Kajian Pustaka
Kajian Pustaka
KAJIAN PUSTAKA
1. Struktur air
2. Komposisi kimia air laut
3. Gas-gas terlarut
4. Berat jenis (densitas)
5. Suhu dan salinitas air laut
6. Cahaya
7. Gelombang
8. Arus Laut
Komponen biotik ekosistem pesisir dan laut
Biota yang hidup di wilayah pesisir dan laut pada umumnya dapat dikelompokan menjadi tiga
kategori yaitu plankton, nekton, dan bentos.
1. Plankton
Plankton adalah tumbuhan (fitoplankton) atau hewan (zooplankton) yang mengapung atau
berenang secara berlahan di laut dan pergerakannya sangat tergantung pada arus. Pada umumnya
tergolong mikroskopik, seperti hewan-hewan bersel satu yang melayang bebas di laut, tetapi
banyak juga organisme seperti ubur-ubur (jellyfish) yang termasuk dalam kategori ini.
2. Nekton
Biota yang termasuk kategori ini adalah ikan yang dapat bergerak bebas tidak tergantung pada
arus. Distribusi dari plakton dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti suhu, salinitas, suplai
oksigen dan sumber makanan.
3. Bentos
Organisme yang hidup di dasar perairan atau pada substrat, baik tumbuhan maupun hewan.
Komposisi sedimen dasar perairan akan mempengaruhi jenis dan tipe organisme yang ada.
b. Secara hidrologi merupakan daerah pasang surut,mempunyai air tanah tinggi, terdapat tekanan
air laut terhadap air tanah , serta merupakan daerah retensi sehingga run-off air rendah.
c. Secara geologi,sebagian besar mempunyai struktur batuan lepas, tanah lunak, serta rawan
bencana tsunami.
d. Secara penggunaan lahan memiliki hubungan intensif antara air dan elemen kota.
e. Secara klimatologi memiliki dinamika iklim, cuaca, angin, suhu & kelembaban tinggi.
f. Pergeseran fungsi badan perairan laut sebagai akibat kegiatan di sekitarnya menimbulkan
beberapa permasalahan lingkungan, seperti pencemaran.
b. Tedapat binatang yang spesifik seperti bangau, ikan jenis tertentu, dsb.
C. KARAKTERISTIK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA
a. Memilki keunggula lokasi yang dapat menjadi pusat pertumbuhan ekonomi
b. Penduduk mempunyai kegiatan social ekonomi yang berorientasi ke air dan darat.
c. Rata-rata penduduk golongan ekonomi lemah, dengan latar belakang pendidikan terbatas
d. Pengetahuan akan lingkungan sehat cenderung masih kurang, terjadi kebiasaan tidak sadaar
lingkungan serta cenderung kurag memperhatikan bahaya dan resiko.
e. Terdapat peninggalan sejarah/budaya seperti museum bahari, dsb
f. Terdapat masyarakat yang secara tradisi terbiasa hiidup(bahkan tidak dapat dipisahkan) di atas
air, seperti masyarakat Bajo. Terdapat pula budaya/tradisi pemanfaatan perairan sebagai
sarana transportasi utama.
g. Merupakan kawasan terbuka (akses langsung), sehingga rawan terhadap keamanan, seperti
penyelundupan, penyusupan (masalah pertahanan dan keamanan,dsb.
D. KARAKTERISTIK PERUMAHAN DAN PEMUKIMAN
a. Sejarah awal keberadaan lingkungan perumahan /permukiman di kota pantai dapat dibedakan
atas 2 kronologis yaitu:
Perkembangan yang dimulai oleh kedatangan sekelompok etnis tertentu di suatu lokasi
pantai, yang kemudian menetap dan berkembang secara turun temurun membentuk
suatu klan/komunitas tertentu serta cenderung bersifat secara homogeny, tertutup dan
mengembangkan tradisi dan nilai-nilai tertentu
Tahap awal ditandai oleh dominasi pelayanan kawasan perairan sebagai sumber air
untuk keperluan hidup masyarakat. Kota masih berupa suatu kelompok permukiman
di pantai dan di atas air.
Perkembangan
selanjutnya
ditandai
dengan
semakin
kompleksnya
kegiatan
Daerah relative daatar cenderung memiliki pola relative teratur, yaitu pola Grid atau
linear dengan tata letak bangunan berada di kiri-kanan jalan atau linear sejajar dengan
(mengikuti) garis tepi pantai.
Daerah atas air pada umumnya cenderung memiliki pola cluster yang tidak teratur dan
organic. Pada daerah daerah yan telah ditata umumnya menggunakan pola grid atau
linear sejajar garis badan perairan.
e. Orientasi bangunan semula umumnya menghadap perairan sesuai orientasi kegiatan berbasis
perairan. Perkembangan selanjutnya orientasi kegiatan ke darat semakin meningkat (bahkan
lebih dominan), maka orientasi bangunan cenderung menghadap kea rah darat dan lebih
mempertimbangkan aspek fungisional dan aksesibilitas.
f. Secara arsitektural, bangunan pada permukiman di kota pantai dibedakan atas:
Arsitektural bangunan di buat dengan kaidah tradisional maupun modern sesuai dengan latar
belakang budaya dan suku/etnis masing-masing.
g. Tipologi bangunan menggunakan struktur dan konstruksi sederhana, tradisional dan
konvesional yang kurang memperhitungkan pengaruh angin, tsunami, gempa dll
h. Sering terjadinya kebakaran karena kelalaian penggunaan bahan berbahaya dan mudah
terbakar, serta belum tersedianya sarana dan pedoman penanggulangan kebakaran, khususnya
untuk perumahan di atas air.
E. KARAKTERISTIK SARANA PRASARANA LINGKUNGAN
a. Mempunyai aksesibiitas yag tinggi sebab dapat dicapai dari darat dan dari air, sehingga peran
dermaga/ pelabuhan menjadi titik pertumbuhan.
b. Sistem dan pola jaringan jalan di darat umumnya sudah terpola, memadai serta dapat
melayani fungsi-fungsi yang ada. Hanya beberapa konstruksi jaln perlu disesuaikan dengan
standar dan tingkat pelayanan yang harus disesuaikan. Jalan setapak dan beberapa jalan
lingkungan umumnya bepola organic mengikuti pola perumahan. Sistem jaringan jalan jalan
di daerah pasang surut dan bertanah lunak umumnya menggunakan kontruksi batu(dengan
perkerasan /makadam) atau konstruksi kayu, sedangkan jaringan jalan di atas air sepenuhnya
mengguakan konstruksi kayu. Pla jaringan jalan umumnya tidak teratur/organic mengikuti
perkembangan bangunan dan tidak bias dilalui kendaraan beroda 4.
c. Sistem drainasememerlukan penanganan relative lebih rumit karena merupakan daeran retensi
yang sering tergenang banjir dan menjadi muara daerah hulunya.
d. Pembuangan air limbah memerlukan penanganan khusus karena muka air tanah yang tinggi
serta menjadi serta menjadi muara daerah hulunya. Masyarakat cenderung membuag air
limbah langsung ke badan air, baik dari kakus individu maupun MCK.
e. Kebutuhan air bersih biasanya belum tercukupi karena pada umumnya belum terjangkau
jaringan PDAM dan kondisi air tanah yang dijadikan sumber air bersih kebanyakan air payau,
sehingga perlu penjernihan air.
f. Umumnya sampah dibuang/ditimbun di pinggir laut atau dibuang langsung ke laut sehingga
sering menimbulkan bau serta menjadi sarang lalat dan nyamuk.
g. Sistem penanggulangan bahaya kebakaran( sarana, prsarana, tata cara dan pedoman)
khususnya di atas air memerlukan penanganan serius.
F. KARAKTERISTIK PENGELOLAAN KAWASAN
a. Secara otorisasi pengolaan, kawasan merupakan public domain yang dapat dimanfaatkan
oleh segenap lapisan masyarakat.
b. Secara otrisasi kegiatan, dapat berfungsi sebagai kawasan khusus dengan alas an keamanan,
seperti alas an Hankam, Pelabuhan, Kawasan Berikat, dsb.
b. Strategi Pengembangan
Beberapa strategi yang dapat diterapkan antara lain :
Strategi ini di pilih antara lain karena semakin langkanya ketersediaan lahan perkotaan untuk
mengakomodir pemenuhan kebutuhan fungsi perkotaan seperti transportasi, drainase,
permukiman, fasilitas umum dll.
STRUKTUR PENGEMBANGAN
Struktur peruntukan kawasan kota pantai dapat diarahkan pada 7 (tujuh) pengembangan, yaitu:
a. Kawasan Komersil ( Commercial Waterfront)
Kriteria pengembangan :
Harus mampu menarik pengunjung yang akan memanfaatkan potensi kawasan pantai
sebagai tempat bekerja, belanja maupun rekreasi.
Keindahan bentuk fisik (profil tepi jalan) kawasan pantai diangkat sebagai factor penarik
bagi kegiatan ekonomi, social-budaya,dll
b. Kawasan
Budaya,
Pendidikan dan
Lingkungan
and
Environmental Waterfront)
Kriteria pokok pengembangan :
Memanfaatkan potensi alam pantai untuk kegiatan penelitian, budaya dan konservasi
Menekankan pada kebersihan badan air dan suplai air bersih yang tidak hanya untuk
kepentingan kesehatan saja tetapi juga untuk menarik investor.
Diarahkan untuuk menyadarkan dan mendidik masyarakat tentang kekayaan alam tepi
pantai yang perlu dilestarikan dan diteliti.
Memanfaatkan kondisi fisik pantai untuk kegiatan rekreasi (indoor maupun outdoor)
Perbedaan budaya dan geografi diarahkan untuk menunjang kegiatan priwisata, terutama
pariwisata perairan.
Kekhasan arsitektural local dapat dimanfaatkan secara komersial guna menarik pegunjung
Pada permukiman / perumahan nelayan harus dilakukan upaya penataan dan perbaikan
untuk meningkatkn kualitas kualitas lingkungan dan kawasan. Penempatan perumahan
nelayan baru hendaknya disesuaikan dengan potensi sumber daya sekitar dan market
hasil budidaya perikanan.
Program pemanfaatan kawsan yang dapat diterapkan untuk kawasan permukiman baru
antara lain : penataan bangunan dengan member ruang untuk public acces ke badan air,
pengaturan pengambilan air tanah, reklamasi, pengaturan batas sempadan dari badan air,
program penghijauan sempadan, dll.
Dipersiapkan khusus untuk kepentingan pertahanan dan keamanan bangsa dan Negara
Pengaturan tata guna lahan (land use) untuk kebutuhan dan misi hankam Negara.
mereka untuk memanfaatkan waktu luang atau tujuan lainnya (WTO (1991); UN Statistical
Commision (1993), dalam Holden (2000)).
Beberapa prinsip dasar dari wisata adalah (Holden, 2000):
1. Wisata mengkonsumsi sumberdaya dan menghasilkan limbah. Sumberdaya dapat berarti
sumberdaya alam atau sumberdaya buatan manusia seperti budaya. Sumberdaya yang
dimanfaatkan berupa sumberdaya milik publik (hutan, pesisir, atau gunung). Limbah yang
dihasilkan dapat berupa limbah padat, cair, ataupun gas.
2. Wisata mempunyai kecenderungan untuk mengkonsumsi sumberdaya secara berlebihan (overconsume). Sumberdaya yang dimanfaatkan mempunyai ambang batas. Jika ambang batas
dilewati, akan terjadi degradasi lingkungan.
3. Terdapat kompetisi antara tempat wisata yang satu dengan yang lain. Tempat wisata yang satu
harus bersaing dengan tempat wisata yang lain agar dapat bertahan sebagai tempat wisata.
4. Wisata didominasi oleh satu sektor, yaitu ekonomi. Motif mendapatkan profit menjadi
prioritas utama. Pemerintah dan lembaga lingkungan sering menghadapi kesulitan untuk
menembus hal ini.
5. Wisata adalah industri yang melibatkan banyak pihak sehingga sulit untuk dikendalikan.
Wisata melibatkan pemasok, produsen, agen pemerintahan, dan konsumer yang banyak
jumlahnya. Hal ini membuat wisata sulit dikendalikan.
6. Wisatawan adalah konsumer yang ingin mengkonsumsi pengalaman wisata sebanyakbanyaknya. Turis tidak perduli pada relasi mereka dengan komunitas lain atau lingkungan di
sekitarnya
7. Wisata adalah sebuah pertunjukan. Produk wisata dimanipulasi dan dikemas untuk
memuaskan keinginan turis.
8. Wisata tidak mengekspor produknya, namun membawa wisatawan menikmati produk yang
dihasilkan di tempatnya (in situ).
Produk-produk dan daya tarik yang dapat dikembangkan pada pariwisata di Indonesia adalah
pariwisata bahari yang mencakup: wisata bisnis (business tourism), wisata pantai (seaside
tourism), wisata budaya (cultural tourism), wisata pesiar (cruise tourism), wisata alam (eco
tourism), dan wisata olahraga (sport tourism) (Euro Asia Management (1998), dalam Dahuri
(2004)).
Terdapat dua alasan pokok optimisme pengembangan pariwisata bahari di Indonesia, yaitu
pertama, tingginya permintaan akan produk dan jasa wisata bahari oleh kalangan wisatawan
mancanegara; dan kedua, wilayah pesisir dan laut Indonesia yang sangat luas dan
kenekaragaman dan sumberdaya hayati yang terkandung di dalamnya merupakan potensi
pariwisata bahari yang tidak ternilai harganya. Salah satu objek wisata bahari yang berpotensi
besar adalah wilayah pantai. Umumnya,
Indonesia mempunyai kondisi pantai yang indah dan alami. Wilayah pantai menawarkan jasa
dalam bentuk panorama pantai yang indah; tempat pemandian yang bersih, serta tempat untuk
melakukan kegiatan selancar air (surfing) (Dahuri, 2004).
Suatu lanskap pantai yang berkembang sebagai tempat wisata memiliki beberapa langkah
pengembangan spasial sebagai berikut (Gunn, 1997):
1. Traditional coastal development. Pada tahap ini, pembangunan jalan dan perumahan terlalu
dekat dengan zona garis pantai sehingga sumber daya pantai tidak termanfaatkan dengan baik.
Pola ini juga bersifat menghalangi pemandangan laut dari daerah yang lebih tinggi. (Gambar a).
2. Desirable coastal plan. Pada tahap ini, perencanaan wisata dinilai lebih bijak. Penempatan
jalan berada di belakang daerah pengembangan. (Gambar b).
3. Tourist access through a city. Pada tahap ini, wisatawan mulai berkunjung ke pantai dan
beberapa fasilitas mulai dibangun oleh penduduk lokal. Perlu diperhatikan bahwa, pembangunan
yang dilaksanakan harus direncanakan dengan mempertimbangkan laut sebagai sumber daya
utama (waterfront uses) (Gambar c).
4. Building envelopes. Pada tahap ini, konstruksi bangunan dibangun di sepanjang garis pantai.
Pembangunan ini memerlukan pengelolaan berupa perlindungan terhadap daerah pantai. Pola
pembangunan ini menghalangi pemandangan laut dari daerah yang lebih tinggi, hal ini
dikarenakan
pembangunan ini lebih condong ke arah pengembangan aspek ekonomi (Gambar d).
5. Industrial waterfront tourism. Pada tahap ini, pembangunan sepanjang garis pantai merupakan
industri waterfront untuk menarik turis dan berbagai kegiatan bisnis lainnya. Pembangunan
memerlukan perencanaan yang teliti dan pengelolaan yang intensif (Gambar e).
(a)
(b)
(c)
(d)
(e)
Langkah pengembangan spasial pantai wisata: (a) traditional coastal development; (b) desirable
coastal plan; (c) tourist access through a city; (d) building envelopes; (e) industrial waterfront
tourism