PENDAHULUAN
Halaman 1
1.
2.
Halaman 2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pit dan Fisura
Pit adalah titik terdalam berada pada pertemuan antar beberapa groove atau akhir dari
groove. Istilah pit sering berkaitan dengan fisura. Fisura adalah garis berupa celah yang dalam
pada permukaan gigi (Russel C.Wheeler, 1974). Macam pit dan fisura bervariasi bentuk dan
kedalamannya, dapat berupa tipe U (terbuka cukup lebar); tipe V (terbuka, namun sempit); tipe I
(bentuk seperti leher botol).
Bentuk pit dan fisura bentuk U cenderung dangkal, lebar sehingga mudah dibersihkan
dan lebih tahan karies. Sedangkan bentuk pit dan fisura bentuk V atau I cenderung dalam, sempit
dan berkelok sehingga lebih rentan karies. Bentukan ini mengakibatkan penumpukan plak,
mikroorganisme dan debris.
Morfologi permukaan oklusal gigi bervariasi berbagai individu. Pada umumnya bentuk
oklusal pada premolar nampak dengan tiga atau empat pit. Pada molar biasanya terdapat sepuluh
pit terpisah dengan fisura tambahan (M. John hick dalam J.R Pinkham, 1994: 454).
Halaman 3
sekelilingnya yang terserap ke dalam pori-porinya. Baik bercak putih maupun bercak coklat bisa
bertahan tahunan lamanya (Edwina A.M. Kidd, 1992:19).
Istilah karies fisura menggambarkan adanya karies pada pit dan fisura. Karies berawal
dari dinding-dinding fisura. Karies ini membesar ukurannya dan menyatu pada dasar fisura.
Karies enamel akan melebar kearah dentin dibawahnya sesuai dengan arah prisma enamelnya.
Arah perkembangan karies ke lateral sehingga terbentuk karies yang menggaung (Edwina A.M.
Kidd, 1992:25).
Awal pembentukan karies dimulai dari fisura, yaitu bagian terdalam dan bagian paling
dasar dari permukaan gigi. Kemudian karies berlanjut ke arah lateral dinding fisura dan lereng
cusp (M. John hick dalam J.R Pinkham, 1994: 454).
Enamel pada dasar fisura merupakan daerah yang terkena karies paling awal, karies akan
menyebar sepanjang enamel, kemudian karies berlanjut hingga dentinoenamel junction. Bila
dentin terkena karies, maka perkembangan karies menjadi lebih cepat dibandingkan saat enamel
terkena lesi. Pada kavitas fisura terjadi kehilangan mineral dan struktur pendukung dari enamel
dan dentin, sehingga secara klinis nampak karies (M. John Hick dalam J.R Pinkham, 1994: 455).
Karies secara histologi dibagi dalam zona-zona berdasarkan pemeriksaan dengan
mikroskop cahaya,
Zone 1: Zona Translusen
Zona ini tidak terlihat disemua lesi, tetapi jika ada akan terletak pada bagian depan dan
merupakan daerah perubahan awal dari gambaran normal. Zona ini tampak tidak berstruktur,
translusen berbatasan dengan zona gelap di daerah permukaan dan enamel normal di bawahnya.
Dibandingkan dengan enamel normal, zone ini lebih porus dikarenakan proses demineralisasi.
Zona 2: Zona Gelap
Zona gelap merupakan daerah kedua dari perubahan email normal berada tepat di atas
zona translusen. Zona gelap lebih porus daripada zona translusen. Pada zona gelap ini terdapat
pori-pori kecil. Pori-pori ini merupakan daerah penyembuhan temapat mineral telah didepositkan
kembali.
Halaman 4
Halaman 5
Pemberian fluor secara topikal dan sistemik, tidak banyak berpengaruh terhadap insidensi
karies pit dan fisura. Hal ini karena pit dan fisura merupakan daerah cekungan yang dalam dan
sempit. Fluor yang telah diberikan tidak cukup kuat untuk mencegah karies. (R.J Andlaw, 1992:
58). Pemberian fluor ini terbukti efektif bila diberikan pada permukaan gigi yang halus, dengan
pit dan fisura minimal (M. John Hick dalam J.R Pinkham, 1994: 455).
Upaya lain dalam pencegahan karies pit dan fisura telah dilakukan pada ujicoba klinis
pada tahun 1965 melalui penggunaan sealant pada pit dan fisura. Tujuan sealant pada pit dan
fisura adalah agar sealant berpenetrasi dan menutup semua celah, pit dan fisura pada permukaan
oklusal baik gigi sulung maupun permanent. Area tersebut diduga menjadi tempat awal
terjadinya karies dan sulit dilakukan pembersihan secara mekanis (Robert G.Craig :1979: 29).
Indikasi pemberian sealant pada pit dan fisura adalah sebagai berikut:
a. Dalam, pit dan fisura retentif
b. Pit dan fisura dengan dekalsifikasi minimal
c. Karies pada pit dan fisura atau restorasi pada gigi sulung atau permanen lainnya
d. Tidak adanya karies interproximal
e. Memungkinkan isolasi adekuat terhadap kontaminasi saliva
f. Umur gigi erupsi kurang dari 4 tahun.
Sedangkan kontraindikasi pemberian sealant pada pit dan fisura adalah
a. Self cleansing yang baik pada pit dan fisura
b. Terdapat tanda klinis maupun radiografis adanya karies interproximal yang memerlukan
perawatan
c. Banyaknya karies interproximal dan restorasi
d. Gigi erupsi hanya sebagian dan tidak memungkinkan isolasi dari kontaminasi saliva
e. Umur erupsi gigi lebih dari 4 tahun.
(M. John Hick dalam J.R Pinkham, 1994: 459-61)
Pertimbangan lain dalam pemberian sealant juga sebaiknya diperhatikan. Umur anak
berkaitan dengan waktu awal erupsi gigi-gigi tersebut. Umur 3-4 tahun merupakan waktu yang
berharga untuk pemberian sealant pada geligi susu; umur 6-7 tahun merupakan saat erupsi gigi
permanen molar pertama; umur 11-13 tahun merupakan saatnya molar kedua dan premolar
Halaman 6
erupsi. Sealant segera dapat diletakkan pada gigi tersebut secepatnya. Sealant juga seharusnya
diberikan pada gigi dewasa bila terbukti banyak konsumsi gula berlebih atau karena efek obat
dan radiasi yang mengakibatkan xerostomia (Norman O. Harris, 1999: 245-6).
Halaman 7
Halaman 8
dasar dan memiliki komposisi kimia sama, namun hal ini penting guna mengetahui keefektifan
dan kemampuan retensi masing-masing bahan tersebut.
Kemampuan sealant untuk melepaskan fluoride, pada permukaan pit dan fisura akan
memberikan keuntungan tersendiri pada bahan sealant semen ionomer. Semen ionomer
disarankan sebagai bahan ideal untuk menutup pit dan fisura karena memiliki kemampuan
melepas fluoride dan melekat pada enamel (Subramaniam, 2008).
Halaman 9
Penyerapan air dan koefisiensi termal dari komposit juga lebih kecil dibandingkan dengan resin
tanpa bahan pengisi. Sifat mekanis seperti kekuatan kompresi, kekuatan tarik, dan modulus
elastis membaik, begitu juga ketahanan aus. Semua perbaikan ini terjadi dengan peningkatan
volume fraksi bahan pengisi (Kenneth J Anusavice, 2004: 230-1).
Bis-GMA saat ini merupakan matriks resin pilihan sebagai bahan sealant. Bisa dengan
atau tanpa bahan pengisi. Penambahan bahan pengisi meliputi serpih kaca mikroskopis, partikel
quartz dan bahan pengisi lainnya. Bahan ini membuat sealant lebih tahan terhadap abrasi
(Norman O. Harris, 1999: 246).
Bahan yang digunakan bahan pengisi makro adalah partikel-partikel halus dari komponen
silika, cristalin quartz, atau silikat glass boron. Quartz telah digunakan secara luas sebagai bahan
pengisi. Quartz memiliki keunggulan sebagai bahan kimia yang kuat. Sementara sifat radiopak
bahan pengisi disebabkan oleh sejumlah kaca dan porselen yang mengandung logam berat
seperti barium, strontium dan zirconium. Penambahan bahan pengisi mengurangi pengerutan
pada saat polimerisasi dan menambah kekerasan (Lloyd Baum, 1997: 254).
c. Bahan coupling
Bahan pengisi sangatlah penting berikatan dengan matriks resin. Hal ini memungkinkan
matriks polimer lebih fleksibel dalam meneruskan tekanan ke partikel yang lebih kaku. Ikatan
antara 2 fase komposit diperoleh dengan bahan coupling. Aplikasi bahan coupling yang tepat
dapat meningkatan sifat mekanis dan fisik serta memberikan kestabilan hidrolitik dengan
mencegah air menembus sepanjang antar bahan pengisi dan resin. -metakriloksipropiltrimetoksi
silane adalah bahan yang sering digunakan sebagai bahan coupling (Kenneth J Anusavice, 2004:
230-1).
d. Penghambat
Untuk mencegah polimerisasi spontan dari monomer, bahan penghambat ditambahkan
pada sistem resin. Penghambat ini mempunyai potensi reaksi kuat dengan radikal bebas. Bila
radikal bebas telah terbentuk, bahan penghambat akan bereaksi dengan radikal bebas kemudian
menghambat perpanjangan rantai dengan mengakhiri kemampuan radikal bebas untuk
Halaman 10
mengawali proses polimerisasi. Bahan penghambat yang umum digunakan adalah butylated
hydroxytoluene (Kenneth J. Anusavice, 2004: 232).
e. Sifat bahan resin
Secara umum resin memiliki sifat mekanis yang baik, kelarutan bahan resin sangat
rendah. Sifat termis bahan resin sebagai isolator termis yang baik. Bahan resin memiliki
koefisien termal yang tinggi. Kebanyakan resin bersifat radiopaque (E.C Combe, 1992: 176-7).
Resin memiliki karakteristik warna yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan perawatan.
Sifat mekanis yang baik sehingga dapat digunakan pada gigi dengan beban kunyah besar.
Terjadinya pengerutan selama proses polimerisasi yang tinggi menyebabkan kelemahan klinis
dan sering menyebabkan kegagalan. Kebocoran tepi akibat pengerutan dalam proses polimerisasi
dapat menyebabkan karies sekunder. Pemolesan bahan harus bagus karena kekasaran pada
permukaan komposit dapat dijadikan tempat menempelnya plak (Kenneth J Anusavice, 2004:
247).
f. Indikasi fisure sealant berbasis resin
Penggunaan sealant berbasis resin digukanan pada hal berikut:
a. Digunakan pada geligi permanen
b. Kekuatan kunyah besar
c. Insidensi karies relatif rendah
d. Gigi sudah erupsi sempurna
e. Area bebas kontaminasi atau mudah dikontrol
f. Pasien kooperatif, karena banyaknya tahapan yang membutuhkan waktu lebih lama.
Halaman 11
banyak digantikan oleh sinar tampak (biru) dengan panjang gelombang 430-490 nm (R.J
Andlaw, 1992: 58).
2.7.1 Pengerasan Sealant Berbasis Resin secara Otomatis
Proses ini kadang disebut dengan cold curing, chemical curing, atau self curing. Bahan
yang dipasok dalam 2 pasta, satu mengandung inisiator benzoil peroksida dan lainnya
mengandung amin tersier. Bila kedua pasta diaduk, amin bereaksi dengan benzoil peroksida
untuk membentuk radikal bebas dan polimerisasi tambahan dimulai (Kenneth J. Anusavice,
2004: 232).
Sealant bis-GMA dipolimerisasi oleh bahan amina organik akselerator yang terdiri atas
dua sistem komponen. Komponen pertama berisi bis-GMA tipe monomer dan inisiator benzoil
peroksida, dan komponen kedua berisi tipe monomer bis-GMA dengan akselerator 5% amina
organik. Monomer bis-GMA dilarutkan dengan monomer metal metakrilat.
Sebuah bahan
sealant komersil berisi pigmen putih, dimana mengandung 40% bahan partikel quartz dengan
diameter rata-rata 2 mikrometer. Kedua komponen tadi bercampur sebelum diaplikasikan ke gigi
dan berpolimerisasi ikatan silang sebagai reaksi sederhana (Norman O.Harris, 1979: 30)
Pada bahan ini operator tidak memiliki kemampuan mengendalikan waktu kerja setelah
bahan diaduk. Jadi pembentukan kontur restorasi harus diselesaikan begitu tahap inisiasi selesai.
Jadi proses polimerisasi terus-menerus terganggu sampai operator telah menyelesaikan proses
pembentukan kontur restorasi (Kenneth J. Anusavice, 2004: 235).
Halaman 12
Halaman 13
Halaman 14
Halaman 15
Ketika bubuk dan cairan dicampur untuk membentuk suatu pasta (gambar 2), permukan
partikel kaca akan terpajan asam. Ion-ion kalsium, aluminium, natrium dan fluorin dilepaskan ke
dalam media yang bersifat cair. Rantai asam poliakrilat akan berikatan silang dengan ion-ion
kalsium dan membentuk masa yang padat.
Selama 24 jam berikutnya, terbentuk fase baru dimana ion-ion aluminium menjadi terikat
dalam campuran semen. Ini membuat semen menjadi lebih kaku. Ion natrium dan fluorin tidak
berperan serta di dalam ikatan silang dari semen. Beberapa ion natrium dapat menngantikan ionion hidrogen dari gugus karboksil, sementara sisanya bergabung dengan ion-ion fluorin
membentuk natrium fluoride yang menyebar merata di dalam semen yang mengeras (Kenneth J.
Anusavice, 2004: 451).
Mekanisme pengikatan ionomer kaca dengan struktur gigi belum dapat diterangkan
dengan jelas. Meskipun demikian, perekatan ini diduga terutama melibatkan proses kelasi dari
gugus karboksil dari poliasam dengan kalsium di kristal apatit pada enamel dan dentin. Ikatan
antara semen dengan enamel selalu lebih besar daripada ikatannya dengan dentin, mungkin
karena kandungan anorganiknya enamel yang lebih banyak dan homogenitasnya lebih besar
(Kenneth J. Anusavice, 2004: 452).
d. Sifat semen ionomer kaca
Semen ini memiliki sifat kekerasan yang baik, namun jauh inferior dibanding kekerasan
bahan resin. Kemampuan adhesi melibatkan proses kelasi dari gugus karboksil dari poliasam
dengan kalsium di kristal apatit enamel dan dentin. Semen ini memiliki sifat anti karies karena
kemampuannya melepaskan fluor. Dalam proses pengerasan harus dihindarkan dari saliva karena
mudah larut dalam cairan dan menurunkan kemampuan adhesi. Ikatan fisiko kimiawi antara
bahan dan permukaan gigi sangat baik sehingga mengurangi kebocoran tepi tumpatan (Kenneth
J. Anusavice, 2004: 453).
e. Indikasi fisure sealant semen ionomer kaca
Indikasi penggunaan Fissure sealant dengan semen ionomer kaca sebagai berikut:
a. Digunakan pada geligi sulung
b. Kekuatan kunyah relatif tidak besar
Halaman 16
2.10 Teknik Aplikasi Fissure Sealant dengan Sealant Semen Ionomer Kaca
2.10.1 Pembersihan pit dan fisura pada gigi yang akan dilakukan aplikasi fissure sealant
menggunakan brush dan pumis (Gambar 1)
Syarat pumis yang digunakan dalam perawatan gigi:
a. Memiliki kemampuan abrasif ringan
b. Tanpa ada pencampur bahan perasa
c. Tidak mengandung minyak
d. Tidak mengandung Fluor
e. Mampu membersihkan dan menghilangkan debris, plak dan stain
f. Memiliki kemampuan poles yang bagus
2.10.2 Pembilasan dengan air
Syarat air:
a. Air bersih
b. Air tidak mengandung mineral
c. Air tidak mengandung bahan kontaminan
2.10.3 Isolasi gigi
Gunakan cotton roll atau gunakan rubber dam
2.10.4 Keringkan permukaan gigi selama 20-30 detik dengan udara.
Syarat udara :
a. Udara harus kering
b. Udara tidak membawa air (tidak lembab)
Halaman 17
Halaman 18
resin membuat sulit dilakukannya etsa pada molar yang erupsinya sebagian (Subramaniam,
2008).
Menurut cara lama, etsa pada gigi sulung dilakukan selama 1 menit dan 1,5 menit pada
gigi permanent. Pada studi klinis lain, diperoleh hasil bahwa lama etsa dengan bahan etsa yang
serupa selama 20 detik memiliki kemampuan yang sama dengan etsa selam 1 dan 1,5 menit.
selama 10 detik pada permukaan yang dietsa. Pastikan aliran air benar-benar mengenai bahan
etsa dan tidak teserap dulu oleh cotton roll. Setelah dilakukan aliran air, dilakukan pengeringan
dengan semprot udara untuk menghilangkan air (Norman O. Harris, 1999: 247).
Menghindari kontaminasi saliva selama prosedur sealant sangat penting, proteksi saliva
saat melakukan etsa merupakan kunci sukses dalam perawatan. Pada umumnya, isolasi dapat
dilakukan melalui dua metode yaitu melalui penggunaan rubber dam dan isolasi dengan cotton
roll (M John Hick dalam J.R Pinkham, 1994: 474).
Bentukan hasil etsa menghasilkan struktur yang memungkinkan penetrasinya ke dalam
enamel dan membentuk ikatan mekanikal yang efektif. Kerugian dari bahan resin adalah retensi
pada struktur gigi hanya tergantung pada jumlah perlekatan mekanisnya. 15-20 detik pengetsaan
memberikan retensi yang cukup bagi perlekatan sealant.
Beberapa penelitian menunjukkan semen ionomer kaca memiliki kemampuan mencegah
karies, dengan manipulasi lebih mudah, dan aplikasinya tidak memerlukan proses etsa terlebih
dahulu. Semen ionomer kaca lebih memungkinkan dilakukannya sealant pada kondisi-kondisi
sulit. Sulitnya kontrol terhadap kondisi lembab pada gigi yang belum erupsi sempurna, dan
sulitnya manajemen pasien anak adalah beberapa kesulitan aplikasi sealant. Aplikasi yang mudah
sangat mengurangi waktu tindakan. Bahan yang kompatibel dan mempunyai koefisien termal
yang lebih rendah dari struktur gigi. Keuntungan glass ionomer lainnya adalah kemudahan
penggunaan dalam program kemasyarakatan karena waktunya cepat dan efektif.
Penambahan warna pada sealant meningkatkan persepsi saat aplikasi dan saat control
berikutnya. Sebagai sealant yang terlihat, memberikan keuntungan untuk melihat adanya
kehilangan sealant. Warna putih lebih estetis dan lebih diterima pasien.
Halaman 19
Pada studi yang dilakukan pada aplikasi berbahan resin setelah 1 tahun diperoleh 14,6%
retensi utuh, 39,9% retensi sebagian, dan 46% sealant telah hilang. HampIr setengah apliaksi
sealant pada anak-anak menghilang. Pertimbangan kegagalan sealant resin mungkin karena
buruknya teknik penempatan, control kelembaban, tidak adekuatnya saat pembersihan dan
pengeringan.
Pada studi yang sama, sealant dilakukan dengan semen ionomer kaca diperoleh hasil
13,1% retensi utuh, 49% retensi sebagian dan 37,9% retensi selant telah hilang. Lebih dari
setengah aplikasi sealant pada anak-anak menghilang. Kegagalan retensi semen ionomer kaca
dikarenakan jeleknya retensi bahan sealant. Semen ionomer kaca tidak melekat adekuat pada
gigi. Mungkin kontak dengan saliva sebelum proses setting glass ionomer mengakibatkan
degenerasi bahan sealant dan kehilangan awal bahan sealant tersebut.
Pemberian sealant pada awal-awal erupsi memerlukan frekuensi lebih sering untuk
reaplikasi ulang pemberian fissure sealant. Resin melekat pada enamel melalui etsa asam yang
menyediakan perlekatan mekanis yang lebih kuat dibandingkan perlekatan pada semen ionomer
kaca. Dengan alasan ini, semen ionomer kaca sebagai fissure sealant sering tidak berhasil
diletakkan pada fisura yang tidak dalam. Bagaimanapun aplikasinya, dengan segera akan hilang
oleh abrasi atau erosi.
Efek pencegahan karies dari sealant semen ionomer kaca tergantung pada retensi dan
kemampuan melepaskan fluoridenya. Fluoride yang dilepaskan mencegah perkembangan karies
setelah bahan sealant nampak menghilang. Secara mikroskopis, kemampuan ion fluoride yang
menyebar pada enamel memberikan daya tahan terhadap proses demineralisasi (Subramaniam,
2008).
oklusal
gigi,
sehingga
memudahkan
tertimbunnya
sisa-sisa
makanan,
Halaman 20
Sisa-sisa
makanan
akan
difermentasi
oleh
mikroorganisme
sehingga
menyebabkan
demineraklisasi jaringan gigi dan dalam waktu lama akan timbul karies. Penelitian (1981) di AS
anak usia 5-17 tahun dijumpai 16 % karies terjadi di interproksimal dan 84 % terjadi di pit dan
fisur.
1. Bersihkan permukaan gigi, gunakan pumice dan air dengan sikat berkecepatan rendah untuk
membersihkan pit dan fisur dan permu-kaan gigi sekitarnya. Cuci permukaan dengan semprotan
udara / air.
Alasan : Untuk menghilangkan plak dan pelikel yang menghambat etsa Pumice lebih disukai
dari pada pasta prophylaksis karena pasta mengandung F / bahan berminyak _ dapat
mengurangi
aktivitas etsa.
Catatan :
- debris yang halus dihilangkan dari pit & fisur dengan sonde.
- stain juga harus dihilangkan
2. Isolasi gigi dengan gulungan kapas / kasa penyerap. Idealnya dengan rubber dam. Gunakan
saliva ejektor sewaktu merawat gigi bawah. Keringkan permukaan gigi dengan tiupan udara.
Pekerjaan dilakukan tidak boleh satu kwadran sekaligus.
(Gigi diisolasi dan dikeringkan supaya terjadi pengikatan resin terhadap email dengan baik,
gigi-gigi harus tetap terisolasi dari saliva . Air atau saliva pada permukaan gigi akan
mengencerkan etsa asam.)
3. Etsa email dengan asam fosfat 30 50% dengan gulungan kapas kecil / spon / kuas kecil.
Perluas daerah etsa melewati fisur sampai ke ujung cusp selama 1 menit.
Alasan :
_ Asam fosfat 30 50 % menghasilkan etsa yang optimal untuk menjamin ikatan resin yang
baik. Oleh karena asam ini adalah asam kuat, penggunaan harus hati-hati agar tidak mengenai
mata pasien.
_ Perluasan yang cukup dari daerah etsa perlu untuk menjamin tepi sealant yang terletak pada
email yang sudah dietsa dan aplikasi selama 1 menit menghasilkan pola esta yang menjamin
ikatan resin yang kuat. Aplikasi selama 1 menit menghilangkan 10 millimikron permukaan
email dan etsa permukaan dibawahnya sampai kedalaman 20 millimikron. Etsa menghasilkan
Halaman 21
lapangan email yang porous sehingga resin dapat mengalir. Porositas ini memberikan
permukaan untuk adhesi resin dan juga
merupakan retensi mekanis yang sangat baik.
Gigi susu memerlukan etsa selama 2 menit oleh karena : email hamper tidak mempunyai
prisma email.
4. Permukaan email dicuci dan dikeringkan selama 15 detik. Pasien tidak boleh berkumur.
Pipi ditarik menjauhi gigi, jika kapas basah ganti dengan yang kering.
Alasan :
Pencucian yang tidak memadai atau kontaminasi permukaan etsa oleh saliva akan mengganggu
ikatan resin dengan email. Jika permukaan etsa terkontaminasi sebaiknya dilakukan pengetsaan
kembali selama 1 menit. Permukaan yang telah dietsa bila kering akan tampak buram.
5. Pemberian Resin (dicampur sesuai petunjuk pabrik) dengan alat yang sesuai misalnya
ekskavator kecil atau dengan aplikator yang sudah disediakan pabrik.
Alasan :
Petunjuk harus ditaati untuk menjamin waktu pengerasannya. Tipe aplikator yang digunakan
tidak penting asal resin dapat ditempatkan dengan tepat. Outline silen harus sesuai dengan
restorasi klas I.
Tempatkan resin pada satu ujung fisur atau pit dan biarkan mengalir keseluruh fisur. Bila perlu
ditambah sampai fisur tertutup dan tepi resin kira-kira berada
2 mm diatas bidang incical cusp.
Kekuatan resin terutama pada email yang dietsa pada bidang incical cusp. Tetapi harus benarbenar berada pada email yang telah dietsa untuk mencegah kebocoran tepi. Email yang dietsa
tetapi tidak tertutup resin akan segera tereminalisasi karena saliva sangat jenuh dengan
kalsium.
6. Isolasi dipertahankan sampai waktu polimerisasi sesuai anjuran pabrik atau jika menggunakan
light acrylic resin diberi penyinaran sesuai waktu yang dianjurkan. Waktu yang diperlukan untuk
polimerisasi light cured resin bervariasi sesuai sumber sinar yang digunakan. Umumnya sumber
sinar yang terdapat dewasa ini akan mempolimerisasi resin dalam waktu 60 detik (Stephen &
Strang 1985).
Halaman 22
7. Pemeriksaan terakhir, yaitu lewatkan sonde tumpul diatas permukaan resin untuk
memeriksa apakah seluruh fisur sudah tertutup. Jika ada bagian fisur yang belum tertutup silen,
tambahkan resin segera dan biarkan berpolimerisasi.
Penambahan hanya dapat dilakukan bila isolasi tetap terjaga dan permukaan belum
terkontaminasi.
Keberhasilan teknik sealing belakangan ini didasarkan pada penemuan bahwaadhesi akrilik dan
resin komposit terhadap email bertambah besar jika email dietsa terlebih dahulu dengan asam
(Buonocore, 1955)
Fisur sealing adalah perawatan preventif yang ideal untuk gigi molar tetap pertama dan kedua
oleh karena gigi-gigi ini sangat mudah terkena karies. Permukaan lain yang dapat dilakukan fisur
sealing adalah fisur-fisur oklusal premolar dan molar susu. Dapat juga dilakukan pada Groove
bukal molar RB, groove palatal molar RA dan pit palatal insisivus RA. Sealing khususnya
ditujukan bagi gigi-gigi yang mempunyai pit atau fisur yang dalam dan untuk pasien beresiko
tinggi. Gigi-gigi harus di fisur silen sesegera mungkin setelah erupsi. Idealnya silen dilakukan
diatas pit dan fisur yang telah didiagnosa sebagai bebas karies.
Catatan :
_ Perioritas tertinggi dapat diberikan pada M1 diantara usia 6 8 tahun
_ M2 diantara usia 11 12 tahun
_ Premolar
_ Molar susu pada anak beresiko tinggi. (National Institutes of Health, 1984)
Halaman 23
Halaman 24
Halaman 25
Halaman 26
Halaman 27
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Fissure sealant merupakan bahan yang diletakkan pada pit dan fisura gigi yang bertujuan
untuk mencegah proses karies gigi. Bakteri dan sisa makanan menumpuk di daerah tersebut.
Saliva dan alat pembersih mekanis sulit menjangkaunya. Bahan penutup pit dan fisura pada awal
erupsi gigi, diharapkan dapat mencegah bakteri sisa makanan berada dalam pit dan tujuan utama
diberikannya sealant adalah agar terjadinya penetrasi bahan ke dalam pit dan fisura serta
berpolimerisai dan menutup daerah tersebut dari bakteri dan debris. Bahan sealant ideal
mempunyai kemampuan retensi yang tahan lama, kelarutan terhadap cairan mulut rendah,
biokompatibel dengan jaringan rongga mulut, dan mudah diaplikasikan.
Halaman 28
Daftar Pustaka
Pdf upaya peningkatan kesehatan gigi dan mulut melalui perubahan perilaku anak:Eriska Riyanti
& Risti Saptarini :Bagian Kedokteran Gigi Anak:Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Padjadjaran
Pdf paedodonti terapan : Dental Health Education / DHE Pendidikan / Penyuluhan Kesehatan
Gigi / PKG
Pdf Identifikasi, Pencegahan, dan Restorasi sebagai Penatalaksanaan :Karies Gigi pada Anak
:Inne Suherna Sasmita, drg., Sp.Ped danArlette Suzy Puspa Pertiwi, drg., Sp.KGA Bagian
Kedokteran Gigi Anak,Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran
Pdf konsep pencegahan :Universitas Gajah mada
Halaman 29