Anda di halaman 1dari 57

RESUME KOMPILASI

SKENARIO 2 BLOK 3
BIOLOGI MOLEKULAR

ELIXIR

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014

SKENARIO

http://www.youtube.com/watch?v=J3HVVi2k2No

KLARIFIKASI ISTILAH
1.

Central Dogma : Proses ekspresi gen yang mengikuti tahapan informasi


genetik yang terdiri dari replikais DNA, transkripsi DNA menghasilkan
RNA, translasi RNA menjadi protein

2.

CTD (Carboxyl Terminal Domine) : Tempat untuk penyeleksian RNA


(yang sudah dikode DNA) menjadi intron dan ekson. Terjadi akibat
fosforilasi ujung C oleh aktifitas salah satu faktor transkripsi.

3.

Histon : Protein sederhana yang larut dalam air dan tidak larut dalam
amonia encer, pada inti sel yang terbungkus DNA. berfungsi
menyusutkan DNA shingga dapat muat dalam kromosom.

4.

Ekson : Sekuen spesifik basa nitrogen DNA yang dibutuhkan dan


digunakkan untuk sintesis protein (translasi)

5.

Intron : Sekuen tidak spesifik basa nitrogen DNA yang tidak dibutuhkan
untuk sintesis protein (translasi)

6.

DNA : asam nukleat dengan 2 rantai polinukleotida antiparalel yang


tersusun atas basa purin dan pirimidin yang merupakan tempat
penyimpanan informasi genetik.

7.

RNA : Salah satu asam nukleat single helix yang memiliki gula Ribosa.
Berfungsi sebagai penyimpan/penyalur informasi genetik yang berasal
dari DNA.

8.

Transkripsi :

Proses penyalinan kode-kode genetik menggunakan

cetakan urutan DNA menjadi urutan RNA yang terjadi di inti sel
9.

Translasi : Proses penerjemahan urutan mRNA menjadi rangkaian


asam-asam amino yang menyusun suatu polipeptida atau protein yang
terjadi di sitoplasma.

10. RNA Polymerase 1 : digunakan untuk membentuk RNA


11. RNA Polymerase 2 : digunakan untuk transkripsi mRNA

12. RNA Polumerase 3 : digunakan untuk sintesis tRNA


13. Faktor Transkripsi :Protein- protein yang membantu dalam proses
transkripsi.
14. Poly-A (poly adenosine) : Dibentuk di ujung 3 yang fungsinya
menstabilkan dan melindungi struktur mRNA.
RUMUSAN MASALAH
1.

Bagaimana proses transkripsi


Pre-Transkripsi
- Faktor factor transkripsi (RNA polymerase II, Aktifator dan
repressor, Reseptor reseptor hormone stenid serta 4 motif
pengikatan DNA) berkumpul disekitar DNA
- Salah satu faktor transkripsi kemudian menemukan siklus inisiasi
pada DNA
- Faktor transkripsi lain bergerak menuju arah tersebut
- Tiap faktor transkripsi memiliki fungsi tertentu
- Pemain utama pada proses transkripsi adalah RNA polymerase II
- RNa ditranskripsi dari DNA yang diproses di CTD
- Fungsi dari salah satu faktor transkripsi adalah membuka double
helix DNA
- Faktor transkripsi membantu RNA polymerase II melakukan
pekerjaannya
Lalu berlangsung tahapan transkripsi :
1.

Inisiasi (permulaan)

Daerah DNA di mana RNA polimerase melekat dan mengawali


transkripsi disebut sebagai promoter. Suatu promoter menentukan
di mana transkripsi dimulai, juga menentukan yang mana dari
kedua untai heliks DNA yang digunakan sebagai cetakan.

2.

Elongasi (pemanjangan)

Saat RNA bergerak di sepanjang DNA, RNA membuka untaian


heliks ganda DNA dengan bantuan enzim polimerase, sehingga
terbentuklah molekul RNA yang akan lepas dari cetakan DNA-nya.
3.

Terminasi (pengakhiran)

Transkripsi

berlangsung

sampai

RNA

polimerase

mentranskripsi urutan DNA yang disebut terminator. Terminator


yang ditranskripsi merupakan suatu urutan RNA yang berfungsi
sebagai kodon terminasi (kode stop) yang sesungguhnya. Pada sel
prokariotik, transkripsi biasanya berhenti tepat pada akhir kodon
terminasi, yaitu ketika polimerase mencapai titik terminasi sambil
melepas RNA dan DNA. Sebaliknya, pada sel eukariotik polimerase
terus melewati sinyal terminasi, suatu urutan AAUAAA di dalam
mRNA. Pada titik yang jauh kira-kira 10 hingga 35 nukleotida,
mRNA ini dipotong hingga terlepas dari enzim tersebut.

2. Bagaimana tahapan translasi


Molekul tRNA berada dalam sitoplasma berperan sebagai
antikodon, triplet basa ini merupakan pelengkap dari mRNA.
Sedangkan mRNA sebagai kodon. Molekul mRNA ditranslasi dengan
arah 53, tetapi tidak dari ujung 5 hingga ujung 3.
1. Inisiasi (Pemasangan Protein)
a. Satu unit ribosom memiliki 1 subunit kecil dan 1 subunit besar.
mRNA terikat pada subunit kecil sedangkan tRNA terikat pada
subunit besar.
b. Antikodon dari molekul tRNA inisiator membawa 1 asam
amino, mengenali dan berikatan dengan kodon pembuka pada
mRNA untuk membentuk kompleks inisiasi.
c. Kodon pembuka selalu AUG (metionin). Molekul tRNA inisiator
selalu antikodon UAC dan membawa metionin.

d. Kompleks antikodon dan kodon melekat pada titik yang tepat


untuk memulai pembentukan rantai polipeptida.
e. Ikatan tersebut mengumpulkan basa-basa nukleotida ke dalam
kerangka pembacaan yang menentukan tempat dimulai
pembacaan triplet nukleotida.
2. Elongasi
a. Selain sisi pengikat mRNA, subunit besar memiliki 2 tempat
pengikatan tRNA.
-

Sisi P (untuk polipeptida), mengikat tRNA dengan rantai


polipeptida yang terus memanjang.

Sisi A (untuk asam amino), mengikat tRNA dengan asam


amino berikutnya yang akan ditambahkan ke dalam
rantai.

b. Molekul tRNA inisiator masuk dengan tepat pada sisi P. Asam


amino pada molekul tersebut membentuk ujung depan rantai
polipetida.
c. tRNA kedua (tRNA yang memiliki antikodon yang sesuai untuk
kodon mRNA) bergerak masuk ke sisi A. Asam amino tRNA
kedua dihubungkan pada asam amino pembuka oleh ikatan
peptida.
d. tRNA pada sisi P keluar dari ribosom dan menjauhi mRNA.
Kemudia tRNA melepas asam aminonya dan kembali bebas
untuk mengikat asam amino lainnya.
e. Setelah masing-masing asam amino berikatan dengan asam
amino

tetangga,

tRNA

dibebaskan

sehingga

keluar

ke

sitoplasma dan menjalankan siklus ulang yaitu menarik asam


amino lain.
3. Terminasi
a. Jika ribosom bergerak ke salah satu sisi dari beberapa terminasi
mRNA atau kodon penghentian di sisi A, maka protein yang
dilepaskan akan berikatan dengan kodon penghentian untuk
mengakhiri proses translasi.

b. Rantai polypeptida dilepas dari ribosom.


c. Protein dilepas bergerak menjauhi sisi A dan subunit ribosom
memisah dan bergerak ke dalam sitoplasma untuk melakukan
sintesis protein berikutnya.
3. Enzim apa saja yang berperan dalam sintesis protein
a. Endonuklease retriksi

: memutus ikatan internal pada

DNA/RNA
b. Ribonuklease : menghidrolisis asam nukleat
c. Helikase : memutus dan membuka double helix pada DNA
d. Ligase : menyambungkan pita DNA yang telah terputus
e. Peptidil transferase : membentuk ikatan peptida pada rantai
asam amino
f. Eksonuklease : memecah nukleotida dari ujung 3 atau 5
DNA/RNA
g. Enzim primase : memulai proses replikasi DNA
h. Enzim DNA polymerase : membentuk nukelotida baru dan
berpasangan
i.

Enzim RNA polymerase : mengaktifkan nukleotida dan


berperan dalam pemanjangan DNA baru.

4. Macam macam replikasi DNA


-

Semi konservatif

: replikasi dengan cara membuka untaian

ganda menjadi dua, lalu, mengkopi satu rantai atas dan bawah
secara bersamaan. Ini yang paling sering digunakan.
-

Konservatif : replikasi dengan cara tidak membuka double helix


dan mengkopi kedua rantai secara langsung dan bersamaan

Dispersif : replikasi dengan cara menkopi hanya bagian tertentu


saja, terputus-putus, kemudian digabungkan.

TUJUAN BELAJAR
1.

Mengetahui dasar biologi molekular, istilah-istilah dalam biologi


molekular dan etika bioteknologi serta aspek sosial budayanya.

2.

Mengetahui macam substansi genetik yang meliputi DNA dan RNA

3.

Mengetahui tentang enzim dan pengaruhnya terhadap proses biologi


molekular

4.

Mengetahui proses terjadinya replikasi DNA

5.

Mengetahui proses sintesis protein meliputi proses transkripsi dan


translasi

6.

Mengetahui tentang mutasi genetik yang bisa terjadi pada manusia.

A. BIOLOGI MOLEKULAR
1. Dasar Biologi Molekular
Biologi molekuler dapat didefinisikan sebagai ilmu yang
mempelajari fungsi dan organisasi jasad hidup (organisme) ditinjau
dari

struktur

dan

regulasi

molecular

unsur

atau

komponen

penyusunnya. Dengan perkembangan biologi modern, cakupan biologi


molekuler yang awalnya hanya sebatas struktur kimia atau fisika,
sekarang juga mencakup fungsi dan organisasi makromolekul di dalam
jasad hidup serta interaksi antarkomponen selular. . Biologi molekuler
terutama berkutat memahami interaksi antara berbagai sistem sel,
termasuk interaksi antara DNA, RNA dan protein biosintesis dan juga
belajar bagaimana interaksi ini diatur.Termasuk dalam batasan ini
adalah

kajian

mengenai

replikasi

DNA,

transkripsi,

translasi,

rekombinasi, dan translokasi.


Biologi molekuler meliputi bidang-bidan keilmuan yaitu :

Biokimia adalah studi zat kimia dan proses penting yang terjadi
dalam organisme hidup. Ilmuwan fokus berat pada peran, fungsi,
dan struktur biomolekul. Studi kimia di belakang proses-proses
biologis dan sintesis molekul biologis aktif adalah contoh biokimia.

Genetika adalah studi tentang efek perbedaan genetika pada


organisme. Sering ini dapat disimpulkan oleh tidak adanya

komponen normal (misalnya gen). Studi "mutan"-organisme yang


kekurangan satu atau lebih komponen fungsional dengan
menghormati apa yang disebut "wild type" atau normal fenotipe.
Genetik interaksi (epistasis) dapat sering memalukan interpretasi
yang sederhana seperti "knock-out" studi.

Biologi molekuler adalah studi tentang dasar-dasar molekul proses


replikasi, transkripsi dan translasi bahan genetik. Dogma sentral
dari biologi molekuler di mana materi genetik ditranskripsi
menjadi RNA dan kemudian diterjemahkan ke dalam protein,
meskipun gambaran yang disederhanakan biologi molekular, masih
menyediakan titik awal yang baik untuk memahami bidang.
Gambar ini, namun, sedang mengalami revisi dalam terang dari
peran novel muncul untuk RNA.
Semakin banyak loop biologi memfokuskan diri pada molekul,

baik secara langsung mempelajari interaksi mereka sendiri seperti pada


biologi sel dan biologi perkembangan, atau secara tidak langsung, di
mana teknik biologi molekular digunakan untuk menyimpulkan ciri-ciri
historis populasi atau spesies dalam bidang biologi evolusioner seperti
genetika populasi dan filogenetika.
Metode-metode Dasar yang Digunakan dalam Biologi Molekular
Dalam mempelajari biologi molekular, pada hakikatnya akan
berkaitan dengan analisis makromolekul. Analisis makromolekul
tersebut dapat dilakukan denagn berdasarkan atas reaksi atau dengan
mempelajari struktur fisiknya. Beberapa metode yang digunakan dalam
studi biologi molekular anatara lain :
1. Radioisotop
Isotop adalah elemen-elemen kimia yang mempunyaijumlah proton
yang sama di dalam inti atomnya, tetapi massa atomnya (jumlah
prton dan neutron) berbeda. Beberapa isotop bersifat labil dan

mengalami peluruhan secara spontan yang kadang-kadang diikuti


oleh olehpenyebaran radiasi elektromagnetik. Atom-atom yang
memiliki sifatdemikaian dinamakan sebagai radioisotop.Penggunaan
radioisotop untuk mendeteksi hasil suatu reaksi kimia terdiri dari
autoradiografi dan penggunaan alat seperti Geiger-Muller counter
atau scintillation counter.
2. Sentrifugasi
Sentrifugasi digunakan untuk fraksionasi sel atau pemisahan bagianbagian sel atau organel dan juga pemisahan molekuler. Prinsip
sentrifugasi berdasarkan atas fenomena bahwa partikel yang
tersuspensi di dalam suatu wadah (tabung) akan mengendap ke
dasar wadah karena pengaruh gravitasi. Laju pengendapan akan
dipercepat dengan alat sentrifuge dengan cara diputar dengan
kecepatan tinggi.
3. Elektroforesis
Elektroforesis merupakan suatu metode pemisahan molekular selular
berdasarkan ukurannya dengan menggunakan medan listrik yamg
dialirkan pada suatu medium yang mengandung sampel yang akan
dipisahkan. Teknik ini dapat digunakan untuk menganalisis DNA,
RNA, maupun protein.
Etik Bioteknologi dan Aspek Sosial Budaya
Khusus

menyangkut

kemajuan

ilmu

pengetahuan

dan

teknologi dalam bidang kesehatan, dapat diketahui dari banyaknya


penemuan obat-obatan di bidang farmasi maupun terapi pengobatannya.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi medis yang bertumpu
pada penelitian, sebagian besar harus didasarkan atas percobaan pada
manusia. Dalam bidang ilmu kedokteran, penelitian pada manusia

merupakan sesuatu yang tak dapat dihindarkan demi perbaikan dalam


diagnosis, terapi, pencegahan, dan pemberantasan penyakit.
Dalam bidang penelitian kesehatan ada dua macam penelitian yang
dibedakan secara mendasar, yaitu:

Penelitian yang tujuan utamanya adalah diagnostik atau terapeutik


bagi pasien. Penelitian ini adalah kombinasi antara penelitian dan
perawatan profesional, atau disebut riset klinis.

Penelitian yang tujuan utamanya adalah ilmiah murni tanpa nilai


dianogstik dan terapeutik bagi subyek yang diteliti sendiri.
Penelitian ini merupakan penelitian non terapeutik, atau disebut
riset biomedik non-klinis.
Riset biomedik yang dilakukan saat ini, semakin menjadi aktual

seiring dengan perkembangan pengetahuan dan teknologi biomedis.


Lahirnya bioteknologi modern ini ditandai dengan munculnya teknologi
Rekombinan DNA (Deoxiribo Nucleic Acid). Teknologi ini bukan hanya
memberikan harapan dapat disempurnakannya proses dan produk saat
ini, tetapi diharapkan juga mampu mengembangkan produk baru.
Produk yang sebelumnya diperkirakan tidak mungkin dibuat, dapat
dibuat bahkan memudahkan realisasi proses-proses lain yang baru pula.
Teknik-teknik di atas berkembang secara bertahap. Tiap
tahapan yang ada tidak pernah lepas dari sikap pro dan kontra. Bukan
saja karena ilmu pengetahuan itu sendiri yang dipermasalahkan,
melainkan juga implikasi dan dampak yang ditimbulkannya terhadap
manusia dari segi pertimbangan moral, etika, sosial, hukum, psikologi
dan theologi. Segala permasalahan dapat timbul dengan penerapan
bioteknologi medis yang meluas ini, misalnya masalah tentang status
sebagai subyek hukum dan status bagi orang tua yang melahirkan
melalui proses rekayasa genetik diatas cawan petri atau piranti teknologi
yang canggih. Dan juga hak-haknya dalam lingkungan kehidupan
keluarga dan masyarakat.
Penemuan dan pengembangan teknik-teknik yang ada untuk
menjawab masalah manusia jarang yang terlepas dari dilema. Di tangan

manusia, bioteknologi medis dapat dipakai untuk kepentingan yang jahat


dan baik. Adalah hal yang mustahil bagi manusia dengan hikmatnya
sendiri dapat menjawab setiap permasalahan yang ada dengan
memuaskan tanpa menimbulkan ekses-ekses negatif. Manusia hanya
dapat menciptakan bioteknologi medis tanpa mampu mengantisipasi
dampak bioteknologi medis itu sendiri. Dalam kasus bioteknologi medis
kloning misalnya, teknik ini berusaha melepaskan proses reproduksi dari
hubungan kelamin dua organisme sejenis berbeda kelamin, dan jika hal
ini dilakukan maka akan terbuka kemungkinan kehamilan dengan
beragam permasalahannya. Manusia akan dapat terus mencoba apakah
kloning dapat dilakukan, misalnya antara manusia dengan hewan ternak
ruminansia (sapi, kambing, domba) hanya saja yang ini "dilegitimasi"
oleh bioteknologi. Kehadiran bioteknologi bukan hanya membawa
perubahan sosial yang cukup besar, tetapi juga memunculkan pemikiran
baru dalam bidang etika, moral, nilai dan hukum.
Masalah etis akan segera timbul apabila bioteknologi medis ini
diterapkan kepada manusia, karena dalam proses pembuahan di tabung
petri, biasanya banyak embrio dihasilkan, tetapi tidak semua dapat
dipakai untuk ditanam dalam rahim, maka oleh sebab itu sebagian lagi
akan dimusnahkan atau dibuang. Padahal secara etis embrio adalah
mahkluk hidup. Apalagi jika kloning manusia dilakukan dengan
menggunakan jasa bank sel telur dan melibatkan pihak ketiga yaitu ibu
pengandung yang menyediakan jasa penyewaan rahimnya sampai pada
proses

kelahiran.

Tidak

terbayangkan

betapa

kompleksnya

permasalahan etis yang akan timbul.


Ketika manusia mengembangkan bioteknologi medis sebagian
menjadi optimis bahwa bioteknologi tersebut akan memberikan
kemungkinan bagi manusia untuk hidup lebih panjang, mengobati lebih
banyak penyakit, mendapatkan keturunan tanpa harus melalui lembaga
perkawinan, dan memperkecil kemungkinan kematian bayi saat
dilahirkan. Karena itu bioteknologi telah membawa manusia berada pada
era sintetis dan diakui sebagai salah satu industri kunci. Kehadiran

bioteknologi akan menguasai kehidupan manusia dan memiliki kekuatan


besar untuk mengubah jalannya perkembangan organisme hidup. Orang
tidak hanya menemukan dan mengurai kehidupan, tetapi berusaha
mengubah dan menciptakan kehidupan. Dengan kemajuan pesat yang
terjadi di bidang bioteknologi medis, manusia berusaha menemukan halhal baru dalam pola dan tujuan itu.
Revolusi bioteknologi sebagai obyek kajian, bukan hanya
penting dan dibutuhkan dalam kehidupan manusia untuk mencapai
kemajuan

kesejahteraannya

secara

optimal,

menimbulkan pemikiran dan tantangan

tetapi

juga

dapat

baru khususnya tentang

moralitas manusia dan kearifan hukum dalam berbagai aspeknya.


Dalam hukum kesehatan, pengembangan iptek sebagai hasil
budaya manusia Indonesia

didasarkan pada moral ketuhanan dan

kemanusiaan yang adil dan beradab. Atas dasar landasan filosifis


tersebut maka penelitian dan penerapan bioteknologi rekayasa genetika
untuk tujuan pengobatan medis (cloning terapeutic) dibuka ruang untuk
itu, karena mempunyai nilai manfaat bagi umat manusia, sepanjang
tentunya dilakukan sesuai dengan informed consent maupun reserved
informed consent sebagai rambu-rambu yang harus ditaati oleh setiap
peneliti, demi untuk mencegah penyalahgunaan kode genetika dan
informasi genetika. Hal ini untuk mengantisipasi potensi terjadinya
pelanggaran hak dalam hubungan kontraktual.
Hak-hak pasien/naracoba/klien tersebut diatur dalam UndangUndang Kesehatan No 36 Tahun 2009. Jauh sebelum undang-undang ini
ada sebelumnya juga diatur dalam PP No 39 Tahun 1995 tentang
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Dalam Bab IV diuraikan
tentang perlindungan dan hak-hak manusia sebagai subyek penelitian
dan sanksi bila penyelenggaraan penelitian melanggar ketentuan dalam
PP tersebut.
Dengan demikian semua penelitian yang menyangkut manusia
harus didasari oleh moral dan etika Pancasila, disamping pedoman etik
penelitian yang telah disetujui secara internasional. Adalah menjadi

kewajiban kita semua bahwa penelitian yang dilakukan dapat


dipertanggungjawabkan dari segi ilmiah, moral dan etika yang
berdasarkan Ketuhanan dan Perikemanusiaan.
Oleh sebab itu, pada dasarnya seluruh penelitian/riset yang
menggunakan

manusia

sebagai

subyek

penelitian

harus

mendapatkanEthical Clearance, baik penelitian yang melakukan


pengambilan spesimen, ataupun yang tidak melakukan pengambilan
spesimen. Penelitian/riset yang dimaksud adalah penelitian biomedik
yang mencakup riset pada farmasetik, alat kesehatan, radiasi dan
pemotretan, prosedur bedah, rekam medis, sampel biologik, serta
penelitian epidemiologik, sosial dan psikososial, sebagaimana ditetapkan
oleh Departemen Kesehatan. Untuk itu dalam rangka perlindungan
manusia sebagai subyek penelitian dan pengembangan kesehatan, sejak
tahun 1991 dibentuk Panitia Etik Penelitian Kesehatan Badan
Litbangkes

berdasarkan

SK

Kepala

Badan

Litbangkes

No.

04/BPPK/AK/1/1991. Panitia tersebut bertugas melakukan review


usulan penelitian kesehatan yang memerlukan surat izin etik (ethical
clearance), selanjutnya sejak tahun 2001 disebut sebagai Komisi Etik
Badan Litbangkes.
Di Indonesia, Penerapan bioteknologi rekayasa genetika dalam
bidang medis reproduksi yang disetujui hanyalah dalam bentuk
penerapan inseminasi buatan. Undang-undang kesehatan mengatur
inseminasi buatan merupakan bagian dari pengaturan kesehatan ibu,
bayi dan anak. Upaya kesehatan ibu harus ditujukan untuk menjaga
kesehatan ibu sehingga mampu melahirkan generasi yang sehat dan
berkualitas serta mengurangi angka kematian ibu. (Pasal 126).
Penerapan inseminasi buatan sebagai kehamilan diluar cara
alami dapat dilaksanakan untuk membantu suami istri mendapatkan
keturunan. Upaya ini hanya dapat dilakukan dengan ketentuan bahwa
hasil pembuahan sperma dan ovum berasal dari suami-istri yang
bersangkutan, ditanam dalam rahim istri darimana ovum berasal.
Kemudian dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian

dan kewenangan untuk itu serta dilakukan pada sarana kesehatan


tertentu yang telah ditetapkan (Pasal 127).
Berdasarkan peraturan pelaksanaannya yaitu Permenkes
Nomor 72/Menkes/Per/II/1999 tentang Penyelenggaraan Teknologi
Reproduksi Buatan maka dibuatlah Pedoman Pelayanan Bayi Tabung di
Rumah Sakit oleh Direktorat Rumah Sakit Khusus dan Swasta
Departemen Kesehatan RI tahun 2000. Didalam pedoman tersebut diatur
juga bahwa dilarang menghasilkan embrio manusia semata-mata untuk
penelitian. Penelitian atau sejenisnya terhadap embrio hanya dilakukan
kalau tujuan penelitiannya telah dirumuskan dengan sangat jelas,
dilarang melakukan penelitian terhadap atau dengan menggunakan
embrio manusia yang berumur lebih dari 14 hari (tidak termasuk harihari penyimpanan dalam suhu yang sangat rendah/simpan beku),
dilarang melakukan penelitian atau eksperimentasi terhadap atau
menggunakan embrio, ova dan atau spermatozoa tanpa izin khusus dari
siapa sel telur atau spermatozoa itu diperoleh, dan dilarang melakukan
fertilisasi trans-spesies kecuali apabila fertilisasi transspesies itu diakui
sebagai cara untuk mengatasi atau mendiagnosis infertilitas pada
manusia. setiap hybrid yang terjadi akibat fertilisasi trans-spesies harus
segera diakhiri pertumbuhannya pada tahap 2 sel.
Terhadap pertimbanganpertimbangan aspek bioetika dalam
penelitian dan pengembangan maupun penerapan bioteknologi yang
berbasis biologi molekuler dan teknologi rekayasa genetika seperti:
transgenic experiment, cloning, stem cell experiment, dan lain-lain yang
menyentuh martabat dan harkat hidup organisme (khususnya manusia),
diserahkan pengaturannya dalam Undang-Undang tentang Kesehatan
dan atas pertimbangan Komisi Bioetika Nasional (Keputusan Bersama
Menristek, Menkes dan Mentan Tahun 2004).
Dalam
Penggunaan

sel

Undang-Undang
punca

hanya

Kesehatan
dapat

disebutkan

dilakukan

untuk

bahwa
tujuan

penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan, serta dilarang


digunakan untuk tujuan reproduksi. (Pasal 70 ayat 1). Selanjutnya, Sel

punca sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak boleh berasal dari sel
punca embrionik.
Kemudian berdasarkan Pembahasan Kelompok Kerja Komisi
Bioetika Nasional 2004-2007, telah disahkan bahwa suatu keputusan
etika yang benar hanya dapat diambil dengan mengetahui terlebih
dahulu dasar ilmiah dari proses yang dilakukan. Riset aplikatif tidak
boleh dilakukan apabila akibat masa depannya terhadap martabat
kemanusaiaan belum dapat teramalkan. Oleh karena itu penggunaan sel
punca dewasa untuk tujuan terapetik harus ditujukan kepada penyakitpenyakit yang telah diketahui pasti kausalnya pada kelainan genetik
serta telah diperhitungkan secara matang tidak akan mengubah sifatsifat baik manusia yang diwariskan ke keturunannya. Riset aplikatif
penggunaan sel punca harus mempertimbangkan tumbuhnya rasa
tanggungjawab terhadap kemanusiaan di tengah suasana kebebasan
meneliti.
Setiap ilmuwan harus mematuhi standar metodologi dan
kaidah praktek terbaik dan teramat baik. Seperti menyampaikan
informasi

setiap

akibat

buruk

yang

mungkin

dialami

naracoba/pasien/klien, dalam bahasa yang harus dimengerti awam.


Kemudian riset harus ditujukan semata-mata untuk kepentingan
perlindungan hak hidup dengan kualitas hidup layak dan keberpihakan
kepada mereka yang rentan dengan segenap hak-hak hukumnya. Dalam
situasi

tersebut,

seandainya

naracoba

atau

klien/pasien

sudah

menyetujuinya, tetap dapat diijinkan untuk setiap saat mengubah atau


menarik kembali persetujuannya tersebut.
Penelitian tersebut harus memperhatikan seluruh hak-hak pasien,
termasuk prosedur informed consent serta menyediakan kompensasi
minimal bagi klien pasien yang mengalami kejadian buruk yang tidak
diinginkan.Hasil penelitianpun harus mengandung fungsi sosial bagi
populasi masyarakat dimana penelitian itu dilakukan. Oleh karena
pelayanannya harus dapat diakses oleh sebagian terbesar masyarakat

yang memerlukannya secara murah, tidak diskriminatif (memperhatikan


jender), tidak menimbulkan stigmatisasi ataupun bukan ditujukan
semata-mata untuk eugenetika sekelompok suku bangsa tertentu. Hal ini
dikenal sebagai keadilan global.
Terapi klonal (therapeutical cloning) diizinkan untuk dilaksanakan
karena mempunyai manfaat yang sangat besar dibandingkan dengan
mudharatnya. Potensi penggunaan sel punca sangat luas, antara lain
untuk memahami awal perkembangan embrio yang kompleks dan
menguji efek toksisitas dan efek teratogenik dari berbagai obat. Potensi
lainnya yang lebih besar dan ditunggu-tunggu oleh umat manusia adalah
penggunaannya bagi jutaan penderita yang sementara menunggu
diterapkannya teknik pembiakan sel punca ini untuk mengobati penyakit
diabetes melitus, infark jantung, Alzheimer dan Parkinson, yang dalam
tahap penelitian telah terbukti berhasil.
Mengingat prinsip bahwa kehidupan harus dihormati sejak dari
awal pembuahan sel telur dan sel sperma. Maka penggunaan sel punca
khususnya untuk tujuan pengobatan (therapeutical cloning), tidak
diperbolehkan menggunakan sel punca yang berasal dari embrio
(embryonic stem cells), demikian juga tidak boleh menggunakan selsel
blastosis mudigah yang totipoten karena hingga saat ini belum dapat
teramalkan organisme lengkap yang akan terjadi. Begitu pula dengan sel
tahap morulla yang pluripoten karena hingga saat ini, jenis sel atau
jaringan yang berpotensi dibentuknya belum teramalkan juga. Selain itu
tidak diperbolehkan untuk menimbulkan ekses jumlah mudigah
berlebihan di laboratorium.
Dengan demikian riset dasar sel punca yang boleh dilakukan adalah
dengan penggunaan sel multipoten atau sel punca dewasa (adult stem
cells) yang telah jelas dapat membentuk sel-sel khusus. Diharapkan
dengan begitu maka masalah etika penelitian yang semula sangat
dirisaukan, kini sudah bukan lagi menjadi persoalan etis.

Dan lebih penting lagi bahwa Komisi Bioetika Nasional Indonesia


telah merekomendasikan agar penggunaan sel punca apapun jenisnya
tidak etis untuk digunakan untuk tujuan klonasi reproduktif karena
dianggap mendikte individu baru oleh individu sebelumnya sehingga
mengganggu martabat mulia manusia sebagai ciptaan Tuhan.
Untuk

mencegah terjadinya penyalahgunanan sel punca dalam

suatu penelitian maka seluruh program penelitian sel punca harus


terlebih dahulu memperoleh persetujuan etika melalui Komisi Nasional
Etik Penelitian Kesehatan Indonesia.
Pembinaan dan penguatan kapasitas Komisi Etik Kedokteran
dan Kesehatan di tingkat institusi, perlu didukung dengan regulasi atau
pedoman baku sehingga pemberian persetujuan etika bagi satu usulan
penelitian sel punca dapat dipertanggungjawabkan secara baik.
Selanjutnya harus diikuti dengan suatu tindakan pengawasan dan
pemantauan yang ketat.
Penerapan bioteknologi rekayasa genetika dibidang medis,
selain berdasarkan pada norma-norma hukum nasional sebagaimana
diuraikan diatas, bangsa Indonesia secara normatif juga mendasarkan
pada instrumen HAM internasional. Seperti dalam Declaration of Helsinki
(DoH 2000), menetapkan bahwa:

Penelitian harus mendapatkanpersetujuan komite pengawas etik.

Penelitian dengan subjek uji manusia harus dalam kerangka


ilmiah untuk memberikan manfaat ilmiah (Scientific Merit)

Populasi dimana penelitian akan dilakukan harus menerima


keuntungan dari penelitian yang akan dilaksanakan (nilai sosial).

Terlebih dahulu mendapatkan ijin secara sukarela dari subjek uji

(informed consent).

Penelitian dilakukan jika resikonya benar-benar telah diketahui,


dan sebaiknya penelitian tidak dilanjutkan sampai data yang
dapat dipercaya telah tersedia.

Kerahasiaan mengenai hak privasi yang berhubungan dengan


informasi kesehatan subyek uji

Jujur dalam melaporkan hasil.


Universal Declaration on the Human Genome and Human Rights

(1997), menetapkan bahwa Penelitian dan penerapan baik dalam bidang


biologi,

genetika

dan

kedokteran,

tidak

boleh

mengabaikan

penghormatan pada hak-hak asasi manusia, kebebasan-kebebasan


mendasar dan martabat manusia. Kebebasan penelitian harus ditujukan
untuk upaya memberi pembebasan dari penderitaan dan meningkatkan
kesehatan perorangan maupun masyarakat secara keseluruhan. Genom
manusia dalam keadaan alaminya tidak untuk dimanfaat dan untuk
memberi keuntungan-keuntungan keuangan. Untuk itu maka Praktekpraktek yang bertentangan dengan martabat manusia, seperti kloning
reproduksi manusia, tidak akan diizinkan. Negara dan organisasiorganisasi internasional yang berkompeten diundang untuk bekerja
sama dalam mengidentifikasi praktek seperti itu di tingkat nasional
maupun internasional (Pasal 11).
International

Declaration

on Human Genetic Data (2003),

menetapkan bahwa Data genetika manusia dan data proteomika manusia


dapat dikumpulkan, diolah, digunakan dan disimpan, hanya untuk
keperluan:
(1) diagnosis dan perawatan kesehatan, termasuk penyaringan dan uji
ramalan;
(2) penelitian kedokteran dan keilmuan lain, termasuk epidemiologi,
khususnya studi genetika berbasis kependudukan, serta studi
antropologi atau arkeologi, secara bersama mengacu untuk
selanjutnya sebagai penelitian kedokteran dan keilmuan;
(3) kedokteran forensik, dan perkara perdata, pidana dan perkara
hukum lain, dengan mengacu pada ketentuan Pasal 1(c);

(4) atau tujuan lain yang konsisten dengan Pernyataan Umum tentang
genom

manusia

dan

Hak-hak

Asasi

Manusia

dan

hukum

internasional dari hak-hak asasi manusia.


Istilah dalam Biologi Molekular
Di dalam biologi molecular ada beberapa istilah yang sering di
gunakan,yaitu:
1. Gen : satuan biologis dari keturunan, sanggup memperbanyak diri dan
terletak pada suatu posisi tertentu (lokus) pada kromosom.
2. Genome : susunan lengkap factor hereditas yang terkandung dalam
susunan kromosom haploid.
3. Kromosom : suatu struktur dalam nucleus yang mengandung DNA
yang mengantarkan informasi genetic.
4. Kromatin : substansi kromosom.
5. Kromatid : kedua simpai parallel, berbentuk spiral pada sentromer
yang membentuk kromosom.

B. SUBSTANSI GENETIK
Pembeda

DNA

RNA

Fungsi

Pembawa

materi Penyimpan/pembawa

genetik

dan materi

mengekspresikan gen

genetik

dan

berperan dalam sintesis


protein

Gula

Deoksiribosa

Basa Nitrogen

Purin

Ribosa

adenin

dan Purin

guanin

adenin

dan

guanin

Pirimidin : Sitosin dan Pirimidin : Sitosin dan


Timin

Urasil

Jumlah Nukleotida

45 Juta (paling kecil)

75-50.000

Tempat

Nukleus

dan Ribosom

Mitokondria
Kadar

Tidak dipengaruhi laju Dipengaruhi


sintesis protein

Rantai

Double

Helix

(Linear Tunggal

dan Sirkuler)
Jenis

4 : dRNA/mRNA, tRNA,
rRNA dan snRNA

Proses

mengalami replikasi dan Hanya

Hidrolisis Alkali

mengalami

transkripsi

translasi

Tidak Bisa

Bisa (2-3 diester siklik)

1. DNA
DNA merupakan asam nukleat yang memiliki gula deoxyribosa,
double

helix

serta

basa

nitrogen

pirimidinnya

memiliki

thymine.LetakNukleus : memiliki persentase yang besar, sekitar 99%,


berasosiasi dengan histon, melakukan sintesis untuk seluruh organel,
jumlah

nukleotida

sekitar

ratusan

ribu,

dan

berbentuk

linier.Sitoplasma : sintesis protein digunakan sendiri 45%, selebihnya

berasal dari inti, jumlah nukleotida puluhan ribu, dan berbentuk


cincin. Terdapat pada mitokondria, plastid.
Struktur

Struktur DNA dibedakan menjadi 3, yakni DNA A, B dan Z. DNA


A dan B memiliki orientasi ke kanan. Bedanya, DNA A memiliki
sudut inklinasi 20o serta lebar 2,7 A. DNA B memiliki sudut
inklinasi 2o dengan lebar 3,4 A Sedangkan,DNA Z berorientasi
ke kiri dengan sudut inklinasi 6o dan lebarnya antara 16 17
A.

Memiliki gula deoksiribosa.

Susunan basa primidin, yakni Sitosin dan Timin.

Rantai Panjang, Ganda dan Berpilin.

Terdapat di nukleus, kloroplas, mitokondria.

Kadarnya Tetap (karena tidak dipengaruhi sintesis protein)

Tersusun atas 2 rantai polinukleotida, berputar mengelilingi


sumbu sehingga membentuk helix ganda yang berputar ke
kanan anti parallel.

Polimer DNA terdiri dari 3 komponen :


Gugus fosfat
Gula dioxiribosa
Basa nitrogen

Purin :Adenin, Guanin

Pirimidin :Timin, Sytosin

Nukleutida berdasarkan kandungan basa nitrogen yang


menyusunnya dibedakan atas Adenosine monophosphate
(AMP),

Guanine

monophosphate

(GMP),

Cytidine

monophosphate (CMP), Thymidinemonophosphate (TMP) dan


Uridine monophosphate (UMP). Macam-macam nukleusida
berdasarkan kandungan basa nitrogen yang menyusunnya

dibedakan atas Adenosine (A), Guanosine (G), Cytidine (C),


Thymidine (T) dan Uridine (U).

DNA terdiri atas dua untai yang berpilin membentuk struktur


heliks ganda.Pada struktur heliks ganda, orientasi rantai
nukleotida pada satu untai berlawanan dengan orientasi
nukleotida untai lainnya. Hal ini disebut sebagai antiparalel.
Masing-masing untai terdiri dari rangka utama, sebagai
struktur

utama,

danbasa

nitrogen,

yang

berinteraksi

denganuntai DNA satunya pada heliks.Kedua untai pada heliks


ganda DNA disatukan oleh ikatan hidrogen antara basa-basa
yang terdapat pada kedua untai tersebut.Empat basa yang
ditemukan pada DNA adalah adenin (dilambangkan A), sitosin
(C, dari cytosine), guanin (G), dan timin (T). Adenin berikatan 2
atom hidrogen dengan timin, sedangkan guanin berikatan 3
atom hirogen dengan sitosin, sehingga ikatannya lebih kuat
dari pada Adenin - Timin. Jumlah Adenin harus sama dengan
Timin, sedangkan Guanin harus sama dengan Sitosin

Satu molekul gula dan satu molekul basa disebut "nukleosida"

Sebuah nukleotida selalu memiliki ujung 3 OH dan 5P,


sehingga dalam double helix menurut model Watson-Crick
terdapat satu buah pita dengan arah 3 5, sedangkan pita
pasangannya 5 3.

Fungsi
a. Pembawa informasi genetic suatu organisme.
Informasi genetic tersebut dipakai sebagai acuan proses sintesis
semua protein dan diturunkan kepada sel anak. Setiap sel dalam
suatu organisme mempunyai informasi genetik yang sama tetapi
ekspresi gen antara sel satu dengan lainnya dapat berbeda.
b. Pengemasan DNA:
Pengemasan DNA dalam kromosom terjadi pada tahap profase.
Untai DNA dipintal pada suatu set protein, yaitu histon yang

menjadi suatu bentukan yang disebut unit nukleosom. Unit-unit


nukleosom tersusun padat membentuk benang yang lebih padat
dan terpintal menjadi lipatan-lipatan solenoid. Lipatan solenoid
tersusun padat menjadi benang kromatin. Benang-benang kromatin
tersusun memadat menjadi lengan kromatid.
2. RNA
RNA merupakan asam nukleat yang memiliki gula ribosa. Perbedaan
RNA dengan DNA terletak pada strukturnya yang single strain, Gula
Ribosa, dan basa nitrogen golongan Pirimidin, dimana Thymine
diganti dengan Urasil. Selain itu, yang membedakan dengan DNA
adalah adanya gugus 2-hydroxy.
Struktur

mRNA memiliki struktur berbentuk single strain dengan pada


bagian 5 terdapat cap yang mengandung 7-methylguanosine
cap. Yang berfungsi untuk:
a. transport mRNA menuju sitoplasma
b. untuk keefisienan inisiasi translasi
c. perlindungan agar tidak diserang oleh 5-3 exonuclease

Pada bagian ekor, ditambahkan poly(A) setelah transkripsi,


ditambahkan 100 250 pasang basa. Adapun fungsi dari poly A
melindungi dari 3-5 exonuclease. Tidak semua mempunyai
poly (A) karena tidak begitu penting saat di sitoplasma.

mRNA memiliki bentuk sekunder dan bentuk tersier. Bentuk


sekunder yakni hairpin memiliki 5-10 basa sedangkan stem
loop memiliki >10 basa. Bentuk tersiernya memiliki nama
pseudoknot.

tRNA memiliki bentuk yang unik, yakni berbentuk seperti daun


semanggi. Memiliki 4 lengan , yakni :
-

ribothymidine pseudouridine cytidine arm : mengikatkan


diri pada permukaan ribosom saat sintesis protein

Lengan D menenali tRNA yang diberikan oleh aminoacyltRNA

Lengan Acceptor untuk menempel pada asam amino

Antikodon region untuk menempel pada kodon mRNA.


Terdiri dari 7 nukleotida.

Fungsi
a. Penyimpan Infromasi genetic
b. Perantara antar DNA dan protein dalam prose ekspresi genetic
Macam-Macam
a. Genetik : RNA yang di miliki oleh organisme yang tidak memiliki
DNA. Fungsinya sama seperti DNA yakni sebagai agen pewaris
sifat.
b. Non Genetik : RNA yang di miliki oleh organisme yang memiliki
DNA. Fungsinya sebagai agen dalam sintesis protein.RNA Non
Genetik di bagi menjadi 3 macam, yaitu:
mRna / rna duta : Membawa cetakan-cetakan ke sitoplasma
dan bergerak di atas ribosom, RNA menempatkan kode genetic
berupa 3 urutan basa nitrogen kodon-kodonnya berturut-turut
diribosom untuk menyusun asam amino, mrna membawa
informasi genetic dari DNA ke ribosom.
rRna : Bersama dengan protein, RNA akan membentuk
struktur ribosom yang mengatur proses translasi, RNA juga
mensintesis

protein

menggunakan

basa

amino

yang

menghasilkan polipeptida.
tRNA : Menerjemahkan koden-kode kodon yang di bawa oleh
mRna, hasil terjemahannya berupa deretan basa nitrogen
dengan kodon yang ada pada mRna, tRna membawa pasangan
kodon pada mRna yang di sebut antikodon,tRna juga
membawa asam amino yang sesuai dengan kodon-kodon
mRna.

Kode Genetik
Ada 20 macam asam amino dalam polipeptida jasad hidup.
Masing-masing memiliki kodon yang spesifik, sedangkan nukleotida
hanya ada 4 macam yaitu A, U, G, dan C. Jika satu kodon terdiri atas 3
nukleotida maka akan ada 43 (64) asam amino. Beberapa spek yang perlu
diketahui mengenai kode genetik :
bersifat saling tumpang tindih (non-overlaping), kecuali pada kasus
tertentu.
Tidak ada sela (gap) di antara kodon yang satu dengan yang lain.
Tidak ada koma di antara kodon
Bersifat degenerate, artinya ada beberapa asam amino yang memiliki
lebih dari satu kodon.
Bersifat universal.

C. DASAR-DASAR ENZIM
Enzim adalah protein yang mengatalisis reaksi kimia substansi lain
tanpa menjadi rusak atau berubah selama berlangsungnya reaksi.
Sifat-sifat enzim
Enzim merupakan salah satu bentuk dari protein, jadi sifat enzim tidak
jauh dari sifat-sifat protein, yaitu:
Mengkatalis reaksi yang spesifik
Sebagai biokatalisator, yang mempercepat jalannya reaksi tanpa ikut
bereaksi
Bekerja reversible(dapat bekerja bolak-balik)
Sebagian berbentuk tidak aktif (untuk mengidentifikasi berbagai
penyakit)
Menentukan langkah selanjutnya dalam proses reaksi
Mempercepat reaksi dan tercapainya keseimbangan
Menurunkan Energi Aktivasi
Tidak mempunyi hubungan stoikiometrik

Pada akhirreaksi didapat kembali dalam bentuk semula


Beraktifitas di dalam sel tempat sintesisnya (endoenzim) maupun di
tempat yang lain diluar tempat sintesisnya (eksoenzim), sebagian
besar enzim bersifat endoenzim
Bersifat koloid, luas permukaan besar, bersifat hidrofil
Dapat bereaksi dengan senyawa asam maupun basa, kation maupun
anion
Enzim sangat peka terhadap faktor-faktor yang menyebabkan
denaturasi protein misalnya suhu, pH dll
Enzimdapat dipacu maupun dihambat aktifitasnya
Enzim bekerja pada pH dan suhu tertentu
1. Catalytic site
Enzim termasuk makromolekul, sedangkan substrat termasuk
mikromolekul. Substrat tidak mungkin terikat pada semua permukaan
enzim. Substrat hanya terikat pada suatu permukaan/lokasi tertentu
dari enzim (pada tempat yang spesifik). Tempat spesifk pengikatan
substrat pada enzim dinamakan catalytic site/active site/binding site.
Faktor yang memengaruhi enzim
Kerja enzim sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut :

Suhu (temperatur)
Enzim tersusun oleh protein, sehingga sangat peka terhadap suhu.
Peningkatan suhu menyebabkan energi kinetik pada molekul
substrat dan enzim meningkat, sehingga kecepatan reaksi juga
meningkat. Namun suhu yang terlalu tinggi dapat menyebabkan
rusaknya enzim yang disebut denaturasi, sedangkan suhu yang
terlalu rendah dapat menghambat kerja enzim. Pada umumnya
enzim akan bekerja baik pada suhu optimum, yaitu antara 300
40oC.

Derajat keasaman (pH)


Perubahan pH dapat mempengaruhi perubahan asam amino kunci
pada sisi aktif enzim, sehingga menghalangi sisi aktif bergabung
dengan substratnya. Setiap enzim dapat bekerja baik pada pH
optimum, masing-masing enzim memiliki pH optimum yang
berbeda. Sebagai contoh : enzim amilase bekerja baik pada pH 7,5
(agak basa), sedangkan pepsin bekerja baik pada pH 2 (asam
kuat/sangat asam).

Aktivator dan Inhibitor


Aktivator merupakan molekul yang mempermudah ikatan antara
enzim dengan substratnya, misalnya ion klorida yang bekerja
pada enzim amilase. Inhibitor merupakan suatu molekul yang
menghambat ikatan enzim dengan substratnya. Inhibitor akan
berikatan dengan enzim membentuk kompleks enzim-inhibitor.
Ada 2 jenis inhibitor, yaitu :

o Inhibitor kompetitif
Molekul penghambat yang strukturnya mirip substrat,
sehingga molekul tersebut berkompetisi dengan substrat
untuk bergabung pada sisi aktif enzim. Contoh : sianida
bersaing dengan oksigen untuk mendapatkan Hemoglobin
pada rantai akhir respirasi. Inhibitor kompetititf dapat diatasi
dengan penambahan konsentrasi substrat.
o

Inhibitor nonkompetitif
Molekul penghambat yang bekerja dengan cara melekatkan
diri pada bagian bukan sisi aktif enzim. Inhibitor ini
menyebabkan sisi aktif berubah sehingga tidak dapat
berikatan dengan substrat. Inhibitor nonkompetitif tidak
dapat dipengaruhi oleh konsentrasi substrat.

Konsentrasi Enzim
Kecepatan reaksi dipengaruhi oleh konsentrasi enzim, makin
besar konsentrasi enzim makin tinggi pula kecepatan reaksi,
dengan kata lain konsentrasi enzim berbanding lurus dengan
kecepatan reaksi.

Konsentrasi Substrat
Peningkatan

konsentransi

substrat

dapat

meningkatkan

kecepatan reaksi bila jumlah enzim tetap. Namun pada saat sisi
aktif semua enzim berikatan dengan substrat, penambahan
substrat tidak dapat meningkatkan kecepatan reaksi enzim
selanjutnya.

5.2 Kelas Enzim


Berdasarkan tipe reaksi katalisis dan subtratnyayang
terlibat, enzim dibagi menjadi 6 kelas:
a. Oksidoreduktase, untuk mengatalisis reaksi oksidasi
dan reduksi

b. Transferase, untuk mengatalisis pemindahal gugus,


seperti gugus glikosil, metal, dan fosforil.
c. Hidrolase, untuk mengatalisis pemutusan hidrolitik C-C
, C-O , C-N , dan lain- lain.
d. Liase, untuk mengatalisis pemutusan C-C , C-O , C-N dan
ikatan lain dengan eliminasi atom yang menghasilkan
ikatan rangkap.
e. Isomerase, untuk mengatalisis perubahan geometric
atau structural di dalam satu molekul.
f. Ligase, untuk mengatalisis penyatuan dua molekul yang
dikaitkan dengan hidrolisis ATP.
5.3Bagian Enzim
a. Protein: bagian enzim yang tersusun atas protein
disebut juga Apoenzim.
b. Non- protein: bagian ini kebanyakan berasal daru
turunan vitamin B. bagian non- protein enzim dibagi
menjadi tiga jenis, yaitu:

Gugus prostetik: berfungsi untuk interaksi


dengan substrat agar substrat menjadi elektrofilik
atau pun neurofilik, dan juga mempermudah
pengikatan

dan

orientasi

substrat.

Gugus

prostetik bersifat sangat stabil.

Ion logam/ Kofaktor: memiliki fungsi yang sama


dengan Gugus Prostetik, namun ikatannya tidak
stabil sehingga mudah terlepas.

Koenzim: adalah zat pengangkut, hasil reaksi


diangkut oleh koenzim menuju ke tempat dimana
hasil reaksi tersebuut akan dipergunakan.

5.4Cara kerja enzim


Lock-Key Theory
Teori ini menyatakan bahwa enzim dan substrat akan
bergabung bersama membentukkompleks, seperti

kunci yang masuk ke dalam gembok. Di dalam


kompleks, substrat dapat bereaksi dengan energy
aktivasi yang rendah setelah bereaksi, kompleks lepas
dan melepaskan enzim.
Induced- fit Theory
Sisi aktif enzim bersifat fleksibel sehingga dapat
berubah bentuk menyesuaikan bentuk substrat. Ketika
substrat memasuki sisi aktif enzim, bentuk sisi aktif
termodifikasi melingkupnya, membentuk kompleks.
K
e
t
i
k
a
p
r
oduk sudah terlepas dari kompleks, enzim kembali tidak
aktif menjadi bentuk yang lepas, hingga substrat yang
lain dapat bereaksi dengan enzim tersebut.
5.5Mekanisme Kerja Enzim
enzim

bekerja

mengatalisis

suatu

reaksi,

yaitu

menurunkan energy aktivasi reaksi tersebut sehingga


reaksi tersebut dapat berjalan tanpa membutuhkan
energy yang besar. Suatu reaksi yang terjadi dengan
bantuan enzim, turun energi aktivasinya hingga satu
juta dibandingkan reaksi yang berjalan normal tanpa
enzim.
Dalam mengatalisis suatu reaksi, enzim melakukan
beberapa mekanisme:

Katalisis karena kedekatan


Agar dapat bereaksi, molekul-molekul harus berada
dalam jarakyang cukup dekat untuk membentuk ikatan
saru sama lain. Semakin tinggi konsentrasinya, akan
semakin sering molekul-molekul itu bertemu saru sama
lain dan semakin besar laju reaksinya. Ketika mengikat
molekul substrat di bagian aktifnya, enzim rnenciptakan
suaru regio dengan konsentrasi substrat lokal yang
tinggi. Lingkungan ini juga secara spasial mengatur arah
molekui-molekul substrat sehingga diperoleh posisi
ideal untuk berinteraksi. Hal tersebut menyebabkan laju
reaksi meningkat sedikitnya seribu kali lipat.
Katalisis asam- basa
Gugus-gugus fungsional yang dapat terionisasi pada
rantai samping aminoasil dan (jika ada) pada gugus
prosrerik berperan dalam katalisis dengan berfungsi
sebagai asam atau basa.
Katalisis paksaan
Enzim yang mengatalisis reaksi lisis yang menyebabkan
putusnya ikatan kovalen biasanya mengikat substratnya
dalam suatu konformasi yang agak sedikit kurang
menguntungkan bagi ikatan yang akan putus tersebut'
Konformasi yang terjadi akan meregangkan atau
mendistorsi

ikatan

sasaran,

melemahkannya,

dan

menyebabkannya lebih rentan terputus.


Katalisis ikatan kovalen
Proses katalisis kovalen melibatkan pembentukan suatu
ikatan kovalen antara enzim dan satu atau lebih
substrat' Enzim yang telah mengalami modifikasi

tersebut kemudian menjadi suatu reaktan. Katalisis


kovalen memasukkan suatu jalur reaksi baru dengan
energi aktivasi yang lebih Rendah dan karena itu lebih
cepat-daripada jalur reaksi dalam larutan homogen.
Namun, modifikasi

kimiawi pada enzim bersifat

transien. Setelah reaksi selesai, enzim kembali ke


keadaannya sebelurn termodifikasi. Jadi, peran enzim
tersebut tetap katalitik.
Isozim/isoenzim
Variasi bentuk dapat muncul pada suatu enzim
dengan fungsi yang sama karena mutasi atau
"kesalahan" dalam proses transkripsi.

Jika variasi terjadi pada bagian enzim yang aktif


(gugus aktif), kemungkinan besar enzim tidak
berfungsi sama sekali.

Sementara itu, jika variasi terjadi pada bagian enzim


yang tidak aktif yang terjadi biasanya perubahan
pada daya kerja enzim tetapi enzim masih tetap
berfungsi. Variasi ini dikenal
sebagai isoenzim atau isozim.

Isoenzim merupakan produk dari gen-gen


yang homolog sehingga belum tentu berasal
dari lokus yang sama.

Isoenzim yang berasal dari lokus yang sama dikenal


sebagaiallozim (dari allozyme, "allelic enzyme").

Variasi yang disebabkan oleh mutasi dapat diwariskan


dan dapat digunakan sebagai pembeda antara
satu varietas dengan varietas yang lain karena
menunjukkan polimorfisme.

Setiap isoenzim bermuatan listrik berbeda-beda


(karena perubahan urutan asam amino penyusunnya)
sehingga akan bergerak dengan kecepatan yang berbeda
pula padaelektroforesis.

Perilaku ini dimanfaatkan dalam genetika


molekular untuk membedakan suatu sampel dengan
sampel yang lain.

D. Replikasi DNA
DNA selain memiliki kemampuan membentuk RNA, juga
mampu membentuk DNA baru yang identik dengan DNA lama.
Kemampuan menggandakan DNA baru yang deikian itu disebut
duplikasi / replikasi. Peristiwa duplikasi / replikasi DNA ini sangat
penting pada penurunan sifat induk ke keturunan. Contoh pada
peristiwa penggandaan sel melalui proses pembelahan. Sebelum sel
membelah selalu didahului oleh adanya peristiwa duplikasi /
replikasi DNA, sehingga setiap sel anak akan mendapatkan DNA
yang identik atau tidak identik dengan sel induk, semua itu
tergantung

pada

macam

pembelahan

selnya.

Jika

macam

pembelahan secara mitosis maka sel-sel anak akan memiliki DNA


identik dengan sel induk, sedangkan bila pembelahannya secara
meiosis maka sel-sel anak akan memiliki DNA yang tidak identik
dengan DNA sel induk.
Cara duplikasi / replikasi DNA ada 3 teori, yaitu:
1. Replikasi semikonservatif
Masing-masing pita DNA bertindak sebagai templat, sehingga
terbentuk pita tunggal baru yang komplementer / saling
melengkapi dengan pita tunggal DNA lama, yang pada akhirnya
menjadi dua DNA baru yang identik dengan DNA lama
2. Replikasi konservatif

Satu molekul DNA langsung membentuk molekul DNA baru


tanpa pemisahan pita-pita
3. Replikasi dispersive
Pita DNA lama terputus-putus dan membentuk pita DNA baru,
selanjutnya potongan-potongan pita DNA lama bergabung
dengan potongan-potongan pita DNA baru yang disintesisnya.

Replikasi DNA menggunakan model semikonservatif, yaitu DNA induk


sebagai cetakan (template) bagi DNA baru. Hal ini telah dibuktikan
melalui percobaan yang dilakukan oleh M.S. Meselson dan F.W. Stahl
pada tahun 1958 dengan judul Sentrifugasi Seimbang dalam Tingkat
Kerapatan

(Equilibrium

Density-Gradient

Centrifugation)

menggunakan bakteri E. Coli.


Proses diatas melibatkan berbagai macam enzim antara lain:
Enzim helikase berfungsi membukanya pita double helixs DNA
Enzim nuklease berfungsi menghidrolisis rantai polinukletida
menjadi rantai mononukleotida
Enzim

polimerase yang

memacu

terbentuknyarantai

mononukleotida baru sebagai pasangan mononukleotida lama

Enzim

ligase

yang

berfungsi

mengikat

semua

rantai

mononukleotida menjadi rantai polinukleotida double helixs


DNA.
Jadi sebagai pembawa informasi genetik DNA memiliki fungsi
sebagai :
o Heterokatalitis, artinya DNA dapat mensintesa molekul kimiawi
lainnya, seperti RNA, protein.
o Autokatalitis, artinya DNA dapat mensintesa dirinya sendiri.

Gambar replikasi DNA


Proses replikasi DNA
Pertama adanya replication origin, kemudian pembukaan
local DNA helix dan adanya RNA primer synthesis. Replikasi:> ORC
menempel pada ACS (ORI) :> sehingga pilinan membuka dengan
bantuan helikase. Helikase akan menempel untuk membuka pilinan
(helix). DNA double helix (bentuk terpilin). Untuk mereplikasi bila
bentuknya terpilin tidak akan pernah bisa sehingga perlu dibuka
pilinannya. Bila membuka pilinan pada salah satu ujung maka ujung
yang lain akan semakin kuat pilinannya sehingga perlu daerah
tertentu yang dipotong untuk membuka pilinan tesebut yang
dilakukan oleh helikase. Perlu DNA primase untuk membuat RNA

primer sintesis, karena DNA polymerase tidak bisa mensintesis


tanpa ada primer.
Kemudian terjadi proses replikasi. Karena arah DNA anti
parallel maka perlu Leading-strand dan lagging strand. Dari ORI
didapatkan 2 replication fork.
Ada ORI dan helikase yang membuka pilinan terus sampai
terbentuk replication bubble.
Proses replikasi yang di perlukan utama:
1. ORI
2. Helikase
3. Replication bubble
Selanjutnya perlu primase untuk membuka primary. Merah
RNA, Biru DNA. Bubble semakin besar, replikasi berlanjut dan 1
ORI akan membentuk 2 replication fork.
Replication fork pada plasmid
Terdapat 2 parental strand (run occusite direction) yang
bersifat antiparalel: 5-3 dan 3-5. DNA polymerase hanya
mensintesis/mempolimerasi dari arah 5-3. Satu strain bisa secara
kontinyu disintesis yaitu yang 5-3 (leading strain). Sementara yang
3-5 tidak bisa dibentuk, tetapi tetap harus dibentuk dengan 5-3,
sehingga perlu satu strain yang terbentuk dari small discontinue
peaces yang disebut sebagai lagging strain. Small peaces disebut
okazaki fragmen.
Pada leading strand karena arahnya sudah dari 5-3 maka
tinggal menambah saja. Sedangkan pasangannya (lagging strain)
karena arahnya 3-5 maka hanya diam, tetapi pada titik tertentu
akan ditambahkan primase lagi dan akan mensintesis lagi dari arah
5-3 (okazaki fragmen: fragmen2 potongan kecil yang terjadi pada
saat replikasi pada lagging strain)-> Pada lagging strand arahnya
dari 3-5
Okazaki fragment: fragment potongan kecil pada saat
replikasi yang terjadi pada lagging strand template. Yang terjadi pd

Okazaki fragment (OF): kita punya RNA primer sehingga di OF ada


RNA-DNA hybrid. Tetapi RNA harus dibuang oleh RNase H. Setelah
itu untuk menggantikan RNA dibutuhkan polymerase delta (delta)
yang

bisa

bersifat

exonuclease

tetapi

juga

bisa

bersifat

endonuclease, yaitu mereplace atau menempatkan dNTP. Pada saat


RNA dibuang maka akan digantikan dengan DNA polymerase delta
yang baru sampai hilang sama sekali. Tetapi masih belum lengkap
karena masih ada celah sehingga perlu DNA ligase untuk
menempelkan. Akhirnya diperoleh 2 strain yang sama persis.
Protein yang dibutuhkan dalam replication fork yaitu:
Helicase: fungsinya untuk membuka (unwinding) parental DNA
Single-stranded DNA-binding protein: untuk menstabilisasi
unwinding, untuk mencegah DNA yang single-stranded agar
tetap stabil (tidak double straded lagi).
Topoisomerase: untuk memotong (breakage) pada tempattempat tertentu.
DNA Polimerase yang memiliki DNA single-strand binding
protein monomer yang bertugas untuk mencegah supaya DNA
tidak hanya menempel dengan lawannya tetapi juga bisa
membentuk hairpins.
Karena sudah terbuka sehingga ada basa-basa tertentu yang
saling berpasangan sehingga terbentuk hairpins. Supaya tidak
terbentuk hairpins maka didatangkan single strand binding protein
supaya tetap lurus dan tidak berbelok-belok.
Topoisomerase, cirinya memotong DNA pada tempat
tertentu sehingga mudah untuk memutar karena sudah dipotong.
Tugasnya adalah memasangkan kembali DNA yang terpotong.
Protein aksesori :
Brace protein, : Replication factor C (RFC), supaya DNA
polimerasenya menempelnya stabil (tidak mudah terlepas dari
DNA template).

Sliding-clamps protein, supaya kedudukannya stabil dan


tidak goyang2.
Proses pada leading dan lagging strand berlangsung secara
bersamaan, tetapi proses pada lagging bertahap. Ada DNA
polimerase dan sliding clamps. Sintesis terjadi pada leading strand
terlebih dahulu. Pada tahap tertentu DNA primase akan
ditambahkan sehingga clamps-nya datang lagi. Setelah proses
replikasi selesai maka RNA akan segera dibuang digantikan dengan
DNA yang baru.
Perangkat untuk replikasi: DNA polimerasi, brace, clamp,
DNA

helicase,

single-strand

binding

protein,

primase,

topoisomerase.
Setelah direplikasi ujung DNA harus ada telomere (ujung
DNA). Bila tidak ada telomere maka kromosom akan saling
menempel sehingga kromosom tidak 46 tetapi dalam bentuk
gandeng2 (tidak diketahui).
Chromosome end:
Pada lagging strand, di akhir replikasi ujungnya akan
dihilangkan, RNA juga akan dihilangkan, sehingga hasil replikasi
menjadi lebih pendek. Hal ini terjadi karena menggunakan primer
RNA untuk proses replikasi, dan RNA primer setelah replikasi harus
dibuang dan tidak bisa digantikan. Untuk mengatasinya maka
diadakan

telomerase

yang

dibuat

berkali-kali.

(slide

76:

TTGGGGTTGGGTTGGGG). Telomer dibuat oleh enzim telomerase.


Telomer: ujung yang merupakan non coding DNA sehingga kalau
memendek tidak akan menjadi masalah karena tidak mengkode
apapun. Telomer diadakan untuk mengantisipasi pada saat replikasi
karena DNA akan memendek. EXTENDS 3 PRIMARY GENE -->
TELOMERE, dan enzim yang membuatnya : telomerase. Semua sel
selain stem sel tidak punya telomere. Pada saat sel replikasi maka
akan selalu memendek. Sampai pada suatu titik tertentu yang
merupakan signal bagi sel untuk berhenti membelah. Karena

kemampuan

sel

untuk

membelah

dibatasi

oleh

panjangnya

telomerase. Pada saat telomere memendek sampai batas tertentu


maka akan memberikan sinyal bagi sel untuk berhenti membelah.
Sedangkan pada stem sel yang memiliki telomerase, maka
kemampuan membelahnya tidak terbatas karena pada saat telomere
habis maka telomerase akan membentuk telomere baru. Hal ini yang
dimanfaatkan oleh sel kanker karena sel kanker memiliki telomerase
sehingga sel kanker dapat terus membelah. Manusia memiliki
kemampuan replikasi sel yang terbatas karena keterbatasan telomere,
shg bila telomere habis sel akan berhenti membelah.
Langkah replikasi DNA secara umum
a) Enzim Helikase akan memutus ikatan double heliksa pada
DNA
b) Melekatnya Single starand binding protein pada kedua
rantai DNA untuk mencegah menyatu kembali.
c) Pada leading strand, jalan replikase searah dengan enzim
helikase dan biasa berjalan dari rantai 5 ke 3. DNA
Polimerase III hanya dapat berjalan ketika mulai dari 5
ke 3. Maka dari itu pada leading strand langsung
dibentuk DNA oleh enzim ini
d) Tetapi pada lagging strand,DNA Polimerase III tidak dapat
bekerja karena jalan yang tersedia dari 3 ke 5. Maka dari
itu DNA Polimerase III membutuhkan RNA Primase untuk
menjembatani.
e) Selanjutnya hasil dari RNA Primase akan diubah menjadi
DNA oleh DNA Polimerase I.
f) Selain itu pada lagging strand ini terdapat potongan kecil
yang biasa disebut Okazaki Fragmen. Karena ada celah
celah

antar

DNA

maka

Enzim

menyambung celah-celah tersebut.

Ligase

bertugas

E. MUTASI
Mutasi berasal dari kata Mutatus (bahasa latin) yang artinya
adalah perubahan. mutasi didefenisikan sebagai perubahan materi
genetic

(DNA)

yang

dapat

diwariskan

secara

genetis

keketurunannya. Istilah mutasi petama kali digunakan oleh Hugo


de Vries, untuk mengemukakan adanya perubahan fenotipe yang
mendadak

pada bunga Oenothera lamarckiana

dan bersifat

menurun. Ternyata perubahan tersebut terjadi karena adanya


penyimpangan dari kromosomnya. Seth wright juga melaporkan
peristiwa mutasi pada domba jenis Ancon yang berkaki pendek dan
bersifat menurun. Penelitian ilmiah tentang mutasi dilakukan pula
oleh

Morgan

(1910)

dengan

menggunakan

Drosophila

melanogaster (lalat buah). Akhirnya murid Morgan yang bernama


Herman Yoseph Muller berhasil dalam percobaannya terhadap lalat

buah, yaitu menemukan mutasi buatan dengan menggunakan sinar


X (Anonim, 2009).
Mutasi adalah perubahan pada materi genetik suatu
makhluk yang terjadi secara tiba-tiba, acak, dan merupakan dasar
bagi sumber variasi organisme hidup yang bersifat terwariskan
(heritable). Mutasi juga dapat diartikan sebagai perubahan
struktural atau komposisi genom suatu jasad yang dapat terjadi
karena faktor luar (mutagen) atau karena kesalahan replikasi.
Peristiwa terjadinya mutasi disebut mutagenesis. Makhluk hidup
yang mengalami mutasi disebut mutan dan factor penyebab mutasi
disebut mutagen (mutagenic agent). Perubahan urutan nukleotida
yang menyebabkan protein yang dihasilkan tidak dapat berfungsi
baik dalam sel dan sel tidak mampu mentolerir inaktifnya protein
tersebut, maka akan menyebabkan kematian (lethal mutation).
Mutasi dapat mempengaruhi DNA maupun kromosom. DNA dapat
dipengaruhi pada saat sintesis DNA (replikasi). Pada saat tersebut
factor mutagenic mempengarugi pasangan basa nukleutida
sehingga tidak berpasangan dengan basa nukleutida yang
seharusnya (mismatch). Misalnya triplet DNA cetakan adalah TTA.
Namun karena adanya mutagen menyebabkan DNA polymerase
memasangkan A dengan C, bukan dengan T .
Jenis Mutasi Berdasarkan Tempat Terjadinya
1.

Mutasi gametik
Perubahan yang terjadi pada sel gamet. Bersifat heritable atau dapat
diturunkan.

2.

Mutasi somatic
Perubahan yang terjadi pada sel-sel soma. Tidak bersifat heritable atau
tidak dapat diturunkan.

Jenis Mutasi Berdasarkan Tingkatannya


1.

Mutasi genetik (mutasi titik)


Mutasi akibat perubahan urutan basa DNA atau perubahan nukleotida.
Dibagi menjadi:

a. Perubahan macam basa nitrogen


Transisi
Yaitu pergantian (substitusi) oleh basa sejenis. Contoh: adenine
diganti dengan guanine.
Transversi
Yaitu pergantian (substitusi) oleh basa tidak sejenis, purin
diganti dengan pirimidin atau pun sebaliknya. Contoh: adenine
doganti dengan sitosin.
b. Perubahan letak basa nitrogen
Contoh: urutan basa DNA mula mula AAC-CGC-TTC. Karena
suatu hal C dan G saling bertukar tempat sehingga menjadi AACGCC-TTC. Perubahan ini mengakibatkan perubahan kodon.
c. Perubahan jumlah nukleotida
Atau disebut juga dengan pergeseran rangka, karena:

Penambahan (adisi) satu atau beberapa basa.

Penguarangan (delesi) satu atau beberapa basa.

Pada mutasi titik dikenal beberapa penggolongan sebagai berikut:


a.

Silent Mutation
Jenis mutasi tidak mengubah protein yang akan diproduksi.
Contoh: CGC berubah menjadi CGA, protein yang dihasilkan
tetap Arginin.

b.

Missense Mutation
Jenis mutasi yang menyebabkan protein yang dihasilkan
berbeda. Contoh: CGC (arginin) berubah menjadi GGC(glisin).

c.

Nonsense Mutation
Jenis mutasi yang menyebabkan terkodenya kodon stop.
Contoh: UGU (sistein) berubah menjadi UGA (stop).

2.
a.

Mutasi kromosom
Perubahan struktur kromosom
Delesi
Disebut juga dengan defisiensi kromosom.

Duplikasi

Inverse

Translokasi

b. Perubahan jumlah kromosom


Perubahan jumlah kromosom dapat terjadi karena kesalahan pada
proses mitosis dan meiosis. Pristiwanya dapat berlangsung melalui
pindah silang, gagal berpisah atau melalui rekombinasi DNA. Dibagi
menjadi:
Euploidi
Perubahan yang meliputi seperangkat genom (seluruh set kromosom).
Hasil merupakan kelipatan dari set kromosom haploidnya.
Monoploidi
Mempunyai satu perangkat kromosom (n). Contoh: lebah madu
jantan hasil parthenogenesis.
Diploidi
Memiliki dua perangkat kromosom (2n). Contoh: pada organisme
eukariot.
Poliploidi
Mempunyai lebih dari 2 perangkat kromosom (3n, 4n, dst). Contoh
: organisme triploid dan teraploid.
Aneuploidi
Memiliki jumlah kromosom lebih banyak atau lebih sedikit
dibandingkan dengan jumlah kromosom diploidnya.
Nulisomik (2n-2)

Kehilangan 2 kromosom homolog dalam sel-selnya.


Monosomik (2n-1)
Kehilangan satu kromosom dari perangkat kromosom homolognya.
Contoh: Sindrom Turner (45, XO atau 44A+X)
Trisomik (2n+1)
Memiliki kelebihan satu kromosom. Contoh:
- Sindrom Klinefelter (47, XXY atau 44A+XXY)
- Sindrom Jacobs (47, XYY atau 44A+XYY)
- Wanita Super (47, XXX atau 44A+XXX)
- Sindrom patau (trisomik pada kromosom 13)
- Sindrom Edward (trisomik pada kromosom 18)
- Sindrom down (trisomik pada kromosom 21)
Tertrasomik (2n+2)
Memiliki kelebihan 2 kromosom sejenis.

Penyebab Mutasi
1. Alami
- Sinar cosmis
- Radiasi
- Sinar radioaktif
2. Buatan
- Bahan kimia: gas metan, asam dan basa kuat, pestisida, dan
kolkisin.
- Fisika: sinar X, sinar gamma, sinar Ultraviolet, dan suhu tinggi.
- Biologi: virus
Jenis-jenis Mutasi
1.

Menurut Kejadiannya Mutasi dapat terjadi secara spontan


(spontaneous mutation) dan juga dapat terjadi melalui induksi
(induced mutation).
Mutasi spontan adalah mutasi (perubahan materi genetik)
yang terjadi akibat adanya sesuatu pengaruh yang tidak

jelas, baik dari lingkungan luar maupun dari internal


organisme itu sendiri.
Mutasi terinduksi adalah mutasi yang terjadi akibat paparan
dari sesuatu yang jelas, misalnya paparan sinar UV. Secara
mendasar tidak terdapat perbedaan antara mutasi yang
terjadi secara alami dan mutasi hasil induksi.
2.

Berdasarkan Sel yang Bermutasi Berdasarkan jenis sel yang


mengalami mutasi, mutasi dibedakan atas mutasi somatik dan
mutasi gametik atau germinal.
Mutasi somatik adalah mutasi yang terjadi pada sel-sel
somatik. Sedangkan mutasi gametik atau germinal adalah
mutasi yang terjadi pada sel gamet. Mutasi somatik dapat
diturunkan dan dapat pula tidak diturunkan.
Mutasi gametik, karena terjadinya di sel gamet, maka akan
diwariskan oleh keturunannya. 3.Berdasarkan Bagian yang
Bermutasi Berdasarkan bagian yang bermutasi, mutasi
dibedakan menjadi mutasi DNA, mutasi gen dan mutasi
kromosom.

Mutasi DNA
1.

Mutasi DNA terdiri atas:Mutasi transisi, yaitu suatu pergantian


basa purin dengan basa purin lain atau pergantian basa
pirimidin dengan basa pirimidin lain; atau disebut juga
pergantian suatu pasangan basa purin-pirimidin dengan
pasangan

purin-pirimidin

lain.

Misalnya:

ATàGS,

GSàAT, SGàTA. Seperti pada gambar di bawah


ini
2.

Mutasi tranversi, yaitu suatu pergantian antara purin dengan


pirimidin pada posisi yang sama. Seperti tampak pada gambar
di bawah ini

3.

Insersi, yaitu penambahan satu atau lebih pasangan nukleotida


pada suatu gen. seperti tampak pada gambar di bawah ini:

4.

Delesi, yaitu pengurangan satu atau lebih pasangan nukleotida


pada suatu gen. seperti tampak pada gambar di bawah ini:

Mutasi Gen
Mutasi gen merupakan perubahan yang terjadi pada
nukleutida DNA yang membawa “pesan” suatu gen
tertentu. Mutasi gen pada dasarnya merupakan mutasi titik. Mutasi
titik (point mutation) merupakan perubahan kimiawi pada satu
atau beberapa pasangan basa dalam satu gen tunggal. Mutasi gen
adalah mutasi yang terjadi dalam lingkup gen. Peristiwa yang
terjadi pada mutasi gen adalah perubahan urutan-urutan DNA.
Jenis-jenis mutasi gen adalah sebagai berikut:
1.

Mutasi salah arti (missens mutation), yaitu perubahan suatu


kode genetic (umumnya pada posisi 1 dan 2 pada kodon)
sehingga menyebabkan asam amino terkait (pada polipeptida)
berubah. Perubahan pada asam amino dapat menghasilkan
fenotip mutan apabila asam amino yang berubah merupakan
asam amino esensial bagi protein tersebut. Jenis mutasi ini
dapat disebabkan oleh peristiwa transisi dan tranversi.

2.

Mutasi diam (silent mutation), yaitu perubahan suatu pasangan


basa dalam gen (pada posisi 3 kodon) yang menimbulkan
perubahan satu kode genetik tetapi tidak mengakibatkan
perubahan atau pergantian asam amino yang dikode. Mutasi
diam biasanya disebabkan karena terjadinya mutasi transisi
dan tranversi. Mutasi tanpa arti (nonsense mutation), yaitu

perubahan kodon asam amino tertentu menjadi kodon stop.


Hampir semua mutasi tanpa arti mengarah pada inaktifnya
suatu protein sehingga menghasilkan fenotip mutan. Mutasi ini
dapat terjadi baik oleh tranversi, transisi, delesi, maupun
insersi.
3.

Mutasi perubahan rangka baca (frameshift mutation), yaitu


mutasi yang terjadi karena delesi atau insersi satu atau lebih
pasang basa dalam satu gen sehingga ribosom membaca kodon
tidak lengkap. Akibatnya akan menghasilkan fenotip mutan.

Mutasi kromosom
Mutasi kromosom yaitu mutasi yang disebabkan karena
perubahan struktur kromosom atau perubahan jumlah kromosom.
Istilah mutasi pada umumnya digunakan untuk perubahan gen,
sedangkan perubahan kromosom yang dapat diamati dikenal
sebagai variasi kromosom atau mutasi besar/ gross mutation atau
aberasi. Mutasi kromosom sering terjadi karena kesalahan pada
meiosis maupun pada mitosis.
Pada prinsipnya, mutasi kromosom digolongkan rnenjadi
dua, yaitu sebagai berikut. 1. Mutasi Komosom Akibat Perubahan
Jumlah Kromosom Mutasi kromosom yang terjadi karena
perubahan jumlah kromosom (ploid) melibatkan kehilangan atau
penambahan perangkat kromosom (genom) disebut euploid,
sedang yang hanva terjadi pada salah satu kromosom dari genorn
disebut aneuploid. Euploid (eu = benar; ploid = unit) Yaitu jenis
mutasi dimana terjadi perubahan pada jumlah n. Makhluk hidup
yang terjadi dari perkembangbiakan secara kawin, pada umumnya
bersifat diploid, memiliki 2 perangkat kromosom atau 2 genom
pada sel somatisnya (2n kromosom). Organismee yang kehilangan I
set kromosomnya sehingga memiliki satu genom atau satu
perangkat kromosom (n kromosom) dalam sel somatisnya disebut
monoploid. Sedang organisme yang memiliki lebih dari dua genom
disebut poliploid. Mutasi poliploid ada dua, yaitu (1) autopoliploid

yang terjadi akibat n-nya mengganda sendiri karena kesalahan


meiosis dan terjadi pada krornosom homolog, misalnya semangka
tak berbiji; dan (2) alopoIiploid yang terjadi karena perkawinan
atau hybrid antara spesies yang berbeda jumlah set kromosomnya
dan

terjadi

pada

kromosom

non

homolog,

misalnya

Rhaphanobrassica (akar seperti kol, daun mirip lobak). Aneuploid


(an = tidak; eu = benar; Ploid = Unit) Yaitu jenis mutasi dimana
terjadi perubahan jumlah kromosom. Mutasi kromosom ini tidak
melibatkan seluruh genom yang berubah, rnelainkan hanya terjadi
pada salah satu kromosom dari genom. Mutasi ini disebut juga
dengan istilah aneusomik.
Penyebab mutasi ini adalah anafase lag (peristiwa tidak
melekatnya

benang-benang

spindle

ke

sentromer)

dan

nondisjunction (gagal berpisal). Macam-macam aneusomik antara


lain sebagai berikut. monosomik (2n-1); yaitu mutasi karena
kekurangan satu kromosom, misalnya Sindrom Turner pada
manusia dimana jumlah kromosomnya 45 dan kehilangan 1
kromosom kelamin (22AA+X0). nullisomik (2n-2); yaitu mutasi
karena kekurangan dua kromosom trisomik (2n + 1); yaitu mutasi
karena kelebihan satu kromosom, misalnya Sindrom Klinefelter
pada manusia dengan kariotipe 22AA+XXY dan Sindrom Jacobs
(22AA+XYY). tetrasomik (2n * 2); yaitu mutasi karena kelebihan
dua kromosom. 2.
Mutasi Kromosom Akibat Perubahan Struktur Kromosom
Mutasi karena perubahan struktur kromosom atau kerusakan
bentuk kromosom disebut juga dengan istilah aberasi. Macammacam aberasi dapat dijelaskan sebagai berikut.

Delesi atau

defisiensi Delesi adalah mutasi karena kekurangan segmen


kromosom. Penghilangan dapat terjadi pada segmen panjang
lengan kromosom seperti yang dilaporkan pada tanaman gandum.
Tergantung pada gen dan tingkat ploidi, defisiensi dapat
menyebabkan kematian, separuh kematian, atau menurunkan

viabilitas. Pada tanaman defisiensi yang ditimbulkan oleh


perlakuan bahan mutagen (radiasi) sering ditunjukkan dengan
munculnya mutasi klorofil. Kejadian mutasi klorofil biasanya dapat
diamati pada stadia muda (seedling stag), yaitu dengan adanya
perubahan warna pada daun tanaman.
Macam-macam delesi antara lain: Delesi terminal; ialah
delesi yang kehilangan ujung segmen kromosom. Delesi intertitial;
ialah delesi yang kehilangan bagian tengah kromosom Delesi cincin;
ialah delesi yang kehilangan segmen kromosom sehingga
berbentuk lingkaran seperti cincin. Delesi loop; ialah delesi cincin
yang membentuk lengkungan pada kromosom lainnya. Duplikasi
Mutasi karena kelebihan segmen kromosom. Mutasi ini terjadi pada
waktu meiosis, sehingga memungkinkan adanya kromosom lain
(homolognya) yang tetap normal. Duplikasi menampilkan cara
peningkatan jumlah gen pada kondisi diploid. Dulikasi dapat terjadi
melalui beberapa cara seperti: pematahan kromosom yang
kemudian

diikuti

dengan

transposisi

segmen

yang patah,

penyimpangan dari mekanisme crossing-over pada meiosis (fase


pembelahan sel), rekombinasi kromosom saat terjadi translokasi,
sebagai konsekuensi dari inversi heterosigot, dan sebagai
konsekuensi dari perlakuan bahan mutagen. Beberapa kejadian
duplikasi telah dilaporkan dapat miningkatkan viabilitas tanaman.
Pengaruh radiasi terhadap duplikasi kromosom telah banyak
dipelajari pada bermacam jenis tanaman seperti jagung, kapas, dan
barley.
Translokasi
Translokasi ialah mutasi yang mengalami pertukaran
segmen kromosom ke kromosom non homolog.

Macam-macam translokasi antara lain sebagai berikut.


1.

Translokasi homozigot (resiprok) Translokasi homo zigot ialah


translokasi yang mengalami pertukaran segmen kedua
kromosom homolog dengan segmen kedua kromosom non
homolog.

2.

Translokasi heterozigot (non resiprok) Translokasi heterozigot


ialah translokasi yang hanya mengalami pertukaran satu
segmen kromosom ke satu segmen kromosom nonhomolog.

3.

Translokasi Robertson Translokasi Robertson ialah translokasi


yang terjadi karena penggabungan dua kromosom akrosentrik
menjadi satu kromosom metasentrik, maka disebut juga fusion
(penggabungan). Translokasi terjadi apabila dua benang
kromosom patah setelah terkena energi radiasi, kemudian
patahan benang kromosom bergabung kembali dengan cara
baru. Patahan kromosom yang satu berpindah atau bertukar
pada kromosom yang lain sehingga terbentuk kromosom baru
yang berbeda dengan kromosom aslinya. Translokasi dapat
terjadi baik di dalam satu kromosom (intrachromosome)
maupun antar kromosom (interchromosome). Translokasi
sering mengarah pada ketidakseimbangan gamet sehingga
dapat

menyebabkan

kemandulan

(sterility)

karena

terbentuknya chromatids dengan duplikasi dan penghapusan.

Alhasil, pemasangan dan pemisahan gamet jadi tidak teratur


sehingga kondisi ini menyebabkan terbentuknya tanaman
aneuploidi. Translokasi dilaporkan telah terjadi pada tanaman
Aegilops

umbellulata

dan

Triticum

aestivum

yang

menghasilkan mutan tanaman tahan penyakit.


4.

Inversi Inversi ialah mutasi yang mengalami perubahan letak


gen-gen, karena selama meiosis kromosom terpilin dan terjadi
kiasma. Inversi terjadi karena kromosom patah dua kali secara
simultan setelah terkena energi radiasi dan segmen yang patah
tersebut berotasi 180o dan menyatu kembali. Kejadian bila
centromere berada pada bagian kromosom yang terinversi
disebut pericentric, sedangkan bila centromere berada di luar
kromosom

yang terinversi

disebut paracentric.

Inversi

pericentric berhubungan dengan duplikasi atau penghapusan


chromatid yang dapat menyebabkan aborsi gamet atau
pengurangan frequensi rekombinasi gamet. Perubahan ini akan
ditandai dengan adanya aborsi tepung sari atau biji tanaman,
seperti dilaporkan terjadi pada tanaman jagung dan barley.
Inversi dapat terjadi secara spontan atau diinduksi dengan
bahan mutagen, dan dilaporkan bahwa sterilitas biji tanaman
heterosigot dijumpai lebih rendah pada kejadian inversi
daripada translokasi. Macam-macam inversi antara lain sebagai
berikut.
Inversi parasentrik; teriadi pada kromosom yang tidak
bersentromer.
lnversi

perisentrik;

terjadi

pada

kromosom

yang

bersentromer.
5.

Isokromosom lsokromosom ialah mutasi kromosom yang


terjadi

pada

sentromernya

waktu

menduplikasikan

mengalami

perubahan

diri,

pembelahan

arah

pembelahan

sehingga terbentuklah dua kromosom yang masing –


masing berlengan identik (sama). Dilihat dari pembelahan

sentromer maka isokromosom disebut juga fision, jadi


peristiwanya

berlawanan

dengan

translokasi

Robertson

(fusion) yang mengalami penggabungan.


6.

Katenasi Katenasi ialah mutasi kromosom yang terjadi pada


dua kromosom non homolog yang pada waktu membelah
menjadi empat kromosom, salinq bertemu ujung-ujungnya
sehingga membentuk lingkaran. B.

Penyebab Mutasi

(Mutagen) Penyebab mutasi dalam lingkungan dapat bersifat


fisik, kimia, dan biologis. Mutagen Fisik Penyebab mutasi dalam
lingkungan yang bersifat fisik adalah radiasi dan suhu. Radiasi
sebagai penyebab mutasi dibedakan menjadi radiasi pengion
dan radiasi bukan pengion. Radiasi pengion adalah radiasi
berenergi tinggi sedangkan radiasi bukan pengion adalah
radiasi berenergi rendah. Contoh radiasi pengion adalah radiasi
sinar X, sinar gamma, radiasi sinar kosmik. Contoh radiasi
bukan pengion adalah radiasi sinar UV. Radiasi pengion mampu
menembus jaringan atau tubuh makhluk hidup karena
berenergi tinggi. Sementara radiasi bukan pengion hanya dapat
menembus lapisan sel-sel permukaan karena berenergi rendah.
Radiasi sinar tersebut akan menyebabkan perpindahan
elektron-elektron ke tingkat energi yang lebih tinggi. Ataomataom yang memiliki elektron-elektron sedemikian dinyatakan
tereksitasi atau tergiatkan. Molekul-molekul yang mengandung
atom yang berada dalam keadaan tereksitasi maupun
terionisasi secara kimiawi lebih reaktif daripada molekul yang
memiliki atom-atom yang berada dalam kondisi stabil.
Raktivitas yang meningkat tersebut mengundang terjadinya
sejumlah reaksi kimia, terutama mutasi. Radiasi pengion dapat
menyebabkan

terjadinya

mutasi

gen

dan

pemutusan

kromosom yang berakibat delesi, duplikasi, insersi, translokasi


serta fragmentasi kromosom umumnya. 2. Mutagen Kimiawi
Penyebab mutasi dalam lingkungan yang bersifat kimiawi

disebut juga mutagen kimiawi. Mutagen-mutagen kimiawi


tersebut dapat dipilah menjadi 3 kelompok, yaitu analog basa,
agen pengubah basa dan agen penyela. Senyawa yang
merupakan contoh analog basa adalah 5-Bromourasil (5 BU). 5BU adalah analog timin. Dalam hubungan ini posisi karbon ke-5
ditempati oleh gugus brom padahal posisi itu sebelumnya
ditempati oleh gugus metil. Keberadaan gugus brom mengubah
distribusi muatan serta meningkatkan peluang terjadinya
tautomerik. Senyawa yang tergolong agen pengubah basa
adalah mutagen yang secara langsung mengubah struktur
maupun sifat kimia dari basa, yang termasuk kelompok ini
adalah agen deaminasi, agen hidroksilasi serta agen alkilasi.
Perlakuan dengan asam nitrit, misalnya, terhadap sitosin akan
menghasilkan urasil yang berpasangan dengan adenin sehingga
terjadi mutasi dari pasangan basa S-G menjadi T-A. Agen
hidroksilasi adalah mutagen hydroxammin yang bereaksi
khusus dengan sitosin dan menguabhnya sehingga sitosisn
hanya dapat berpasangan dengan adenin. Sebagai akibatnya
terjadi mutasi dari SG menjadi TA.agen alkilasi mengintroduksi
gugus alkil ke dalam basa pada sejumlah posisi sehingga
menyebabkan perubahan basa yang akibatnya akan terbentuk
pasangan basa yang tidak lazim. Senyawa yang tergolong agen
interkalasi akan melakukan insersi antara basa-basa yang
berdekatan pada sati atau kedua unting DNA. Contoh agen
interkalasi adalah proflavin, aeridine, ethidium bromide, dioxin
dan ICR-70.
Perbedaan gen, DNA, kromosom
Gen

Gen struktural

: gen yang bertanggung jawab

terhadap pembentukan protein tertentu

Gen kontrol : gen yang mengatur gen struktural

Kromosom : asam nukleat yang merupakan tempat


penyimpanan informasi genetik. Kromosom dibuat oleh
DNA dan protein.
DNA adalah kode genetik untuk struktur dan fungsi sel.
Tipe kromosom :
Autosom, ialah kromosom yang tiada hubungannya
dengan penentuan jenis kelamin atau dikenal dengan
kromosom tubuh. Dari 46 kromosom di dalam inti sel
tubuh manusia, maka yang 44 buah atau 22 pasang
merupakan autosom. Penulisan autosom dilambangkan
dengan huruf A, sehingga penulisannya 44A atau 22AA
Gonosom, ialah sepasang kromosom yang menentukan
jenis kelamin. Seks kromosom dibedakan atas 2
macam, yaitu kromosom-X dan kromosom-Y. Umumnya
gonosom X menentukan jenis kelamin betina dan
gonosom Y menentukan jenis kelamin jantan.Susunan
gonosom wanita XX dan susunan gonosom pria
XY.Sehingga penulisannya untuk sel gamet pria 22A+X
dan untuk sel gamet wanita 22A+Y.
Berdasarkan letak sentromer, kromosom dibagi menjadi:

1)

Telosentrik : sentromer terletak di ujung kromosom


sehingga kromosom hanya memiliki sebuah lengan dan
berbentuk seperti huruf I. Kromosom manusia tidak ada
yang berbentuk telosentrik.

2)

Akrosentrik : sentromer terletak di dekat ujung


kromosom (hampir ke ujung lengan kromosom). Satu
lengan kromosom sangat panjang, sedangkan lengan
lainnya sangat pendek.

3)

Submetasentrik : sentromer terletak di submedian


(ke arah salah satu ujung kromosom) dan membagi
lengan kromosom menjadi dua lengan yang tidak sama
panjang. Satu lengan panjang dan satu lengan pendek,
seperti huruf L.

4)

Metasentrik : sentromer terletak di tengah, membagi


lengan kromosom menjadi dua lengan yang hampir
sama panjang seperti huruf V

Anda mungkin juga menyukai