Anda di halaman 1dari 8

METODE ANALISIS HARGA PANGAN1

Handewi P.S. Rachman


Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian
Jl. A. Yani No. 70 Bogor 16161

Abstrak
Harga dan kaitannya dengan peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani
merupakan salah satu elemen penting dalam ekonomi pangan. Terkait dengan hal tersebut,
maka analisis harga pangan menjadi hal penting guna perumusan kebijakan stabilisasi harga dan
peningkatan produksi pangan serta membuat peramalan harga pangan ke depan. Makalah ini
bertujuan untuk membahas metode analisis harga pangan. Cakupan bahasan meliputi
pentingnya analisis harga pangan, alternatif teknik analisis harga pangan), dan pemanfaatan
analisis harga pangan. Secara umum terdapat tiga metoda analisis harga yang biasa digunakan
oleh para analis, yaitu (1) analisis kuantitatif yang didasarkan pada pola perilaku yang terjadi
pada data deret waktu (time-series data), (2) pendekatan neraca (balance-sheet approach), dan
(3) pendekatan kuantitatif dengan memperhatikan keterkaitan antar variabel (fungsi permintaanpenawaran-harga). Selain itu, dapat digunakan teknik riset operasi seperti metode linear
programming. Hasil analisis harga dapat dimanfaatkan sebagai bahan masukan bagi pengambil
kebijakan di bidang pangan khususnya terkait dengan upaya perumusan kebijakan stabilisasi
harga dan peningkatan produksi pangan untuk menjamin kestabilan ketersediaan pangan.
Selain itu hasil analisis harga juga dapat digunakan untuk membuat peramalan harga suatu
komoditas di masa yang akan datang.
Kata kunci: analisis harga, pangan

PENDAHULUAN
Pangan merupakan komoditas strategis dan bahkan sering dikaitkan dengan
aspek politis di berbagai negara termasuk Indonesia. Hal ini disebabkan karena pangan
merupakan kebutuhan dasar manusia untuk mempertahankan hidup. Oleh karenanya,
pemenuhan kebutuhan pangan bagi setiap penduduk setiap waktu merupakan hak azasi
manusia yang harus diupayakan oleh pemerintahan suatu negara.
Di Indonesia, pentingnya masalah pangan dapat ditunjukkan antara lain
dengan telah diundangkannya Undang-Undang No 7 tahun 1996 tentang pangan. Selain
itu berbagai kebijakan terkait dengan upaya peningkatan produksi pangan dan berbagai
faktor pendukungnya, kebijakan stabilitas harga pangan serta sistem distribusinya dalam
1

Makalah disampaikan pada Apresiasi Sistem Distribusi Pangan dan Harga Pangan oleh Badan
Ketahanan Pangan, Departemen Pertanian, di Pusat Manajemen Pengembangan SDM Pertanian,
Ciawi,-Bogor, 3 5 Juli 2005

78

upaya pemenuhan kebutuhan pangan (khususnya pangan pokok beras) telah dilaksanakan secara terus menerus dalam setiap tahapan pembangunan.
Dari berbagai aspek ekonomi pangan, harga merupakan salah satu aspek
penting yang perlu mendapat perhatian. Pentingnya harga pangan terutama di tingkat
petani-produsen (dengan tetap melindungi konsumen), dilakukan oleh pemerintah di
berbagai negara melalui kebijakan intervensi. Secara umum tujuan kebijakan pemerintah di bidang pangan (harga) adalah untuk mencapai salah satu atau kombinasi dari
beberapa hal berikut: (1) membantu meningkatkan pendapatan petani, (2) melindungi
petani kecil untuk tetap memiliki insentif menghasilkan pangan, (3) mencapai swasembada pangan dan mengurangi ketergantungan impor, (4) menurunkan ketidakstabilan
harga dan pendapatan petani, dan (5) memperhatikan daya beli konsumen agar
kebutuhan pangan penduduk terpenuhi.
Beberapa instrumen kebijakan harga pangan dalam rangka melindungi petani
produsen yang umum dilakukan pemerintah adalah melalui (1) penetapan harga
tertinggi-terendah dan atau harga pembelian pemerintah, (2) penetapan waktu dan atau
volume impor, (3) pengaturan volume stok (cadangan) pangan pemerintah dan
pelepasan stok ke pasar, dan (4) penetapan larangan ekspor.
Dari uraian di atas, terlihat bahwa aspek harga dan kaitannya dengan
peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani merupakan salah satu elemen
penting dalam ekonomi pangan. Terkait dengan hal tersebut, maka analisis harga
pangan menjadi hal penting guna perumusan kebijakan stabilisasi harga dan peningkatan produksi pangan serta membuat peramalan harga pangan ke depan.
Makalah ini bertujuan untuk membahas metode analisis harga pangan.
Cakupan bahasan meliputi (1) pendahuluan, (2) pentingnya analisis harga (pangan), (3)
alternatif teknik analisis harga (pangan), (4) pemanfaatan analisis harga pangan, dan (5)
penutup.
PENTINGNYA ANALISIS HARGA (PANGAN)
Terminologi analisis harga (pangan) biasanya mengacu pada analisis
kuantitatif dari keterkaitan antara aspek permintaan - penawaran - harga. Dalam hal
demikian umumnya penggunaan alat analisis ekonometrik merupakan metode analisis
yang sering digunakan. Namun demikian, penggunaan tabel-tabel sederhana dan atau
grafik dengan pembahasan secara deskriptif analitis juga menjadi alternatif metode yang
sering digunakan dalam analisis harga.
Setidaknya terdapat dua alasan mengapa analisis harga penting untuk
dilakukan, dalam hal ini terkait dengan tujuan melakukan analisis harga, yaitu (1) untuk
mengestimasi koefisien (parameter) ekonomi tertentu seperti elastisitas permintaan dari

79

harga komoditas, dan (2) untuk meramalkan (forecasting) harga pada masa datang dan
faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat harga komoditas tertentu.
Pendugaan (estimasi) dari elastisitas permintaan dan atau harga merupakan
salah satu masukan penting bagi pengambil kebijakan pangan untuk menentukan
alternatif kebijakan seperti dalam program stabilisasi harga pangan, peningkatan
produksi (suplai) dan atau penetapan aturan ekspor-impor pangan. Selain itu, analisis
harga (pangan) juga sering digunakan untuk menganalisis perilaku harga dan peubahpeubah yang terkait. Sebagai contoh apabila kita ingin mengetahui bagaimana trend
(kecenderungan), siklus, atau keteraturan dan ketidakteraturan dari harga suatu
komoditas pada rentang waktu tertentu, maka penggunaan analisis harga menjadi hal
penting yang dapat menjawab pertanyaan tersebut.
ALTERNATIF TEKNIK ANALISIS HARGA (PANGAN)
Secara umum terdapat tiga pilihan alternatif teknik dalam analisis harga, yaitu
(1) analisis kuantitatif yang didasarkan pada pola perilaku yang terjadi pada data deret
waktu (time-series data), (2) pendekatan neraca (balance-sheet approach), dan (3)
pendekatan kuantitatif dengan memperhatikan keterkaitan antar variabel (fungsi
permintaan - penawaran - harga). Selain itu, beberapa ekonom juga menggunakan
teknik riset operasi seperti metode linear programming dalam analisis harga (Tomeck
and Robinson, 1990). Masing-masing alat analisis di atas memiliki kelebihan dan
keterbatasan. Oleh karena itu pemilihan alat analisis oleh peneliti/pengkaji/petugas
tergantung pada tujuan analisis dan ketersediaan sumberdaya (tenaga, waktu, biaya)
yang ada.
Analisis Kuantitatif berdasar Pola Perilaku dari Data Deret Waktu
Pendekatan dengan teknik analisis kuantitatif berdasar pola perilaku dari data
deret waktu umumnya digunakan untuk melakukan peramalan harga yang akan datang
berdasar perilaku kecenderungan harga yang terjadi selama selang waktu ke belakang
(satu - dua - lima atau beberapa tahun yang lalu). Pola yang diamati bisa data harian,
bulanan, musiman, tahunan, dan siklus atau kecenderungan umum yang terjadi.
Semakin panjang data deret waktu tersedia maka semakin tinggi kemampuan dalam
meramalkan harga ke depan. Kelemahan metode ini adalah apabila terjadi gejolak faktor
eksternal (El Nino, La Nina, krisis ekonomi) maka rataan atau pola perubahan harga
yang terjadi tidak dapat sepenuhnya dijadikan acuan peramalan harga ke depan.
Salah satu metode sederhana untuk melakukan peramalan harga yang akan
datang adalah dengan mengasumsikan bahwa pola kecenderungan yang telah ada
(terjadi) akan berlangsung terus pada waktu yang akan datang. Dengan teknik ini rataan
perubahan harga tahunan (trend - persen perubahan harga/tahun) selama beberapa

80

waktu ke belakang menjadi acuan untuk melakukan peramalan harga yang akan terjadi
di masa akan datang. Teknik ini dapat dilakukan dengan menggunakan tabel-tabel
analisis dan perhitungan sederhana.
Penggunaan deflator dalam analisis harga juga biasa digunakan dalam analisis
data deret waktu. Umumnya data indeks harga konsumen (CPI-consumer price index)
biasa digunakan untuk mengukur nilai riil dari harga maupun pendapatan, yaitu dengan
membagi nilai nominal dengan indeks harga. Namun demikian penggunaan data harga
dan pendapatan dalam nilai nominal ataupun riil tergantung pada tujuan analisis.
Cara lain untuk melakukan peramalan harga dengan pendekatan kuantitatif
dari data deret waktu adalah dengan menggunakan asumsi bahwa terdapat perubahan
laju kecenderungan harga yang akan datang dibandingkan waktu yang lalu. Dalam hal
demikian, penggunaan grafik merupakan salah satu metode sederhana yang dapat
digunakan untuk melihat pola perilaku harga dan laju perubahan yang ada. Grafik dua
dimensi dimana peubah harga sebagai aksis vertikal dan periode waktu sebagai aksis
horizontal merupakan cara yang umum dipakai.
Pendekatan Neraca (balance-sheet approach)
Pendekatan dengan menggunakan teknik neraca umumnya digunakan oleh
perusahaan yang ingin mengetahui posisi keseimbangan penawaran dan permintaan
yang dapat memberikan informasi sebagai bahan perencanaan produksi yang akan
datang bagi seorang pengusaha. Melalui pendekatan neraca dapat diketahui apakah
dengan tingkat harga yang terjadi terdapat surplus atau defisit terhadap produk
(komoditas) tertentu. Analisis neraca ini juga bermanfaat bagi pengambil keputusan di
bidang pangan terkait dengan perencanaan di bidang produksi komoditas di suatu
wilayah dan pengaturan alokasi distribusi dari daerah surplus ke daerah defisit.
Hal penting yang perlu diperhatikan dalam analisis harga dengan pendekatan
neraca ini adalah bahwa dalam mengidentifikasi suplai (penawaran) perlu
memperhitungkan data produksi, impor-ekspor (antar wilayah, antar negara), dan
bantuan/transfer dari pihak lain (jika ada). Sementara itu dari sisi permintaan penting
untuk memperhatikan adanya penggunaan oleh industri, konsumsi penduduk,
penggunaan lain, tercecer, dan susut. Keakuratan penyediaan data permintaan dan
penawaran akan menentukan keakuratan estimasi adanya surplus/defisit pangan pada
tingkat harga yang terjadi di suatu wilayah pada waktu tertentu.
Pendekatan Kuantitatif dengan Memperhatikan Keterkaitan antar Variabel
Penggunaan fungsi penawaran dan permintaan merupakan salah satu contoh
pendekatan analisis harga yang memperhatikan keterkaitan antar variabel. Keterkaitan
antar variabel dapat divisualisasikan dengan menggunakan grafik maupun metode
statistik. Penggunaan diagram dan atau penyajian secara grafis merupakan tahap awal

81

yang dapat dilakukan sebelum menganalisis secara lebih detail dengan menggunakan
analisis ekonometrika.
Analisis regresi berganda merupakan salah satu model sederhana yang dapat
digunakan untuk analisis harga dengan memperhatikan keterkaitan antar variabel.
Persamaan regresi berganda secara umum mengungkapkan hubungan antara peubah
(variabel) tidak bebas (Y) dengan beberapa peubah bebas (X). Secara matematis
hubungan tersebut dituliskan sebagai berikut:
Yt = 0 + 1Xt1 + 2 Xt2 + 3Xt3 + .+ kXtk + et
Dimana:

Yt = peubah tidak bebas yang diamati


Xtk = peubah bebas yang diamati, sebanyak k peubah
et

= galat (error/disturbance term)

k = parameter yang diduga


t = 1, 2, 3..T jumlah pengamatan dari setiap peubah
Dalam contoh di atas, peubah Y tergantung (dipengaruhi) secara linear oleh peubah
bebas X dan galat. Dalam pendugaan besaran koefisien , metode OLS (ordinary least
square) merupakan metode yang umum dipakai. Namun demikian, ketepatan pemilihan
dalam penggunaan metode dan asumsi apakah hubungan antar peubah bersifat linear,
kuadratik, atau bentuk lain tergantung pada bagaimana peubah Y dan X dibangun
(Jhonston, 1984; Maddala, 1977). Selain itu pemilihan metode pendugaan dan asumsi
dalam analisis juga sangat ditentukan oleh expert-judgment peneliti berdasar
pengalaman empiris di lapang.
Dari ke tiga teknik pendekatan analisis harga seperti diuraikan di atas,
beberapa hal yang perlu mendapat perhatian adalah (1) perumusan masalah dan
penetapan spesifikasi model untuk memecahkan masalah yang ada merupakan tahap
awal yang penting dalam analisis harga, (2) penyediaan data pengamatan dari peubahpeubah yang akan digunakan dalam analisis, spesifikasi model operasional akan sangat
ditentukan oleh ketersediaan data, (3) teknik analisis dan evaluasi uji ketepatan metode
secara logika, teoritis dan empiris.
Tomeck dan Robinson (1990) menyebutkan terdapat 3 hal yang diperlukan
oleh seorang analis untuk dapat melakukan analisis harga secara baik, yaitu (1) memiliki
pengetahuan teori ekonomi yang baik, hal ini dapat membantu dalam memformulasikan
model, (2) analis harus mempunyai pengetahuan yang baik terhadap fenomena
ekonomi dari sektor (komoditas) yang dianalisis termasuk ketersediaan datanya, dan (3)
analis perlu memiliki pengetahuan yang cukup baik tentang metode dasar statistik.
Apabila seorang analis telah memiliki tiga kemampuan tersebut dilengkapi dengan
pengetahuan dalam pengolahan dengan sistem komputasi, maka analisis harga pangan
dapat dilakukan secara baik.

82

PEMANFAATAN ANALISIS HARGA (PANGAN)


Pemanfaatan analisis harga terkait dengan pemahaman dan interpretasi dari
hasil analisis untuk selanjutnya dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi
perumusan kebijakan di bidang pangan, utamanya yang terkait dengan kebijakan
peningkatan produksi, harga dan permintaan pangan.
Interpretasi Hasil Peramalan Harga berdasar Kecenderungan yang Terjadi
Dengan mengasumsikan trend harga suatu komoditas (rataan perubahan
harga tahunan) yang terjadi akan tetap berlangsung di masa yang akan datang, kita
dapat meramalkan tingkat harga komoditas tersebut di waktu yang akan datang.
Demikian pula halnya apabila kita mengasumsikan adanya perubahan laju kecenderungan harga untuk peramalan harga yang akan datang dapat dilakukan dengan
menetapkan besaran laju perubahan yang terjadi.
Dengan estimasi dan ramalan harga yang mungkin terjadi tersebut kita dapat
merencanakan alokasi wilayah produksi suatu komoditas dengan pertimbangan utama
adalah peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani. Dalam penentuan kebijakan
ini analisis harga untuk berbagai komoditas yang memiliki keterkaitan dalam sisi
permintaan maupun penawaran atau proses produksi juga menjadi pertimbangan dalam
merumuskan kebijakan.
Interpretasi dari Parameter Dugaan
Seperti telah diuraikan sebelumnya, salah satu analisis sederhana dalam
penggunaan model ekonometrika dalam analisis harga adalah melakukan pendugaan
dari parameter harga dan permintaan terhadap suatu komoditas (pangan). Secara
empiris, menduga elastisitas harga dan permintaan dan atau penawaran suatu
komoditas merupakan isu yang dapat dijadikan bahan masukan bagi pengambil
kebijakan pangan. Teori ekonomi mendefinisikan bahwa elastisitas harga terhadap
permintaan menunjukkan proporsi (persen) perubahan permintaan yang akan terjadi
apabila terjadi perubahan harga pada persentase tertentu. Dalam hal ini perubahan
permintaan (kuantitas) dapat disebabkan oleh perubahan harga komoditas itu sendiri
(elastisitas harga sendiri), maupun oleh perubahan harga barang lain (elasitisitas silang)
baik yang bersifat substitusi maupun komplemen (Pindyck and Rubinfeld, 1994).
Dengan metoda yang sama juga dapat dilakukan pendugaan untuk mengukur
perubahan pendapatan terhadap permintaan suatu komoditas (elastisitas pendapatan
terhadap permintaan). Interpretasi dari dugaan parameter permintaan karena perubahan
harga maupun pendapatan merupakan bahan masukan bagi pengambil kebijakan
pangan dalam menetapkan kebijakan harga maupun besaran pasokan (suplai) dan
produksi pangan di suatu wilayah. Pertimbangan yang digunakan dalam penetapan

83

kebijakan tersebut selain besaran estimasi parameter adalah keterjangkauan dan daya
beli yang terefleksikan dari peubah pendapatan konsumen terhadap harga yang ada
dan tingkat harga yang masih memberikan insentif bagi produsen untuk tetap
mengusahakan komoditas pangan yang dianalisis.
Selain itu penggunaan analisis statistik sederhana seperti koefisien variasi dan
standar deviasi dari data harga komoditas secara deret waktu juga banyak digunakan
oleh analis untuk mengetahui stabilitas harga yang terjadi dari suatu komoditas di suatu
wilayah. Dalam hal ini semakin kecil nilai koefisien variasi maupun standar deviasi dari
data harga di suatu wilayah dapat diinterpretasikan bahwa harga relatif stabil atau
memiliki fluktuasi yang rendah. Stabilitas harga merupakan salah satu indikator yang
dapat digunakan untuk memberikan sinyal kepada produsen terhadap faktor risiko
harga yang mungkin dihadapi produsen dari pengusahaan suatu komoditas.
PENUTUP
Tanpa berpretensi mengabaikan peubah ekonomi, sosial, budaya dan politik,
dalam menganalisis ekonomi pangan, peubah harga dari suatu komoditas merupakan
aspek penting yang menentukan keberlanjutan pasar serta keseimbangan permintaan
dan penawaran suatu komoditas (pangan). Dalam hal demikian maka analisis harga
(pangan) merupakan aspek penting yang perlu diperhatikan.
Secara umum terdapat tiga metode analisis harga yang biasa digunakan oleh
para analis, yaitu (1) analisis kuantitatif yang didasarkan pada pola perilaku yang terjadi
pada data deret waktu (time-series data), (2) pendekatan neraca (balance-sheet
approach), dan (3) pendekatan kuantitatif dengan memperhatikan keterkaitan antar
variabel (fungsi permintaan-penawaran-harga). Selain itu, beberapa ekonom juga
menggunakan teknik riset operasi seperti metode linear programming dalam analisis
harga. Masing-masing alat analisis di atas memiliki kelebihan dan kekurangan, oleh
karena itu pemilihan alat analisis oleh peneliti/pengkaji/petugas tergantung pada tujuan
analisis dan ketersediaan sumberdaya (tenaga, waktu, biaya) yang ada.
Hasil analisis harga dapat dimanfaatkan sebagai bahan masukan bagi
pengambil kebijakan di bidang pangan khususnya terkait dengan upaya perumusan
kebijakan stabilisasi harga dan peningkatan produksi pangan untuk menjamin kestabilan
ketersediaan pangan. Selain itu hasil analisis harga juga dapat digunakan untuk
membuat peramalan harga suatu komoditas di masa yang akan datang. Hal ini penting
bagi perumus kebijakan dalam menetapkan tingkat harga dengan tetap mempertimbangkan kepentingan produsen maupun konsumen.

84

DAFTAR PUSTAKA
Jhonston, J. 1984. Econometric Methods. Third edition. New York: Mc Graw-Hill.
Maddala, G.S. 1977. Econometrics. New York: Mc Graw-Hill.
Pindyck, R.S. and D.L. Rubinfeld. 1994. Microeconomics. Third Edition. Prentice Hall, Englewood
Cliffs, New Jersey.
Tomeck, W.G. and K.L. Robinson. 1990. Agricultural Product Prices. Third Edition. Cornell
University Press.

85

Anda mungkin juga menyukai