5. Standarisasi singkatan yang digunakan dan yang tidak digunakan diidentifikasi dan
dimonitor
Elemen Penilaian MKI. 14
1. Desiminasi data dan informasi sesuai kebutuhan pengguna,
2. Pengguna menerima data dan informasi tepat waktu,
3. Pengguna menerima data dan informasi dalam suatu format yang sesuai dengan yang
diharapkan.
4. Staf memiliki akses ke data dan informasi yang dibutuhkan untuk melaksanakan
tanggung jawab pekerjaan mereka.
Elemen Penilaian MKI. 15
1. Staf klinik berpartisipasi dalam pengambilan keputusan teknologi informasi.
2. Staf manajerial berpartisipasi dalam pengambilan keputusan teknologi informasi.
Elemen Penilaian MKI. 16
1. Rekam medis dan informasi dilindungi dari kehilangan dan kerusakan.
2. Rekam medis dan informasi dilindungi gangguan dan akses serta penggunaan yang tidak
sah.
Elemen Penilaian MKI. 17
1. Pengambil keputusan dan tenaga lainnya telah diberikan pendidikan tentang prinsip
manajemen informasi
2. Pendidikan sesuai dengan kebutuhan dan tanggung jawab pekerjaannya
3. Data dan informasi klinik dan manajerial diintegrasikan sesuai kebutuhan untuk
mendukung pengambilan keputusan.
Elemen Penilaian MKI. 18
1. Tersedia kebijakan dan prosedur tertulis yang menjelaskan persyaratan untuk
mengembangkan dan menjaga kebijakan dan prosedur, meliputi paling sedikit item a)
sampai dengan h) dalam maksud dan tujuan dan dilaksanakan.
2. Tersedia prosedur protokol tertulis yang menguraikan bagaimana kebijakan dan prosedur
yang berasal dari luar rumah sakit dapat dikendalikan dan diimplementasikan.
3. Tersedia kebijakan tertulis atau protokol yang menentukan retensi kebijakan dan prosedur
lama atau setidaknya untuk kurun waktu yang dipersyaratkan oleh peraturan perundangan
yang berlaku, sambil memastikan bahwa tidak terjadi kekeliruan penggunaan dan
penerapannya.
4. Tersedia kebijakan dan protokol tertulis yang menguraikan bagaimana semua kebijakan
dan prosedur yang beredar dapat diidentifikasi dan ditelusuri, serta diimplementasikan.
Elemen Penilaian MKI. 19
1. Rekam medis pasien dibuat untuk setiap pasien yang dikaji dan diobati rumah sakit.
2. Rekam medis pasien dipelihara dengan menggunakan identitas pasien yang unik/khas
atau metode lain yang efektif.
Elemen Penilaian MKI . 19.1.
1. Isi spesifik dari berkas rekam medis pasien ditentukan oleh rumah sakit
2. Rekam medis berisi informasi yang memadai untuk mengidentifikasi pasien,
3. Rekam medis berisi informasi yang memadai untuk mendukung diagnosis,
4. Rekam medis berisi informasi yang memadai untuk memberi justifikasi pelayanan dan
pengobatan.
5. Rekam medis berisi informasi yang memadai untuk mendokumentasikan pemeriksaan
dan hasil pemeriksaan
Elemen Penilaian MKI.19.1.1
1. Rekam medis pasien emergensi memuat jam kedatangan
2. Rekam medis pasien emergensi memuat kesimpulan ketika pengobatan diakhiri
3. Rekam medis pasien emergensi memuat kondisi pasien pada saat dipulangkan.
4. Rekam medis pasien emergensi memuat instruksi tindak lanjut.
Elemen Penilaian MKI.19.2.
1. Siapa yang mendapat otorisasi untuk mengisi rekam medis diatur dalam kebijakan rumah
sakit
2. Format dan lokasi pengisian ditentukan dalam kebijakan rumah sakit.
3. Tersedia proses untuk menjamin bahwa hanya yang mempunyai otorisasi/kewenangan
yang dapat mengisi berkas rekam medis.
4. Tersedia proses yang ditujukan bagaimana mengisi dan mengoreksi rekam medis.
5. Siapa yang mempunyai otorisasi untuk akses kedalam rekam medis diidentifikasi dalam
kebijakan rumah sakit
6. Tersedia proses untuk menjamin hanya individu yang mempunyai otorisasi yang
mempunyai akses pada rekam medis .
4. Keamanan dan kerahasiaan dijaga ketika berkontribusi atau menggunakan data base
eksternal.
Elemen Penilaian MKI. 21
1. Informasi ilmiah terkini dan informasi lain untuk mendukung pelayanan pasien
2. Informasi ilmiah terkini dan informasi lain untuk mendukung pendidikan klinik
3. Informasi ilmiah terkini dan informasi lain untuk mendukung riset.
4. Informasi profesional terkini dan informasi lain untuk mendukung manajemen
5. Tersedia informasi dalam kerangka waktu yang sesuai dengan harapan pengguna
Informasi mengenai Standar Akreditasi Rumah Sakit 2013 Pokja MKI atau Manajemen
Komunikasi dan Informasi tersebut dapat digunakan sebagai acuan untuk Akreditasi RUmah
Sakit 2013.
2
5.
For medication orders, both parties w
ill include the mg/kg dose along with the
patients specific dose for all verbal
neonatal/pediatric medication orders.
6.
For medication orders, both parties will
express doses of medications by unit of
weight (e.g., mg, g, mEq, mMol).
7.
The recipient will record each verbal orde
r directly onto an order sheet in the
patients chart and will include phone or pa
ger numbers in case it is necessary for
follow-up questions.
8.
Recipients of verbal orders will sign, date,
time, and note the order at the time it is
written on the order sheet or ente
red into the computer system.
9.
Prescribers will verify, sign, and
date orders within ___ hours.
10.
Pharmacy will disallow medication requests from nursing units to the pharmacy
unless the verbal order has been tr
anscribed onto an order form and
simultaneously faxed or otherwise seen
by a pharmacist before the medication is
dispensed.
11.
Verbal orders, when spoken and when transcribed, will use only approved
abbreviations.
12.
Verbal medication orders will include the following information:
12.1.
Date and time order is received
12.2.
Patient name
12.3.
Drug name (brand or generic)
12.4.
Dosage form (e.g., tablets, capsules, inhalants, etc.)
12.5.
Strength or concentration
12.6.
Dose
12.7.
Frequency
12.8.
Route
12.9.
Quantity and/or duration
12.10.
Name of prescriber
12.11.
Signature of order recipient
Resources
Pennsylvania Patient Safety Reporting Sy
stem (PA-PSRS). Improving the safety of
telephone or verbal orders. PA-PSRS Patie
nt Safety Advisory. Jun 2006;3(2):1-7.
Available from Internet: http://www.psa.state.pa.us.
National Coordinating Council fo
r Medication Error Reporting.
Recommendations to
Reduce Medication Errors Associated with Ve
rbal Medication Orders
and Prescriptions.
Available from Internet: http://www.nccmerp.org/council/council2001-02-20.html
Latar Belakang
Kegiatan
komunikasi sudah
menjadi sebagian
besar kegiatan kita
sehari-hari, mulai
antar teman/pribadi,
kelompok,
organisasi atau
massa. Kegiatan
komunikasi pada
prinsipnya adalah
aktivitas pertukaran
ide atau gagasan.
Secara sederhana,
kegiatan komunikasi
dipahami sebagai
kegiatan
penyampaian dan
penerimaan pesan
atau ide dari satu
pihak ke pihak lain,
dengan tujuan untuk
mencapai kesamaan
pandangan atas ide
yang dipertukarkan
tersebut. Begitu pula
dengan pelayanan
rumah sakit,
keberhasilan misi
sebuah rumah sakit
sangat ditentukan
oleh keluwesan
berkomunikasi
setiap petugas,
perawat dan dokter.
Pelayanan rumah
sakit selalu
berhubungan dengan
berbagai karakter
dan perilaku pasien
yang berkepentingan
dengan jasa
perawatan sehingga
petugas, perawat dan
dokter harus
memahami dan
mengerti bagaimana
cara komunikasi
komunikasi
menentukan
keberhasilan dalam
membantu
penyelesaian
masalah kesehatan pasien. Di Indonesia, sebagian dokter merasa tidak mempunyai
waktu yang cukup untuk berbincang-bincang dengan pasiennya, sehingga hanya
bertanya seperlunya. Akibatnya, dokter bisa saja tidak mendapatkan keterangan
yang cukup untuk menegakkan diagnosis dan menentukan perencanaan dan
tindakan lebih lanjut. Dari sisi pasien, umumnya pasien merasa berada dalam posisi
lebih rendah di hadapan dokter sehingga takut bertanya dan bercerita atau
mengungkapkan diri. Hasilnya, pasien menerima saja apa yang dikatakan dokter.
Paradigma inilah yang harus kita perbaiki. Pasien dan dokter harus berada dalam
kedudukan setara sehingga pasien tidak merasa rendah diri dan malu untuk bisa
menceritakan sakit/keluhan yang dialaminya secara jujur dan jelas. Komunikasi
yang efektif mampu mempengaruhi emosi pasien dalam pengambilan keputusan
tentang rencana tindakan selanjutnya. Kurtz (1998) menyatakan bahwa komunikasi
efektif justru tidak memerlukan waktu yang lama. Komunikasi efektif terbukti
memerlukan waktu yang lebih sedikit karena petugas, perawat dasn dokter terampil
mengenali kebutuhan pasien. Atas dasar kebutuhan pasien, perawat dan dokter
melakukan manajemen pengelolaan masalah kesehatan bersama pasien. Untuk itu
dirasakan perlunya memberikan pedoman komunikasi efektif untuk petugas,
perawat dan dokter di RS Royal Progress untuk memudahkan berkomunikasi dengan
pasien dan keluarganya.
Tujuan
Secara umum tujuan
penyusunan
pedoman
komunikasi efektif
ini adalah : 1.
Memberikan
pengetahuan dan
pedoman bagi
petugas, perawat dan
dokter mengenai
cara berkomunikasi
dengan pasien dan
keluarganya. 2. Agar
petugas, perawat dan
dokter dapat
melakukan
komunikasi yang
efektif dengan
pasien dan
keluarganya. 3.
Menghindarkan
kesalahpahaman
yang bisa
menimbulkan
dugaan malpraktik.
BAB II
KOMUNIKASI
EFEKTIF
Komunikasi berasal
dari bahasa Latin
communis
yang artinya
bersama. Secara
terminologis,
komunikasi diartikan
sebagai suatu proses
penyampaian
pikiran atau
informasi (pesan)
dari satu pihak ke
pihak lain dengan
menggunakan suatu
media. Menurut ahli
kamus bahasa,
komunikasi adalah
upaya yang
bertujuan berbagi
untuk mencapai
kebersamaan. Jika
dua orang
berkomunikasi maka
pemahaman yang
sama terhadap pesan
yang saling
dipertukarkan adalah
tujuan yang
diinginkan oleh
keduanya. Websters
New Collegiate
Dictionary edisi
tahun 1977 antara
lain menjelaskan
bahwa komunikasi
adalah suatu proses
pertukaran informasi
diantara individu
melalui sistem
lambing-lambang,
tanda-tanda atau
tingkah laku.
A. KLASIFIKASI
KOMUNIKASI
Berdasarkan kepada
penerima pesan atau
komunikan,
komunikasi
diklasifikasikan
menjadi : 1.
Komunikasi
Intrapersonal
Penggunaan bahasa
atau pikiran yang
terjadi di dalam diri
komunikator sendiri
antara individu
dengan Tuhannya.
Komunikasi
intrapersonal
merupakan
keterlibatan internal
secara aktif dari
individu dalam pemrosesan simbolik dari pesan-pesan. Seorang individu menjadi
pengirim sekaligus penerima pesan, meberikan umpan balik bagi dirinya sendiri
dalam proses internal yang berkelanjutan. 2. Komunikasi Interpersonal Komunikasi
interpersonal berlangsung dengan dua arah, antara komunikator dan komunikan;
antara seorang tenaga medis dengan teman sejawat atau antara seorang tenaga
medis dengan pasien. 3. Komunikasi Kelompok Salah satu bentuk komunikasi yang
terjadi di dalam sebuah kelompok. Komunikasi tidak hanya terjadi antara seseorang
dengan seseorang yang lainnya, komunikasi juga dilakukan dengan sekelompok
orang yang disebut dengan komunikasi kelompok. Menurut Michael Burgoon,
komunikasi kelompok adalah interaksi secara tatap muka antara tiga orang atau
lebih dengan tujuan yang telah diketahui, seperti berbagi informasi, menjaga diri,
pemecahan masalah, dimana anggota-anggotanya dapat mengingat karakteristik
pribadi anggota-anggota yang lain secara tepat, misalnya organisasi profesi,
kelompok remaja dan kelompok-kelompok sejenisnya. Komunikasi dapat dalam
bentuk diskusi, rapat dan sebagainya
Dalam profesi Petugas Kesehatan, komunikasi petugas dengan Ke pasien merupakan salah satu
kompetensi yang harus dikuasai petugas.
Kompetensi komunikasi menentukan keberhasilan dalam membantu penyelesaian masalah
kesehatan pasien. Selama ini kompetensi komunikasi dapat dikatakan terabaikan, baik dalam
pendidikan maupun dalam pelayanan kesehatan. Di Indonesia, sebagian petugas kesehatan
merasa tidak mempunyai waktu yang cukup untuk berbincang bincang dengan pasiennya,
sehingga hanya bertanya seperlunya. Akibatnya, petugas kesehatan bisa saja tidak mendapatkan
keterangan yang cukup untuk menegakkan diagnose dan menentukan perencanaan dan tindakan
lebih lanjut. Di rumah sakit perlu adanya koordinasi yang baik antar petugas. Mengantisipasi
kesalah pahaman atau konflik dengan pasien, tenaga kesehatan di rumah sakit seperti
perawat,nakes lain dan dokter harus bisa mempraktikkan komunikasi yang efektif dengan pasien.
Perlu di dorong peningkatan kualitas sumber daya manusia di rumah sakit agar lebih pintar
berkomunikasi.
Mengingat begitu pentingnya komunikasi efektif untuk keselamatan pasien, RSUD Tugurejo
Provinsi Jawa Tengah mengadakan pelatihan komunikasi efektif berlangsung tanggal 21
Nopember 2013 di Aula Instalasi Rawat Jalan lantai tiga yang diikuti karyawan karyawati tenga
kesehatan multi disipliner (Sejumlah 80 orang terdiri dari Struktural Eselon IV, Kepala Instalasi,
Kepala Ruang dan tenaga fungsional kesehatan penata laboratorium, perawat, psikolog,
therapist, ahli gizi, farmasist dan radiografer ) sehingga mumpunyai pengetahuan cara
berkomunikasi yang efektif serta dapat memberikan edukasi pada pasien dan keluarga sesuai
Kebijakan & Pedoman Pemberian Edukasi dan Mampu memberikan edukasi pada pasien dan
keluarga serta dapat mendokumentasikan dalam bentuk SBAR di RSUD Tugurejo Provinsi Jawa
Tengah. Dalam pelatihan kali ini mengundang pembicara dari Departemen keperawatan Dasar
PSIK Universitas Diponegoro.Acara pelatihan Komunikasi Efektif dilaksanakan dengan meriah
karena ada banyak doorprise dari sponsorship pocari sweat.
THE COURTESY DIAL ( Sopan Santun Percakapan Telpon ) 1. ANGKATLAH SEGERA
Angkat telpon yang berdering segera, jangan menunggu deringan ketiga 2. SALAM WAKTU
Ucapkan salam waktu yang sesuai secara lengkap : Selamat pagi, Selamat siang, Selamat sore,
Selamat malam, sesuai kebiasaan positif kita jika bertemu muka dengan orang lain. Jangan
mengatakan halo , pagi , siang , sore
3. SEBUTKAN KANTOR ANDA, DAN / ATAU NAMA ANDA Setelah mengucapkan
salam waktu, sebutkan nama kantor anda ( jika Anda seorang Operator ), atau nama bagian anda
dan / atau nama anda sendiri. Sebaliknya jika si penelpon tidak menyebutkan namanya, tanyalah
dengan sopan : boleh saya tahu nama Bapak/Ibu/Anda ?, atau : Dengan siapa saya berbicara
Pak / Bu ?
4. TANYAKAN TUJUAN MENELPON Jika si penelpon tidak menjelaskan maksudnya,
tanyalah dengan sopan Boleh saya tahu, mengenai apa Pak / Bu ? Sebaliknya jika Anda
menjadi penelpon, setelah mendapatkan jawaban dari si penerima telpon, Anda harus
menjelaskan maksud / tujuan Anda menelpon 5. BERBICARALAH YANG JELAS Berbicaralah
dengan jelas, lugas, dan asertif, pakailah suara anda yang alami, jangan dibuat - buat
6. SIAPKAN KERTAS CATATAN DAN BOLPEN Siaplah selalu dengan nota / kertas
catatan dan pensil / bolpen setiap Anda menerima telpon. Jika ada yang harus dicatat, Anda tidak
repot dan tidak membiarkan si penelpon menunggu 7. TUNJUKKAN PERHATIAN YANG
TULUS Beri perhatian penuh pada si pembicara, jangan bikin lawan bicara anda bingung,
kecewa, atau jengkel. Ingat : telpon adalah alat elektronik yang cukup sensitif, sehingga bila
perhatian anda terbagi maka lawan bicara anda dapat merasakannya
8. MINTALAH INFORMASI SELENGKAPNYA Dengarkan baik-baik apa yang dikatakan
lawan bicara anda. Bila ada yang kurang jelas sebaiknya tanyalah langsung secara sopan dan
ramah. Terutama jika ada sesuatu pesan atau permintaan, sebaiknya anda mengulangnya. 9.
SEBUTLAH NAMA LAWAN BICARA Sebutlah nama lawan bicara anda selama pembicaraan
berlangsung. Tanyalah namanya dengan sopan jika anda belum tahu. Dengan menyebut nama,
percakapan akan terasa lebih dekat dan hangat seakan-akan anda berhadapan dengan orangnya
sendiri, bukan dengan mesin.
10. TAWARKAN BANTUAN SELENGKAPNYA SESUAI YANG DIBUTUHKAN
Tawarkan selalu bantuan anda. Jika anda tidak bisa memberi informasi yang diinginkan
penelpon, hubungkan dengan orang lain yang bisa membantu dan melayaninya. Bila telpon
tersebut salah sambung, bantulah dia untuk disambungkan secara benar pada orang yang dituju.
KEBIASAAN BURUK Kebiasaan kebiasaan buruk yang menyimpang dari tatakrama
pelayanan telpon, yang tanpa disadari sering kita lakukan : 1. Menggunakan atau berbicara datar
tanpa tekanan / aksen suara, seperti robot yang monoton 2. Mengunyah permen, mengulum atau
makan sesuatu yang berbunyi ( krupuk, keripik, kacang goreng, dsb ) 3. Bicara terlalu cepat
sehingga kurang jelas, terkesan tergesa gesa, terkesan terpaksa / tak suka berbicara dengan
lawan bicara kita
4. Membiarkan telpon terbuka ketika berbicara dengan orang lain ( bukan si penelpon ),
sehingga lawan bicara kita binggung. 5. Berbicara tidak di depan transmitter, sehingga suara kita
terdengar sayup-sayup, lirih, atau seperti desahan mesra. 6. Berbicara samdil menghembuskan
napas berat dalam-dalam kearah transmitter, sehingga terdengar seperti angin ribut menderu bagi
lawan bicara kita.
7. Berbicara buruk sebelum pesawat telpon kita tutup dengan sempurna. Lawan bicara kita
bisa mengira kata-kata tersebut ditujukan padanya. 8. Berbicara sambil mengetukkan tangan ke
badan pesawat telpon, menendang-nendang kaki meja, mengayun-ayun kabel telpon, dll. Yang
akan membuat suara-suara gaduh yang mengganggu.
9. Berbicara sekaligus pada dua pesawat telpon tanpa menutup salah satu transmitter, yang
akan membingungkan lawan bicara kita. 10. Meletakkan gagang telpon kita terlalu terburu-buru,
sebelum lawan bicara kita benar-benar selesai bicara.
PENGGUNAAN KATA HALO Kata HALO memberi kesan santai, tidak resmi,
menganggap lawan bicara sebagai orang yang sebaya atau sederajat dengan kita. Kantor adalah
lingkungan kedinasan, sebaiknya gunakan salam waktu, karena salam selalu tepat baik untuk
dinas maupun pribadi.
Kata HALO hanya tepat digunakan : Jika kita kurang jelas menangkap sinyal lawan
bicara kita, jadi merupakan kode / tanda untuk mengulang lagi apa yang dikatakannya. Untuk
menyambung pembicaraan kembali jika karena sesuatu hal / gangguan pembicaraan kita
terputus. Untuk mengecek apakah lawan bicara kita masih mendengarkan kita di ujung telpon
sana.
MENGEJA HURUF Ejaan huruf jika tidak persis / tepat bisa mengakibatkan kesalahan dan
membingungkan, terutama ejaan nama seseorang jika keliru bisa menyinggung perasaan orang
tersebut. Maka kita harus bisa mengeja kata-kata yang sulit didengar, terlalu panjang, atau
kata-kata asing. Ejaan internasional yang biasa digunakan para anggota radio amatir, yang juga
merupakan kode pembicaraan antara pilot dengan stasiun induknya, adalah sebagai berikut :
EJAAN INTERNATIONAL A B C D E F G H I J K L M ALPHA BRAVO CHARLIE
DELTA ECHO FOXTROT GOLF HOTEL INDIA JULIET KILO LIMA MIKE N O P Q R S T
U V W X Y Z NOVEMBER OSCAR PAPA QUEBEC ROMEO SIERRA TANGGO UNIFORM
VICTOR WHISKEY X-RAY YANKEE ZEBRA
SALAH BENAR PERCAKAPAN TELPON Dalam percakapan telpon, kontak kita dengan
lawan bicara kita hanya melalui suara saja. Maka kecenderungan salah paham sering terjadi,
karena lawan bicara kita tidak melihat ekspresi wajah kita saat kita berbicara. Ucapan yang
pendek-pendek / singkat-singkat sering disalah artikan sebagai ucapan kasar dan tidak ramah.
Karena itu berhati-hatilah ketika berbicara di telpon.
SALAH BENAR 1 Halo ! Assalamualaikum Selamat pagi Selamat siang Selamat sore
Selamat malam 2 Apa ? Maaf pak / bu, kurang jelas 3 Ibu siapa ? Maaf bu, tidak jelas Mohon
diulang nama ibu 4 Siapa nih ? Boleh saya tahu nama bapak ? 5 Tunggu ya ! Mohon tunggu
sebentar ibu
SALAH BENAR 6 Dia tidak ada ! Sedang keluar ! Dia lagi sibuk Wah, nggak tampak dia
dari pagi Maaf, bapak Budi sedang tidak ada ditempat. 7 Ada yang lain lagi ? Ada lagi yang bisa
saya bantu buat ibu ? 8 Mau bicara sama lainnya saja atau gimana ? Apa bapak mau bicara
dengan yang lainnya ? 9 Ada apa sih ? Ada yang bisa saya bantu bu ?
SALAH BENAR 10 Apa mau di bel kembali ? Bagaimana kalau saya minta bapak Toni
untuk menelpon ibu nanti ? 11 Ada pesan apa ? Apakah bapak ingin meninggalkan pesan ? 12
Mau nunggu enggak ? Maaf, ibu Dina sedang menelpon, apa bapak mau menunggu ?
SALAH BENAR 13 Oke deh, nanti saya kasih tahu. Baik bu, saya akan beritahu bahwa ibu
menelpon, dan saya akan sampaikan pesan ibu. 14 Trims Thanks Terima kasih 15 Cukup ya
pak Terima kasih untuk telpon bapak, selamat siang pak.
PANDUAN BERTELPON < MENELPON KE ORANG LAIN BENAR LAKUKAN
LANGKAH 1 Angkat gagang telpon dan tekan nomor yang akan dituju SALAH JANGAN
LAKUKAN Tempatkan transmiter berjarak sekitar 7 cm dari mulut anda Tekan nomor telpon
secara cermat dan benar Pengeulangan karena salah tekan mengakibatkan pemborosan waktu
dan biaya Mengulum permen Mengunyah kerupuk, keripik, kacang, kue dan lain lain.
Memutar mutar / menarik gagang telpon.
LANGKAH 2 3 BENAR SALAH LAKUKAN JANGAN LAKUKAN Ucapkan salam waktu
Selamat pagi Sebut nama anda, bagian anda dan jelaskan maksud / tujuan anda menelpon Saya
Lita, dari OK, bisa bicara dengan Pak ( 00.01 12. 00 ) Selamat siang ( 12.00 16.00 )
Selamat sore ( 16.00 18.00 ) Selamat malam ( 18.00 24.00 ) Halo !! Hai !! Siapa disana ?
Pak halim ya ? Mau bicara dengan Pak Halim dong Halim ? Pak Halim ada ? Saya Lita dari
OK saya Tolong, Pak Halim ingin bicara dengan Pak nya ada !! Halim
4 Ucapkan terima kasih SALAH LAKUKAN LANGKAH BENAR JANGAN LAKUKAN
Terima kasih !! Baik, saya tunggu, terima kasih ( diam saja ) Trims Cepat ya Maaf ya, maaf
ngerepoti nih
Menerima telpon masuk LANGKAH BENAR SALAH LAKUKAN JANGAN LAKUKAN
1 Telpon berdering Angkat telpon segera, maksimal 2 kali deringan Jangan menunggu deringan
ke tiga 2 Ucapkan salam waktu Selamat pagi ( 00.01 12. 00 ) Selamat siang ( 12.00 16.00 )
Selamat sore ( 16.00 18.00 ) Selamat malam ( 18.00 24.00 ) Halo !! Hai !! Siapa disana ?
Yach, ada apa ?
BENAR LANGKAH SALAH LAKUKAN JANGAN LAKUKAN 3 Sebut bagian anda,
nama anda dan tawarkan bantuan Ruang Bedah, dengan Lendra, bisa dibantu? Laboratorium,
dengan Ana, bisa dibantu? Ada apa? Lendra, ada apa ya? Ana, mau apa ? 4 Tanyakan secara
sopan nama si penelpon ( jika si penelpon belum menyebutkan namanya ) Boleh tahu dari siapa
bu ? Dengan siapa saya bicara bu ? Ibu siapa ? Nama ibu siapa ? Anda siapa Yang bicara ini
siapa ya ? Situ siapa ?
Jika anda menerima telpon, bukan untuk anda, tapi untuk orang lain seruangan dengan anda :
BENAR LANGKAH # Lakukan penegasan, beri bantuan dan minta penelpon menunggu
SALAH LAKUKAN JANGAN LAKUKAN Oh, ibu mau bicara dengan suster maya. Saya
akan panggilkan, silakan menunggu bu? Mau sama suster maya? Maya!!!! Maya !!! Telpon
untuk lu nih..!! Maya sayang ada yang nelpon nih!!
Jika anda menerima telpon, ternyata telpon itu salah sambung: BENAR LANGKAH #
Lakukan penegasan, beri bantuan dan minta penelpon menunggu SALAH LAKUKAN
JANGAN LAKUKAN Oh, ibu salah sambung. Saya akan coba sambungkan dengan Bagian
Humas, silakan menunggu sebentar Salah sambung nih, telpon ulang aja Bu Salah sambung
(langsung tutup telpon)
Jika anda menerima telpon, si penelpon sudah Menjelaskan maksudnya / maunya, ternyata
anda tidak bisa membantu yang diinginkan, dan anda harus menghubungkan dengan orang /
pihak lain yang bisa melayaninya : LANGKAH # Lakukan penegasan, beri bantuan dan minta
penelpon menunggu BENAR SALAH LAKUKAN JANGAN LAKUKAN Baik Pak Andi, saya
mengerti maksud bapak. Saya akan menghubungkan dengan suster Ita di bagian kebidanan yang
menangani masalah ini. Silakan menunggu pak Saya tidak mengerti masalah ini, hubungi saja
bagian kebidanan Maaf, ini bukan urusan saya, bapak tanya saja ke informasi
LANGKAH Lakukan penegasan, beri bantuan dan minta penelpon menunggu BENAR
SALAH LAKUKAN JANGAN LAKUKAN (pada waktu telpon segera tersambung pada
bagian kebidananan, jelaskan apa munya pak Andi pada suster Ita ). Jangan diam saja sehingga
pak Andi harus menjelaskan ulang apa maunya, yang bisa mengakibatkan pak Andi jadi jengkel /
marah Jangan lempar mentah, jelaskan apa yang sudah tahu, agar customer tidak berulang
kali ditanya dan menjelaskan lagi maksudnya berkali kali!!
Saya Siap Berkomunikasi Dengan Efektif........!!!!
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan bertujuan unt
uk meningkatkan kesadaran, kemauan
dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang optimal. Dalam rangka menc
apai tujuan tersebut kinerja sumber
daya manusia kesehatan merupakan sa
lah satu kunci keberhasilan yang harus
dikembangkan sesuai kebutuhan pelayanan
kesehatan masyarakat dan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Kinerja tena
2
Suatu organisasi akan berjalan denga
n sukses apabila organisasi dapat
me
nyediakan dan memberikan segala kebutuhan informasi yang dibutuhkan para
karyawannya, informasi merupakan sumb
er kehidupan organisasi. Dalam konteks
komunikasi organisasi, terd
apat komunikasi eksterna
l dan komunikasi internal.
3
Kinerja seorang tenaga kesehatan
4
Organisasi adalah sebuah sistem sosi
al yang komp
leksitas
nya jelas terlihat
melalui jenis, peringkat, bentuk da
n jumlah interaksi yang berlaku.
Proses komunikasi dalam organisasi adal
ah salah satu faktor penentu dalam
mencapai organisasi yang efektif. Salah sa
tu proses yang akan selalu terjadi dalam
organisasi apapun adalah proses komunikasi
. Melalui organisasi terjadi pertukaran
informasi, gagasan, dan pengalaman. Mengingat perannya yang penting dalam
menunjang kelancaran berorganisasi, maka
perhatian yang cukup perlu dicurahkan
untuk mengelola komunikasi dalam organisa
si. Proses komunikasi yang begitu
dinamik dapat menimbulkan berbagai ma
salah yang mempengaruhi pencapaian
sebuah organisasi terutama denga
n timbulnya salah paham dan konflik.
Komunikasi memelihara motivasi dengan me
mberikan penjelasan kepada para
tenaga kesehatan tentang apa yang haru
s dilakukan, seberapa baik mereka
mengerjakannya dan apa yang dapat dila
kukan untuk meningka
tkan kinerja jika
sedang berada di bawah standar. Aktivitas
komunikasi dalam organisasi senantiasa
disertai dengan tujuan yang ingin dicapai
sesama dalam kelompok dan masyarakat.
Budaya komunikasi dalam konteks komunika
si organisasi harus dilihat dari
berbagai sisi. Sisi pertama adalah komuni
kasi antara atasan kepada bawahan. Sisi
kedua antara tenaga kesehatan yang satu
5
baik cita-cita pribadi, maupun kelompok, unt
uk me
ncapai tujuan suatu organisasi
(Muhammad, 2004 :102).
kinerja tenaga kesehatan secara pe
rorangan akan mendorong kinerja sumber
daya manusia secara keseluruhan dan memberikan
feedback
yang tepat terhadap
perubahan perilaku, yang direflesikan
dalam kenaikan produktifitas.
Menurut penelitian yang dilakukan A
gustina (2005) Pengaruh efektifitas
komunikasi internal di Graha Mulia
departemen store
Lumajang terhadap kinerja
para tenaga penjualann
ya menunjukkan pengaruh
significan
antara komunikasi
internal di Graha Mulia
departement store
yang meliputi komunikasi vertikal ke
bawah, vertikal ke atas, dan horizontal
terhadap kinerja tenaga penjualannya.
Menurut penelitian yang dilakukan A
nggriani (2009), memperlihatkan bahwa
6
yang diharapkan. Dalam melaksanakan tuga
s, pimpinan rum
ah sakit dihadapkan
kepada dua bidang tugas dan tanggung ja
wab yang harus dikoordinirnya secara
terpadu yaitu bidang teknis medis ya
ng dilakukan petugas medis dan bidang
administrasi yang menjadi tanggung jawab
para staf administ
rasi. Tidak bisa
dipungkiri kedua bidang yang ada di ruma
h sakit dalam kenyataannya saling
mendukung dan melengkapi.
Pimpinan rumah sakit dalam mengkoordi
nir kegiatan administrasi rumah
7
dan fungsinya sebagai organisasi yang da
pat me
mberikan pelayanan terbaik bagi
pasien dan masyarakat.
Salah satu indikator kinerja rumah sak
it dapat dilihat dari jumlah pasien.
Grafik Barber Johnson merupakan salah
satu alat untuk mengukur tingkat efisiensi
pengelolaan rumah sakit. Grafik Barber
Johnson sendiri dipe
roleh dari hasil
perhitungan beberapa data statistik rumah sakit. Dalam hal ini, tentu saja
medical
record
memegang peran penting. Berdasarkan da
ta yang didapat dari bagian rekam
medik Rumah Sakit Umum Herna, kinerja te
naga kesehatan belum maksimal. Hal ini
terlihat dari nilai
Bed Occupancy Rate
(BOR),
Bed Turn Over
(BTO)
, Length of Stay
(LOS) dan
Turn Over Interval
(TOI), Growth Death Rate
(GDR), Netto Death Rate
(NDR) yang masih jauh dari ideal seperti ya
ng terlihat di bawah ini dan sebagaimana
digambarkan dalam Grafik Barber J
ohnson yang terdapat dalam tabel 1.1.
Tabel 1.1. Tabel BOR, BTO, LOS dan TOI RSU. Herna Tahun 2009
Bulan
BOR
(%)
LOS
(Hari)
TOI
(Hari)
BTO
(Kali)
GDR
(%)
NDR
(%)
Januari
56,87
4,9
3,76
3,55
5,45
1,23
Februari
57,91
4,89
3,27
3,42
4,56
1,45
Maret
58,08
5,58
4,02
3,22
4,84
0,96
April
53,35
4,69
4,0
3,41
2,74
0,36
Mei
53,66
4,88
4,21
3,40
3,48
0,55
Juni
56,63
4,90
3,75
3,46
2,70
0,18
Juli
64,29
4,63
2,57
4,3
2,90
1,00
Agustus
77,25
4,45
1,31
5,38
3,36
0,34
September
59,27
5,13
3,52
3,46
4,69
1,26
Oktober
61,35
5,07
3,19
3,75
2,50
0,30
Nopember
64,0
5,44
3,0
3,52
4,07
0,70
Desember
56,2
5,23
4,0
3 ,33
3,75
0,37
Nilai Standard
70 - 85
7 - 10
1-3
4-5
<3
< 2,5
Sumber : Administrasi RSU Herna Medan, Tahun 2009
Universitas
Sumatera
Utara
8
Rendahnya
utilisasi
(penggunaan) fasilitas kesehatan seperti rum
ah sakit
sering dianggap penyebabnya adalah faktor jarak, fasilitas, tarif yang tinggi, tempat
yang kurang strategis, perala
tan yang kurang memadai da
n sebagainya. Rumah Sakit
sering melupakan kinerja dan pelayanan
kesehatan yang dilakukan tenaga medis dan
non medis sehingga pelayanan yang dibe
rikan kurang maksimal dan menjadi
penyebab rendahnya kunjungan masyarakat.
Hal ini dapat dilihat dari nilai
BOR,
BTO, LOS
dan
TOI
Rumah Sakit Umum Herna belum maksimal.
Melihat pengaruh yang sangat penting an
tara proses komunikasi yang terjadi
dalam suatu organisasi khususnya komunikasi
internal antar tenaga kesehatan dengan
tingkat kinerja tenaga kesehatan maka pe
nulis tertarik mengambil judul Pengaruh
Komunikasi Internal Terhadap Kinerja tenaga kesehatan Rumah Sakit Umum Herna
Medan.
1.2.
Permasalahan
Berdasarkan latar belakang yang tela
h diuraikan di atas, maka dapat
diidentifikasi permasalahan-permasalahan berikut :
1.
Menurunnya kinerja tenaga kesehata
n Rumah Sakit Umum Herna Medan
9
3.
Kurang optimalnya kinerja tenaga ke
sehatan disebabkan belum
efektifnya
proses komunikasi internal yang terjad
i di Rumah Sakit Umum Herna Medan.
Berdasarkan latar belakang yang telah di
kemukakan di atas maka perumusan
masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana pengaruh komunikasi internal
terhadap kinerja tenaga kesehatan
di Rumah Sakit Umum Herna Medan.
1.3. Tujuan Penelitian
Menganalisis pengaruh komunikasi internal
terhadap kinerja
tenaga kesehatan
Rumah Sakit Umum Herna Medan.
1.4. Hipotesis Penelitian
Ada pengaruh komunikasi internal te
rhadap kinerja tenaga kesehatan di
Rumah Sakit Umum Herna Medan.
1.5. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian pada umumnya ada
dua yaitu manfaat penelitian bagi
peneliti dan manfaat penelitian bagi lembaga (Rumah Sakit) tempat melakukan
penelitian.
Manfaat penelitian ba
gi peneliti adalah:
1.
Dapat menciptakan daya analisis terhadap permasalahan.
2.
Sebagai dasar pijakan bagi penelitian selanjutnya.
Universitas
Sumatera
Utara
10
Manfaat penelitian bagi organisasi, da
lam hal ini bagi Ru
mah Sakit Umum
(RSU) Herna Medan, adalah:
1.
Hasil penelitian merupakan masukan
(input)
bagi rumah sakit untuk lebih
memfungsikan komunikasi internal
dalam organisasi, untuk lebih
meningkatkan kinerja tenaga kesehatan.
2.
Membuat kebijakan yang dapat meningkatkan kinerja tenaga kesehatan, yang
pada akhirnya mendorong layanan kepa
da pasien dan masyarakat pada
umumnya.
Universitas
Sumatera
Utara