudah terkenal dengan kejujurannya,
sehingga beliau dikenal dan diberi gelar (al-amin/orang yang dapat dipercaya).
Coba liat buku 100 Tokoh terkenal dunia (The 100: A Ranking Of The Most Influential Persons In
History-Michael H. Hart http://id.wikipedia.org/wiki/The_100), menurut penulis buku tersebut yang
notabene dia bukan orang islam memposisikan beliau (nabi Muhammad, SAW ) sebagai
seorang/manusia terbaik yang mempunyai dedikasi, pengaruh terbesar sepanjang abad.
Pemahaman yang mungkin bisa di eksplorasi dari ajaran islam adalah sebagai berikut:
Tidak ada paksaan dalam beragama; sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan
yang sesat.
Potongan makna dari ayat alquran (al-baqarah:256) diatas pernah disampain oleh beliaun yang
intinya adalah bahwa umat islam dilarang menggangu Kafir Zinmi, yakni orang2 selain agama islam
yang ingin hidup rukun dan berdampingan, sehingga bilamana orang islam itu mengganggu mereka
(Kafir Zinmi) artinya mereka menggangu dan memusuhi nabi Muhammad SAW yang notabene
adalah Pemimpin Islam yang telah memberikan pemahaman dan panduan (Agama) dalam
kehidupan.
Oleh karena itu tentunya kita sebagai pribadi-pribadi Muslim tentunya harus bangga dengan agama
kita, bangga ISLAM sebagai agama kita, Kita Harus yakin sekali agama islam sesuai dengan Fitrah
Manusia, Alquran sebagai panduan hidup yang isinya (ayat-ayatnya) relevan dengan perkembangan
zaman, yang kiranya ayat-ayat didalam Alquran tidaklah mungkin di buat oleh manusia. Sehingga
dengan segala keterbatasan kita, Kita harus senantiasa selalu belajar dan belajar (ISLAM SANGAT
MENGANJURKAN UMATNYA UNTUK MENUNTUT ILMU, yang dianjurkan dari buaian lahir sampai
akhir hayat (Meninggal dunia) dan sangat tinggi sekali derajat orang-orang yang berilmu.
Btw, sedikit kesimpulan mungkin bisa merujuk kepada tulisan2 yang bercetak tebal atau BERHURUF
BESAR, yang intinya ISLAM sangat menganjurkan sikap toleransi, ramah, santun bahkan Nabi
Muhammad di utus ke dunia sebagai orang yang menyempurnakan Ahlaq Manusia yang mana ketika
itu memang beliau ada pada masa zahilliyah, yakni masa dimana manusia sudah melewati batas
kemanusiaan, (Mereka sangat keji seperti binatang, perilaku2 kasar dimana2, pembunuhan,
perampokan, pelecehan kepada wanita, bahkan anak baru lahir dibunuh dan kekejian2 lain yang
sangat nista pada waktu itu).
Oleh karena itu akhir dari Posting ini, kita sebagai pribadi muslim marilah memaksimalkan potensi
keilmuan untuk lebih memahami, mendalami Islam secara kaffah, karena dalam islam, manusia yang
terbaik adalah manusia yang paling bertakwa (Takwa yaitu memelihara diri dari siksaan Allah dengan
mengikuti segala perintah-perintah-Nya; dan menjauhi segala larangan-larangan-Nya; tidak cukup
diartikan dengan takut saja).
Manusia yang terbaik adalah manusia yang bermanfaat buat orang lain
alhadits.
Sehingga untuk memahami arti takwa sendiri Alquran sebagai panduan umat islam menerangkan
indikator manusia bertakwa antara lain, manusia itu harus:

[1] Iman ialah kepercayaan yang teguh yang disertai dengan ketundukan dan penyerahan jiwa.
Tanda-tanda adanya iman ialah mengerjakan apa yang dikehendaki oleh iman itu.
[2]. ghaib ialah yang tak dapat ditangkap oleh pancaindera. Percaya kepada yang ghjaib yaitu,
mengitikadkan adanya sesuatu yang maujud yang tidak dapat ditangkap oleh pancaindera, karena
ada dalil yang menunjukkan kepada adanya, seperti: adanya Allah, Malaikat-Malaikat, Hari akhirat
dan sebagainya.
[3]. Shalat menurut bahasa Arab: doa. Menurut istilah syara ialah ibadat yang sudah dikenal, yang
dimulai dengan takbir dan disudahi dengan salam, yang dikerjakan untuk membuktikan pengabdian
dan kerendahan diri kepada Allah. Mendirikan shalat ialah menunaikannya dengan teratur, dengan
melangkapi syarat-syarat, rukun-rukun dan adab-adabnya, baik yang lahir ataupun yang batin, seperti
khusu, memperhatikan apa yang dibaca dan sebagainya.
[4]. Rezki: segala yang dapat diambil manfaatnya. Menafkahkan sebagian rezki, ialah memberikan
sebagian dari harta yang telah direzkikan oleh Tuhan kepada orang-orang yang disyariatkan oleh
agama memberinya, seperti orang-orang fakir, orang-orang miskin, kaum kerabat, anak-anak yatim
dan lain-lain.
[5]. Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelum Muhammad s.a.w. ialah kitab-kitab yang diturunkan
sebelum Al Quran seperti: Taurat, Zabur, Injil dan Shuhuf-Shuhuf yang tersebut dalam Al Quran yang
diturunkan kepada para Rasul. Allah menurunkan Kitab kepada Rasul ialah dengan memberikan
wahyu kepada Jibril a.s., lalu Jibril menyampaikannya kepada Rasul.
[6]. Yakin ialah kepercayaan yang kuat dengan tidak dicampuri keraguan sedikitpun. Akhirat lawan
dunia. Kehidupan akhirat ialah kehidupan sesudah dunia berakhir. Yakin akan adanya kehidupan
akhirat ialah benar-benar percaya akan adanya kehidupan sesudah dunia berakhir.
http://fernandositindaon.info/uncategorized/pentingnya-agama-buat-manusia

Anda mungkin juga menyukai