Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN

UJI MAGNETIK

Kelompok 4 :
1. Rizky Widya Pratiwi

(6513040039)

2. Falista Anggi Styadhika

(6513040042)

3. Muhammad Shanihilman

(6513040058)

4. Mega Rahayu

(6513040062)

TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

2013/2014

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Tujuan
Tujuan dari uji magnetik partikel adalah untuk mendeteksi discontinuity bahan
logam ferro pada permukaan atau discontinuity sub surface. Biasanya pengujian ini
dilakukan pada benda kerja pada semua tahapan produksi.

1.2

Dasar Teori
Magnet merupakan suatu logam yang dapat menarik besi, dan selalu memiliki dua
kutub yaitu kutub utara dan kutub selatan. Dimana arah medan magnet disetiap titik
bersumber dari kutub utara menuju ke selatan dan mengarah dari kutub selatan ke utara di
dalam magnet yang ditunjukkan pada Gambar 6.1.

Gambar 6.1. Garis Gaya Magnet

1.2.1

Prinsip Dasar pengujian Magnetik Partikel


Spesimen atau benda uji tersebut dimagnetisasi dengan cara memberikan
arus listrik. Karena perlakuan yang seperti itu, maka pada benda uji akan timbul
medan magnet sebagai akibat dari adanya beda potensial (arus listrik mengalir dari
tegangan tinggi ke tegangan rendah). Pada daerah tersebut ditaburkan serbuk ferro
magnetik. Selanjutnya serbuk ferro magnetik tersebut akan mengikuti bagian yang
cacat dari benda uji tersebut.

1.2.2

Jenis-jenis Magnet

1.2.2.1 Magnet permanen


Merupakan bahan-bahan logam tertentu yang jika dimagnetisasi
maka bahan logam tersebut akan mampu mempertahankan sifat magnetnya
dalam jangka waktu yang lama (permanen).
1.2.2.2 Elektromagnet

Merupakan magnet yang terbuat dari bahan ferro magnetik yang jika
diberikan arus listrik maka bahan tersebut akan menjadi magnet, tetapi jika
pemberian arus listrik dihentikan, maka sifat magnet pada bahan tersebut
akan hilang.

1.2.3

Metode Magnetisasi
1. Magnetisasi longitudinal :
Dihasilkan dari arus listrik yang dialirkan dalam koil. Magnetisasi longitudinal
merupakan proses magnetisasi dengan cara melilitkan arus listrik dan arah
magnetnya longitudinal. Dapat ditunjukkan pada Gambar 6.2.

Defect

Long Field

Current

Current

Gambar 6.2. Magnetisasi Longitudinal

2. Magnetisasi Yoke
Magnetisasi dengan menggunakan yoke. Dengan cara ujung kaki yoke
ditempelkan pada material yang akan dimagnetisasi.
3. Magnetisasi sirkular.
Magnetik sirkular terdiri dari

a. Magnetik tak langsung, arus listrik dialirkan ke konduktor sentral. Medan


magnet mengenai bahan dan benda yang dilingkupinya. Ditunjukkan pada
Gambar 6.3.

Current

Circular Field
Defect
longitudinal

Gambar 6.3. Central Conductor

b. Magnetisasi langsung, arus listrik dialirkan pada bahan yang akan


dimagnetisasi. Ditunjukkan pada Gambar 6.4.

Sumber listrik

Benda

Gambar 6.4. Head Shut


c. Prod, magnetisasi dengan cara material ferromagnetic dililiti dengan logam
tembaga kemudial dialiri arus listrik. Ditunjukkan pada Gambar 6.5.

proud

Medan magnet

Gambar 6.5. Magnetisasi prod

1.2.4

Metode Pengerjaan Berdasarkan Waktu Magnetisasi


1. Medan Magnet Kontinyu :
Magnetisasi berlangsung secara terus menerus bersamaan dengan pemberian
serbuk ferromagnetik basah (suspensi) atau yang kering.
2. Medan Magnet sisa (residual) :
Partikel ferro magnetik (kering atau suspensinya) diberikan setelah proses
magnetisasi berakhir.

1.2.5

Metode Pengaplikasian Partikel Ferromagnetik

1.2.5.1 Metoda Kering:


Partikel magnetik yang digunakan berupa bubuk kering. Metoda ini
digunakan pada permukaan benda uji yang kasar. Suhu kerja yang baik yaitu
pada suhu kamar 10oC hingga 55oC, metoda ini juga masih dapat dilakukan pada
suhu tinggi asalkan benda uji masih berwujud padat. Metoda ini tidak cocok
dilakukan pada suhu dingin karena serbuk ferromagnetic akan lengket terkena
embun. Warna partiker ferromagnetik yang dipilih harus kontras terhadap

benda uji. Bubuk diarahkan pada lokasi yang diinginkan secara perlahan-lahan,
sisa partikel yang berlebih dihilangkan dengan air.
1.2.5.2 Metoda Basah:
Partikel magnetik yang digunakan dalam bentuk suspensi. Metoda ini
bisa digunakan pada metoda kontinyu maupun residual. Metoda basah biasa
digunakan pada permukaan benda uji yang halus. Metoda ini cocok digunakan
pada suhu dingin dan batas maksimalnya adalah tidak boleh lebih dari batas
akhir temperatur kamar, yaitu 55oC karena suspensi akan mengalami penguapan
jika suhu terlalu panas.

1.2.6

Teknik Inspeksi

1.2.6.1 Pemilihan Teknik Inspeksi


Pemilihan teknik inspeksi partikel magnetik didasarkan pada hal-hal
sebagai berikut:
Kondisi Permukan Benda Uji :
Kasar : Metoda Kering
Halus : metoda Basah
Partikelnya:
Kering

: Serbuk Kering

Basah

: Suspensi

Warna serbuk partikelnya harus kontras


1.2.6.2

.Prosedur Inspeksi
Persiapan Permukaan (Pre Cleaning)
Kondisi permukaan harus diperhatikan, permukaan harus kering dan bersih
dari segala macam kotoran yang kiranya dapat menganggu proses inspeksi
seperti karat, oli/gemuk, debu dll.
Penyemprotan White Contrast Paint (WCP 2)
Setelah permukaan dipastikan bersih dan kering maka dilakukan
penyemprotan WCP 2 secara merata. Hal ini dilakukan untuk memudahkan

mendeteksi adanya discontinuity. Karena warna dari WCP 2 lebih kontras


dari pada serbuk feromagnetig.
Magnetisasi Benda Uji
Magnetisasi benda uji dimaksudkan agar benda uji dapat menarik serbuk
ferromagnetik yang nantinya serbuk ferromagnetik tersebut akan
mendetekasi adanya discontinuity pada benda uji tersebut.
Aplikasi serbuk magnet
Aplikasi serbuk magnet disesuaikan dengan keadaan permukaan pada benda
uji. Bila permukaannya kasar, maka digunakan metode kering yang
menggunakan serbuk magnet kering. Apabila permukaannya halus
digunakan metode basah yang mana sebuk magnetik yang digunakan
berupa suspensi. Warna partikel serbuk magnet yang digunakan harus
kontras dengan permukaan benda ujinya.

1.2.7

Evaluasi
Pengevaluasian dimaksudkan untuk meneliti bentuk discontinuity yang
terdapat pada benda uji. Selain itu juga dari hasil pengevaluasian kita akan dapat
menentukan apakah benda uji harus diperbaiki atau tidak.

1.2.8

Demagnetisasi
Demagnetisasi dilakukan dengan maksud untuk menghilangkan sisa sifat
magnet yang terdapat pada benda uji agar benda uji tersebut tidak akan dapat
menarik serbuk-serbuk besi yang nantinya akan mnyulitkan proses pembersihan.
Demagnetisasi dapat dilakukan dengan menggunakan arus AC atau DC. Jika
menggunakan arus AC, benda uji dimasukkan ke dalam koil yang dialiri arus AC
kemudian diturunkan perlahan-lahan. Jika menggunakan arus DC step down bolakbalik berulang dengan kontak langsung atau kontaktor inti, kemudian arus dibalik
dan dikecilkan secara berulang-ulang.

1.2.9

Pembersihan Setelah Inspeksi (Post Cleanig)


Post cleaning dimaksudkan untuk membersihkan benda uji dari sisa-sisa dari
pemberian serbuk magnetik pada saat pengujian.

BAB II
METODOLOGI

2.1 Alat dan Bahan


2.1.1

Alat
1. Kain Lap
2. Yoke
3. Lampu
4. Sikat besi

5. Gause Meter
6. Light Meter (Lux meter)
7. Penggaris
8. Foto
Spesimen/Benda uji (crank shaft) ditujukkan pada gambar di bawah ini :

Gambar 6.6 spesimen atau benda uji


2.1.2 Bahan
1. Cleaner
2. White Contrast (WCP 2)
3. Wet partikel (7HF)

2.2

Prosedur Kerja
1. Persiapan Alat, yaitu dengan menguji kekuatan yoke terlebih dahulu (Power Lifting of
Yoke) berdasarkan ASME section V Article 6 (T-773, 2), yaitu untuk arus AC yoke harus
mampu mengangkat beban seberat 4,5 kg (10 lb) pada maximum pole spacing-nya.
Apabila yoke masih dapat mengangkat beban yang disyaratkan, maka yoke tersebut
masih layak untuk digunakan. Pengujian lifting power ini biasanya dilakukan dalam
jangka waktu satu tahun sekali.
2. Specimen dibersihkan permukaannya dari oil, dan kotoran lain yang berupa karat,
lemak, cat, dan kotoran lainnya dengan menggunakan claner yang ditunjukkan pada
gambar di bawah ini :

Gambar 6.7 Pembersihan material uji

3. Material uji disemprot dengan White Contrast Paint (WCP 2) secara merata.

4. Tunggu sebentar hingga white contrast paint kering


5. Setelah kering, atur yoke sedemikian rupa sehingga dapat memagnetisasi material uji
dengan baik dan pada saat proses memagnetisasi material uji yoke ditempatkan pada
posisi yang berbeda-beda sehingga tampak semua discontinuity yang ada pada material
uji tersebut baik crack yang ada di permukaan maupun yang sub-surface. Hal ini
ditujukkan pada gambar di bawah ini :

Gambar 6.9 Proses magnetisasi

6. Saat yoke memagnetisasi material uji, material uji disemprotkan wet particle hingga

tampak cacat yang ada pada material uji tersebut.

7. Amati discontiniuity yang tampak dan catat.

8. Demagnetisasi atau penghilangan sisa-sisa magnet pada spesimen setelah evaluasi.


Kemudian material uji diukur sifat magneticnya dengan menggunakan gause mete

9. Post Cleaning/pembersihan akhir.

BAB III
ANALISA DATA
3.1 Data yang diperoleh
MAGNETIC PARTICLE TEST
Peralatan
Jenis pertikel

Yoke
Dry

Wet

Metode
Kondisi permukan

Cakupan

Prod

Koil
Flourescent

Kontinyu
Lasan

SN:
Color cnt

Residual

Proses mesin Gerinda

Base metal

Weld part

Edge Preparation

Repair weld

Back chipping

Penilaian
No

Part / item

Jenis cacat

Keterangan
Acc

Weld Part

Linear

Weld part

Linear

Alat penerangan : Lampu PHILIPS 18 Watt dan jarak penyinaran 30 cm


Intensitas penerangan : 106,4 Fc

Pada pengujian spesimen dengan menggunakan uji magnetic test ini kami
menggunakan intensitas penerangan sebesar 106,4 FC (Foot Candle). Intensitas penerangan ini kami
peroleh dengan menggunakan lampu philips 18 watt dan jarak antara lampu dan material uji 30 cm.
Jarak antara material uji dengan lampu ditunjukkan pada gambar di bawah ini :

Sedangkan prinsip dasar dari tes tersebut adalah Spesimen atau benda uji yang terbuat dari
besi dimagnetisasi dengan cara diberikan arus listrik menggunakan yoke. Karena perlakuan yang
seperti itu, maka pada benda uji akan timbul medan magnet sebagai akibat dari adanya beda
potensial (arus listrik mengalir dari tegangan tinggi ke tegangan rendah). Pada daerah tersebut
ditaburkan serbuk ferro magnetik. Selanjutnya serbuk ferro magnetik tersebut akan mengikuti
bagian yang cacat dari benda uji tersebut.
Kebocoran medan ( flux leakge ) sebenarnya adalah garis-garis gaya yang meninggalkan
komponen, bergerak melalui udara dari suatu kutub ke kutub lain yang berlawanan muatan.
Kebocoran medan ( flux leakge ) mengakibatkan munculnya kutub-kutub baru yang berlawanan
dengan kutub sebenarnya, sehingga discontinuity dapat terlihat. Pada tempat dimana terjadi
kebocoran medan magnet, partikel besi akan tertarik dan membentuk suatu indikasi discontinuitas.
Discontinuitas bahwa permukaan juga bisa terdetekdsi jika kebocoran medannya cukup kuat untuk
menarik partikel besi.
Dari hasil pengujian yang telah dilakukan ditemukan cacat atau discontinuitas pada benda
uji yang berupa garis dan discontinuity ini diindikasikan sebagai cacat linier. Retakan terjadi bisa
diakibatkan karena kesalahan pada proses pengelasan dan seringnya digunakan benda uji sebagai

proses uji magnetik. Jika sudah terjadi cacat yang berupa retakan pada material tersebut maka tidak
boleh digunakan lagi, untuk menghindari terjadinya kerusakan dan kecelakan, yang akan berakibat
fatal.
Pada percobaan ini, ditemukan diskontinuity pada permukaan, yaitu:
Benda Uji Pertama :
1. Diskontinuity linear dengan P= 22 mm
2. Diskontinuity linear dengan P= 34mm
3. Disontinuity linear dengan P= 28 mm
4. Disontinuity linear dengan P= 29 mm
5. Disontinuity linear dengan P= 20 mm
6. Disontinuity linear dengan P= 31 mm
7. Disontinuity linear dengan P= 25 mm
8. Disontinuity linear dengan P= 13 mm
9. Disontinuity linear dengan P= 30 mm

Benda Uji Kedua :


1. Disontinuity linear dengan P= 20 mm

2. Disontinuity linear dengan P= 3 mm

BAB IV
KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan
Menurut standard ASME, material dapat diterima apabila panjang dari cacatnya kurang
dari 1.6 mm. Cacat atau discontinuity dapat dikatakan linier apabila panjangnya lebih dari 3x lebar.
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan, maka material ini ditolak, karena cacat pada material
panjangnya lebih dari 1.6 mm. Retakan yang timbul pada material terjadi karena kesalahan pada
proses pengelasan dan seringnya digunakan benda uji sebagai proses uji magnetik
Cacat yang terjadi tersebut harus segera diatasi/ diperbaiki sebab jika dibiarkan saja dan
tetap masih digunakan, maka dikhawatirkan benda uji tersebut akan patah dan dapat merusak
komponen-komponen lainnya di dalam mesin.

LAMPIRAN

LINE DISCONTINUITY

86 mm
30 mm

I
.
.
II.
.
III
..
IV
.

VI

120 mm
V
.

VII

VIII

IX

30 mm

36 mm

Tampak Atas

115 mm

Anda mungkin juga menyukai