Oleh:
Kelompok 2
1. Adi Saputro
2. Dalatun Nikmah
3. Mista Sulfi M.D
4.Itkon Sahara
5. Fajarudin
6. Oki Dwi Lestari
7. Oktaviana D.A
8. Reni Aris Hidayati
9. Ula Wijayanti
10.Diana Hadianti
Nama
11.Wahyudi
12.Wahyu Purwantoro
13.Oki Dwi Susanti
14.Elsa Nandha Prahesti
15.Lila Amaliya
16.Herwana Haji Sujoko
17.Nur Widhiastutik
18.Siti Nur Afifah
19.Riung Firdaus
20.Afif Maulan S.
Fasilitator:
M. Robeth Rohmawan S.Kep, Ns
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat serta hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan
pneumonia aspirasi.
Tujuan dari penulisan makalah ini, agar kita dapat lebih mudah memahami tentang
Asuhan Keperawatan Perikarditis.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan terima kasih kepada pihakpihak yang membantu dalam menyelesaikan tugas ini, khususnya kepada :
1. PembimbingmatakuliahRespiratory System
2. Teman-temankelompok2 semester 3B
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna.
Untuk itu, kami menerima saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan
kearah kesempurnaan.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca
umumnya.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman sampul...............................................................................................................
Kata Pengantar.................................................................................................................. ii
Daftar Isi............................................................................................................................ iii
BAB IPENDAHULUAN................................................................................................. 1
1.1 LatarBelakang.............................................................................................. 1
2
2
3
3
3
4
4
19
19
20
20
21
22
23
31
31
31
32
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pneumonia adalah penyakit umum di semua bagian dunia. Ini adalah penyebab
utama kematian di antara semua kelompok umur. Pada anak-anak, banyak dari kematian
ini terjadi pada masa neonatus. WHO (World Health Organization) sejak tahun 1961
menyatakan bahwa semua bayi baru lahir yang berat badannya kurang atau sama dengan
2500 gram disebut low birth weight infant (bayi berat badan lahir rendah, BBLR). Definisi
WHO tersebut dapat disimpulkan secara ringkas sebagai bayi berat badan lahir rendah
adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang atau sama dengan 2500 gram (Asrining,
2003).selain itu Organisasi Kesehatan Dunia juga memperkirakan bahwa satu dari tiga
kematian bayi baru lahir disebabkan pneumonia.
Insiden Pneumonia neonatal diperkirakan 1% pada bayi cukup bulan, 10% pada bayi
kurang bulan, serta kejadian meningkat pada neonates yang dirawat di NICU.Dalam
laporan WHO dikemukakan bahwa di Asia Tenggara, 20 35 % bayi yang dilahirkan
terdiri dari BBLR dan 70 80% dari kematian neonatus terjadi pada bayi kurang bulan dan
akibat saluran pernafasan (WHO). Angka kejadian di Indonesia sangat bervariasi antara
satu daerah dengan daerah lain antara 9 30%. Secara nasional berdasarkan analisa lanjut
Survey Dinas Kesehatan Indonesia (SDKI), angka BBLR sekitar 7,5%. Angka ini lebih
besar dari pencapaian penurunan BBLR yang ditetapkan pada sasaran program perbaikan
gizi menuju Indonesia Sehat 2010 yakni maksimal 7% (Cahyani, 2010).
Pneumonia dapat terjadi pada orang normal tanpa kelainan iminitas yang jelas.
Namun pada kebanyakan pasien dewasa yang menderita pneumonia didapati adanya satu
atau lebih penyakit dasar yang mengganggu daya tahan tubuh. Selain itu Faktor sosial
ekonomi yang rendah mempertinggi angka kematian. Gejala Pneumonia serta gambaran
hasil ronsen memperlihatkan kepadatanpada bagian paru Kepadatan terjadi karena paru
dipenuhi sel radang dan cairan yang sebenarnya merupakan reaksi tubuh untuk mematikan
kuman. Tapi akibatnya fungsi paru terganggu, penderita mengalami kesulitan bernapas,
karena tak tersisa ruang untuk oksigen. Pneumonia yang ada di masyarakat umumnya,
disebabkan oleh bakteri, virus atau mikoplasma
1
Insidens yang tinggi dari pneumonia nosokomial merupakan masalah yang sering
terjadi di rumah sakit. Strategi dalam penanggulangan pneumonia adalah penemuan dini
dan tata laksana anak batuk dan tau kesukaran bernapas yang tepat.Sejak 1990 Departemen
Kesehatan telah mengadaptasi, menggunakan dan menyebarluaskan pedoman tata laksana
pneumonia Balita yang bertujuan untuk menurunkan angka kematian Balita karena
Pneumonia.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan hal-hal di atas, rumusan masalah yang dapat dipecahkan adalah
sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kasus
Di sebuah rumah bersalin bayi lahir secara spontan pervagina dengan BBL 2,3 kg
.Saat bayi lahir tidak menangis ,bayi tidak bisa nafas secara spontan dan tidak teratur
.Hasil pemeriksaan sementara terjadi kebiruan di ekstermitas ,denyut nadi kurang dari
100x/menit .Reflek irtabilitas negative ,tonus otot lunglai ,warna kulit kebiruan ,reflek
jalan nafas saat diperiksa lemah .Melihat keadaan tersebut ,perawat segera melakukan
mengeringkan bayi dari cairan ketuban dan lemak ,meletakkan kepala lebih rendah dari
pada bayi ,pembersihan jalan nafas menggunakan sinar lampu untuk pemanasan luar dan
memberikan oksigen pada bayi .
2.2 Hasil Diskusi Hari Pertama
Kata kata sulit
Otot tonus
Pervaginam
Reflek irtabilitas
sungsang
: kemampuan otot berkontraksi terhadap respon
rangsangan
: cairan yang terdapat dalam ruangan yangmeliputi
Postmatur
selaput janin
: persalinan dari kehamilan yang melewati 294 hari
Sianosis
atau 42 minggu .
: warna kulit yang kebiruan karena kandungan
Retraksi sternal
3
2.3 Hasil Diskusi Hari Kedua
Dari hasil diskusi hari pertama didapatkan beberapa masalah diantaranya:
1) Atelektasis
2) Asfiksia Neonatorum
3) Pneumonia Aspirasi
4) Syndrom Aspirasi Mekonium
5) Brocopneumonia
2.4 Hasil Diskusi Hari Ketiga
A. Atelektasis
1. Pengertian
Kamus
Kedokteran
(Ed,2005)
menjelaskan
bahwa
atelektaksis
adalah
2.Etiologi
1. Atelektasis Bawaan
Sering ditemukan pada bayi yang ditemukan mati atau bayi yang mati segera
setelah lahir jika sebelum sempat terjadi tangis yang pertama. Atelektasis bawaan yang
primer sering dijumpai pada otopsi bayi premature, diduga penyebabnya adalah karena
jaringan paru atau diafragma atau otot pernafasan yang belum matur.
2. Atelektasis Didapat
Atelectasis ini relative sering terjadi pada bayi dan anak. Kempis paru dapat terjadi
karena beberapa hal yang sifatnya eksternal (dari luar paru) dan internal (dari dalam paru).
Penyebab eksternal diantaranya ialah:
a. Gangguan pada bentuk dan gerakan dinding toraks, misalnya deformitas pada
tulang rusuk dan tulang punggung, kelainan neuromuscular dan mungkin terjadi
karena pembalut yang terlalu kencang setelah suatu operasi.
4
b. Gangguan pada diafragma, misal karena paralisi saraf frenikus atau karena tekanan
dari rongga abdomen.
c. Gangguan yang langsung mempengaruhi pengembangan paru, misal efusi pleural
pneumotoraks, tumor intra toraks, hernia diafragmatika dan lain-lain
d. Tekanan langsung terhadap bronkus atau alveolus, misalnya karena pembesaran getah
bening, tumor intratoraks dan lain-lain.
Penyebab internal yang utama adalah adanya sumbatan didalam bronkus atau
bronkiolus, antara lain dapat terjadi oleh mukus, jaringan neoplasma jaringan
granulomatous, absesparu, bronchitis menaun dan lain-lain
3. Patofisiologi
Pada saat terjadi sumbatan pada bronkus, udara bagian paru yang bersangkuatan
akan terjebak. Lambat laun udara tersebut akan dihisap oleh aliran darah yang melalui
daerah itu. Cepat lambatnya atau luas tidaknya atelectasis yang terjadi akan tergantung
oleh beberapa hal, misalnya: susunan gas yang ada didalam udara yang terjebak, yaitu
oksigen akan lebih cepat diserap dari pada nitrogen atau helium, ada tidaknya saluran yang
dapat meloloskan udara yang terjebak itu dan kemungkinan yang dapat terjadi adalah
adanya ventilasi korateral sehinga udara dapat lolos melalui pori yang terdapat antara
alveoli atau melalui fistula bronkiolo-alveolar yang terjadi antara daerah atelektasis dengan
daerah paru disekelilingnya yang tak terjadi penyumbatan.
Adanya masa intratoraks dapat menyebabkan terjadinya kempis paru karena
penekanan langsung oleh masa tersebut terhadap paru misal oleh tumor atau saluran
pencernaan yang masuk kedalam rongga toraks karena adanya hernia diafrakmatika atau
eventerasi diafragma. Meningginya tekanan intrapleural dapat pula menyebabkan
terjadinya atelektasis, misal bila terjadi pengumpulan udara, darah, eksudat dan lain lain
dalam rongga pleura.
Kelainan yang dapat menimbulkan kempis paru ialah kelainan yang sifatnya nonobstruktif. Hal yang cukup dikenal karena sering dijumpai pada bayi baru lahir adalah
atelektasis yang disebabkan oleh defek pada lapisan alveoli yang dikenal dengan nama
surfaktan.
5
Dalam keadaan normal, surfaktan sanggup mencegah kempisnya alveoli karena
tegangan permukaan yang diciptakannya dapat mengimbangi perubahan tekanan didalam
alveoli itu sendiri. Kelainan non-obstruktif lain yang dapat menimbulkan atelektasis adalah
kelain neuromuscular, misal kelumpuhan diafragma,otot interkosta dan lain-lain.
Menurut luasnya atelektasis dibagi :
a. Massive atelectase, mengenai satu paru
b.
Gambaran khas yaitu tumor ganas bronkus dengan atelectase lobus superior paru.
3.
4.
sianosis. Pada perkusi redup dan mungkin pula normal bila terjadi emfisema kompensasi.
Pada atelectasis yang luas atau atelectasis yang melibatkan lebih dari 1 lobus , bising nafas
akan melemah atau sama sekali tidak terdengar. Kalau diteliti lebih lanjut biasanya akan
diketahui adanya perbedaan gerak dinding toraks, gerak sela iga dan diafragma. Pada
perkusi mungkin batas jantung dan mediastinum akan bergeser, letak diafragma mungkin
meninggi. Pada anak yang sehat tapi tiba-tiba menderita sesak nafas disertai sianosis, kita
harus waspada terhadap terjadinya atelectasis yang luas atau massif yang disebabkan oleh
penyumbatan salah satu bronkus utama oleh benda asing.Atelektasis dapat terjadi secara
perlahan dan hanya menyebabkan sesak nafas yang ringan.
6
Gejalanya bisa berupa :
1. Gangguan Pernafasan
2. Nyeri Dada
3. Batuk
Jika disertai infeksi, bisa terjadi demam dan peningkatan denyut jantung, kadang-kadang
sampai terjadi syok (tekanan darah sangat rendah).
B. Asfiksia Neonatorum
1. Pengertian
Asfiksia neonatorum adalah kegagalan bernapas secara spontan dan teratur
pada saat lahir atau beberapa saat setelah lahir yang ditandai dengan keadaan PaO2
di dalam darah rendah (hipoksemia), hiperkarbia (Pa CO2 meningkat) dan
asidosis.Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara
spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnya akan
mengalami asfiksia pada saat dilahirkan.
2. Etiologi
Beberapa faktor tertentu diketahui dapat menjadi penyebab terjadinya asfiksia
pada bayi baru lahir, diantaranya adalah faktor ibu, tali pusat clan bayi berikut ini:
7
Penolong persalinan harus mengetahui faktor-faktor resiko yang berpotensi
untuk menimbulkan asfiksia. Apabila ditemukan adanya faktor risiko tersebut maka
hal itu harus dibicarakan dengan ibu dan keluarganya tentang kemungkinan perlunya
tindakan resusitasi.
Akan tetapi, adakalanya faktor risiko menjadi sulit dikenali atau sepengetahuan
penolong tidak dijumpai tetapi asfiksia tetap terjadi. Oleh karena itu, penolong harus
selalu siap melakukan resusitasi bayi pada setiap pertolongan persalinan
3. Patofisiologi
Penyebab asfiksia dapat berasal dari faktor ibu, janin dan plasenta. Adanya
hipoksia dan iskemia jaringan menyebabkan perubahan fungsional dan biokimia pada
janin. Faktor ini yang berperan pada kejadian asfiksia.Beberapa kondisi tertentu pada
ibu hamil dapat menyebabkan gangguan sirkulasi darah uteroplasenter sehingga
pasokan oksigen ke bayi menjadi berkurang. Hipoksia bayi di dalam rahim ditunjukkan
dengan gawat janin yang dapat berlanjut menjadi asfiksia bayi baru lahir.Pernafasan
spontan bayi baru lahir tergantung pada kondisi janin pada masa kehamilan dan
persalinan. Bila terdapat gangguan pertukaran gas atau pengangkutan O2 selama
kehamilan atau persalinan akan terjadi asfiksia yang lebih berat. Keadaan ini akan
mempengaruhi fungsi sel tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian
asfiksia yang terjadi dimulai suatu periode apnu disertai dengan penurunan frekuensi.
Pada penderita asfiksia berat, usaha bernafas tidak tampak dan bayi selanjutnya berada
dalam periode apnue kedua. Pada tingkat ini terjadi bradikardi dan penurunan Tekanan
Darah.Pada asfiksia terjadi pula gangguan metabolisme dan perubahan keseimbangan
asam-basa pada tubuh bayi. Pada tingkat pertama hanya terjadi asidosis respioratorik.
Bila berlanjut dalam tubuh bayi akan terjadi proses metabolisme an aerobic yang berupa
glikolisis glikogen tubuh, sehingga glikogen tubuh terutama pada jantung dan hati akan
berkurang.Pada tingkat selanjutnya akan terjadi perubahan kardiovaskular yang
disebabkan oleh beberapa keadaan diantaranya : Hilangnya sumber glikogen dalam
jantung akan mempengaruhi fungsi jantung. Terjadinya asidosis metabolik yang akan
menimbulkan kelemahan otot jantung. Pengisian udara alveolus yang kurang adekuat
akan mengakibatkan tetap tingginya resistensi pembuluh darah paru sehingga sirkulasi
darah ke paru dan ke sistem sirkulasi tubuh lain akan mengalami gangguan.
8
4. Manifestasi Klinis
Kejang
5. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan fisik :
Nilai Apgar
Skor Apgar dihitung dengan menilai kondisi bayi yang baru lahir menggunakan lima
kriteria sederhana dengan skala nilai nol, satu, dan dua. Kelima nilai kriteria tersebut
kemudian dijumlahkan untuk menghasilkan angka nol hingga 10. Kata Apgar
belakangan dibuatkan jembatan keledai sebagai singkatan dari Appearance, Pulse,
Grimace, Activity, Respiration (warna kulit, denyut jantung, respons refleks, tonus
otot/keaktifan, dan pernapasan), untuk mempermudah menghafal.
9
Kriteria Penilaian Skor Apgar:
Warna
Nilai 0
seluruhnya
kulit
biru
Nilai 1
Nilai 2
e
warna kulit tubuh warna
kulit
tangan
kaki
(akrosianosis)
<100 kali/menit
jantung
Respons
tidak
refleks
respons
lemah
terhadap
distimulasi
napas
stimulasi
lemah/tidak
sedikit gerakan
bergerak aktif
ada meringis/menangis
lemah
teratur
kaki
tidak ada
ada
Pernapasan tidak ada
tubuh,
dan
Denyut
Tonus otot
Akronim
Appearanc
>100 kali/menit
Pulse
meringis/bersin/batuk
Grimace
atau
tidak menangis
Activity
kuat, Respiration
Interpretasi skor
Tes ini umumnya dilakukan pada waktu satu dan lima menit setelah kelahiran, dan dapat
diulangi jika skor masih rendah.
Jumlah
skor
7-10
4-6
Interpretasi
Catatan
Bayi normal
Agak rendah
0-3
Sangat
membantu bernapas.
Memerlukan tindakan medis yang lebih intensif
rendah
10
Jumlah skor rendah pada tes menit pertama dapat menunjukkan bahwa bayi yang baru
lahir ini membutuhkan perhatian medis lebih lanjut tetapi belum tentu mengindikasikan
akan terjadi masalah jangka panjang, khususnya jika terdapat peningkatan skor pada tes
menit kelima. Jika skor Apgar tetap dibawah 3 dalam tes berikutnya (10, 15, atau 30
menit), maka ada risiko bahwa anak tersebut dapat mengalami kerusakan syaraf jangka
panjang. Juga ada risiko kecil tapi signifikan akan kerusakan otak. Namun demikian,
tujuan tes Apgar adalah untuk menentukan dengan cepat apakah bayi yang baru lahir
tersebut membutuhkan penanganan medis segera; dan tidak didisain untuk memberikan
prediksi jangka panjang akan kesehatan bayi tersebut.
Nilai Apgar
Dilakukan pemantauan nilai apgar pada menit ke-1 dan menit ke-5, bila nilai apgar 5
menit masih kurang dari 7 penilaian dilanjutkan tiap 5 menit sampai skor mencapai
7.Nilai Apgar berguna untuk menilai keberhasilan resusitasi bayi baru lahir dan
menentukan prognosis, bukan untuk memulai resusitasikarena resusitasi dimulai 30 detik
setelah lahir bila bayi tidak menangis. (bukan 1 menit seperti penilaian skor Apgar)
Dilakukan pemantauan nilai apgar pada menit ke-1 dan menit ke-5, bila nilai apgar 5
menit masih kurang dari 7 penilaian dilanjutkan tiap 5 menit sampai skor mencapai 7.
Nilai Apgar berguna untuk menilai keberhasilan resusitasi bayi baru lahir dan menentukan
prognosis, bukan untuk memulai resusitasi karena resusitasi dimulai 30 detik setelah lahir
bila bayi tidak menangis. (bukan 1 menit seperti penilaian skor Apgar)
C. PNEUMONIA ASPIRASI
1. Pengertian
Pneumonia adalah infeksi saluran napas bagian bawah. Penyakit ini
adalahinfeksi akut jaringan paru oleh mikroorganisme ( Corwin, 2000 ).Pneumonia
adalah peradangan alveoli atau pada parenchim paru yangterjadi pada anak. (Suriadi,
2001).
11
Pneumonia adalah proses inflamasi parenkim paru yang terdapatkonsolidasi dan
terjadi pengisian rongga alveoli oleh eksudat yang dapatdisebabkan oleh, bakteri, virus,
jamur, dan benda-benda asing ( Muttaqin,2009).Pneumonia adalah sebuah penyakit
pada paru-paru dimana pulmonaryalveolus (alveoli) yang bertanggung jawab menyerap
oksigen dari atmosfer meradang dan terisi oleh cairan. ( Anonymous, 2009).
Pneumonia neonatal adalah infeksi pada paru-paru, serangan mungkinterjadi
dalam beberapa jam kelahiran dan merupakan bagian yang dapatdisamakan dengan
kumpulan gejala sepsis atau setelah tujuh hari danterbatas pada paru-paru. Tandatandanya mungkin terbatas pada kegagalan pernafasan atau berlanjut ke arah syok dan
kematian. Infeksi dapatditularkan melalui plasenta, aspirasi atau diperoleh setelah
kelahiran(Caserta, 2009).
2. Etiologi
Penyebab Pneumonia adalah streptococus pneumonia dan haemophillus
influenzae. Pada bayi dan anak kecil ditemukan staphylococcus aureus sebagai
penyebab pneumonia yang berat, dan sangat profesif dengan mortalitas tinggi. (Arif
mansjoer, dkk, Hal 466)
1.
2.
3.
Micoplasma pneumonia
3. Patofisiologi
Sebagian besar pneumonia didapat melalui aspirasi partikel infektif. Ada beberapa
mekanisme yang pada keadaan normal melindungi paru dari infeksi. Partikel infeksius
difiltrasi di hidung, atau terperangkap dan dibersihkan oleh mukus dan epitel bersilia di
saluran napas. Bila suatu partikel dapat mencapai paru-paru, partikel tersebut akan
berhadapan dengan makrofag alveoler, dan juga dengan mekanisme imun sistemik, dan
humoral. Bayi pada bulan-bulan pertama kehidupan juga memiliki antibodi maternal
yang didapat secara pasif yang dapat melindunginya dari pneumokokus dan organismeorganisme infeksius lainnya.
Perubahan pada mekanisme protektif ini dapat menyebabkan anak mudah
mengalami pneumonia misalnya pada kelainan anatomis kongenital, defisiensi imun
didapat atau kongenital, atau kelainan neurologis yang memudahkan anak mengalami
aspirasi dan perubahan kualitas sekresi mukus atau epitel saluran napas.
12
Pada anak tanpa faktor-faktor predisposisi tersebut, partikel infeksius dapat
mencapai paru melalui perubahan pada pertahanan anatomis dan fisiologis yang normal.
Ini paling sering terjadi akibat virus pada saluran napas bagian atas.
Virus tersebut dapat menyebar ke saluran napas bagian bawah dan menyebabkan
pneumonia virus. Kemungkinan lain, kerusakan yang disebabkan virus terhadap
mekanisme pertahan yang normal dapat menyebabkan bakteri patogen menginfeksi
saluran napas bagian bawah.
Bakteri ini dapat merupakan organisme yang pada keadaan normal berkolonisasi di
saluran napas atas atau bakteri yang ditransmisikan dari satu orang ke orang lain melalui
penyebaran droplet di udara. Kadang-kadang pneumonia bakterialis dan virus ( contoh:
varisella, campak, rubella, CMV, virus Epstein-Barr, virus herpes simpleks ) dapat
terjadi
melalui
penyebaran
bakteremia/viremia
hematogen
generalisata.
Setelah
baik
dari
mencapai
sumber
parenkim
terlokalisir
paru,
atau
bakteri
menyebabkan respons inflamasi akut yang meliputi eksudasi cairan, deposit fibrin, dan
infiltrasi leukosit polimorfonuklear di alveoli yang diikuti infitrasi makrofag. Cairan
eksudatif di alveoli menyebabkan konsolidasi lobaris yang khas pada foto toraks. Virus,
mikoplasma, dan klamidia menyebabkan inflamasi dengan dominasi infiltrat
mononuklear pada struktur submukosa dan interstisial. Hal ini menyebabkan lepasnya
sel-sel epitel ke dalam saluran napas, seperti yang terjadi pada bronkiolitis (S. A. Price,
2005, Hal 804-814).
4. Manifestasi Klinik
Secara umum dapat di bagi menjadi:
a. Manifestasi non spesifik infeksi dan toksisitas berupa demam (39,5 C sampai 40,5
C), sakit kepala, iritabel, gelisah, malaise, nafsu makan kurang keluhan
gastrointestinal.
b. Gejala umum saluran pernapasan bawah berupa batuk, takipnuea (25 45
kali/menit), ekspektorasi sputum, nafas cuping hidung, sesak napas, air hinger,
merintih, sianosis. Anak yang lebih besar dengan pneumonia akan lebih suka
berbaring pada sisi yang sakit dengan lutut tertekuk karena nyeri dada.
c.Tanda pneumonia berupa retraksi (penarikan dinding dada bawah kedalam saat
bernapas bersama dengan peningkatan frekuensi napas), perkusi pekak, fremitus
melemah, suara napas melemah, dan ronki.
13
d. Tanda efusi pleura atau empiema, berupa gerak ekskusi dada tertinggal di daerah
efusi, perkusi pekak, fremitus melemah, suara napas melemah, suara napas tubuler
tepat di atas batas cairan, friction rup, nyeri dada karena iritasi pleura (nyeri
bekurang bila efusi bertambah dan berubah menjadi nyeri tumpul), kaku duduk /
meningimus (iritasi menigen tanpa inflamasi) bila terdaat iritasi pleura lobus atas,
nyeri abdomen (kadang terjadi bila iritasi mengenai diafragma pada pneumonia
lobus kanan bawah).
e. Pada neonatus dan bayi kecil tanda pneumonia tidak selalu jelas. Efusi pleura pada
bayi akan menimbulkan pekak perkusi.
5. Pemeriksaan Penunjang
1. Sinar X: mengidentifikasikan distribusi struktural (misal: lobar, bronchial); dapat
juga menyatakan abses) luas /infiltrasi, empiema (stapilococcos), infiltrasi menyebar
atau terlokalisasi (bakterial), atau penyebaran/perluasan infiltrasi nodul (lebih sering
virus). Pada pneumonia mikoplasma, sinar x dada mungkin bersih.
2. GDA/nadi oksimetris : tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru
yang terlibat dan penyakit paru yang ada.
3. Pemeriksaan gram/kultur, sputum dan darah: untuk dapat diambil biosi jarum,
aspirasi transtrakea, bronkoskofi fiberobtik atau biosi pembukaan paru untuk
mengatasi organisme penyebeb. Lebih dari satu organise ada : bekteri yang umum
meliputi diplococcos pneumonia, stapilococcos, aures A.-hemolik strepcoccos,
hemophlus influenza : CMV. Catatan : keluar sekutum tak dapat di identifikasikan
semua organisme yang ada. Kultur darah dapat menunjukan bakteremia semtara
4. JDL : leokositosis biasanya ada, meskipun sel darah putih rendah terjadi pada infeksi
virus, kondisi tekanan imun seperti AIDS, memungkinkan berkembangnya
pneumonia bakterial.
5. Pemeriksaan serologi: mis, titer virus atau legionella,aglutinin dingin. membantu
dalam membedakan diagnosis organisme khusus.
6. Pemeriksaan fungsi paru: volume mungkin menurun (kongesti dan kolaps alveolar);
tekanan jalan nafas mungkin meningkat dan komplain. Mungkin terjadi perembesan
(hipoksemia)
7. Elektrolit : Natrium dan Klorida mungkin rendah
8. Bilirubin : Mungkin meningkat.
14
9. Aspirasi perkutan / biopsi jaringan paru terbuka : dapat menyatakan jaringan intra
uklear tipikal dan keterlibatan sitoplasmik (CMP ; kareteristik sel rekayasa(rubela))
(Marlyn E. Dongoes, 1999, ASKEP, Hal 164-174)
D. SYNDROM ASPIRASI MEKONIUM
1. Pengertian
Aspirasi dari cairan amnion yang berisi mekonium pada trakhea janin atau bayi baru
lahir saat di dalam uterus atau saat bernafas pertamakali. Terisapnya cairan amnion
yang tercemar mekonium ke dalam paru yang dapat terjadi pada saat intra uterin,
persalinan dan kelahiran.
2. Etiologi
Riwayat persalinan postmatur
Riwayat janin tumbuh lambat
Riwayat kesulitan persalinan, riwayat gawat janin, asfiksia berat
Riwayat persalinan dengan air ketuban bercampur mekonium
3. Patofisiologi
Sindroma ini biasanya terjadi pada infant full-term. Mekonium ditemukan pada
cairan amnion dari 10% dari keseluruhan neonatus, mengindikasikan beberapa
tingkatan aspiksia dalam kandungan. Aspiksia mengakibatkan peningkatan peristaltik
intestinal karena kurangnya oksigenasi aliran darah membuat relaksasi otot spincter anal
sehingga mekonium keluar. Mekonium tersebut terhisap saat janin dalam kandungan.
Aspirasi mekonium menyebabkan obstruksi jalan nafas komplit atau partial dan
vasospasme pulmonary. Partikel garam dalam mekonium bekerja seperti detergen,
mengakibatkan luka bakar kimia pada jaringan paru. Jika kondisi berkelanjutan akan
terjadi pneumothoraks, hipertensi pulmonal persisten dan pneumonia karena bakteri.
Dengan intervensi yang adekuat, gangguan ini akan membaik dalam beberapa hari,
tetapi angka kematian mencapai 28% dari seluruh kejadian. Prognosis tergantung dari
jumlah mekonium yang teraspirasi, derajat infiltrasi paru dan tindakan suctioning yang
cukup. Suctioning termasuk aspirasi dari nasofaring selama kelahiran dan juga
suctioning langsung pada trachea melalui selang endotracheal setelah kelahiran jika
mekonium ditemukan.
15
Perencanaan berikut difokuskan pada perawatan infant yang mengalami aspirasi
mekonium dan yang berresiko mengalami komplikasi pulmonary.
4.Manifestasi klinis
- Noda mekonium saat lahir
- Takipnea
- Hipoksia
- Hipoventilasi
5.Penanganan
1.Suction secara adekuat pada hipopharing saat kelahiran
2.Intubasi dan suction pada trachea
3.Tangani dengan penanganan distress pernafasan
4.Cegah hipoksia dan acidosis
E.BRONCOPMEUMONIA
1. Pengertian
Pneumonia merupakan peradangan akut parenkim paru-paru yangbiasanya
berasal dari suatu infeksi. (Price, 1995)Pneumonia adalah peradangan yang
mengenai parenkim paru, distaldari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus
respiratorius, alveoli,serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan menimbulkan
gangguanpertukaran gas setempat. (Zul, 2001)
Bronkopneumonia
digunakan
unutk
menggambarkan
pneumonia
Pada
bronkopneumonia
terjadi
konsolidasi
area
berbercak.
(Smeltzer,2001).
2. Etiologi
a. Bakteri
Pneumonia bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut. Organisme gramposifif
seperti : Steptococcus pneumonia, S. aerous, dan streptococcuspyogenesis.
Bakteri gram negatif seperti Haemophilus influenza, klebsiellapneumonia dan P.
Aeruginosa.
16
b. Virus
Disebabkan oleh virus influensa yang menyebar melalui transmisi
droplet.Cytomegalovirus dalam hal ini dikenal sebagai penyebab
utamapneumonia virus.
c. Jamur
Infeksi
yang
disebabkan
jamur
seperti
histoplasmosis
menyebar
Kapiler melebar dan kongesti serta di dalam alveolus terdapat eksudat jernih,bakteri
dalam jumlah banyak(stadium kongesti)
Pneumonia adalah infeksi yang menyebabkan paru-paru meradang. Kantungkantung kemampuan menyerap oksigen menjadi kurang. Kekurangan oksigen membuat
sel-sel tubuh tidak bisa bekerja. Gara-gara inilah, selain penyebaran infeksi ke seluruh
tubuh, penderita pneumonia bisa meninggal (anonim a. 2012).
Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari
bronkhiolus terminalis yang mencakup bronkhiolus respiratorius, dan alveoli, serta
menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan mengganggu pertukaran gas setempat. Istilah
pneumonia lazim dipakai bila peradangan terjadi oleh proses infeksi akut yang merupakan
penyebab tersering, sedangkan istilah pneumonitis sering dipakai untuk proses non infeksi
(anonim b. 2011)
Pneumonia merupakan peradangan pada parenkim paru yang terjadi pada masa
anak-anak dan sering terjadi pada masa bayi. Penyakit ini timbul sebagai penyakit primer
dan dapat juga akibat penyakit komplikasi. (A. Aziz Alimul : 2006).
19
3.2 Etiologi
Penyebab Pneumonia adalah streptococus pneumonia dan haemophillus influenzae.
Pada bayi dan anak kecil ditemukan staphylococcus aureus sebagai penyebab pneumonia
yang berat, dan sangat profesif dengan mortalitas tinggi. (Arif mansjoer, dkk, Hal 466)
1.
2.
3.
Micoplasma pneumonia
3.3 Patofisiologi
Sebagian besar pneumonia didapat melalui aspirasi partikel infektif. Ada beberapa
mekanisme yang pada keadaan normal melindungi paru dari infeksi. Partikel infeksius
difiltrasi di hidung, atau terperangkap dan dibersihkan oleh mukus dan epitel bersilia di
saluran napas. Bila suatu partikel dapat mencapai paru-paru, partikel tersebut akan
berhadapan dengan makrofag alveoler, dan juga dengan mekanisme imun sistemik, dan
humoral. Bayi pada bulan-bulan pertama kehidupan juga memiliki antibodi maternal yang
didapat secara pasif yang dapat melindunginya dari pneumokokus dan organismeorganisme infeksius lainnya.
Perubahan pada mekanisme protektif ini dapat menyebabkan anak mudah mengalami
pneumonia misalnya pada kelainan anatomis kongenital, defisiensi imun didapat atau
kongenital, atau kelainan neurologis yang memudahkan anak mengalami aspirasi dan
perubahan kualitas sekresi mukus atau epitel saluran napas. Pada anak tanpa faktor-faktor
predisposisi tersebut, partikel infeksius dapat mencapai paru melalui perubahan pada
pertahanan anatomis dan fisiologis yang normal. Ini paling sering terjadi akibat virus pada
saluran napas bagian atas.
Virus tersebut dapat menyebar ke saluran napas bagian bawah dan menyebabkan
pneumonia virus. Kemungkinan lain, kerusakan yang disebabkan virus terhadap
mekanisme pertahan yang normal dapat menyebabkan bakteri patogen menginfeksi saluran
napas bagian bawah.
Bakteri ini dapat merupakan organisme yang pada keadaan normal berkolonisasi di
saluran napas atas atau bakteri yang ditransmisikan dari satu orang ke orang lain melalui
penyebaran droplet di udara.
20
Kadang-kadang pneumonia bakterialis dan virus ( contoh: varisella, campak, rubella,
CMV, virus Epstein-Barr, virus herpes simpleks ) dapat terjadi melalui penyebaran
hematogen baik dari sumber terlokalisir atau bakteremia/viremia generalisata. Setelah
mencapai parenkim paru, bakteri menyebabkan respons inflamasi akut yang meliputi
eksudasi cairan, deposit fibrin, dan infiltrasi leukosit polimorfonuklear di alveoli yang
diikuti infitrasi makrofag. Cairan eksudatif di alveoli menyebabkan konsolidasi lobaris
yang khas pada foto toraks. Virus, mikoplasma, dan klamidia menyebabkan inflamasi
dengan dominasi infiltrat mononuklear pada struktur submukosa dan interstisial. Hal ini
menyebabkan lepasnya sel-sel epitel ke dalam saluran napas, seperti yang terjadi pada
bronkiolitis (S. A. Price, 2005, Hal 804-814).
21
bakteri,virus, parasit
3.4 woc
daya tahan tubuh
rendah,
perokok/alkoholisme,
pengguna ventilator
produk toksik
respon humoral
cedera jaringan
kerusakan sel
pelepasan
mediator nyeri
penumpukan fibrin,
eksudat, eritrosit, leukisit
interleukin 1,interleukin 6
perpindahan eksudat
plasma ke intertisiel
keletihan
batuk,sesak nafas
sinyal mencapai sistem
saraf pusat
GANGGUAN
PERTUKARAN GAS
INTOLERANSI
AKTIVITAS
KETIDAKEFEKTIFAN
BERSIHAN JALAN
NAFAS
pembentukan prostaglandin
otak
metabolisme
Secara umum dapat di bagi menjadi:
meningkat
peningkatan
penggunaan energi
a. Manifestasi non spesifik infeksi dan toksisitas berupa demam (39,5 C sampai 40,5 C). ,
merangsang hipotalamus
sakit kepala,
iritabel,
meningkatkan
titik patokan
suhu gelisah,
b. Gejala umum saluran pernapasan bawah berupa batuk, takipnuea (25 45 kali/menit),
ekspektorasi sputum, nafas cuping hidung, sesak napas, air hinger, merintih, sianosis.
Anak yang lebih besar dengan pneumonia akan lebih suka berbaring pada sisi yang sakit
dengan lutut tertekuk karena nyeri dada.
c.Tanda pneumonia berupa retraksi (penarikan dinding dada bawah kedalam saat bernapas
bersama dengan peningkatan frekuensi napas), perkusi pekak, fremitus melemah, suara
napas melemah, dan ronki.
d. Tanda efusi pleura atau empiema, berupa gerak ekskusi dada tertinggal di daerah efusi,
perkusi pekak, fremitus melemah, suara napas melemah, suara napas tubuler tepat di
atas batas cairan, friction rup, nyeri dada karena iritasi pleura (nyeri bekurang bila efusi
bertambah dan berubah menjadi nyeri tumpul), kaku duduk / meningimus (iritasi
menigen tanpa inflamasi) bila terdaat iritasi pleura lobus atas, nyeri abdomen (kadang
terjadi bila iritasi mengenai diafragma pada pneumonia lobus kanan bawah).
e. Pada neonatus dan bayi kecil tanda pneumonia tidak selalu jelas. Efusi pleura pada bayi
akan menimbulkan pekak perkusi.
22
3.6 Asuhan Keperawatan
3.6.1 Pengkajian
Pengkajian tgl. : 29 september 2014
Jam : 09.00
MRS tanggal
No. RM :
: 29 september 2014
: BBL
Tn.N
Jenis kelamin:Laki laki
Alamat
:kutorejo
Suku /Bangsa: indonesia
Keluarga : Ayah
Hub.
Agama
:islam
Telepon
:-
Alamat
:-
tidak
tidak
3.Riwayat Operasi
tidak
23
D. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
ya : ........................................
tidak
E. GENOGRAM
Laki-laki
Perempuan
Penderita
1.Tanda-tanda vital
Keadaan umum
S: C
baik
sedang
lemah
N : <100x/mnt
TD :
RR :
MASALAH KEPERAWATAN :
Kelemahan umum
2.Sistem Pernafasan (B1)
a. Pola nafas
b. Jenis
irama:
Teratur
Tidak teratur
simetris
ada
tidak
tidak simetris
Lain-lain:
c. Bentuk dada simetris
asimetris
Funnel chest
d. Keluhan
barrel chest
Pigeons chest
sesak
batuk
tidak teratur
ronchi D/S
wheezing D/S
rales D/S
MASALAH KEPERAWATAN :
Bersihan jalan napas
NB: terdapat mekonium dalam saluran nafas
24
3.Sistem Kardiovakuler (B2)
a. Keluhan nyeri dada
b. CRT
ya
tidak
c. Konjungtiva pucat
ya
tidak
d. JVP
meningkat
menurun
normal
e. Bunyi jantung:
Normal
f. Irama jantung:
Reguler
g. Akral:
Murmur
Gallop
lain-lain
Ya
Tidak
Dingin basah
MASALAH KEPERAWATAN :
4.Sistem Persarafan (B3)
a. Kesadaran
composmentis
apatis
somnolen
sopor
koma
GCS : 3,4,4
b. Keluhan pusing
ya
c. Pupil
isokor
anisokor
d. Nyeri
tidak
tidak
lokasi :
triceps
biceps lain-lain:
kernig
lain-lain
MASALAH KEPERAWATAN :
5. Pengindraan
a. Penglihatan (mata)
Pupil
: Isokor
Sclera/Konjungtiva : Anemis
Anisokor
Lain-lain:
Ikterus
Lain-lain:
Lain-lain :
b. Pendengaran/Telinga :
Gangguan pendengaran : Ya Tidak Jelaskan:
Lain-lain :
c. Penciuman (Hidung)
Bentuk
: Normal Tidak
Jelaskan:
Gangguan Penciuman
: Ya
Tidak
Lain-lain:
Jelaskan:
25
MASALAH KEPERAWATAN:
Intoleransi aktivitas
6.Sistem Perkemihan (B4)
a. Keluhan :
kencing menetes
gross hematuri
disuria
oliguri
anuri
inkontinensia
retensi
poliuri
ya
tidak
ya
tidak
nyeri tekan
ya
tidak
oral :.............cc/hr
MASALAH KEPERAWATAN :
Tidak ada masalah
7.Sistem Pencernaan (B5)
bau : -
parenteral : ...................cc/hr
a. TB : cm
BB :2,3 kg
b. Mukosa mulut :
lembab
c. Tenggorokan
nyeri telan
d. Abdomen
kering
merah
stomatitis
sulit menelan
supel
jejas lokasi :
Pembesaran hepar
ya
tidak
Pembesaran lien
ya
tidak
Ascites
ya
tidak
Mual
ya
tidak
Muntah
ya
tidak
Terpasang NGT
ya
tidak
padat
Frekuensi :...............x/hari
cair
lendir/darah
inkontinensia
kolostomi
lunak
cair
MASALAH KEPERAWATAN :
Ketidakseimbangnya Kebutuhan nutrisi
26
bebas
terbatas
c. Kelainan ekstremitas
ya
tidak
ya
tidak
e. Fraktur
tidak
ya
f. Traksi/spalk/gips
ya
tidak
g. Kompartemen sindrom
ya
tidak
h. Kulit
ikterik
sianosis
kemerahan
i. Akral
hangat
panas
dingin
j. Turgor
baik kurang
k. Odema:
Ada
hiperpigmentasi
kering
basah
jelek
Tidak ada
Lokasi
bersih
kotor
ya
tidak
ya
tidak
MASALAH KEPERAWATAN :
Tidak ada masalah
9.Sistem Endokrin
c. Hiperglikemia Ya
Hipoglikemia
Tidak
Ya
Tidak
d. Luka gangrene Ya
Tidak
Pus
Ya
Tidak
MASALAH KEPERAWATAN :
Tidak ada masalah
G.PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
1.Persepsi klien terhadap penyakitnya
cobaan Tuhan
hukuman
lainnya
gelisah
tegang
marah/menangis
27
kooperatif
ya
tak kooperatif
curiga
tidak
MASALAH KEPERAWATAN :
Tidak ada masalah
H.PENGKAJIAN SPIRITUAL
Kebiasaan beribadah
sering
kadang-kadang
MASALAH KEPERAWATAN :
Tidak ada masalah
I. PERSONAL HYGIEN
Mandi
Sikat gigi
tidak pernah
Keramas
Memotong kuku
Ganti pakaian:
MASALAH KEPERAWATAN :J. PEMERIKSAAN PENUNJANG (Laboratorium, radiologi, EKG, USG)
1. Hasil Laboratorium:
a. Leukosit ( Normal: 3,6-11,0 ribu/m3)
b. LED meningkat (Nilai normal dewasa pria pria <15 mm/jam pertama, wanita
<20 mm/jam pertama, Nilai normal lansia pria <20 mm/jam pertama, wanita
<30-40 mm/jam pertama, Nilai normal wanita hamil 18-70 mm/jam pertama,
Nilai normal anak <10 mm/jam pertama)
c. LDH meningkat ( Normal: 110-210 IU/L)
2. Hasil Rontgen :x-ray,kultur darah
K. 3.6.2 Diagnosa Keperawatan
1. Bersihklan jalan napas tidak efektif yang berhubungan dengan peningkatan
produksi sputum;suara napas abnormal.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan kapasitas
pengangkutan oksigen dalam darah.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan memburuknya sianosis
28
L. intervensi
Rasional
sianosis perifer menggambarkan
vasokonstriksi atau respon tubuh terhadap
demam , sianosis cuping telinga, membran
mukosa, dan kulit sekitar mulut dapat
mengindikasikan adanya hipoksemia
sistemik.
Kolaborasi:
29
3. Intoleransi aktivitas b.d memburuknya sianosis
Tujuan :
aktivitas terpenuhi selama perawatan
Kriteria hasil :
denyut nadi normal, tidak muncul sianosis
Intervensi
Rasional
Bberikan lingkungan yang nyaman
Mengurangi stres dan stimulasi berlebih
kebutuhan
klien
dan
30
BAB IV
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
Pneumonia neonatal adalah infeksi pada paru-paru, serangan mungkinterjadi dalam
beberapa jam kelahiran dan merupakan bagian yang dapatdisamakan dengan kumpulan
gejala sepsis atau setelah tujuh hari danterbatas pada paru-paru. Penyebab Pneumonia
adalah streptococus pneumonia dan haemophillus influenzae. Pada bayi dan anak kecil
Saran
Permeriksaan pada ibu hamil tiap bulan perlu dilakukan secara rutin untuk mencegah
terjadinya pneumonia aspirasi dan untuk mengetahui perkembangan janin
31
Daftar pustaka
Staf pengajar ilmu kesehatan anak FKUI 1985. Buku kuliah 3 ilmu kesehatan anak. Jakarta
: Bagian ilmu kesehatan anak FKUI.
Soemantri irman 2009. Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem
pernafasan, Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.
http://old.pediatrik.com/pkb/061022023132-f6vo140.pdf
32