Anda di halaman 1dari 23

21

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Puskesmas
1. Sejarah perkembangan
Pusat Kesehatan Masyarakat atau biasa disebut dengan istilah
Puskesmas lahir pada tahun 1968 tepatnya pada Rapat Kerja Kesehatan
Nasional (Rakerkesnas). Puskesmas merupakan pelayanan kesehatan tingkat
dasar di Indonesia. Pemikiran ini timbul karena pada saat itu pelayanan
kesehatan tingkat pertama kurang berjalan dengan beberapa kegiatan seperti
Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA), Badan Pelayanan (BP), Pencegahan,
Pemberantasan, dan Pembasmian Penyakit Menular (P4M) masih berjalan
sendirisendiri, sehingga Rakerkesnas menghasilkan keputusan untuk
menyatukan semua tingkat pelayanan kesehatan tingkat pertama ke dalam
satu organisasi. Selanjutnya organisasi itu diberi nama Pusat Kesehatan
Masyarakat (Puskesmas) yang dibedakan menjadi 4 macam, antara lain
(Effendy, 1998):
a. Puskesmas tingkat desa
b. Puskesmas tingkat kecamatan
c. Puskesmas tingkat kawedanan
d. Puskesmas tingkat kabupaten
Kemudian pada Rakerkesnas II tahun 1969 pembagian Puskesmas
dibedakan menjadi tiga, yaitu (Effendy, 1998):
a. Puskesmas tipe A, dipimpin oleh dokter penuh
b. Puskesmas tipe B, dipimpin oleh dokter tidak penuh
c. Puskesmas tipe C, dipimpin oleh tenaga paramedik
Setelah dilakukan Rakerkesnas berikutnya pada tahun 1970, pembagian
Puskesmas menjadi tiga tipe ditiadakan sehingga ditetapkan hanya ada satu
jenis puskesmas agar dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Wilayah kerja
puskesmas mencakup tingkat kecamatan atau pada daerah dengan jumlah

21

penduduk antara 30.000 sampai 50.000 jiwa yang kemudian dikenal dengan
Konsep Wilayah (Effendy, 1998).
Selanjutnya pada tahun 1979 puskesmas menunjukkan perkembangan
yang pesat dengan dirintisnya pembangunan puskesmas di wilayah
kelurahan atau desa yang memiliki jumlah penduduk sekitar 30.000 jiwa.
Sebagai penanggung jawab maka ditunjuklah puskesmas di tingkat
kecamatan yang disebut puskesmas pembina. Sedangkan puskesmas yang
2.

berada di tingkat kelurahan disebut puskesmas pembantu (Effendy, 1998).


Definisi
Puskesmas menurut Kepmenkes (2004) merupakan Unit Pelayanan
Teknis Dinas (UPTD) Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab
menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. Menurut
Kemenkes (1991), puskesmas adalah organisasi kesehatan sebagai pusat
pengembangan kesehatan masyarakat dan berperan dalam menggerakkan
kegiatan di bidang kesehatan yang juga membina dan memberdayakan
masyarakat serta memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu
kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok.
Efendi dan Makhfudli (2009), menyatakan bahwa Puskesmas Pembantu
(Pustu) merupakan unit pelayanan kesehatan yang sederhana dan bersifat
menunjang serta membantu melaksanakan kegiatan atau program kerja
puskesmas yang memiliki ruang lingkup yang kecil. Selanjutnya Pustu
mempunyai wilayah kerja antara 2 3 desa dengan sasaran 2500 jiwa untuk
daerah luar jawa dan 10.000 jiwa untuk daerah jawa dan Bali. Kemudian
terdapat juga Puskesmas Keliling (Pusling) yang merupakan sarana
pelayanan kesehatan keliling yang mempunyai pelayanan mencakup daerahdaerah terpencil dengan menggunakan alat transportasi untuk membantu
apabila terdapat kasus rujukan. Disamping itu pada Pusling juga dilengkapi

3.

dengan media penyuluhan melalui audio visual.


Tujuan dan fungsi
Menurut Efendi dan Makhfudli (2009), puskesmas mempunyai tujuan
untuk

mengembangkan

pembangunan

kesehatan

nasional,

yakni

meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap

21

orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas agar terwujud


derajat kesehatan yang setinggitingginya dalam rangka mewujudkan
Indonesia Sehat 2010.
Effendy (1998) berpendapat bahwa terdapat 3 fungsi pokok utama dari
puskesmas diantaranya :
a. Puskesmas sebagai pusat pembangunan kesehatan masyarakat di
b.

wilayahnya
Puskesmas melakukan pembinaan peran serta masyarakat di wilayah

c.

kerjanya guna meningkatkan kemampuan untuk hidup sehat


Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu di
wilayah kerjanya
Menurut Efendi dan Makhfudli (2009), untuk mencapai fungsi fungsi

tersebut diperlukan beberapa hal sebagai berikut:


a. Mendorong masyarakat agar dapat mengatasi masalah penyakitnya
sendiri
b. Mengarahkan masyarakat agar memanfaatkan sumber daya yang ada di
sekitar
c. Memberikan informasi mengenai alur dan mekanisme rujukan medis dan
kesehatan
d. Bekerja sama lintas sektor
e. Memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.

4.

Kegiatan pokok puskesmas


Secara umum, puskesmas memiliki beberapa kegiatan pokok yang telah
berjalan dari awal berdiri hingga mengalami perkembangan sampai
sekarang. Kegiatankegiatan pokok tersebut mengalami perubahan dari 7
usaha pokok kesehatan hingga 20 usaha pokok kesehatan dengan tetap
menyesuaikan kemampuan masingmasing puskesmas yang ada di tiap
wilayah, misalnya dari segi tenaga kesehatan, sarana dan prasarana, serta
anggaran yang tersedia. Kegiatankegiatan pokok tersebut menurut Buku
Pedoman Kerja Puskesmas diantaranya (Effendy, 1998):
a. Upaya kesehatan ibu dan anak
b. Upaya keluarga berencana
c. Upaya peningkatan gizi

21

5.

d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.

Upaya kesehatan lingkungan


Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular
Upaya pengobatan termasuk pelayanan darurat karena kecelakaan
Upaya kesehatan sekolah
Upaya kesehatan olahraga
Upaya perawatan kesehatan masyarakat
Upaya kesehatan kerja
Upaya kesehatan gigi dan mulut
Upaya kesehatan jiwa
Upaya kesehatan mata
Upaya laboratorium sederhana
Upaya pencatatan dan pelaporan dalam rangka sistem informasi

p.
q.
r.
s.

kesehatan
Upaya kesehatan usia lanjut
Upaya pembinaan pengobatan tradisional
Upaya kesehatan remaja
Dana sehat

Manajemen puskesmas
Manajemen puskesmas merupakan rangkaian kegiatan yang bekerja
secara selaras yang akhirnya menghasilkan keluaran (output) yang efisien
dan efektif. Manajemen puskesmas terdiri dari perencanaan (planning),
pelaksanaan

(action),

(controlling)

dan

pengendalian

(actuating)

pertanggungjawaban

yang

serta
saling

pengawasan
terkait

dan

berkesinambungan membentuk satu kesatuan (Kemenkes, 2004).


a. Perencanaan puskesmas
Umumnya terdapat 3 langkah yang harus dilakukan dalam
penyusunan perencanaan yaitu :
1) Identifikasi kondisi masalah kesehatan masyarakat dan lingkungan
serta

fasilitas pelayanan kesehatan tentang cakupan dan mutu

pelayanan
2) Identifikasi potensi sumber daya masyarakat dan penyedia layanan
kesehatan
3) Menetapkan kegiatan-kegiatan untuk menyelesaikan masalah.
Kemudian hasil dari perencanaan yang disebut Rencana Usulan
Kegiatan (RUK) tahun berikutnya dibahas bersama dengan Badan
Penyantun Puskesmas (BPP). Setelah mendapat kejelasan dana alokasi

21

kegiatan yang tersedia selanjutnya puskesmas membuat Rencana


Pelaksanaan Kegiatan (RPK). Proses perencanaan dapat menggunakan
instrumen

Perencanaan

Tingkat

Puskesmas

(PTP)

yang

telah

disesuaikan dengan kondisi setempat atau dapat memanfaatkan


b.

instrumen lainnya.
Penggerakan pelaksanaan puskesmas
Terdapat kegiatan yang berupa penjabaran lebih rinci dari
pelaksanaan program kerja puskesmas. Penyelenggaraan penggerakan
pelaksanaan puskesmas melalui instrumen lokakarya mini puskesmas
yang terdiri dari :
1) Lokakarya mini bulanan merupakan sarana untuk menggerakkan
dan monitoring kegiatan bulanan kegiatan puskesmas dengan
melibatkan lintas program internal puskesmas.
2) Lokakarya mini tri bulanan dilakukan untuk menggerakkan dan
monitoring kegiatan bulanan kegiatan puskesmas yang melibatkan
serta bertanggung jawab kepada lintas sektoral, seperti Badan
Penyantun Puskesmas dan mitra puskesmas yang lainnya

c.

Pengawasan, pengendalian, dan penilaian


Proses pengendalian, pengawasan dan penilaian memerlukan
instrumen yang sederhana agar program kerja puskesmas dapat
terselenggara dengan baik. Berikut instrumen yang telah dikembangkan
di puskesmas antara lain :
1) Pemantauan Wilayah Setempat (PWS)
2) Penilaian/Evaluasi Kinerja Puskesmas sebagai pengganti dan
stratifikasi

B. Konsep Kesehatan Menurut HL Blum


Kesehatan bagi manusia merupakan hal yang penting. Oleh karena itu
diperlukan berbagai upaya untuk mempertahankannya. Karena konsep kesehatan
dalam masyarakat kini telah mengalami pergeseran. Sehingga pengertian
kesehatan berdasarkan WHO dalam hal ini harus dilihat sebagai kesatuan yang
utuh yang terdiri dari unsur fisik, mental, dan sosial. Kemudian jika ditinjau dari

21

teori yang dikemukakan HL Blum bahwa derajat kesehatan masyarakat


merupakan perpaduan dari empat faktor yaitu (Sudarma, 2008):
1. Environment atau lingkungan
2. Behavior atau perilaku
3. Heredity atau keturunan yang dipengaruhi oleh populasi, distribusi
4.

penduduk, dan sebagainya


Health care service berupa program kesehatan yang bersifat
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif

Perilak
u

Pelayanan

Status
Kesehatan

Lingkunga
n

Geneti
k
Gambar 2.1 Konsep kesehatan HL Blum
Sumber : Sudarma (2008)
Berdasarkan teori HL Blum yang telah digambarkan skema di atas, maka
dapat dilihat bahwa perilaku manusia merupakan faktor yang paling
mendominasi diantara faktor lainnya. Kemudian disusul faktor kedua yaitu
lingkungan. Hal ini menunjukkan bahwa kesehatan manusia sangat dipengaruhi
oleh perilaku mereka sendiri. Meskipun fasilitas kesehatan yang tersedia
sekarang begitu baik namun apabila perilaku kesehatan belum terlaksana maka
terdapat kemungkinan terserang penyakit. Sebaliknya meskipun terdapat faktor
keturunan riwayat penyakit tertentu jika diimbangi perilaku kesehatan yang baik
maka risiko terjangkit penyakit genetik/ keturunan menjadi kecil. Karena
presentase genetik hanya 5% yang mempengaruhi kesehatan manusia
(Notoatmodjo, 2003 dalam Sudarma, 2008).

21

C. Landasan Teori Kuisioner


1. Lingkungan
a. Sarana air bersih
Jenis-jenis sarana air bersih yang biasa digunakan masyarakat

b.

menurut Kementerian Kesehatan (1977) adalah :


1) Sumur gali
2) Perpipaan
3) Sumur Pompa Tangan (SPT)
4) Penampungan air hujan
5) Perlindungan mata air
Septictank
Dewasa ini sumber air minum sangat riskan untuk
tercemar bahanbahan yang berbahaya. Sumber air minum dapat
dengan mudah menjadi perantara suatu penyakit atau yang biasa
disebut water-borne disease. Sumber air minum harus memenuhi
syarat-syarat tertentu agar terhindar dari bahaya-bahaya yang tidak
dingiinkan. Jarak juga menjadi faktor penentuan penting dalam
pembuatan septictank. Septictank diusahakan agar berada minimal
10 meter dengan sumber air minum serta tidak dianjurkan untuk

c.

berada di atas sumber air tersebut (Makhfudli dan Effendi, 2009).


Pengelolaan sampah
Sampah menurut Dewi (2008), merupakan sisa-sisa barang akibat
kegiatan manusia yang sengaja dibuang atau tidak sengaja dibuang
yang dimana barang tersebut belum dapat dimanfaatkan secara optimal
dan belum mempunyai nilai ekonomis. Menurut Sudrajat (2006),
penanganan

sampah

meliputi

penampungan,

pemusnahan,

pengumpulan, dan daur ulang. Penanganan sampah di Indonesia pada


umumnya dilakukan dengan dua cara, yaitu :
1) Model urugan
Model ini merupakan model yang paling sederhana, yaitu
dengan cara sampah dibuang ke suatu cekungan tanpa perlakuan
apapun. Model ini dilakukan pada lokasi yang bebas dari
pemukiman, tidak menimbulkan polusi udara, air, dan estetika, serta
tidak menimbulkan longsor.
2) Model tumpukan

21

Model ini dilaksanakan bersama teknologi aerobik. Model ini


juga dilengkapi dengan unit saluran air buang, pengolahan air
d.

buangan, dan pembakaran akses gas metan.


Ventilasi
Ventilasi menurut Yusup dan Sulistyorini (2005), merupakan
suatu proses pertukaran udara di dalam ruangan dengan luar
ruangan. Hal ini bertujuan agar udara kotor yang berada di dalam
ruangan dapat mengalir keluar sehingga dalam ruangan tersebut
tersedia udara yang bersih secara kontinyu. Tersedianya udara segar
di dalam suatu ruangan sangat penting pengaruhnya terhadap
kesehatan pernapasan manusia. Setiap ruangan

yang dihuni

sebaiknya memiliki satu lubang jendela ventilasi yang langsung


berhubungan dengan udara luar bebas hambatan dengan luas 10 %
dari luas ruangan.
e.

Kandang ternak
Kurniawati, dkk. (2004), menyebutkan salah satu persyaratan
kandang ternak adalah jaraknya dari pemukiman ataupun rumah
warga adalah 10 meter. Selain itu kebersihan dari kandang ternak
sendiri harus terus terjaga.

2.

Perilaku
Perilaku kesehatan adalah tanggapan manusia mengenai rangsangan
terhadap keadaan sakit dan penyakit, pelayanan kesehatan, makanan dan
minuman, serta lingkungan (Notoatmodjo, 2007 dalam Sudarma,2008).
Masyarakat dalam menerapkan perilaku sehat tidak hanya memerlukan
pengetahuan dan sikap positif atau dukungan fasilitas saja, melainkan
diperlukan contoh atau pedoman dari para tokoh masyarakat, tokoh agama,
dan para petugas terutama petugas kesehatan serta untuk memperkuat
perilaku tersebut juga diperlukan undang undang kesehatan (Notoatmodjo,
2003 dalam Sudarma).
a. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

21

Memiliki tubuh yang sehat akan memudahkan kita dalam


menjalani segala aktivitas. Namun apabila tubuh tidak sehat, maka
segala aktivitas akan terganggu dan menjadikan kita tidak produktif.
Oleh karena itu menjaga kesehatan dan kebugaran tubuh menjadi
hal yang sangat penting (Suryanto, 2011).
Perilaku hidup bersih dan sehat yang selanjutnya disingkat
PHBS

sangat

berperan

penting

untuk

meningkatkan

dan

mempertahankan kebugaran jasmani seseorang. Menurut Evanjh,


2011 dalam Suryanto (2011), aktivitas yang dapat dilakukan untuk
memperoleh tubuh yang sehat dapat dilakukan dengan menerapkan
beberapa hal yaitu :
1) Makan yang cukup, baik kualitas maupun kuantitas
2) Istirahat, sebagai waktu untuk recovery (pemulihan),
sehingga dapat melakukan aktivitas dengan lancar
3) Berolahraga
4) Mengurangi konsumsi obat obatan kimia.
Selain ketiga faktor di atas, hal lain yang dapat mempengaruhi
kesehatan adalah gaya hidup seseorang, misalnya suka merokok,
mengonsumsi minuman keras, dan lain lain (Suryanto, 2011).
Menurut

Kemenkes (2009) dalam Sitinjak (2011) untuk

menjaga kesehatan salah satunya dengan cuci tangan menggunakan


sabun dan waktu yang tepat adalah :
1) Sebelum makan
2) Sesudah membersihkan anak BAB
3) Sebelum menyiapkan makanan
4) Sebelum memegang bayi
5) Sesudah buang air besar
Apabila tidak mencuci tangan maka dapat menimbulkan penyakitpenyakit yang seharusnya dapat dicegah, diantaranya adalah :
1) Diare.
Penyakit diare menjadi penyebab kematian kedua yang
paling umum bagi anak balita. Berdasarkan 30 penelitian
mengenai masalah diare, menghasilkan bahwa cuci tangan

21

dengan sabun dapat meminimalisir angka penderita diare


hingga setengahnya. Penyakit diare seringkali dihubungkan
dengan keadaan air, namun sebenarnya juga harus
diketahui bahwa kuman-kuman penyakit penyebab diare
berasal dari kotoran-kotoran manusia seperti tinja dan air
kencing. Kuman-kuman penyakit ini membuat manusia
sakit ketika mereka masuk mulut melalui tangan yang telah
menyentuh tinja.
2) Infeksi saluran pernapasan
Penyakit ini menjadi penyebab kematian utama bagi
anak balita. Berdasarkan peneltian bahwa mencuci tangan
dengan sabun juga dapat mengurangi angka infeksi saluran
pernapasan. Beberapa hasil telah menunjukkan bahwa
kegiatan menjaga kesehatan dan kebersihan seperti
mencuci tangan sebelum dan sesudah makan atau sesudah
buang air besar/kecil dapat mengurangi tingkat infeksi.
3) Infeksi cacing
Penelitian juga telah membuktikan bahwa selain diare,
penggunaan sabun dalam mencuci tangan juga dapat
mengurangi kemungkinan penyakit kulit dan infeksi mata
b.

seperti trakoma dan cacingan.


Makanan sehat
Konsumsi makanan yang ideal bagi semua usia hendaklah
mencakup 4 sehat 5 sempurna. Hanya saja perlu ada perbedaan
dalam porsi makanannya yaitu harus disesuaikan dengan aktivitas.
Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) menganjurkan menu
makanan yang sehat mengandung zat zat gizi dan porsi yang
seimbang. Susunan tentang makanan yang sehat digambarkan
melalui piramida makanan, yang mencakup beberapa hal penting
berikut:
a.
b.

Terdiri dari beragam makanan


Sarapan dengan teratur

21

c.

Konsumsi lemak dan minyak hanya seperempat dari

d.
e.

kebutuhan energi
Konsumsi garam beryodium
Konsumsi air bersih dalam jumlah yang cukup.

Seseorang memerlukan kebutuhan energi untuk aktivitas sehari


hari yang diperoleh dari makanan dalam jumlah yang
proporsional dengan proporsi karbohidrat 60 75 %, lemak 20 25
%, dan protein 10 15 %.

Kebutuhan ini dapat dicapai dengan

mengonsumsi makanan beraneka ragam setiap hari. Kemudian


dalam satu hari sebaiknya seseorang makan sebanyak 3 kali yaitu
pagi, siang, dan malam (Rini, 2010).
Menurut Godam (2007) dalam Suryanto (2011), salah satu cara
untuk menjaga kebugaran tubuh yaitu dengan menjaga pola makan
sehari-hari, karena tidak semua makanan dan minuman yang ada
menyehatkan, bahkan untuk makanan yang lezat sekalipun.
Umumnya mengonsumsi makanan

dengan empat sehat lima

sempurna merupakan asupan gizi yang seimbang. Setiap orang


memerlukan lima kelompok zat gizi untuk meningkatkan kualitas
hidup.
Contoh asupan yang bergizi misalnya makanan berserat,
karena makanan dapat mencegah berbagai penyakit. Makanan
berserat berasal dari buah dan sayuran (Suryanto, 2011). Menurut
Irianto (2005) dalam Suryanto (2011), serat tidak dapat dicerna oleh
sistem pencernaan manusia. Namun, serat berfungsi untuk
menstimulasi pencernaan untuk menghasilkan getah lambung dan
membentuk volume yang cukup, sehingga menimbulkan rasa
kenyang dan membantu dalam pembentukan feses.
Menurut Pratiwi (2011), pada dasarnya tubuh membutuhkan
sekitar 10 13 gram serat untuk setiap 1.000 kalori. Bagi orang
dewasa dianjurkan untuk

mengonsumsi

energi kurang lebih

sebanyak 2.150 kalori, sehingga membutuhkan serat rata rata 25

21

gram per hari. Beberapa peneliti juga menganjurkan agar orang


dewasa mendapatkan asupan serat sebanyak 25 35 gram per hari.
Namun tidak semua orang dewasa memiliki kebutuhan serat yang
sama. Agar dapat memenuhi kebutuhan serat yang dianjurkan
seperti yang sudah dijelaskan (25 35 gram per hari), seseorang
harus mengonsumsi sekitar 500 gram sayuran dan 250 gram buah
per hari.
Selanjutya Irianto dan Waluyo (2004) dalam Suryanto (2011),
menambahkan bahwa menu makanan yang seimbang harus tersusun
dengan baik dalam hal kualitas maupun kuantitasnya. Hal ini
penting agar dapat

memenuhi syarat hidup sehat. Syarat-syarat

makanan yang seimbang yaitu harus memenuhi beberapa hal


berikut:
1) Cukup memberikan kalori
2) Terdapat perbandingan yang baik antara karbohidrat, protein,
dan lemak
3) Protein yang dikonsumsi cukup banyak dan mengandung asam
4)
5)
6)
7)

amino esensial
Mengandung vitamin yang cukup
Mengandung garam mineral yang cukup
Mudah dicerna oleh pencernaan
Higienis
Air memiliki banyak fungsi diantaranya untuk membantu

memperlancar metabolisme oksigen dalam sel, membuang sisa


metabolisme tubuh lewat urin, menjaga suhu tubuh, melumasi
persendian, melembabkan kulit dan mencegah konstipasi (Subrata,
2014). Seorang individu membutuhkan jumlah air minimalnya
adalah 1,6 2 liter dalam sehari. Jika diasumsikan 1 gelas adalah
sekitar 200 ml maka dalam setiap hari kita membutuhkan air
sebanyak 8 gelas (Subrata, 2013).
Subrata (2013) menjelaskan meskipun dalam mengonsumsi air
putih sebaiknya rata rata antara 7 8 gelas per hari. Namun
berdasarkan penelitian kebutuhan seseorang akan konsumsi air

21

putih juga tergantung dari berat badan mereka. Karena adanya


perbedaan berat badan maka berbeda pula proses metabolisme
dalam tubuh. Berikut cara menentukan kebutuhan seseorang akan
cairan dalam sehari. Terdapat sebuah rumus untuk menentukan
berapa banyak jumlah air putih yang setidaknya dikonsumsi dalam
sehari yaitu 25 30 ml/Kg berat badan. Misalnya seseorang yang
memiliki berat badan 75 Kg, maka perhitungan jumlah air putih
yang harus dikonsumsi menjadi 75 x 25 - 75 x 30. Hasilnya 1875
2.250 ml. Jika satu gelas bervolume 250 ml dengan begitu ia harus
mengonsumsi 7,5 9 gelas per hari.
c.

Istirahat
Kerja organ dan jaringan dalam tubuh mempunyai betas an
tertentu. Sehingga tubuh kita dapat merasakan kelelahan setelah
melakukan aktivitas tinggi. Oleh karena itu istirahat yang cukup
sangat diperlukan supaya tubuh memiliki waktu untuk melakukan
recovery (pemulihan), sehingga nantinya dapat melakukan aktivitas
kembali (Suryanto, 2011).
Tidur merupakanistirahat

yang

baik bagi

pemeliharaan

kesehatan, proses penyembuhan penyakit, dan untuk menyimpan


energi sehingga dapat meningkatkan imunitas. Selain itu saat tidur
terdapat proses revitalisasi bagian - bagian tubuh yang sudah tidak
baik. Oleh karena itu tidur yang cukup sangat penting untuk
kesehatan. Tidur merupakan istirahat yang dapat memulihkan tubuh
kembali normal setelah mengalami kelelahan. Begitu pun jumlah
jam tidur dan kualitas tidur juga sangat penting bagi kesehatan
manusia agar terjadi keseimbangan pada hidup. Hal ini penting
terdapat beberapa sistem tubuh yang hanya berfungsi ketika tidur.
Contohnya Growth Hormon yang berfungsi sebagai hormon
pertumbuhan dan untuk memperbaiki sel sel yang rusak
disekresikan lebih banyak pada saat tidur (Garliah, 2009).

21

Tubuh yang sehat dan bugar dapat didapatkan dengan


melakukan tidur yang cukup. Normalnya seseorang mempunyai
waktu tidur sekitar 8 jam dalam sehari. Kondisi kekurangan tidur
yaitu apabila seseorang tidak dapat mencapai waktu tidur lebih dari
6 jam per malam. Kondisi ini dapat berpengaruh buruk bagi tubuh
dari segi psikologis dan fisik baik jangka pendek maupun jangka
panjang (Garliah, 2009).
Sebuah penelitian di Amerika menyatakan seseorang

yang

meluangkan tidur antara 6 7 jam dalam sehari mempunyai rata


rata tingkat kematian paling rendah. Selanjutnya untuk derajat
harapan hidup yang paling baik yaitu tidur selama 7 jam dalam
sehari. Sedangkan untuk orang yang tidur selama lebih dari 8 jam
atau kurang dari 4 jam pada malam hari menunjukkan rata rata
tingkat kematian yang tinggi dibanding dengan mereka yang tidur
selama 6 7 jam dalam sehari (Kripke, 2002 dalam (Garliah, 2009).
Terdapat tiga teori mengenai pentingnya tidur bagi manusia,
diantaranya (Garliah, 2009):
1) Teori perbaikan (Repair and Restoration Theory of Sleep)
Teori ini mengatakan bahwa pentingnya tidur yaitu untuk
merevitalisasi dan memperbaiki kembali proses proses
fisiologis yang ada pada tubuh.
2) Teori evolusi
Teori ini disebut juga teori adaptif yang mengatakan bahwa
dalam tidur terdapat proses untuk mengatur energi.
3) Teori konsolidasi informasi
Berdasarkan teori ini, tidur merupakan aktivitas untuk
memproses informasi seorang individu yang telah diperolehnya
dalam waktu sehari. Khususnya untuk mempersiapkan otak
d.

agar untuk menghadapi hari berikutnya.


Olahraga teratur
Pola hidup yang sehat juga perlu diimbangi dengan aktivitas
fisik untuk memperoleh kebugaran tubuh dan yang paling efektif

21

yaitu dengan berolahraga. Orang yang sering berolahraga akan


memiliki daya tahan tubuh yang lebih baik, sehingga jarang terkena
penyakit. Selain itu manfaat olahraga tidak hanya untuk kesehatan
fisik saja namun juga psikis dan sosial. Manfaat lain dari olahraga
adalah sebagai berikut (Syakur, 2011 dalam Suryanto, 2011):
1) Aktivitas olahraga dapat memperlancar aliran darah ke otak.
2) Metabolisme dan regenerasi sel sel tubuh
3) Olahraga teratur dengan cara yang tepat akan menjaga postur
tubuh dan mengurangi lemak dalam tubuh sebagai sumber
penyakit
4) Wajah terasa segar dan awet muda, sehingga berolahraga dapat
meningkatkan rasa percaya diri
Giam dan Teh (1993) dalam Suryanto (2011), menyatakan
bahwa terdapat dua macam kebugaran jasmani, yaitu :
1) Kebugaran yang berhubungan dengan kesehatan, meliputi:
a. Kebugaran jantung, paru, dan peredaran darah
b. Lemak tubuh
b. Kekuatan otot
c. Kelenturan sendi
Komponen komponen kebugaran ini membantu mengurangi
kemungkinan terjadinya penyakit penyakit degeneratif dan
penyakit kronis lainnya
2) Kebugaran yang berkaitan dengam pekerjaan meliputi:
a) Kekuatan otot
b) Tenaga otot
c) Ketangkasan
d) Kecepatan
Mereka yang memiliki kebugaran terkait dengan pekerjaan,
mempunyai potensi untuk melakukan secara lebih baik aktivitasaktivitas fisik yang berkaitan dengan olahraga dan pekerjaannya.
Dengan demikian kebugaran fisik yang lengkap memerlukan
adanya kebugaran dalam tingkat yang cukup tinggi (Giam dan Teh,
1993 dalam Suryanto, 2011).
Menurut Kepmenkes (2003), cara melakukan olahraga yang
baik dan benar diantaranya adalah sebagai berikut:
1) Olahraga dapat dimulai sejak usia muda hingga usia lanjut

21

2) Dapat dilakukan dimana saja dengan tetap memperhatikan


lingkungan yang aman dan nyaman, bebas polusi, dan tidak
menimbulkan cedera
3) Olahraga hendaknya dilakukan secara bervariasi jenisnya
supaya tidak monoton
4) Dilakukan secara bertahap dimulai dari pemanasan 5 - 10
menit, diikuti dengan latihan inti minimal 20 menit dan diakhiri
dengan pendinginan selama 5 - 10 menit
5) Frekuensi latihan dilakukan secara teratur 3 - 5 kali per minggu
6) Durasinya dimulai dari semampunya kemudian baru ditambah
secara perlahan lahan
7) Meningkatkan daya tahan tubuh (endurance) perlu waktu
antara - 1 jam , karena untuk membakar lemak perlu waktu
lebih dari satu jam
e. Penggunaan air bersih
Sumber air yang masih sering digunakan masyarakat
khususnya di pedesaan dalam memenuhi kebutuhan hidup salah
satunya yaitu air sungai. Namun dalam kenyataannya banyak air
sungai yang sudah tercemar oleh kotoran baik dari limbah industri
maupun limbah rumah tangga. Hanya saja kebiasaan masyarakat
dalam memenuhi kebutuhan sehari hari menggunakan air sungai.
Kebanyakan dari mereka mengguanakan sungai untuk Mandi Cuci
Kakus (MCK) dan tempat membuang sampah. Hal ini tentu
merupakan perilaku yang tidak sehat, dan ketika menjadi kebiasaan
maka akan melahirkan budaya yang tidak sehat dan harus segera
diatasi (Hidayati, 2012).
Salah satu indikator perilaku sehat secara nasional yaitu adanya
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). PSN telah banyak
disosialisasikan dengan melakukan gerakan 3M yaitu (Menguras,
Menutup, dan Mengubur) minimal seminggu sekali. Gerakan ini
berguna untuk mengurangi jumlah vektor penyakit, dalam hal ini
3.

nyamuk (Astuti dkk. 2013).


Pelayanan kesehatan

21

Berdasarkan visi Kementerian

Kesehatan tahun 2008 yaitu

Masyarakat yang Mandiri untuk Hidup Sehat dengan misinya yaitu


Membuat Masyarakat Sehat, dengan strategi : Menggerakkan dan
Memberdayakan Masyarakat untuk Hidup Sehat (Lamawati, 2011). Oleh
karena itu, diharapkan seluruh desa sudah menerapkan desa siaga. Program
desa siaga adalah memberdayakan masyarakat agar mau dan mampu untuk
hidup sehat. Berawal dari sini diharapkan desa siaga mampu untuk mampu
untuk mencegah dan mengatasi berbagai masalah terhadap kesehatan
masyarakat seperti kurang gizi, penyakit menular dan penyakit yang
berpotensi menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) , kejadian bencana,
kecelakaan, dan lain-lain, dengan memanfaatkan potensi setempat, secara
gotong royong. Program desa siaga antara lain Posyandu, Polindes, Pos Obat
Desa, Dana Sehat, Desa Siap-Antar-Jaga dan lain-lain, sebagai awalan
pengembangan menuju Desa Siaga (Dasimah, 2010).
Poliklinik Kesehatan Desa (PKD) sebagai lini pertama pelayanan
kesehatan yang dilayani oleh tenaga profesional diharapkan dapat membantu
menyelesaikan permasalahan tingginya Angka Kematian Ibu (AKI), Angka
Kematian Bayi (AKB), angka kesakitan, angka kematian akibat komplikasi
kehamilan atau akibat lainnya. Sehingga apabila dikaitkan dengan
masyarakat yang ada di pedesaan maka PKD adalah pilihan yang paling
tepat

sebagai

penanganan

awal

bagi

masalah

kesehatan.

Karena

pertimbangan dari jarak yang dekat, terlebih dengan pelayanan yang sudah
lengkap di PKD (Dasimah, 2010).
a.

Peran puskesmas
Puskesmas berperan sebagai pemberdayaan masyarakat untuk
deteksi dini risiko tinggi ibu hamil dan neonatal serta sebagai penggerak
masyarakat desa. Namun demikian, dalam menggerakkan masyarakat
desa, Puskesmas akan dibantu oleh Petugas Fasilitator dari Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota yang telah dilatih di Provinsi.. Selain itu
juga untuk memfasilitasi pengembangan Desa Siaga dan Poliklinik

21

Kesehatan Desa (PKD) serta melakukan monitoring,

evaluasi, dan

pembinaan Desa Siaga (Dasimah, 2010).


Kemudian untuk Rumah Sakit memegang peran penting sebagai
sarana rujukan dan pembina teknis pelayanan medik. Oleh karena itu
Rumah Sakit diharapkan berperan dalam beberapa kegiatan berikut
(Dasimah, 2010) :
1) Menyelenggarakan pelayanan rujukan
2) Melaksanakan bimbingan teknis medis
3) Menyelenggarakan promosi kesehatan
Menurut Permenkes RI (2013), yang dimaksud dengan fasilitas
kesehatan yaitu fasilitas pelayanan kesehatan yang berguna untuk
menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan perorangan, baik secara
promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh
Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau Masyarakat. Selanjutya yang
dimaksud pelayanan kesehatan tingkat pertama adalah pelayanan
kesehatan perorangan dasar dan bukan spesialistik

yang meliputi

pelayanan rawat jalan dan rawat inap. Sedangkan yang disebut sebagai
pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjutan adalah upaya pelayanan
kesehatan perorangan yang bersifat spesialistik atau sub spesialistik
yang meliputi rawat jalan tingkat lanjutan, rawat inap tingkat lanjutan,
dan rawat inap di ruang perawatan khusus.
Pelayanan kesehatan komprehensif antara lain berupa pelayanan
kesehatan

promotif,

preventif,

kuratif,

rehabilitatif,

pelayanan

kebidanan, dan Pelayanan Kesehatan Darurat Medis. Termasuk


pelayanan

penunjang

yang

meliputi

pemeriksaan

laboratorium

sederhana dan pelayanan kefarmasian sesuai dengan ketentuan peraturan


perundang-undangan. Fasilitas Kesehatan tingkat pertama yaitu dapat
berupa Permenkes RI (2013):
1) Puskesmas atau yang setara
2) Praktik dokter

21

3) Praktik dokter gigi


4) Klinik pratama atau yang setara
5) Rumah Sakit Kelas D Pratama atau yang setara.
6) Persalinan
Proses persalinan pada ibu hamil perlu memenuhi kaidah 4 pilar
safe motherhood, yang salah satunya yaitu persalinan yang bersih dan
aman serta ditolong oleh tenaga kesehatan yang terampil. Selain itu juga
penting untuk memperhatikan adanya risiko infeksi akibat paparan
lingkungan yang tidak bersih, alas persalinan yang tidak bersih, serta
alat dan tangan penolong yang tidak bersih karena mobilisasi dari pusat
pelayanan kesehatan ke rumah ibu. (Prasetyawati, 2012 dalam
Wardayani, 2013)
Pembangunan nasional yang ingin dicapai dari segi kependudukan
salah satunya yaitu melahirkan penduduk yang berkualitas. Namun,
kenyataannya

bila

ditinjau

dari

segi

kualitas

melalui

Indeks

Pembangunan Manusia (IPM), penduduk Indonesia masih berada pada


posisi 108 dari 177 negara di dunia. Solusi yang dapat diberikan
mengenai masalah tersebut yaitu melalui pengelolaan dan pelaksanaan
Program KB Nasional yang tepat (Saputra, 2009).
Saputra (2009), menyatakan bahwa pencapaian reproduksi yang
sehat tidak hanya cukup pada kesehatan ibu dan banyaknya anak,
melainkan juga berkaitan dengan jarak anak yang dilahirkan. Menurut
sebuah penelitian tentang pengaruh anak yang lahir dengan jarak yang
terlalu dekat di Punjab, India menyatakan bahwa tingkat kematian bayi
baru lahir dan anak sangat tinggi apabila jaraknya kurang dari 2 tahun
sejak kelahiran anak sebelumnya. Bahkan kondisi ini merupakan risiko
paling tinggi yang menyebabkan kematian ibu dan anak. Sebaliknya
angka kematian itu menunjukkan penurunan yang signifikan apabila
rentang tahunnya lebih lama.

21

Sebuah penelitian kesehatan reproduksi di Thailand menyatakan


bahwa bahwa pada tahun 1970 terdapat hubungan yang erat antar
kematian ibu dengan umur ibu. Hasil yang didapat yaitu ibu yang
melahirkan di bawah 20 tahun atau di atas 35 tahun memiliki risiko
kematian yang lebih besar baik dari ibu maupun anaknya dibandingkan
ibu yang melahirkan pada umur 20 34 tahun. Kemudian risiko
kematian ibu dan anak yang tinggi juga terjadi apabila seorang ibu telah
melahirkan anak lebih dari empat orang anak namun masih berkeinginan
untuk mempunyai keturunan kembali, hal ini akan berisiko pada
kehamilan berikutnya (Sumapraja, 1983 dalam Saputra 2009). Pendapat
ini diperkuat oleh penelitian Graef dan temuan United Stated agency
for International Development (USAID) yang juga menyatakan bahwa
angka mortalitas bayi yang mempunyai jarak kelahiran kurang dari 2
tahun menunjukkan 71 % lebih tinggi dibandingkan yang berjarak 2 3
tahun (Graef 1996 dalam Saputra 2009).
Kesehatan reproduksi yang baik yaitu perempuan sebaiknya tidak
hamil dan melahirkan sebelum usia 20 tahun dan sestelah usia lebih dari
30 tahun. Jarak yang ideal dan aman untuk hamil dan melahirkan
sebaiknya adalah usia 20 30 tahun. Selain itu jarak melahirkan yang
aman dari anak yang satu ke anak berikutnya adalah 3 5 tahun,
sehingga diharapkan selama masa suburnya wanita hanya melahirkan
paling tidak 2 orang anak dengan maksimalnya adalah 3 orang (Saputra,
2009).
Menurut Saputra (2009), hal yang penting berikutnya adalah tempat
bersalin. Karena tempat bersalin termasuk salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi psikologis ibu bersalin. Pemilihan tempat bersalin dan
penolong persalinan yang tidak tepat maka akan berdampak secara
langsung pada kesehatan ibu. Selanjutnya Astuti dkk, (2013)
menambahkan berdasarkan 16 indikator salah satu hal yang dapat
digunakan untuk mengukur perilaku sehat di provinsi Jawa Tengah yaitu

21

melakukan persalinan pada tenaga kesehatan (bidan atau dokter) dan


bagi rumah tangga yang tidak / belum pernah hamil mengerti kalau
hamil harus di periksa oleh tenaga kesehatan.

Disamping itu juga

diikuti dengan memeriksakan kehamilan yang ideal minimal sebanyak


4x selama kehamilan dan bagi rumah tangga yang tidak ada ibu
hamilnya mengerti maksud K4 (periksa hamil minimal 4x).
b.

Asuransi Kesehatan
Asuransi kesehatan menurut (Senduk, 2009), adalah asuransi yang
memberikan penggantian biaya kesehatan. Biaya kesehatan yang
dimaksud adalah
1) Pemeliharaan

kesehatan,

meliputi

check

up

kesehatan,

pembelian makanan kesehatan, dan vitamin.


2) Perawatan
3) Pengobatan
Menurut Pemerintah Kota Bengkulu (2013), Askes merupakan
suatu program asuransi kesehatan sosial yang berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 69 tahun 1991 serta dijalan oleh PT Askes (Persero).
Peserta Program Askes Sosial adalah pegawai negeri sipil dan calon
pegawai negeri sipil (tidak termasuk PNS dan calon PNS di
Kementerian Pertahanan, TNI/Polri), pejabat negara, penerima pensiun
(Pensiunan

PNS,

Pensiunan

PNS

di

lingkungan

Kementerian

Pertahanan, TNI/Polri, pensiunan pejabat negara), veteran (Tuvet dan


Non Tuvet) dan perintis kemerdekaan beserta anggota keluarga yang
ditanggung serta pegawai tidak tetap (dokter/dokter gigi/bidan-PTT).
Askes sekarang sudah berubah menjadi BPJS Kesehatan mulai 1
Januari 2014. BPJS kesehatan atau Badan Penyelenggaraan Jaminan
Sosial

Kesehatan

adalah

badan

hokum

yang

dibentuk

untuk

menyelenggrakan program kesehatan. Peserta BPJS kesehatan meliputi


1) Peserta PBI Jaminan Kesehatan, terdiri atas fakir miskin
dan orang yang tidak mampu.
2) Peserta bukan PBI Jaminan Kesehatan
a) Pegawai Negeri Sipil
b) Anggota TNI
c) Anggota Polri

21

d) Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri


e) Pegawai swasta
(Peraturan BPJS Kesehatan, 2014)
c.

Posyandu Lansia
Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat
usia lanjut. Posyandu lansia diberdayakan oleh masyarakat di wilayah
tersebut agar dapat tercipta pelayanan kesahatan yang memadai untuk
lansia. Seseorang dikatakan lansia apabila telah berusia 60 tahun ke atas.
Setiap program pemerintah mempunyai tujuan, begitu pula dengan
posyandu lansia. Posyandu ini mempunyai tujuan sebagai berikut
1) Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan lansia di
masyarakat, sehingga terbentuk pelayanan kesehatan yang
sesuai dengan kebutuhan lansia.
2) Mendekatkan pelayanan dan meningkatkan

peran

serta

masyarakat dan swasta dalam pelayanan kesehatan di samping


meningkatkan komunikasi antara masyarakat usia lanjut.
Sasaran posyandu lansia adalah :
1) Sasaran langsung
a) Kelompok pra usia lanjut (45 59 tahun)
b) Kelompok usia lanjut (60 tahun ke atas)
c) Kelompok usia lanjut dengan risiko tinggi (70 tahun ke
atas)
2) Sasaran tidak langsung
a. Keluarga dimana usia lanjut berada
b. Organisasi sosial yang bergerak dalam pembinaan usia
c.
4.

lanjut
Masyarakat luas

Genetik
Sakit kronis merupakan suatu keadaan dimana seseorang sakit dalam
waktu yang lama. Sakit yang tidak berakhir selama tiga bulan juga dapat
dikatakan sebagai sakit kronis (Sutomo dan Yasmin, 1995). Sedangkan
penyakit keturunan adalah penyakit yang diwariskan kepada generasi
selanjutnya. Penyebab dari penyakit keturunan tersebut terletak pada sifat
pembawanya atau yang sering disebut gen. jika orang tua mempunyai

21

riwayat penyakit keturunan maka besar kemungkinan anak yang akan


dilahirkannnya nanti juga akan menderita penyakit yang sama (Nadesui,
2007).

Anda mungkin juga menyukai