Anda di halaman 1dari 8

Identifikasi Bayi

Identifikasi adalah hal pertama yang harus dilakukan pada setiap kasus forensik,
baik pada korban hidup ataupun korban mati.
Pada kasus dugaan pembunuhan anak, ibu korban adalah tersangka utama.
Harus dibuktikan bahwa tersangka adalah ibu kandung bayi yang ditemukan sebagai
korban, sehingga mencari kesesuaian identitas antara bayi dan tersangka adalah
penting.
Identifikasi pada bayi tidak banyak berbeda dengan identifikasi pada orang
dewasa. Tetapi beberapa hal sehubungan dengan ukuran tubuh terkait perkembangan
secara antropologi ragawi

membedakan identifikasi bayi dengan orang dewasa,

sedemikian hingga ciri-ciri fisik pada bayi hampir tidak membantu untuk mencari
kesesuaian antara bayi dan tersangka.
Pada kasus ini diambil sampel darah untuk pemeriksaan golongan darah.
Didapatkan golongan darah bayi O. Pemeriksaan golongan darah dalam kasus ini
hanyalah bersifat menyingkirkan tersangka, bukan menetapkan tersangka. Seorang
bergolongan darah O tidak mungkin memiliki orang tua bergolongan darah AB.
Tetapi bukan bersarti jika tersangka bergolongan darah A, B, atau O langsung bisa
ditetapkan jadi pelakunya. Jadi pemeriksaan golongan darah dalam kasus ini minimal
sekali kegunaannya, apalagi tersangkanya juga tidak ada.
Penggunaan metode DNA finger printing untuk kepentingan idenifikasi perlu
dipertimbangkan pada kasus dugaan pembunuhan anak.
Tapi apalah artinya identifikasi pada kasus ini jika tersangka tidak dihadapkan
oleh penyidik? Memang identifikasi pada kasus ini tidak banyak berguna, lagipula
metode DNA finger printing untuk identifikasi tidak dapat dilakukan jika tidak ada
tersangka sebagai pembanding.
Permasalahan lain jika dilakukan pemeriksaan DNA adalah: siapa yang akan
menanggung biayanya pemeriksaan tersebut? Perlu diketahui pemeriksaan DNA
untuk identifikasi memerlukan biaya yang tidak sedikit.
Yang paling mungkin dan praktis serta murah yang dapat dilakukan adalah
mengambil sebagian jaringan dari tubuh bayi untuk disimpan dalam jangka waktu
tidak ditentukan. Sampel jaringan ini akan digunakan untuk pemeriksaan DNA jika
sudah ada tersangka dan ada pihak yang menanggung biaya pemeriksaan tersebut.

Sampel jaringan yang dianjurkan adalah jaringan tulang bayi karena tulang adalah
jaringan yang paling tahan lama dengan metode pengawetan yang paling sederhana
sekalipun.1

PEMBUKTIAN ADA ATAU TIDAKNYA HUBUNGAN ANTARA MAYAT BAYI


DAN WANITA YANG DICURIGAI

Pembuktian ada atau tidaknya hubungan antara mayat bayi dan wanita yang dicurigai
dapat dilakukan dengan:

1. Penentuan golongan darah


Meskipun pemeriksaan golongan darah ini memiliki derajat kepercayaan yang kecil
namun usaha ke arah itu sudah ada. Pemeriksaan golongan darah termasuk jenis
pemeriksaan per-ekslusionem, yang akan bermakna bila darah bayi tidak cocok
dengan pola turunan golongan darah dari kedua orang tuanya.
Golongan darah adalah ciri khusus darah dari suatu individu karena adanya perbedaan
jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel darah merah. Dua jenis
penggolongan

darah

yang

paling

penting

adalah

penggolongan ABO dan Rhesus (faktor Rh).


Golongan darah manusia ditentukan berdasarkan jenis antigen dan antibodi yang
terkandung dalam darahnya, sebagai berikut:

Individu dengan golongan darah A memiliki sel darah merah dengan antigen A di
permukaan membran selnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen B
dalam serum darahnya. Sehingga, orang dengan golongan darah A-negatif hanya
dapat menerima darah dari orang dengan golongan darah A-negatif atau Onegatif.

Individu dengan golongan darah B memiliki antigen B pada permukaan sel darah
merahnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen A dalam serum darahnya.
Sehingga, orang dengan golongan darah B-negatif hanya dapat menerima darah
dari orang dengan dolongan darah B-negatif atau O-negatif

Individu dengan golongan darah AB memiliki sel darah merah dengan antigen A
dan B serta tidak menghasilkan antibodi terhadap antigen A maupun B. Sehingga,
orang dengan golongan darah AB-positif dapat menerima darah dari orang dengan
golongan darah ABO apapun dan disebut resipien universal. Namun, orang
dengan golongan darah AB-positif tidak dapat mendonorkan darah kecuali pada
sesama AB-positif.

Individu dengan golongan darah O memiliki sel darah tanpa antigen, tapi
memproduksi antibodi terhadap antigen A dan B. Sehingga, orang dengan
golongan darah O-negatif dapat mendonorkan darahnya kepada orang dengan
golongan darah ABO apapun dan disebutdonor universal. Namun, orang dengan
golongan darah O-negatif hanya dapat menerima darah dari sesama O-negatif.

American Association of Blood Banks mendefinisikan golongan darah sebagai


kumpulan antigen yang diproduksi oleh alel gen. Bagaimanapun, golongan darah
secara genetic dikontrol dan merupakan karakteristik yang seumur hidup dapat
diperiksa karena berbeda pada tiap individual.

Bila didapatkan sel darah merah dalam keadaan utuh


Penentuan golongan darah dapat dilakukan secara langsung seperti pada penentuan
golongan darah orang hidup, yaitu dengan meneteskan 1 tetes antiserum ke atas 1
tetes darah dan dilihat terjadinya aglutinasi. Aglutinasi yang terjadi pada suatu
antiserum merupakan golongan darah bercak yang diperiksa, contoh bila terjadi
aglutinasi pada antiserum A maka golongan darah bercak darah tersebut adalah A.

Figure1. Penentuan golongan darah ABO cara makroskopik

Bila sel darah merah sudah rusak


Penentuan golongan darah dapat dilakukan dengan cara menentukan jenis aglutinin
dan antigen. Antigen mempunyai sifat yang jauh lebih stabil dibandingkan dengan
aglutinin. Di antara system-sistem golongan darah, yang paling lama bertahan adalah
antigen dari system golongan darah ABO.
Penentuan jenis antigen dapat dilakukan dengan cara absorpsi inhibisi, absorpsi elusi
atau aglutinasi campuran. Cara yang biasa dilakukan adalah cara absorpsi elusi
dengan prosedur sebagai berikut:

Cara pemeriksaan :
2-3 helai benang yang mengandung bercak kering difiksasi dengan metil alcohol
selama 15 menit. Benang diangkat dan dibiarkan mengering. Selanjutnya dilakukan
penguraian benang tersebut menjadi serat-serat halus dengan menggunakan 2 buah
jarum. Lakukan juga terhadap benang yang tidak mengandung bercak darah sebagai
control negative.
Serat benang dimasukkan ke dalam 2 tabung reaksi. Ke dalam tabung pertama
diteteskan serum anti-A dan kedalam tabung kedua serum anti-B hingga serabut

benang tersebut teredam seluruhnya. Kemudian tabung-tabung tersebut disimpan


dalam lemari pendingin dengan suhu 4 derajat Celcius selama satu malam.
Lakukan pencucian dengan menggunakan larutan garam faal dingin (4 derajat
Celcius) sebanyak 5-6 kali lalu tambahkan 2 tetes suspense 2% sel indicator (sel
daram merah golongan A pada tabung pertama dan golongan B pada tabung kedua),
pusing dengan kecepatan 1000 RPM selama 1 menit. Bila tidak terjadi aglutinasi, cuci
sekali lagi dan kemudian tambahkan 1-2 tetes larutan garam faal dingin. Panaskan
pada suhu 56 derajat Celcius selama 10 menit dan pindahkan eluat ke dalam tabung
lain. Tambahkan 1 tetes suspense sel indicator ke dalam masing-masing tabung,
biarkan selama 5 menit, lalu pusing selama 1 menit pada kecepatan 1000 RPM.

Hasil :
Pembacaan hasil dilakukan secara makroskopik. Bila terjadi aglutinasi berarti darah
mengandung antigen yang sesuai dengan antigen sel indicator.

Pemeriksaan golongan darah dapat membantu mengatasi kasus paternitas berdasarkan


Hukum Mendel yang mengatakan bahwa antigen tidak mungkin muncul pada anak,
jika antigen tersebut tidak terdapat pada salah satu atau kedua orang tuanya. Orang
tua yang homozigotik pasti meneruskan gen untuk antigen tersebut kepada anaknya.
(Anak dengan golongan darah O tidak mungkin mempunyai orang tua yang
bergolongan darah AB).
Perlu diingat bahwa Hukum Mendel tetap berdasarkan kemungkinan (probabilitas),
sehingga penentuan ke-ayah-an dari seorang anak tidak dapat dipastikan, namun
sebaliknya kita dapat memastikan seseorang adalah bukan ayah seorang anak
(singkir ayah/paternity exclusion).
Tabel 1. Pewarisan golongan darah kepada anak

2. Pemeriksaan DNA

Analisis DNA merupakan penemuan mutakhir bagi ilmu kedokteran forensik, uji
keayahan dan hubungan saudara (sibling test). DNA

(deoxyribonucleic acid)

ditemukan di semua sel tubuh.

Sampel dapat diambil dari darah, apus mukosa mulut(buccal swab), akar rambut,janin
(sel-sel janin dalam cairan amnion) atau dari setiap sel bagian tubuh; juga bisa dari
sperma pada kasus pemerkosaan.
Untuk menentukan status keayahan (test paternitas), DNA yang digunakan adalah
DNA inti. Dalam sel manusia, DNA dapat ditemukan di inti sel dan mitokondria.
DNA yang diturunkan oleh ayah kepada anaknya adalah DNA inti. Pada saat
fertilisasi sang ayah akan memberikan informasi genetiknya dalam bentuk DNA saja,
sedangkan sang ibu akan menurunkan komponen inti sel beserta selnya (ovum),
sehingga DNA mitokondria merupakan turunan atau warisan dari sang ibu.
Test yang digunakan untuk mengungkap ibu biologis dari seorang anak disebut
sebagai test maternitas. Dalam test ini, material yang diperlukan adalah DNA seperti
halnya test paternitas. Namun DNA yang digunakan bukan hanya DNA inti,
melainkan dapat menggunakan DNA mitokondria. Keunikan pola pewarisan DNA
mitokondria menyebabkan DNA ini dapat digunakan sebagai penanda untuk
mengidentifikasi hubungan kekerabatan secara maternal/garis ibu.
Tes maternitas bertujuan untuk menentukan apakah seorang wanita adalah ibu
biologis dari seorang anak. Tes ini juga membandingkan pola DNA anak dengan
terduga ibu untuk menentukan kecocokan DNA anak yang diwariskan dari terduga
ibu.
Identifikasi DNA untuk tes paternitas dan maternitas dilakukan dengan menganalisa
pola DNA menggunakan marker/penanda STR (Short Tandem Repeat). STR adalah
lokus DNA yang tersusun atas pengulangan 2-6 basa. Dalam genom manusia dapat
ditentukan pengulangan basa yang bervariasi jumlah dan jenisnya. Identifikasi DNA
dengan penanda STR merupakan salah satu prosedur tes DNA yang sangat sensitif

karena penanda STR memiliki tingkat variasi yang tinggi baik antara lokus STR
maupun antar individu. 2
STR pada penurunan paternal digunakan untuk menentukan apakah dua atau lebih
laki-laki mempunyai hubungan keluarga melalui ayah (secara paternal/garis ayah).
Tes ini sering digunakan untuk memberikan bukti tambahan pada paternitas yang sulit
dimana terduga ayah tidak dapat tes. Hasil tes ini juga dapat digunakan untuk
konfirmasi hubungan biologis dari anak laki-laki angkat. Yang perlu diperiksa untuk
tes paternitas adalah ibu, anak, dan terduga ayah. Tes paternitas dapat dilakukan pada
terduga ayah dan anak. Tetapi hal ini hanya bila ibu biologis tidak bersedia di tes.
Partisipasi ibu pada tes paternitas dapat membantu menyingkirkan separuh DNA
anak, sehingga separuhnya lagi dapat di bandingkan dengan DNA terduga ayah. Tes
paternitas dapat dilakukan tanpa partisipasi ibu, dengan menggunakan analisis
tambahan (penambahan penanda) memberikan hasil yang sama akuratnya. Tes
paternitas dapat dilakukan sebelum anak dilahirkan (prenatal), yaitu dengan analisis
DNA. Tes DNA dapat dilakukan dengan sampel dari jaringan janin(Chorionic Villi
Sampel/ CVS) umumnya pada umur kehamilan 10-13 minggu, atau dengan cara
amniosentetis pada umur kehamilan 14-24 minggu. Untuk pengambilan jaringan janin
ini harus dilakukan oleh ahli kebidanan/kandungan. Ibu yang ingin melakukan tes
DNA prenatal harus berkonsultasi dengan ahli kebidanan/kandungan.Apabila anak
belum dewasa maka diperlukan fotokopi surat kelahiran dan atau surat perwalian anak
yang menyatakan terduga ayah atau wali anak memiliki hak untuk membawa anak
tersebut untuk melakukan tes paternitas. Untuk melakukan tes paternitas maupun tes
aternitas, tidak diperlukan surat pengantar dokter untuk melakukan tes DNA.
Pengguna jasa dapat meminta dan menjadwal tes paternitas maupun maternitas secara
langsung. Keakuratan tes DNA 100% bila di kerjakan dengan benar. Tes DNA ini
memberikan hasil lebih dari 99.99% probabilitas paternitas bila DNA terduga ayah
dan DNA anak cocok. Apabila DNA terduga ayah dan anak tidak cocok maka terduga
ayah yang di tes 100% bukanlah merupakan ayah biologis anak tersebut. Konfirmasi
dilakukan dengan mengulang tes terhadap terduga ayah. Hasil tes DNA dapat selesai
dalam 12 hari kerja terhitung dari tanggal diterimanya sampel. Hasil tes ini hanya
digunakan sebagai refrensi pribadi, kecuali jika sampel yang diperiksa diambil
melalui prosedur hukum, maka sampel tersebut memiliki kekuatan hukum. 2

Tes MtDNA penurunan maternal digunakan untuk menentukan apakah dua atau lebih
individu mempunyai hubungan keluarga melalui ibu mereka (secara maternal/garis
ibu). Tes ini sering digunakan untuk memberikan bukti tambahan pada kasus
maternitas yang sulit dimana terduga ibu tidak dapat dites. Hasil tes ini juga dapat
digunakan untuk konfirmasi hubungan biologis dari anak angkat. Dalam
tes MtDNA yang diturunkan secara maternal, identifikasi DNA dilakukan dengan
membandingkan MtDNA ibu dengan MtDNA anak. Pada tes ini, karena DNA
mitokondria

hanya

diwariskan

secara

maternal

pada

anaknya,

bila

polaMtDNA seorang ibu sama dengan pola MtDNA anak maka dikatakan bahwa
kedua individu tersebut memiliki garis keturunan maternal yang sama. Jika
pola MtDNA nya tidak cocok, maka kedua individu tersebut dinyatakan 100% bukan
berasal dari keturunan ibu. 2,
Pemeriksaan DNA memang lebih baik namun hal ini belum rutin dilakukan di
Indonesia.

Sumber:

1. Timmermans S. Postmortem: How Medical Examiners Explain Suspicious


Deaths. N Engl J Med 2007; 356:2759-60.
2. Djaja Surya Atmadja, Evi Untoro. Mutation of STR in paternity testing.
Indonesian Journal of Legal and Forensic Sciences 2008; 1(1):32-34.

Anda mungkin juga menyukai